Suka Duka Bekerja secara “Remote Working”

Bekerja di startup umumnya menawarkan pilihan kepada karyawan untuk kebebasan bekerja di mana saja alias remote working.  Hal ini menjadi berkah buat orang-orang yang ingin melarikan diri dari suasana kubikel, ingin tetap fokus kerja dengan sengaja menjauhi “gosip” dari rekan kantor, dan berbagai alasan lainnya.

Meskipun demikian, untuk para atasan, ada pekerjaan ekstra untuk memantau karyawannya agar tetap fokus kerja dan menyelesaikannya secara on time. Meski berkesan manis, pada praktiknya konsep remote working tidak semudah yang dibayangkan. Pasti ada suka dan dukanya.

DailySocial mengompilasi curahan enam pekerja startup dari berbagai latar belakang yang kesehariannya bekerja remote, bagaimana tips agar tetap produktif dan duka yang dialami sebagai pegawai yang bekerja di luar kantor. Berikut ini rangkumannya:

Tips remote working yang produktif

1. Selalu menjaga komunikasi

Ryza, yang bekerja sebagai jurnalis di sebuah startup media, menjelaskan, komunikasi adalah unsur terpenting harus dijaga ketika bekerja remote. Komunikasi ini, menurutnya, akan membuat koordinasi kerja dengan rekan jadi lebih optimal. Down side-nya, dia harus sepenuhnya bergantung pada koneksi internet. Ada tiga back up koneksi yang dia siapkan agar tetap terhubung di dunia maya.

“Dari awal emang sudah kerja remote, dulu itu takut banget kalau ada salah. Tapi seiring waktu, sadar kalau yang penting itu koordinasi dan komunikasi, makanya ‘up time’-nya harus 100%,” ujarnya.

Kebutuhan koneksi internet yang handal untuk berkomunikasi menjadi hal yang krusial. Menurut Bambang, yang bekerja di startup yang sama, setiap minggunya selalu ada meeting mingguan bersama seluruh tim dengan video conference. Karena koneksi internet yang tidak selalu baik di rumahnya, ia hanya bisa menangkap paling banyak 40% informasi yang disampaikan.

“Bukan karena tidak mengerti, tapi lebih karena alat yang kurang optimal dalam menghantarkan suara dan gambar. Walaupun tentu ada faktor lain di luar ini yang ikut berperan, seperti kualitas koneksi dan peralatan saya,” tutur Bambang.

Wynee yang berprofesi sebagai konsultan komunikasi mengamini hal ini. Menurutnya, komunikasi itu hal terpenting yang harus dijaga oleh orang-orang yang bekerja remote. Tak apa kerja dari luar, asalkan selalu responsif dan gampang dihubungi tim.

“Biar enggak nyusahin tim [kalau susah dihubungi],” terangnya singkat.

2. Punya jam kerja

Biasanya pekerja remote, terutama yang bekerja di rumah, memiliki jam kerja yang “abu-abu”. Tidak ada batasan 9-to-5 ala pekerja kantoran. Anisa, yang kesehariannya berprofesi sebagai jurnalis bercerita, kantornya memberi kebebasan bagi tim redaksi untuk bekerja di mana saja, mau di rumah, co-working space atau melancong ke tempat yang diinginkan.

Sebagai batasan, tim menetapkan jam kerja yang tetap setiap harinya. Dalam kurun waktu tersebut, tiap anggota tim harus selalu available untuk bekerja. Secara rutin, mereka melakukan meeting melalui audio atau video call.

“Selain hal-hal yang bersifat teknis, seperti salah paham karena koneksi internet buruk ketika berkomunikasi, sebenarnya kerja remote itu menuntut karyawan untuk mandiri dan memiliki inisiatif tinggi.”

Agak berbeda, Adimas, seorang konsultan IT, menjelaskan, perusahaannya membolehkan karyawannya untuk kerja remote asalkan mengisi timesheet mingguan. Itu pun hanya berlaku untuk pekerjaan yang bisa diselesaikan sendiri. Untuk pekerjaan yang butuh brainstorming dengan tim, apalagi berkaitan dengan ide kreatif, sebaiknya dilakukan tatap muka.

Ketika mengisi timesheet, dia harus mengisi hari dan kegiatan yang dilakukan sepanjang hari itu. “Terkait masalah jam kerjanya, professionally responsible aja sih,” terangnya.

3. Ajang aktualisasi diri

Di luar keseharian kerja, apabila memungkinkan, bisa menjadi ajang aktualisasi diri untuk mengembangkan diri. Bambang mengaku, seringkali dia dilibatkan dalam proyek lain di luar editorial, yang sebenarnya dia cukup antusias melakukannya.

Pasalnya, seperti manusia pada umumnya, dia butuh suasana baru agar kesehatan mental lebih terjaga. Sebagai pekerja remote yang tidak banyak terlibat secara sosial di kantor, aktualisasi diri dengan dunia luar adalah hal yang sangat baik.

