ESPN akan Tayangkan LCS Spring Split 2020 di Televisi

Selain Counter-Strike, League of Legends mungkin jadi game lain yang juga punya kisah sukses jangka panjang. Rilis sejak 27 Oktober 2009 lalu, MOBA besutan Riot Games masih menjadi salah satu game terpopuler, dengan perkiraan jumlah pemain mencapai 100 juta. Tak hanya sebagai game, League of Legends juga berhasil menjadi ekosistem esports tersukses, membuat Riot percaya diri menjadikannya sebagai pilar bisnis.

Salah satu alasan suksesnya ekosistem tersebut adalah League of Legends Championship Series. Merupakan pertandingan liga kasta utama skena League of Legends Amerika Serikat, LCS terbukti menjadi satu komoditas menarik bagi sponsor. Buktinya LCS bisa mendapat sponsor dari perusahaan layanan finansial Mastercard, ataupun perusahaan otomotif Honda.

Sumber: Riot Games
Sumber: Riot Games

Baru-baru ini, Riot Games juga berhasil mengamankan kesepakatan penayangan dengan dengan jaringan televisi swasta khusus olahraga di Amerika Serikat, ESPN. Dalam kesepakatan ini, ESPN akan pertandingan League of Legends Championship Series (LCS) pada saluran televisi mereka.

Mengutip dari Esports Observer, ESPN akan segera menayangkan tiga ronde pertandingan babak Playoff LCS Spring Split 2020, lewat saluran televisi ESPN2 dan saluran digital lewat aplikasi ESPN.

Tayangan perdana menampilkan pertandingan 100 Thieves vs Team SoloMid pada pukul 16:00 ET (10 April 03:00 WIB) di aplikasi ESPN. Kerja sama penayangan ini tidak bersifat eksklusif, sehingga pertandingan LCS akan tetap tayang juga di Twitch.

Terkait kerja sama ini, John Lasker, ESPN VP/Digital Programming mengatakan, “Kami sangat bersemangat untuk dapat bekerja dengan Riot Games dalam kesempatan untuk menciptakan konten yang inovatif di dalam sistem franchise yang luar biasa ini. Dengan menayangkan salah satu esports terpopuler di dunia, memungkinkan ESPN untuk merangkul penonton baru.”

Chris Greeley, Komisaris LCS menambahkan. “Ini adalah saat-saat, ketika menonton dan menikmati pertandingan para elit memiliki kekuatan untuk menyatukan kita sebagai komunitas. Lewat kerja sama ini, kami sudah tidak sabar untuk menyajikan pertandingan terbaik LCS kepada khalayak baru ataupun para penggemar setia. Nantikan pertandingan League dengan skill tingkat tinggi, seraya kami memahkotai tim terbaik di LCS Spring Split 2020.”

Babak Playoff LCS sudah dimulai sejak pekan lalu, dengan format pertandingan online. Kulminasi pertandingan ini adalah babak Grand Final yang diselenggarakan Minggu, 19 April, di saluran ESPN2. Juara LCS Spring Split akan melaju ke tingkat selanjutnya, Mid-Season Invitational, yang mempertemukan jawara-jawara liga kasta utama regional lain.

Seiring dengan perkembangannya, media tradisional jadi menunjukkan ketertarikan terhadap ekosistem esports. Dalam konteks Indonesia, Mobile Legends Professional League musim kelima jadi liga esports yang mendapatkan kerja sama penayangan. Mereka mendapatkan kerja sama penayangan dengan Elshinta TV dan RCTI.

Melihat hal ini, mungkin di masa depan, televisi akan dibanjiri oleh tayangan esports. Jika hal ini terjadi, mungkin esports akan menjadi bentuk hiburan baru dan norma yang umum bagi masyarakat.

Masih Beta, Valorant Pecahkan Rekor Jumlah Penonton Twitch

Game terbaru dari Riot Games, Valorant, telah diluncurkan, walau baru masih dalam tahap beta. Menariknya, game tersebut berhasil mendapatkan 1,7 juta concurrent viewers di Twitch. Sejauh ini, hanya dua game yang berhasil mencapai rekor 1,7 juta concurrent viewers, yaitu League of Legends pada World Championship tahun lalu dan Fortnite pada akhir Season 10.

