Sempat Terdampak Pandemi, ReCharge Siapkan Sejumlah Rencana untuk Akselerasi Bisnis

Meluncur pada tahun 2018, startup penyewaan power bank ReCharge sempat mengalami growth positif hingga tahun 2019. Namun ketika pandemi datang di awal 2020, menyebabkan bisnis mereka terhambat. Untungnya kini kondisi berangsur pulih, bisnis ReCharge mulai menunjukkan pertumbuhan meskipun belum sepenuhnya kembali normal.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO ReCharge Dick Listijono mengatakan, secara internal perusahaan masih tetap berjalan sehat, namun kegiatan eksternal seperti edukasi pasar dan kampanye pemasaran terpaksa dihentikan agar bisa lebih fokus kepada pengembangan power bank vending machine.

“Sebelum pandemi kita tumbuh dengan cepat, user adaptaion juga bagus. Kita juga sudah mulai bereksperimen dengan vending machine lain dalam skala kecil. Kemudian saat pandemi datang kami melihat apa yang bisa ReCharge lakukan dalam waktu 5 tahun mendatang (post pandemic). Dan kami melihat ReCharge masih memiliki peluang,” kata Dick.

Pesatnya akselerasi digital akibat dari pandemi turut dirasakan sebagai berkah tersendiri bagi ReCharge untuk mengembalikan performa bisnis. Jika dulunya mereka fokus kepada perluasan area di kawasan publik seperti KRL dan mal, kini perusahaan melihat ada lokasi baru yang kemudian menarik untuk dijajaki.

Saat ini perusahaan sudah memasang sebanyak lebih dari 1.000 ReCharge Station di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi serta telah merambah kota lain, seperti Bandung dan Yogyakarta. Penambahan area masih akan digencarkan di waktu mendatang.

Mereka juga secara resmi meluncurkan kampanye #ReChargeHarimu bersamaan dengan pemasangan ReCharge Station (mesin tempat penyewaan power bank) di area transportasi publik, yaitu di 35 Halte TransJakarta, 23 Stasiun KRL line Jakarta Kota – Bogor, dan 13 Stasiun MRT Jakarta.

“Bukan hanya smartphone saja, saat ini berbagai barang elektronik sudah memanfaatkan power bank untuk mengisi ulang tenaga mereka. Termasuk di dalamnya vape dan gaming console,” kata Dick.

Kolaborasi dengan superapp

Meskipun telah memiliki aplikasi sendiri yang berfungsi sebagai pemesanan dan pembayaran, namun untuk memperluas layanan dalam waktu dekat mereka akan meresmikan kolaborasi strategis dengan salah satu platform superapp. Enggan disebutkan siapa perusahaan tersebut, Dick menegaskan melalui kolaborasi ini nantinya pihak ReCharge bisa memanfaatkan layanan mereka di platform yang lebih besar dan lebih luas jangkauan pasarnya.

Sejak awal beroperasi, aplikasi ReCharge telah diunduh oleh lebih dari 1 juta pengguna. Kebanyakan pelanggan ReCharge adalah para pengemudi ojek online, karyawan kantor, serta anak-anak muda yang sering membuat konten dengan menggunakan smartphone. Selain para komuter dan anak muda, ReCharge juga menargetkan k-poper, gamer, dan para pekerja yang mobilitasnya tinggi.

Perusahaan masih mengembangkan sendiri power bank mereka. Enggan untuk menawarkan power bank dari brand berbeda, agar kualitas dan keamanan bisa terjaga. Selain lebih tipis beratnya, power bank milik ReCharge juga telah dilengkapi dengan kabel dan chip khusus yang bisa dimanfaatkan oleh mereka untuk melihat kualitas dan ketahanannya memanfaatkan teknologi IoT.

Untuk bisa menempatkan vending machine power bank di lokasi yang tepat, perusahaan menerapkan beberapa persyaratan. Di antaranya adalah melihat dari kesibukan trafik masyarakat di lokasi tersebut, waktu yang lebih banyak dihabiskan hingga keramaian.