Meskipun demikian, hal ini jangan sampai membuat Anda jadi gegabah. Menurut pandangan Anisa, terkadang kebebasan yang diberikan dari bekerja remote itu membuat orang jadi gegabah dalam mengambil proyek sampingan. Jika tidak bisa bagi waktu, hal ini justru bisa mengganggu performa pekerjaan utama.

4. Kreatif dengan platform

Ada sejumlah platform yang bisa membuat Anda tetap terhubung dengan atasan. Anisa menyebut platform yang biasa dipakainya saat bekerja adalah Slack dan Asana. Keduanya cukup populer dipakai oleh perusahaan teknologi.

Beda halnya dengan Mayank yang bekerja di sebuah agensi komunikasi. Platform yang bisa ia pakai saat kerja adalah Google Sheet dan Google Slide. Dari situ, tim bisa saling memberi komentar agar koordinasi bisa lebih cepat. Aplikasi untuk video conference call juga paling banyak dimanfaatkan saat meeting mingguan dengan tim.

Apabila ada salah satu anggota tidak bisa ikut, setidaknya anggota lainnya perlu membuat penjelasan singkat dan jelas dalam sebuah dokumen apa saja pekerjaan yang harus diselesaikan.

“Biasanya kan kalau mau setup campaign ada planned budget yang mau di-burn. Nah itu perlu dijelaskan pakai platform apa, best practice dari campaign sebelumnya bagaimana, materi yang bagus seperti apa menurut platform-nya. Tapi itu semua bisa di-set online dokumennya,” ujar Mayank.

Stigma remote working

1. Masih mendapat citra negatif

Anisa bercerita, di Indonesia masih ada stigma sosial tertentu terhadap orang yang kerja remote. Dari pengalaman pribadinya, ada seorang kenalan yang terpaksa menolak tawaran untuk kerja remote karena keluarganya takut mengira dia menganggur.

Selain itu, masih ada juga yang menganggap kerja remote itu sebagai “kerja santai” yang kurang menghasilkan dari segi gaji. Stigma seperti ini pada akhirnya bisa mempersulit perusahaan untuk cari kandidat yang tepat dalam waktu singkat.

Oleh karena itu, dia memastikan profesional yang ingin kerja remote harus memiliki support system yang layak, entah melalui keluarga, teman, komunitas, atau perusahaan itu sendiri.

Perusahaan harus mau berinvestasi dalam fasilitas yang dukung kesehatan karyawan, seperti subsidi untuk kerja di coworking space pilihannya atau mengadakan office outing.

Ryza tak menampik ketika dirinya baru bekerja secara remote, ia pernah menjadi bahan gosip tetangganya.

“Tapi itu pas awalnya saja sih [sekarang sudah tidak].”

2. Butuh pertemuan rutin

Dalam setahun, Bambang hanya ke kantor tiga sampai empat kali. Frekuensi tegur sapa yang sangat jarang di dunia nyata, membuat Bambang harus beradaptasi di setiap bertemu rekan kantor. Ritme pergantian karyawan baru di startup biasanya cukup tinggi, yang mau tak mau membuatnya harus perlahan-lahan membaur dengan kondisi.

“Ada momen di mana saya merasa tidak mengerti apa yang dibicarakan rekan-rekan di kantor. Situasi ini memaksa saya untuk lebih banyak mendengarkan sebelum benar-benar ikut mengalir dalam perbincangan.”

Dia melanjutkan, “Makanya sebisa mungkin terapkan pertemuan untuk pekerja remote yang sifatnya rutin, bukan cuma insidental. Misalnya buat pertemuan rutin dua kali setahun, di luar outing atau event. Harapannya untuk memperkuat ikatan antara pekerja remote dan rekan kantor. Dengan atasan juga.”

Anisa menuturkan, hanya ada enam orang yang bekerja di kantor pusat. Selebihkan bekerja di tanah air masing-masing — kantornya diisi pegawai multinasional. Kegiatan tahunan yang digelar kantornya jadi ajang untuk saling mengenal satu sama lain.

3. Tidak semua orang cocok kerja remote

Meski terlihat kerja remote mengasyikkan, tapi menurut Anisa tidak semua orang cocok dengan hal tersebut. Dia menganggap kerja remote lebih cocok untuk profesional yang sudah pengalaman kerja minimal dua atau tiga tahun dan tidak disarankan untuk fresh graduate.

Dia beralasan, fresh graduate butuh pengawasan dan bimbingan yang lebih intens dibandingkan yang sudah punya pengalaman kerja. Apalagi, kemandirian adalah faktor yang penting dalam kerja remote.

Pada akhirnya, semua yang terlihat menyenangkan itu tidak selalu manis di tiap momennya. Tinggal bagaimana Anda menyiasatinya. Jangan sampai kebebasan kerja remote jadi bumerang yang mengacaukan koordinasi tim.

Ini Seninya Bekerja secara Remote

Kedai kopi bagi kebanyakan orang adalah sebuah tempat untuk memenuhi gaya hidup. Sambil ngobrol melantur dengan kawan-kawan, ditemani beberapa cangkir kopi dan camilan manis, banyak masyarakat urban yang menghabiskan waktu dan uangnya di kedai kopi.