Salah satu rahasia di balik kesuksesan Valorant untuk menarik begitu banyak penonton adalah cara Riot Games membagikan beta keys. Mereka tidak membagikan beta keys secara random begitu saja. Mereka memberikan beta keys secara random pada orang-orang yang menonton konten streaming Valorant. Tentu saja, hal ini akan membuat banyak orang tertarik untuk menonton konten Valorant, menurut PC Gamer. Namun, tidak sedikit juga orang yang berusaha berbuat curang dengan menggunakan lebih dari satu akun Twitch saat menonton konten Valorant, lapor Dot Esports.

valorant twitch
Riot menggaet sejumlah streamer ternama untuk menyiarkan konten Valorant. | Sumber: PC Gamer

Alasan lain mengapa konten Valorant begitu diminati adalah karena Riot menggandeng sejumlah streamer ternama, seperti TimTheTatman, xQc, Summit1g, DrLupo, Myth, dan Pokimane, untuk menyiarkan konten game barunya. Menariknya, Riot mengatakan bahwa mereka tidak membayar para streamer tersebut untuk membuat konten Valorant, seperti yang disebutkan oleh Kotaku. Mereka hanya mengundang streamer ke acara online dan mengadakan wawancara dengan streamer yang menunjukkan ketertarikan pada game tactical shooter terbaru mereka.

Memanfaatkan momentum ini, Game Director, Riot Games, Joseph Ziegler mengungkap bahwa mereka masih akan memberikan beta keys setelah peluncuran versi beta dari Valorant pada 7 April 2020.

“Untuk menjawab pertanyaan banyak orang, kami masih akan membagikan beta keys sepanjang minggu ini, dan kemungkinan, pada minggu-minggu berikutnya,” kata Ziegler melalui akun Twitter resminya. “Jumlah beta keys yang kami bagikan tidak pasti. Kami menentukan jumlah beta keys berdasarkan berapa banyak orang yang sedang bermain dibandingkan dengan kapasitas maksimal game. Dengan kata lain, jika Anda belum bisa mencoba Valorant, Anda masih memiliki kesempatan besar untuk memainkannya.”

Salah satu streamer yang sempat mencoba Valorant adalah Michael “Shroud” Grzesiek, mantan pemain Counter-Strike: Global Offensive profseional. Dia mengatakan, Valorant adalah game yang luar biasa. Faktanya, saat ini, organisasi esports seperti T1 telah mulai merekrut pemain CS:GO untuk membuat tim Valorant.

Senjata Valorant Tunjukkan Karakteristik yang Mirip Dengan CS:GO

Valorant sudah akan mendekati fase Closed Beta. Beberapa waktu yang lalu, sosok streamer yang pernah menjadi pemain profesional CS:GO, Michael Grzsiek (Shroud) bahkan sudah sempat memainkannya dan mengatakan bahwa Valorant merupakan game yang istmewa.

Memang banyak yang menantikan game ini, bahkan organisasi esports asal Korea Selatan, T1, sudah merekrut Brax yang merupakan mantan pemain CS:GO untuk menjadi pemain Valorant. Memang, gameplay Valorant mungkin bisa dibilang gabungan antara Overwatch dengan CS:GO.

Valorant menampilkan gameplay Heroes Shooter layaknya Overwatch dengan ragam karakter dan skill khusus, namun dengan gunplay ala CS:GO yang mengandalkan hipfire atau tembakan tanpa bidikan. Mengingat sudah ada beberapa orang yang dapat memainkan game ini, beberapa juga sudah melakukan analisis terhadap mekanisme permainan. Salah satunya adalah karakteristik senjata.

Satu yang menarik adalah, ada beberapa kemiripan karakteristik antara senjata Valorant dengan CS:GO. Klasifikasi senjata pada Valorant juga kurang lebih mirip dengan CS:GO, yaitu Pistol, SMG, Shotgun, Rifle, Sniper, dan Heavy.