“Kami masih mengembangkan 100% mesin sendiri. Kami enggan untuk menggunakan produk lain, dilihat dari keamanan dan kenyamanan dari layanan yang kami berikan kepada pengguna. Power bank kami tidak murah harganya, berbeda dengan kualitas dari power bank pada umumnya,” kata Dick.

Untuk menjaga kualitas dan layanan yang ada, perusahaan juga mengklaim tidak menaikkan harga sewa secara khusus. Namun ada beberapa kebijakan penyesuaian harga yang sengaja dilakukan oleh perusahaan, untuk melihat kebiasaan pengguna dan penentuan harga sewa untuk mereka ke depannya.

Dari sisi biaya, ReCharge memberikan kenyamanan bagi pengguna dengan harga sewa yang terjangkau, yakni 1-2 jam Rp2.000/jam, 3-4 jam Rp4.000/jam, dan 24 jam sebesar Rp30.000.

Rencana penggalangan dana

Tahun ini ReCharge memiliki rencana untuk menutup penggalangan dana putaran tahap lanjutan. Tahun 2019 lalu perusahaan telah memperoleh dana segar seri A yang diberikan oleh Alto Partners Multi-Family Office. Jika dana segar tersebut sudah diperoleh, rencananya akan digunakan untuk bisa mengembangkan mesin dan melakukan kegiatan pemasaran.

Selain menggalang dana, ReCharge juga memiliki target yang ingin dicapai. Di antaranya adalah menambah jumlah mesin secara masif. Saat ini ReCharge sudah memiliki layanan hampir 90% di kawasan Jabodetabek. Mulai dari tempat perbelanjaan, tempat transportasi umum, sekolah, rumah sakit dan lainnya.

Perusahaan juga telah meluncurkan loyalty program kepada pengguna berupa voucher. Dengan mengumpulkan poin dari setiap penyewaan power bank yang dilakukan, nantinya pengguna bisa melakukan redeem point tersebut di mitra ReCharge. Saat ini yang sudah menjalin kemitraan dengan mereka adalah restoran Hokben, rencananya perusahaan akan menambah jumlah mitra lebih banyak lagi.

Ke depannya ReCharge juga ingin menyasar gerai F&B. Dengan menempatkan mesin yang lebih kecil ukurannya, capital expenditure (CapEx) yang lebih kecil dan tentunya lebih cepat dan mudah untuk di-deploy, diharapkan bisa menambah jumlah pengguna ReCharge.

“Kami menargetkan user acquisition khususnya bagi pengguna perangkat mobile yang pertama kali melakukan download dan penyewaan power bank pertama kalinya melalui ReCharge. Selain itu, kami juga ingin meningkatkan permintaan dari para partner bisnis untuk pemasangan mesin ReCharge Station, terutama untuk area retail dan F&B pada wilayah jangkauan kami saat ini yakni Jabodetabek, Bandung, dan Yogyakarta,” tutup Dick.

Application Information Will Show Up Here

ReCharge Sediakan Solusi Penyewaan Power Bank Berbasis Aplikasi

ReCharge, perusahaan teknologi berbasis IoT, mengumumkan kehadirannya di Indonesia dengan solusi perdananya sebagai penyedia layanan sewa power bank berbasis aplikasi. Ke depannya, akan banyak solusi berbasis IoT yang disiapkan untuk mempermudah kebutuhan sehari-hari.

“Sementara ini kami baru sediakan solusi penyewaan power bank. Namun karena kami ini perusahaan IoT, maka visi ke depannya kami mau hadirkan solusi lewat IoT yang bisa membuat kehidupan sehari-hari jadi lebih simpel,” ucap Co-Founder & CEO ReCharge, Dick Listijono, Selasa (23/10).

ReCharge memiliki model bisnis sewa power bank yang tersedia di lebih dari 200 ReCharge Station (mesin tempat menyewa power bank) di lebih dari 100 lokasi strategis di Jabodetabek. Pengguna dapat menyewa power bank dengan mengambil dari salah satu station tersedia dan mengembalikannya di station lain dalam kurun waktu 1 x 24 jam.