Di lain pihak, sebagian dari kaum perkotaan tersebut justru memanfaatkan waktunya berjam-jam di kedai kopi untuk menghasilkan uang. Bukan, mereka bukan barista atau pegawai kedai tersebut. Mereka adalah para pekerja jarak jauh (remote).

Remote work belakangan memang menjadi tren di industri, khususnya bila dikaitkan dengan ranah freelancer, agency, dan kantor startup. Umumnya sebuah kantor memang memiliki satu headquarter yang menjadi tempat bernaung semua karyawan.

Sejalan kemajuan teknologi, para pekerja kini dapat melakukan tugas-tugasnya serta berkomunikasi dengan sesama karyawan. Kehadiran teknologi seperti Slack, Skype, dan Trello terbukti dapat memperlancar alur kolaborasi mereka. Begitulah sejatinya konsep remote work bekerja.

Remote work bukanlah soal bekerja secara bebas. Kedisiplinan dalam koneksi dengan tim dan klien serta ketaatan pada deadline tetap harus dimiliki, dengan tempat kerja yang dapat dipilih sendiri (senyaman mungkin, dan mendukung produktivitas). Lebih detailnya, dua langkah ini yang perlu kamu coba sebagai seorang remote worker.

Selalu siaga dalam komunikasi di email dan instant messenger

Email dan instant messenger adalah alat-alat komunikasi yang perlu tersimpan di smartphone dan laptopmu jika kamu adalah seorang remote worker.

Meski tidak duduk di kursi kantor, tapi koneksimu dengan anggota tim lain jangan sampai terputus, apalagi dengan alasan seperti baterai laptop habis.

Device seperti Lenovo Yoga 520 bisa membantumu untuk permasalahan tersebut. Sebagai pekerja remote, baterai tahan lama adalah sebuah kewajiban tersendiri; belum lagi jika device tersebut ditenagai otak mesin optimal seperti Intel® Core™ i7 processor.

lenovo-yoga-720-15-subseries-feature-1-windows-10

 

Jadi, jangan sampai klien atau rekan satu tim menunggumu hanya karena performa baterai laptopmu lemah!

Saatnya berkolaborasi

Mengorganisasi to-do list pribadi adalah satu hal; namun mengelola to-do list sebuah tim adalah hal lain. Banyak aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk mempermudah pengelolaan proyek-proyek, baik yang berkaitan dengan tim internal maupun klien, seperti Slack dan Trello.

lenovo-yoga-520-14-subseries-feature-2-active-pen-v2

yoga_520 (1)

Kegiatan seperti ini juga nyatanya memerlukan device mumpuni untuk melakukannya, dan Lenovo Yoga 720 adalah salah satunya. Dengan RAM 8GB dan Intel® Core™ i5-7200U 2.5GHz processor, kamu tidak perlu ragu lagi bila harus terus menerus saling berkirim file dengan size besar dan harus mengirimkannya di waktu-waktu mendesak.

Dua poin umum di atas jelas menunjukkan bahwa di samping keinginan untuk membangun komitmen dan komunikasi antara remote worker dengan tim di kantor, device andal juga menjadi entitas penting yang harus siap menemani mereka.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Lenovo.

Mengelola Pekerja Remote di Lingkungan Kerja

Melakukan kerja secara remote bukan menjadi hal baru. Banyak startup bahkan perusahaan mempekerjakan talenta-talenta berbakat secara remote. Kebutuhan akan talenta yang mendesak menjadi salah satu faktor utama. Tidak hanya pekerja yang harus mengantisipasi tren bekerja secara remote bisnis juga harus mengantisipasinya dengan menyiapkan trik manajemen yang baik.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu proses memanajemen para pekerja remote.

Mendorong komunikasi lebih efektif

Sebagai unsur utama bekerja secara remote komunikasi harus dijaga dan dilakukan secara efektif. Mulai dari berkomunikasi untuk memberikan brief pekerjaan hingga informasi mengenai progres pekerjaan. Gunakanlah teknologi yang sekiranya mudah diakses dengan banyak fungsi kolaborasi. Jangan lupa untuk selalu mencatat dan menentukan deadline pekerjaan.

Untuk menjaga unsur kemanusiaan jangan lupa untuk menghubungi atau berkomunikasi ringan untuk meningkatkan hubungan personal. Ini modal yang baik untuk sama-sama membangun kepercayaan.

Tetapkan ekspektasi

Kunci dari berlangsungnya hubungan kerja sama profesional secara remote adalah kepercayaan. Pekerja percaya apa yang dilakukan akan mendapatkan timbal balik yang setimpal, bisnis percaya talenta yang mereka rekrut mampu mengerjakan pekerjaan yang diberikan. Hubungan kepercayaan ini yang nantinya menjadi dasar kuat untuk hubungan profesional yang baik.

Untuk bisa tetap memanajemen pekerjaan dengan baik, selain menetapkan target, tetapkan juga ekspektasi. Sejauh mana kemampuan maksimal pekerja. Dengan demikian bisnis bisa membagi beban kerja atau membagi jadwal kerja dengan imbang untuk menghindari overload pekerjaan.