Namun mungkin satu perbedaan yang jelas adalah jumlah koleksi senjata yang masih minim. Pada klasifikasi pistol, Valorant punya The Classic, Shorty, Frenzy, Ghost, dan Sherif. Satu yang cukup kentara adalah pistol Sherif, yang karakteristiknya mirip dengan Deagle yaitu, hentakan atau recoil besar, namun damage besar yang bisa membunuh lawan dengan satu peluru ke kepala.

Dari SMG ada Stinger dan Spectre. Dua senjata ini punya karakteristik berupa damage kecil namun firing-rate tinggi, dengan hentakan senjata yang begitu liar. Kalau dibandingkan dengan CS:GO, Spectre kurang lebih mirip dengan MP5S.

Selanjutnya kelas Rifle ada Phantom dan Vandal. Senjata kelas ini memiliki karakteristik berupa damage besar, akurat untuk jarak jauh, namun memiliki hentakan atau recoil yang terasa namun masih bisa dikendalikan. Phatom dan Vandal sendiri mewakili dua senjata ikonik di CS:GO yaitu M4A4 dan AK-47.

Kelas Sniper juga hanya memiliki dua senjata yaitu Marshal dan Operator. Satu kelebihan senjata kelas ini adalah memiliki scope yang memungkinkan pemain membidik dari jarak yang jauh, punya damage besar namun hanya bisa menembakkan satu peluru setiap tembakan (bolt-action rifle).

Kedua senjata ini juga punya karakteristik yang hampir persis sama dengan dua senapan sniper di CS:GO. Marshal mewakili Scout, ringan, namun tidak langsung membunuh jika kena badan. Operator mewakili AWP, yang langsung membungkam siapapun dalam sekali tembak.

Senjata shotgun juga hanya ada dua jenis saja yaitu Bucky dan Judge. Bucky merupakan shotgun Pump-Action yang harus dikokang, sementara Judge adalah Shotgun semi-otomatis layaknya Mag-7 di CS:GO.

Terakhir ada kelas Heavy, yang juga hanya punya dua senjata yaitu Ares dan Odin. Keduanya merupakan senjata LMG dengan peluru sangat banyak, rate-of-fire sangat tinggi, dan sangat sulit untuk dikendalikan. Ares dan Odin juga kurang lebih mirip dengan Machine Gun di CS:GO yaitu M249 dan Negev.

Masa closed-beta Valorant sudah dimulai sejak tanggal 7 April 2020 ini. Namun demikian hanya pemain dari regional NA dan EU saja yang dapat menikmatinya. Riot Games sampai saat ini belum memberikan tanggal rilis, namun diperkirakan Valorant akan hadir pada musim panas (sekitar Juni – September) 2020.

Shroud Sebut Valorant Sebagai Game yang Luar Biasa

Valorant, game FPS besutan pengembang League of Legends, Riot Games, akan segera hadir dalam waktu dekat. Terlihat sejak Maret 2020 kemarin, Riot Games sudah merilis beberapa hal seperti spesifikasi hardware yang dibutuhkan, gameplay, bahkan sampai menjelaskan bentuk-bentuk karakter yang akan tampil di dalam game tersebut.

Dirilis oleh pengembang terpercaya, membuat game ini jadi sangat diantisipas, membuat organisasi esports sekelas T1 segera merekrut mantan pemain CS:GO untuk jadi pemain Valorant saat game ini masih belum rilis.

Lama dinanti, FPS bertemakan Hero Shooter ini sendiri sebenarnya sudah dapat dimainkan, namun terbatas hanya untuk orang-orang tertentu saja. Michael Grzesiek (Shroud) selebriti gamers yang terkenal sangat jago bermain FPS, menjadi salah satu pemain yang mendapat kesempatan mencoba Valorant dalam sesi Alpha Playtest yang dilakukan akhir pekan lalu.

Setelah mencobanya, Shroud membagikan pendapatnya terkait Valorant, dalam sesi streaming yang ia lakukan beberapa waktu lalu. Menurutnya Valorant sangatlah bagus, sampai-sampai ia merasa bahwa game FPS lainnya tidak lebih baik daripada game tersebut.