Fleksibilitas ini, menurut Dick, turut mendukung gerak pengguna yang kerap kali berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pengguna bisa menemukan station di pusat perbelanjaan, perkantoran, restoran, sekolah, balai pertemuan, dan tempat hiburan. Beberapa di antaranya ada di Pacific Place, Pondok Indah Mall, fX Sudirman, Mal Kelapa Gading, dan lainnya.

Ada tiga jenis mesin ReCharge Station, dari mulai yang kecil, sedang, sampai terbesar dengan kapasitas slot 30 power bank. Untuk menyewa, pengguna cukup mengunduh aplikasi ReCharge.

Dari aplikasi tersebut pengguna bisa mengetahui lokasi station terdekat dan bisa langsung menyewanya dengan top up saldo baik secara tunai atau non tunai. Biaya yang dikenakan untuk satu kali menyewa sebesar Rp10 ribu.

Setelah saldo terisi, pengguna dapat memindai QR code pada layar station, memilih tipe kabel sesuai kebutuhan (Lightning, Android, atau USB Type C). Setelahnya power bank akan otomatis keluar dari station dan siap digunakan.

Top up saldo dapat dilakukan lewat berbagai penyedia layanan pembayaran, seperti Go-Pay, OVO, Tcash, BCA Virtual Account, dan transfer bank. Disediakan pula tim ReCharge yang ditempatkan di tiap station untuk pengisian saldo secara offline.

“Tidak hanya untuk charging smartphone saja, power bank bisa dipakai untuk charge berbagai device yang mendukung USB seperti kamera. Sehingga pemanfaatan power bank ini cukup luas.”

Solusi power bank yang luas ini, menurutnya, membuat perusahaan yakin dapat menarik banyak pengguna, kendati tengah berkembang solusi wireless charging yang kian dilirik oleh berbagai vendor smartphone.

Pasalnya, wireless charging itu sama halnya dengan men-charge dari kabel, tidak bisa dilakukan di mana saja. Sehingga harus tetap berada dalam satu ruangan.

Kembangkan power bank sendiri

GM Commercial & Business Development ReCharge, Soni Dharmawan, menambahkan perusahaan mendesain sendiri power bank yang mereka rilis. Hanya saja untuk sementara pembuatannya masih dilakukan oleh vendor pabrikan di luar negeri. Salah satunya ada di negara Tiongkok.

Dia membuka kemungkinan seluruh proses akan dilakukan di dalam negeri apabila volume bisnis ReCharge sudah makin besar ke depannya. Meski tidak diungkapkan, kapan rencana tersebut bisa terealisasi.

Power bank ReCharge berkapasitas 4.000 mAh dan dilengkapi dengan fast charging technology. Cukup mengisi daya smartphone hingga dua kali sampai penuh berdasarkan kapasitas rata-rata yang tersedia di pasar. Dari segi ukuran, power bank berukuran 135x76x16mm dan berbobot ringan.

Power bank didesain tidak mudah rusak apabila jatuh secara tidak sengaja. Tidak bisa di-charging dari kabel sendiri, hanya bisa dilakukan di ReCharge Station saja. Sebab power bank tidak memiliki kabel, melainkan chip yang bisa menghantarkan daya listrik dari station ke perangkat tersebut.

Alhasil, apabila pengguna memiliki niat tidak baik, mereka tidak akan bisa menggunakan kembali power bank sampai habis. Jika power bank hilang, pengguna akan dikenakan biaya penalti sebesar Rp100 ribu. Sebab perusahaan membuat ketentuan, setiap akun hanya bisa menyewa satu power bank dalam satu waktu saja.

“Baru nanti setelah biaya penalti dibayarkan, pengguna baru bisa menyewa lagi karena sudah mengubah statusnya di sistem ReCharge.”

Rencana bisnis

Pendapatan bisnis ReCharge untuk saat ini masih berasal dari bisnis penyewaan power bank. Antara ReCharge dengan para partner dalam menyediakan ReCharge Station tidak ada pembagian komisi atau sejenisnya diantara kedua belah pihak.

Perwakilan dari Pacific Place menuturkan ReCharge merupakan nilai tambah yang diberikan untuk para pengunjung dengan penunjang inovasi teknologi terkini. ReCharge memberikan nilai tambah buat para mitra dengan menyediakan direktori mal yang dapat diakses lewat layar LCD di station.