Kunjungi atau bertemu dengan tim

Untuk menjaga hubungan profesional tidak ada salahnya untuk menjadwalkan ketemuan. Sekali atau dua kali dalam sebulan dalam sebuah obrolan ringan, hal tersebut akan sangat bermakna. Dengan bertemu secara langsung kedua belah pihak bisa menilai masing-masing secara langsung.

Zona waktu

Internet dan layanan kolaborasi memungkinkan orang saling bekerja sama lintas negara dan benua. Untuk bisa memudahkan proses manajemen sebisa mungkin untuk menyamakan zona waktu. Sebenarnya ini bukan sebuah keharusan, hanya saja jika dibutuhkan deadline harian zona waktu akan berpengaruh. Untuk mengatasi hal ini bisnis bisa memilih para pekerja remote yang berada di zona waktu yang tidak jauh beda. Atau terjadi kesepakatan di awal, zona waktu kerja mengikuti kantor pusat.

Lima Tips Mengelola Tim yang Bekerja Secara “Remote”

Perkembangan teknologi digital menjadi salah satu hal mendasar yang banyak mengubah pola kerja sekarang ini. Baik itu individu maupun bisnis. Bahkan, jika Anda merupakan seorang yang ingin membangun bisnis digital Anda bisa membentuk tim yang mungkin tersebar di berbagai wilayah bahkan negara. Istilah yang paling sering digunakan adalah kerja remote, atau bekerja dari jauh. Mengelola tim yang tidak bisa bertemu setiap hari memang menjadi tantangannya.

Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk membantu Anda mengelola tim sambil menumbuhkan budaya kerja, meski tim Anda terpisah jarak dan waktu.

Pertimbangkan kepribadian

Semua tentu sepakat bahwa tim yang solid didasari oleh komunikasi yang baik. Jika Anda mengelola tim yang bentuk komunikasinya hanya melalui chatting atau video call, pastikan kepribadian mereka cocok dengan apa yang Anda butuhkan. Hal ini penting untuk tetap menjaga tim Anda bekerja dengan baik meski dengan komunikasi yang tidak terlalu sering. Kualitas, bukan kuantitas. Pastikan mereka terbuka dan Anda bisa memahami bagaimana mereka bekerja.

Hormati ritme kerja tim Anda

Untuk membentuk sebuah kultur kerja remote yang baik usahakan Anda memberikan hal paling tim Anda butuhkan, kepercayaan. Berikan mereka fleksibilitas bekerja pada mereka. Hormati ritme kerja mereka. Yang paling penting, jaga kinerja mereka agar tidak mengganggu visi dan tujuan Anda.

Buat pertemuan yang menyenangkan

Untuk membantu meningkatkan rasa percaya dan pemikiran positif satu sama lain selalu agendakan pertemuan ringan yang menyenangkan. Tidak harus rutin, namun berkesan. Misalnya dengan berbincang santai di kedai kopi atau menghabiskan akhir pekan dengan liburan bersama.

Beri peluang untuk saling mengenal

Jika Anda bekerja dengan tim yang besar usahakan mereka mengenal satu sama lain. Buat tim-tim kecil untuk mereka bisa saling mengenal satu sama lain. Kenalkan mereka secara resmi, ajak konferensi bersama dengan video call atau semacamnya. Semakin mereka menikmati lingkungan kerja virtual mereka itu hal positif bagi Anda dan bisnis.

Terus ingatkan tujuan bisnis

Untuk membuat suasana kerja santai tapi produktif usahakan selalu mengingatkan mengenai target dan tujuan yang ingin dicapai. Monitor setiap apa yang mereka kerjakan. Beri perhatian kepada mereka yang mengalami penurunan, cari tahu penyebabnya. Selalu komunikasikan.

Tips Manajemen Para Pekerja Remote

Salah satu perkembangan teknologi yang dirasa paling membantu kebutuhan bisnis rintisan adalah budaya kerja remote. Budaya yang tumbuh perlahan-lahan sering dengan kepercayaan dan layanan yang mendukungnya. Budaya kerja remote sendiri memiliki sejumlah dampak positif bagi bisnis rintisan, utamanya bagi mereka yang mempekerjakan orang di daerah atau bahkan negara yang berbeda. Untuk membuatnya optimal, berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengatur mereka yang bekerja secara remote.

Manfaatkan teknologi yang ada

Sebagai salah satu kunci sukses budaya kerja remote teknologi juga memegang peran sentral dalam proses manajemennya. Jadi menjadi keharusan setiap orang yang ingin mengelola tim yang bekerja secara remote untuk tahu pilihan-pilihan layanan atau teknologi yang sesuai. Seperti pilihan aplikasi chatting, aplikasi manajemen, hingga aplikasi monitoring pekerjaan.