“Gue sendiri sebenarnya sudah merasa cukup bosan belakangan, dan bingung mau main game apa. Tapi setelah main Valorant, gue malah jadi tambah bosan.” Ucap Shroud dalam cuplikan streaming tersebut. “Alasannya adalah karena gue sekarang di sini merasa baru saja memainkan game yang luar biasa bagus, tapi harus menerima kenyataan untuk balik lagi memainkan game lain yang tidak sebaik Valorant.”

Bagi Anda yang mungkin belum kenal, Shroud adalah bintang esports CS:GO, yang beralih profesi menjadi seorang streamer. Terkenal lewat Twitch pada awalnya, ia pindah ke Mixer pada Oktober 2019 lalu. Sejak lama, Shroud menjadi satu sosok yang sangat vokal di komunitas, karena kebiasaannya menyatakan pendapat secara terbuka. Ketika streaming, ia kerap kali menyatakan opininya akan sesuatu hal, seperti alasan kenapa Battle Royale tidak akan sukses sebagai esports, dan soal komunitas Mixer yang dia anggap lebih baik daripada Twitch.

Lebih lanjut, Shroud lalu mengatakan “Valorant benar-benar luar biasa. Valorant adalah game terbaik yang pernah gue mainkan sedari lama pengalaman gue. Di luar sana memang banyak game-game yang sangat keren menurut preferensi dan opini gue pribadi, Valorant terlihat menjanjikan untuk menjadi game keren tersebut.”

Mengutip akun Twitter resmi @PlayValorant, fase Closed Beta FPS besutan Riot Games ini sudah akan dibuka tanggal 7 April 2020 mendatang. Namun demikian, fase tersebut masih terbatas untuk regional Eropa (termasuk CIS) dan Amerika Serikat (termasuk Kanada) terlebih dahulu.

Mengutip dari pengumuman resmi, pemain di luar dua regional tersebut kemungkinan tidak akan mendapat kesempatan mencicipi lewat fase closed beta, karena situasi pandemi COVID-19. Namun, Valorant akan tetap diusahakan untuk rilis secara global pada musim panas 2020 (sekitar Juni – September), jika keadaan memungkinkan.

Kampanye #PlayApartTogether Cara Riot Games dan Blizzard Dukung Kebijakan Isolasi Diri

Dengan pandemi COVID-19 yang semakin meluas, isolasi diri menjadi kebijakan yang terus disuarakan untuk mengurangi penyebaran virus yang lebih luas lagi. Maka dari itu berbagai pihak, termasuk dari industri gaming juga mencoba untuk terus menyokong kebijakan isolasi diri. Dalam konteks lokal Kominfo bersama Asosiasi Game Indonesia bekerja sama membuat ajang cipta karya yang membawa tajuk “Ayo Bikin Game Di Rumah Aja”.

Dalam konteks internasional, baru-baru in World Health Organization juga berusaha untuk menyuarakan kampanye ini lewat kerja sama dengan 18 gaming company lewat kampanye bernama #PlayApartTogether. Dalam kampanye ini beberapa perusahaan ternama turut bergabung di dalamnya seperti Riot Games, Activision Blizzard, bahkan streaming platform Twitch. Tak hanya itu, bahkan pengembang mobile games seperti Zynga juga turut serta dalam kampanye ini.

Dalam kampanye ini, para perusahaan game tersebut akan memberi insentif kepada para pemain yang terus bermain dengan berbagai event in-game spesial, konten eksklusif, berbagai aktivitas permainan, hingga hadiah-hadiah. Tentunya kegiatan tersebut dilakukan sambil menyuarakan soal pentingnya melakukan isolasi diri, demi mencegah penyebaran pandemi COVID-19 lebih luas lagi.

Bobby Kotick CEO Activision Blizzard mengucapkan lewat rilis. “Dalam keadaan kritis kita harus memastikan bahwa orang-orang tetap berkomunikasi satu sama lain dengan cara yang aman. Games adalah medium yang sempurna untuk ini, karena games menyambungkan manusia satu sama lain lewat kesenangan yang penuh tujuan dan makna. Kami sangat bangga bisa berpartisipasi dalam inisiatif yang sangat berarti seperti ini.”