Ke depannya, akan ada banyak inovasi dari ReCharge untuk para mitranya. Bisa untuk order menu, cetak karcis bioskop, atau sebagainya. Perusahaan juga menyediakan layanan iklan untuk pihak ketiga di layar LCD, mesin ReCharge Station, perangkat power bank, dan dalam aplikasi itu sendiri.

“Kehadiran ReCharge Station di berbagai lokasi akan disesuaikan dengan kebutuhan para partner, nanti kami yang sediakan untuk mereka sebagai bentuk layanan kepada penggunanya,” tambah Soni.

Co-Founder ReCharge, Indra Wiralaksmana, menambahkan ReCharge berencana untuk mulai ekspansi ke luar Jabodetabek mulai tahun depan. Paling tidak sampai akhir tahun ini pihaknya ingin tumbuh dua kali lipat untuk ketersediaan ReCharge Station.

Pada bulan depan, ReCharge akan hadir di berbagai lokasi seperti rumah sakit, bandara, stasiun kereta, dan acara yang padat pengunjung seperti pameran, seminar, dan konser. Sejak beroperasi pada Maret 2018 hingga kini, pengguna ReCharge diklaim telah lebih dari 50 ribu orang.

Ekspansi yang bakal lebih agresif ini, menurut Indra, juga bakal ditunjang oleh pendanaan yang cukup. Rencananya perusahaan akan mulai penggalangan dana seri A pada tahun depan. Adapun saat ini, ReCharge telah memperoleh pendanaan dari sejumlah angel investor yang tidak disebutkan identitasnya.

“Kami akan mulai penggalangan dana seri A pada tahun depan untuk menunjang rencana bisnis kami yang akan lebih agresif,” tutup Indra.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Rental Power Bank dari ReCharge Hadir di Jakarta

Mobilitas masyarakat Indonesia saat ini didukung penuh perangkat smartphone mereka. Selain komunikasi, smartphone juga sering dimanfaatkan untuk bertransaksi, menikmati hiburan dan media sosial, hingga mengakses berkas pekerjaan. Menjaga smartphone untuk tetap menyala menjadi sebuah kebutuhan. Dengan ide yang cukup unik, ReCharge hadir sebagai layanan penyewaan power bank.

ReCharge memanfaatkan teknologi untuk membantu masyarakat menyewa dan mengembalikan power bank dengan mudah. Sebutan on demand power bank rental mungkin tidak berlebihan, karena untuk memanfaatkan layanan ini masyarakat perlu memasang aplikasi untuk mengetahui lokasi terdekat “stasiun” ReCharge dan bertransaksi.

Saat ini ReCharge sudah hadir di 50 lokasi di Jakarta, seperti Pacific Place Mall, FX Mall, Pondok Indah Mall, Emporium Mall, dan beberapa cafe dan restoran di sekitar mall-mall yang sudah disebutkan.

Diterangkan CEO ReCharge Dick Listijono, pihaknya saat ini hanya mengembangkan layanan untuk penyewaan power bank. Mereka membuka jaringan ReCharge Stations di tempat-tempat ramai. Hadirnya ReCharge Station di kafe, restoran, dan rumah sakit diharapkan bisa meningkatkan pelayanan terhadap pengguna.

Sistem yang diterapkan ReCharge mungkin tergolong baru di Indonesia, namun sistem ini sudah bisa ditemui di negara seperti Tiongkok.

Dick sendiri cukup optimis bisa diterima masyarakat Indonesia karena populasi pengguna perangkat smartphone yang tumbuh berbarengan dengan adopsi yang cepat untuk penggunaan media sosial, layanan e-commerce, dan layanan lainnya. Hal ini berimbas pada kebutuhan daya (batere) smartphone untuk selalu menyala.

Saat ini pekerjaan rumah terbesar ReCharge ialah perluasan jaringan ReCharge Stations yang ada. ReCharge menargetkan kehadirannya di 500 lokasi tahun 2018  ini, termasuk sejumlah lokasi di luar Jakarta.

Application Information Will Show Up Here