Percaya kepada orang, buat review secara berkala

Selain teknologi hal selanjutnya yang melandasi tumbuhnya budaya kerja remote adalah kepercayaan, atau percaya kepada orang lain. Hal ini mungkin menjadi sesuatu yang susah jika Anda datang dari dunia kantor konvensional yang mengibaratkan pengawasan adalah semua yang terlihat oleh mata. Bagi Anda yang masih mencoba untuk memanajemen orang-orang secara remote kuncinya ada di kepercayaan.

Biarkan mereka bekerja dengan kemampuan mereka, semaksimal mereka. Jangan lupa selalu berikan review secara berkala. Berikan masukkan langsung jika dirasa perlu dan selalu tanyakan kesulitan apa yang mereka hadapi.

Buat jadwal tatap muka

Untuk memperkuat ikatan dan komunikasi bagi tim yang bekerja secara remote hal ini bisa menjadi cara tersendiri untuk meningkatkan kekompakan. Buat agenda untuk bertatap muka. Ini membantu satu dan lainnya mengenali kepribadian dan pola pikir masing-masing. Dengan demikian Anda dan orang-orang di dalam tim mampu menyelaraskan visi dan mudah untuk memahami kondisi masing-masing.

Bekerja secara remote dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menjadi populer karena fleksibilitas yang ditawarkan. Fleksibilitas waktu dan rasa bebas yang dimiliki pekerja menjadi salah satu hal yang dirasa menjadi keuntungan tersendiri untuk meningkatkan keterampilan. Di sisi lain, manajemen pekerja remote harus tetap dalam koridor pengawasan, utamanya pengawasan kinerja.

Tujuh Keahlian yang Perlu Kuasai Sebelum Memilih Kerja Remote

Bekerja di startup itu sangat erat dikaitkan dengan kultur yang lebih bebas, salah satunya diwujudkan dengan keleluasaan untuk bisa bekerja secara remote. Tren bekerja secara remote pun cukup diminati, dan sebagai salah satu implikasinya, jumlah co-working space di Indonesia pun makin lama makin menjamur, memfasilitasi para pekerja remote tersebut.

Mengacu dari hasil survei yang diselenggarakan Regus, penyedia ruang kerja fleksibel, menunjukkan bahwa lebih dari separuh pekerja di Indonesia sekarang mulai tertarik untuk bekerja dari luar lokasi kantor utama perusahaan selama setengah minggu atau lebih. Hanya 28% yang menyatakan bahwa mereka melakukan sebagian besar pekerjaan dari rumah.

Survei ini diikuti oleh lebih dari 200 pebisnis, tujuannya untuk memberi gambaran dunia kerja saat ini dan menyatakan bahwa bekerja jarak jauh itu telah menjadi hal biasa. Responden yang menyatakan bahwa mereka bekerja dari jarak jauh agar tetap produktif saat bepergian ke dan dari rapat di dalam kota atau di kota lain (53%).

“Para pekerja melaporkan bahwa mereka tidak berencana mengganti kantor dengan ruang permanen lain, seperti rumah. Tapi mereka memerlukan tempat untuk bisa tetap produktif saat bepergian ke dan dari pertemuan bisnis di dalam kota mereka sendiri atau di kota lain,” ujar Country Manager Regus Indonesia Andy Harsanto.

Survei ini memperlihatkan bahwa bekerja remote adalah suatu hal kini lumrah terjadi. Akan tetapi, bekerja remote itu memerlukan seperangkat keterampilan tertentu, apapun itu jenis pekerjaannya. Satu hal yang perlu diingat adalah bekerja di perusahaan startup teknologi mengharuskan Anda menguasai beragam keahlian.

Artikel ini akan lebih jauh membahas keahlian apa saja yang perlu Anda kuasai sebelum memilih untuk bekerja remote. Berikut rangkumannya:

1. Keterampilan komunikasi digital

Semua pekerjaan memang membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik. Maksud dari komunikasi digital dalam hal ini lebih khusus karena tidak hanya mampu berbicara dengan orang lain saja.

Keterampilan komunikasi digital berarti Anda mampu mengelola email Anda dan menanggapi secara tepat waktu. Tak hanya itu, Anda juga bisa hadir dalam setiap panggilan lewat video chatting dengan tim. Anda mampu memberikan laporan mengenai informasi penting yang dibutuhkan tim.

Ketika Anda tahu bagaimana tetap berhubungan dengan tim dan orang lain di perusahaan Anda, tak hanya itu dengan klien atau pelanggan tanpa harus bertemu tatap muka bukan sebuah keterampilan yang optional ketika Anda bekerja remote. Ini jadi faktor penting untuk kesuksesan Anda.

2. Keterampilan manajemen waktu

Ketika Anda bekerja di kantor maka manajemen waktu dalam dikelola secara otomatis, karena Anda masuk kerja pukul 9 pagi dan pulang pukul 5 sore setiap harinya. Namun saat Anda bekerja remote, Anda tidak perlu memberi tahu orang-orang jika Anda masih duduk di bangku Anda saat malam hari.

Fleksibilitas bisa menjadi kelemahan yang fatal apabila Anda tidak bisa mengelola jam kerja dengan baik. Intinya adalah Anda harus bisa mengatur jam kerja agar setiap pekerjaan bisa selesai tepat waktu.