Nicolo Laurent CEO Riot Games juga turut memberikan komentarnya. “Physical distancing bukan berarti isolasi secara sosial! Mari kita berjauhan secara fisik, untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 lebih luas lagi, dan mari kita #PlayApartTogether agar kita tetap kuat melewati krisis ini. Bagi Rioters, bermain game adalah lebih dari sekadar permainan, namun sebuah pencarian jati diri kehidupan. Sekarang, jutaan orang di dunia, bermain game supaya dapat membantu menyelamatkan nyawa. Mari kita menangkan boss battle melawan COVID-19 bersama-sama.”

Semenjak pandemi COVID-19 menjadi semakin luas, dukungan dari berbagai pihak muncul secara bertubi-tubi, termasuk dari industri gaming. Sebelumnya penyelenggara turnamen WePlay! gelar kompetisi Dota bertajuk WeSave! yang berfungsi sebagai laga amal dan mengumpulkan donasi sebesar Rp2,9 miliar. Riot Games juga sebelumnya sudah sempat memberikan sumbangan kepada kota tempat perusahaan tersebut berasal, yaitu Los Angeles.

Mungkin ini pertama kalinya dan menjadi saat berbahagia bagi komunitas gamers, ketika bermain game dapat memberikan dampak positif atau bahkan menyelamatkan dunia dari krisis yang berat ini. Mari kita terus bekerja sama, saling sokong, untuk menghadapi krisis ini, baik sebagai gamers maupun sebagai manusia secara utuh.

Riot Games Sumbang 1,5 Juta Dollar AS Untuk Bantu Tanggulangi Pandemi COVID-19

Dengan adanya pandemi COVID-19, tentunya kita semua, dari berbagai macam pihak harus saling bahu-membahu bekerja sama untuk mengatasi keadaan luar biasa seperti ini. Hal ini dilakukan, tak terkecuali oleh pihak-pihak dari industri game. Hal ini mengingat karena bagian dari industri game juga terdampak oleh kasus luar biasa ini, seperti organisasi esports yang juga kena dampaknya, atau juga para pengembang yang terpaksa menunda perilisan konten terbaru karena dampak kebijakan isolasi diri.

Menanggapi hal ini beberapa pihak sudah terlebih dahulu turun tangan menunjukkan kepedulian, seperti Tencent dan team Liquid. Tak hanya mereka, baru-baru pengembang yang berbasis di Los Angeles Amerika Serikat, Riot Games, dikabarkan telah menyumbang US$1,5 juta (sekitar Rp24 miliar) kepada kota yang menjadi rumah bagi mereka.

Sumber: Riot Games
Riot Games juga terkena dampak pandemi COVID-19, salah satunya adalah gelaran LCS yang jadi ditunda. Sumber: Riot Games

Hal ini pertama kali mencuat saat Walikota Los Angeles, Eric Garcetti melakukan konferensi pers, untuk mengumumkan donasi yang dilakukan Riot Games tersebut. Ketika itu Eric Garcetti mengatakan.

“Kami merasa bersyukur bahwa di Los Angeles, kami memiliki beberapa Industri yang tidak hanya menjadi bahan bagi bakar kota ini, tapi juga Amerika Serikat, dan ekonomi dunia. Gaming adalah salah satu industri tersebut, dan salah satu yang terbesar adalah Riot Games. Mereka berbasis di Los Angeles, dan hari ini, perusahaan dan para founder Riot Games telah mendonasikan lebih dari US$800.000 (sekitar Rp12,9 miliar) kepada organisasi non-profit lokal, termasuk US$200.000 (sekitar Rp3,2 miliar) kepada kas Walikota untuk memberikan sokongan apapun yang dibutuhkan untuk membantu perjuangan melawan COVID-19.” ucap Garcetti.

Total donasi yang diberikan adalah sebesar US$1,5 Miliar, yang datang dari tiga bagian yaitu Riot Games sendiri, lalu para co-founder yaitu Mark Merrill dan Brandon Beck. Sumbangan sebanyak US$400.000 diberikan kepada LA Food Bank dan seperti yang disebutkan US$200.000 masuk ke dalam kas walikota yang akan digunakan untuk dana kesehatan, dana kesehatan anak, santunan makanan untuk lansia, juga sumbangan untuk tuna wisma. Sisanya akan disumbangkan kepada organisasi non-profit di Los Angeles.

Sumber: Chris Yunker - Riot Games
Sumber: Chris Yunker – Riot Games

Mengutip dari InvenGlobal, Riot Games juga memberikan pernyataan terkait hal ini. “Los Angeles selalu menjadi rumah bagi Riot Games, dan para warganya adalah bagian kesuksesan perusahaan kami yang tidak tergantikan. Kami bangga dapat memberi kasih kembali kepada komunitas kami dalam keadaan sulit seperti ini. Juga sebagai perusahaan tingkat global, kami akan melanjutkan melakukan evaluasi, memikirkan cara agar melawan krisis ini dalam skala global.”

Tindakan ini tentu menjadi salah satu yang patut diapresiasi, baik secara umum, dan juga oleh komunitas gaming itu sendiri. Semoga saja badai pandemi COVID-19 dapat segera berlalu, dan kita, termasuk komunitas game, dapat kembali beraktivitas dengan normal.

Strategi Tencent Menjadi Perusahaan Terbesar di Industri Game Dunia

Tencent kini menjadi publisher game terbesar di dunia. Padahal, game sebenarnya bukan bisnis utama Tencent. Konglomerasi asal Tiongkok itu memiliki bisnis di berbagai bidang, mulai dari hiburan — yang mencakup game, televisi, komik — media sosial, sampai e-commerce. Pada 2019, total pendapatan Tencent mencapai 377,8 miliar yuan (sekitar Rp856 triliun), naik 21 persen dari pendapatan mereka pada 2018. Pertanyaannya, bagaimana Tencent bisa menjadi publisher game paling besar di dunia?

Sejarah Tencent

Tencent didirikan oleh Ma Huateng — yang akrab dengan panggilan Pony Ma — bersama empat temannya pada 1998. Mereka meluncurkan produk pertama mereka pada 1999, berupa layanan instant messaging bernama OICQ, yang kemudian namanya diganti menjadi QQ. Satu tahun sejak diluncurkan, instant messaging buatan Tencent itu berhasil mendapatkan satu juta pengguna. Namun, ketika itu, Tencent masih belum mendapatkan untung. Mereka mendapatkan untung untuk pertama kalinya pada 2001, setelah peluncuran platform pengirim pesan Mobile QQ. Saat itu, mereka mendapatkan pemasukan sebesar US$5,9 juta dengna laba sebesar US$1,2 juta. Tiga tahun kemudian, pada 2004, Tencent menjadi perusahaan terbuka yang terdaftar di Hong Kong Stock Exchange.

Pada 2005, Tencent memperkenalkan Qzone, layanan jaringan sosial multimedia. Pony Ma memutuskan untuk mengizinkan developer lain untuk membuat aplikasi di Qzone. Lima tahun kemudian, pada 2010, Qzone menjadi platform jejaring sosial terbesar di Tiongkok dengan 492 juta pengguna aktif. Pada 2011, industri mobile mulai berkembang. Melihat ini sebagai kesempatan, Tencent meluncurkan WeChat. Pada awalnya, WeChat hanyalah aplikasi pengirim pesan, sama seperti WhatsApp atau LINE. Namun, Tencent terus menambahkan berbagai fitur baru ke aplikasi tersebut, mulai dari game sampai layanan pembayaran. Sekarang, WeChat menjadi aplikasi super yang tak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari warga Tiongkok.

WeChat bahkan dilengkapi dengan game.
WeChat bahkan dilengkapi dengan game.

Valuasi Tencent sebagai perusahaan terus naik. Selama lima tahun, mulai 2011 sampai 2016, valuasi Tencent tumbuh 40 persen per tahun. Pada April 2017, mereka masuk ke dalam daftar 10 perusahaan yang paling bernilai di dunia, menurut laporan The Conversation.