3. Keterampilan memotivasi diri

Setiap pekerjaan biasanya memiliki rentang waktu deadline yang harus diselesaikan dengan tepat waktu. Bila deadline sudah hampir tiba dan masih ada pekerjaan lainnya yang harus diselesaikan, biasanya fokus akan mudah terpecah.

Jika Anda tidak dapat memotivasi diri untuk bekerja sesuai trek, maka akan sangat sulit untuk mengerjakan banyak hal dengan bekerja remote.

Salah satu cara terbaik jika motivasi tidak datang secara alami adalah bermain game motivasi. Kegiatan ini sifatnya menghadiahi diri sendiri setiap pencapaian target yang hendak dicapai dan membentuk kebiasaan yang baik.

4. Keterampilan individual

Jika Anda ingin menjadi pekerja remote yang sukses, Anda harus belajar untuk proaktif dalam setiap proyek yang Anda ikuti. Menjadi proaktif dalam setiap proyek baru yang diusulkan dari ide sendiri akan membuat Anda jadi lebih dihargai dalam lingkungan kerja remote.

5. Keterampilan teknologi

Bekerja remote membutuhkan kemampuan teknologi agar Anda dapat tetap terhubung dengan tim. Anda tidak harus menjadi engineer, namun bukan berarti Anda tidak mahir dalam hal-hal seperti email, software proyek manajemen seperti Trello, perangkat lunak panggilan video seperti Google Hangouts atau Skype, atau aplikasi chatting seperti HipChat atau Slack.

Anda harus familiar dengan alat-alat tersebut dan nyaman saat menggunakannya bila Anda ingin bekerja remote dan menjadi pekerja yang sukses.

6. Keterampilan berorganisasi

Organisasi itu penting, bahkan akan sangat penting ketika Anda bekerja remote. Mengetahui pekerjaan mana yang paling penting untuk dikerjakan pertama kali mana yang memerlukan bantuan tim, akan sangat terasa betapa pentingnya ketika Anda bekerja remote.

Ada beberapa pekerjaan yang membutuhkan kerja sama dengan tim, setiap anggota mengerjakan tugas masing-masing sesuai kapasitas. Organisasi yang baik tidak akan membuat Anda jadi penghalang bagi tim.

7. Keterampilan anggota tim

Hal lainnya yang penting untuk Anda kuasai adalah keterampilan tim pemain. Anda akan bekerja dengan orang-orang yang tersebar di berbagai tempat bahkan dunia. Perbedaan zona waktu mungkin saja terjadi dalam tim Anda. Maka dari itu perlu koordinasi dengan anggota untuk menghadiri rapat meski zona waktu bertabrakan satu sama lain.

Karena Anda dan anggota tim belum pernah bertemu secara personal, untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dengan tim itu butuh upaya yang lebih ekstra. Tujuannya agar tim benar-benar berfungsi seperti sebuah tim.

Tips untuk Mengelola Tim Secara Remote

Tren kerja remote terus tumbuh seiring dengan perkembangan layanan komunikasi digital dan pekerjaan yang bisa dilakukan di mana saja. Tren membangun tim secara remote juga ada pada startup, tak jarang dari keseluruhan pegawai startup beberapa di antara berada di luar daerah, atau bekerja secara remote. Jika Anda seorang pimpinan tim yang sedang mengelola tim yang bekerja secara remote, berikut beberapa tips untuk mengoptimalkan kinerja dan produktivitas mereka.

Mengatur standar komunikasi

Standar yang dimaksud di sini adalah seberapa sering tim berkoordinasi satu dan lainnya secara bersama-sama. Ini sangat penting mengingat perbedaan geografis dan ritme kerja. Pemimpin harus bisa menjaga komunikasi dengan semua orang dalam tim. Termasuk hubungan satu dengan yang lainnya. Penentuan kebijakan komunikasi bisa ditentukan misalnya, laporan harian, rapat mingguan, dan bentuk koordinasi berkala lainnya.

Mengoptimalkan berbagai macam tools komunikasi

Berkaitan dengan tips sebelumnya, untuk memudahkan komunikasi dan kolaborasi pemimpin tim juga harus pintar memilih layanan apa yang digunakan. Baik untuk komunikasi atau kolaborasi kerja. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan, seperti kecanggihan, ketersediaan layanan, dan juga efektivitasnya. Tentu semua harus mempertimbangkan harga, jika startup Anda belum ada dana ekstra untuk membeli layanan premium Anda bisa memanfaatkan layanan gratis yang sudah banyak tersedia dan tidak kalah powerfull dibanding yang premium.

Perhatikan apa yang sedang terjadi dalam tim

Menjadi pemimpin, di mana pun harus memperhatikan setiap orang yang dipimpinnya. Itu mengapa menjalin komunikasi intens dengan anggota tim sangat perlu, terlebih bagi tim yang terpisah jarak geografis. Butuh usaha memang, tetapi ini hal wajib yang harus dilakukan. Meski dikerjakan secara remote pemimpin harus rajin untuk melakukan kontrol, apa yang sedang dikerjakan, sejauh mana progresnya, apa yang menjadi halangan, dan komunikasi sejenis.