Strategi Tencent di Industri Game

Tencent membuat divisi khusus gaming, Tencent Games, pada 2003. Satu tahun kemudian, mereka meluncurkan game untuk platform instant messaging mereka sendiri, QQ. Sejak saat itu, mereka meluncurkan sejumlah game lain untuk QQ, seperti Dungeon Fighter Online, sebuah game side-scrolling beat ’em up dan QQ Sanguo, game RPG yang mengambil setting waktu di Tiga Kerajaan di Tiongkok.

Selain membuat game sendiri, Tencent juga menjadi perusahaan yang menjembatani developer asing yang ingin masuk ke Tiongkok, negara dengan populasi terbesar. Misalnya, ketika Activision Blizzard (perusahaan asal Amerika Serikat) ingin meluncurkan game Call of Duty di Tiongkok, mereka harus menggandeng perusahaan lokal sebagai rekan. Inilah peran Tencent. Begitu juga ketika perusahaan kreator game lain — seperti Riot Games, EA, Sony, dan Ubisoft — ingin masuk ke pasar Tiongkok, mereka harus bekerja sama dengan perusahaan lokal Tiongkok. Biasanya, perusahaan tersebut adalah Tencent.

Usaha Tencent untuk mengembangkan bisnis game-nya tak berhenti sampai di situ. Mereka juga mulai melakukan akuisisi atau membeli saham dari sejumlah developer game ternama. Pada 2011, Tencent menghabiskan US$400 juta untuk membeli 93 persen saham dari Riot Games, developer League of Legends. Empat tahun kemudian, Tencent membeli 7 persen saham Riot yang tersisa. Dengan begitu, Riot Games sepenuhnya menjadi milik Tencent. Tidak heran jika Tencent membeli Riot, mengingat League of Legends adalah salah satu game PC terpopuler di dunia. Pada tahun 2019, 10 tahun setelah diluncurkan, League of Legends, masih bisa mendapatkan pemasukan sebesar US$1,5 miliar. Game MOBA tersebut juga merupakan salah satu game paling berpengaruh di ekosistem esports.

League of Legends Pro League telah kembali digelar. | Sumber: Riot Games via Rift Herald
League of Legends Pro League telah kembali digelar. | Sumber: Riot Games

Menurut laporan PC Gamer, meskipun saham Riot dikuasai penuh oleh Tencent, Riot mendapatkan kebebasan penuh atas pengembangan League of Legends. Meskipun begitu, hubungan antara Riot dan Tencent juga tak selamanya berjalan mulus. Pada 2015, Tencent meminta Riot untuk membuat versi mobile dari League of Legends. Alasannya, karena ketika itu, mobile game tengah booming dan Tencent ingin memanfaatkan momentum tersebut. Riot menolak. Namun, Tencent tetap berkeras dan membuat mobile game MOBA bernama Honor of Kings. Inilah yang membuat hubungan mereka dengan Riot memburuk.

Ketika diluncurkan, game Honor of Kings hanya tersedia di Tiongkok. Pada 2017, Tencent meluncurkan Honor of Kings ke pasar internasional dengan nama Arena of Valor. Meskipun begitu, sekarang, Tencent tak lagi berusaha untuk memasarkan Arena of Valor di negara-negara Barat dan Riot telah setuju untuk membuat versi mobile dari League of Legends. Dan sekarang, hubungan Tencent dan Riot sudah kembali membaik.

Developer-Developer Game yang Dibeli Tencent

Dalam dunia investasi, ada pepatah untuk tidak menaruh semua telur Anda di satu keranjang. Tencent memahami ini. Karena itu, mereka tidak hanya berinvestasi di Riot. Mereka juga membeli saham dari sejumlah developer dari game populer lainnya.

Pada Juni 2012, Tencent membeli 40 persen saham Epic Games, developer Fortnite, senilai US$300 juta. Tak hanya modal, Tencent juga berbagi insight mereka tentang mengoperasikan game online. Dari Tencent, CEO dan pendiri Epic Games, Tim Sweeney belajar tentang model bisnis game as a service. Epic lalu mulai membuat Paragon dan Fortnite: Save the World. Kedua game itu dianggap gagal. Meskipun begitu, ini justru membuka kesempatan bagi Epic untuk meluncurkan Fortnite, game battle royale yang kini menjadi salah satu game paling populer di dunia. Pada 2018, Fortnite menghasilkan US$2,4 miliar. Pendapatan Fortnite mengalami penurunan pada 2019 menjadi US$1,8miliar. Meskipun begitu, game tersebut masih menjadi game gratis dengan penghasilan terbesar.