Usahakan tim untuk bisa dipertanggung jawabkan

Masalah tim yang bekerja secara remote adalah kepercayaan dan produktivitas. Sebagai pemimpin harus bisa mengusahakan meski terpisah jarak, dengan gaya dan ritme kerja yang mungkin berbeda tujuan harus tetap tercapai. Pemimpin wajib memastikan seluruh anggota tim mencapai produktivitas sesuai yang diharapkan.

Pilih rekan kerja dengan bijak

Tips terakhir yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan tim yang bekerja secara remote adalah pilihlah secara bijak. Mungkin ini hal paling dasar. Pemimpin harus memilih anggota tim secara teliti dan bijak. Karena meski bekerja secara remote anggota dalam tim tetap diperlukan untuk mencapai tujuan bersama

Five Tips to Becoming a Productive Remote Worker

In this digital era, remote work has become a way of life. Attendance is no longer compulsory in some companies as they have turned to key performance indicators (KPI) to evaluate employees’ productivity.

However, remote work is not as easy as it sounds. Although workers are given the opportunity to choose the most comfortable way to work, they still need to accomplish the company’s goals and expectations.

We compiled five tips for remote workers to be able to work more productively.

Build a fixed work schedule

Remote working is synonymous with time and place flexibility. Self-discipline is crucial to get the work done. Therefore, it is suggested to draw up a fixed work schedule. It is even better if the working schedule follows the company’s office hours as it ensures the employee’s availability during a time of urgency. Most importantly, create a mindset that you need to work within the allocated time.

Find a place that suits your preferences and working habits

Each person has their own working habits. Some may prefer to work at home, while others find it more comfortable to work in a coffee shop. Understanding your personal preferences and working habits will help you find the best way to work productively. Find a place that can accommodate all of your needs. If you want to work from home, make sure to tell your friends or family that you are at home to work, not for leisure.

Communicate with your team

Communication plays a crucial role in a team’s success. Therefore, while working away from the office, make sure you frequently communicate with your team. Messaging applications, task management and online workspace are some tools you need to have while working remotely, as they allow you to be easily contactable at any time and anywhere.

Be attentive and ready any time

Generally, the companies that allow working remotely are offices with flexible production systems, such as software companies, creative agencies and design firms. The tasks do not necessarily need to be done at the office.

However, this flexibility requires the employees to be attentive and ready at any time, especially in a time of crisis. It’s strongly suggested to bring electronic gadgets like mobile phones or laptops while working remotely.

Produce consistent results

At the end of the day, results are the benchmark of evaluating employees’ productivity. Use the flexible time to hone your skills. Try to produce consistent results to strengthen the company’s faith in your working ability, even if you are not physically present at the office.


Disclosure: The original article is in Indonesian and syndicated in English by The Jakarta Post

Tetap Produktif Meskipun Tidak Bekerja di Dalam Kantor

Tren bekerja jarak jauh (atau remote working) muncul bersama digitalisasi yang masif di lingkungan pekerjaan. Mulai dari cara berkomunikasi, berkolaborasi dan mengerjakan pekerjaan dirangkum menggunakan teknologi komputer. Di beberapa kantor bahkan tidak mewajibkan karyawan untuk melakukan presensi, karena lebih mengedepankan pencapaian yang terangkum dalam KPI (Key Performance Indicator). Terlepas dari sisi kenyamanan dan kebebasan, bekerja jarak jauh juga ditekan untuk dapat selalu produktif dan mampu berbaur apik dengan proses bisnis di kantor.

Ada beberapa strategi yang dapat dibiasakan oleh pekerja remote untuk memastikan kesehariannya mampu memberikan kontribusi aktif untuk pekerjaan. Berikut ini beberapa hal yang dapat diperhatikan.

Membangun rutinitas—dengan mindset tetap bekerja, bukan bersantai ria

Kendati bekerja dari rumah, disiplin waktu juga wajib diterapkan. Beberapa perkantoran memiliki jam-jam tertentu dalam menjalankan roda bisnisnya. Sebagai pekerja remote perlu untuk membiasakan selalu tersedia di jam bekerja tersebut. Jika perlu sesuaikan kegiatan dengan apa yang terjadi di kantor, semisal jam masuk kerja adalah jam 08.00, maka pekerja remote juga telah bersiap di jam tersebut, begitu juga jam makan siang. Hal ini untuk menjamin ketersediaan ketika dibutuhkan untuk penyelesaian isu urgent.

Biasakan untuk disiplin waktu, dan membangun mindset bahwa saat ini tengah bekerja. Ada tanggung jawab yang sedang dipikul.

Mencari tempat kerja yang minim gangguan

Ada yang nyaman ketika bekerja di tempat yang sepi, ada juga yang menikmati suasana santai seperti di sebuah coffee shop. Memahami habit pribadi yang seperti ini penting untuk pekerja remote. Dengan memahami situasi diri, ia akan mampu memilih tempat yang cocok untuk memastikan hari-harinya menjadi lebih produktif. Memisahkan kegiatan pribadi dengan lingkungan bekerja menjadi salah satu cara untuk meminimalkan gangguan. Lingkungan bekerja juga harus mampu mengakomodasi kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan. Pekerja remote juga diwajibkan mampu menghindari gangguan yang mungkin menghampiri, misalnya ajakan bermain atau sesuatu hal lain yang mengganggu jam kerja di rumah.

Penting untuk memberikan pemahaman kepada orang rumah, teman atau kerabat, bahwa kita sedang bekerja, kendati terlihat seperti sedang santai di rumah.

Kelancaran komunikasi adalah kunci

Alat-alat seperti messaging app (Slack, Skype, Google Hangout, dan lain-lain), task management (Trello, Wunderlist, dan lain-lain), online workspace (Google Drive, SharePoint, dan lain-lain) wajib masuk di perangkat yang digunakan sehari-hari, baik di komputer, laptop ataupun ponsel. Berkomitmen bekerja jarak jauh artinya juga memberikan jaminan terkait kebutuhan konektivitas internet. Karena biasanya kantor yang memperbolehkan karyawannya bekerja secara jarak jauh, lantaran kegiatan produktifnya dapat diwakili melalui aplikasi dengan ketersediaan online-nya.

Komunikasi menjadi salah satu hal terpenting dalam roda bisnis, khususnya untuk kolaborasi tim. Pastikan kebutuhan ini terjamin oleh pekerja remote.

Siap sedia, bekerja remote juga memiliki konsekuensi

Umumnya kantor-kantor yang mengizinkan karyawannya bekerja secara remote adalah kantor dengan sistem produksi yang fleksibel. Seperti pengembang perangkat lunak, media, perusahaan desain dan industri kreatif lainnya. Pekerjaan yang dibawa tidak harus diselesaikan di tempat tertentu menggunakan alat yang hanya ada di kantor. Namun jangan salah, justru fleksibilitas ini biasanya memiliki konsekuensi sang pekerja harus siap setiap saat. Contoh kecil saat bekerja remote menjadi mobile developer, ketika tiba-tiba ditemukan bugs dari kode yang ditulis, mau tak mau harus memperbaiki secepatnya saat itu juga, terlebih jika melibatkan sistem produksi di perusahaan yang menjadi klien.

Bekerja remote terkesan santai, namun sejatinya harus siap setiap saat. Jadi tidak ada salahnya saat bepergian di hari kerja selalu membawa perangkat komputasi ke mana-mana.

Memberikan hasil konsisten

Pada akhirnya kualitas pekerja akan ditentukan oleh hasil yang ditorehnya. Memiliki waktu yang lebih fleksibel harus bisa dimanfaatkan untuk selalu berpikir secara kreatif dan cerdas. Dengan memberikan hasil yang memuaskan (baik bagi atasan ataupun klien) akan memberikan kepercayaan kepada perusahaan untuk mengizinkan bekerja secara remote. Perusahaan akan merasa sudah tidak perlu lagi mengawasi secara khusus. Memberikan hasil terbaik secara konsisten memantapkan keyakinan terhadap kualitas pekerja, bahwa dengan bekerja di rumah pun keahliannya tidak diragukan lagi.

5 Reasons Working Remotely is More Beneficial for Startups

Some say that working remotely provides them with a more flexible environment. Most importantly, they believe that it makes it less likely one will fall into the monotonous daily grind.

The concept of start-up establishment often involves employees working outside of office premises. One of the common advantages is that employees are allowed to spend less money than they usually do on transportation, particularly if their homes are far away from the office.

Below are five interesting points that may show the superiority of working remotely

Stress-relieving

Having the freedom to choose different places to work is proven to improve one’s creativity and productivity. So it’s no surprise that foreign startups have reportedly inspired conventional companies to adopt this initiative.

Communication made simple

Working remotely does not mean that employees are not able to be monitored. Technology has come a long way in providing assistance to employees and higher-ups alike. Applications such as Slack are able to improve simplicity and efficiency in communicating between peers with a one group chat dialogue. The iCloud can provide sufficient space for people to store and view their documents. Trello, Skype and Google Hangout also ease conference calls and meetings for remote workers.

Lower operational fees

As mentioned earlier, one of the benefits of working remotely is that it leads to fewer unnecessary expenses. Those who require additional assistance from specialists from different cities, for instance, no longer have to worry about providing accommodation.

More engaging

Remote employees are most likely very content with their working conditions. Moreover, at times they offer extra help in case there are assignments that require attention. This may further benefit companies as employees are more dedicated to their assigned tasks as well as to the company itself.

A more ideal environment

Coffee shops, a library, or a food court are said to be the ideal locations chosen by employees, and they find the environment more pleasing than the monotonous office atmosphere. It is also reported that these different locations bring more positivity, whereas the mundane environment office workers are accustomed to often unnecessarily prolongs the process of finishing assignments.


Disclosure: The original article is in Indonesian and syndicated in English by The Jakarta Post