Tencent juga membeli saham dari Epic, developer Fortnite.
Tencent juga membeli saham dari Epic, developer Fortnite.

Setelah mendapatkan investasi dari Tencent, Epic juga mengubah bisnis model mereka untuk Unreal Engine 4, game engine buatan mereka. Mereka tak lagi memungut biaya berlangganan bulanan untuk pemakaian game engine tersebut. Sebagai gantinya, Epic menggunakan sistem royalti. Jadi, jumlah uang yang harus dibayarkan oleh developer yang menggunakan Unreal Engine tergantung dari kesuksesan game mereka. Memang, jika developer membuat game yang sukses, maka mereka harus membayar royalti yang lebih besar pada Epic. Namun, ini memudahkan developer indie untuk menggunakan Unreal Engine dalam mengembangkan game mereka. Selain itu, ini juga membuat persaingan antara Unreal dengan Unity — yang saat itu dianggap sebagai game engine terbaik untuk developer indie — menjadi semakin panas.

Fortnite bukan satu-satunya game battle royale yang sukses. Di Indonesia, para gamer lebih menyukai Player Unknown’s Battleground buatan Bluehole. Menariknya, meskipun Tencent sudah menjadi investor dari Epic, mereka juga menanamkan modal di Bluehole. Lucunya, di Tiongkok, Tencent menjadi publisher untuk Fortnite dan PUBG. Tencent membeli 1,5 persen saham Bluehole pada 2017. Kemudian, mereka membeli lebih banyak saham dari Bluehole. Diperkirakan, total saham Bluehole yang dimiliki oleh Tencent kini mencapai 11,5 persen.

Tencent juga menanamkan investasi sebesar US$8,6 miliar di Supercell, developer asal Finlandia yang terkenal berkat beberapa mobile game-nya, seperti Clash of Clans, Clash Royale, dan Brawl Stars. Menurut PC Gamer, investasi Tencent di Supercell merupakan salah satu investasi terbesar di sejarah industri game. Namun, mengingat 60 persen dari total pendapatan Tencent pada 2018 berasal dari mobile game, tidak heran jika Tencent rela mengeluarkan uang besar demi membeli saham Supercell. Pada Oktober 2019, Tencent menjadi pemegang saham mayoritas dari konsorsium yang memiliki Supercell. Dengan begitu, Tencent memiliki kendali atas Supercell. Meskipun begitu, sama seperti Riot, Supercell juga tetap mendapatkan kebebasan dalam mengelola game buatan mereka.

Salah satu franchise di bawah Ubisoft adalah Assassin's Creed.
Salah satu franchise di bawah Ubisoft adalah Assassin’s Creed.

Selain itu, Tencent juga memiliki saham sebanyak lima persen di Ubisoft dan Activision Blizzard. Pada 2018, Vivendi ingin mengambil alih Ubisoft secara paksa (hostile takeover), yang berarti ribuan karyawan Ubisoft terancam dipecat. Ubisoft lalu membuat perjanjian dengan Vivendi untuk menjual saham mereka ke berbagai investor, termasuk Tencent. Namun, Tencent tidak bisa membeli saham kepemilikan atas Ubisoft. Selain mendapatkan saham minoritas di Ubisoft, Tencent juga mendapatkan hak untuk merilis game Ubisoft di Tiongkok.

Masih pada tahun 2018, Tencent membeli 80 persen saham dari Grinding Gear Games, developer yang membuat game Path of Exile. Ini sempat memunculkan kekhawatiran bahwa Tencent akan mengimplementasikan sistem microtransaction yang lebih agresif. Untungnya, ketakutan itu tidak menjadi nyata. Sama seperti developer lain yang sahamnya dibeli oleh Tencent, Grinding Gear Games bebas untuk menentukan apa yang akan mereka lakukan pada game buatannya.

Tencent juga memiliki saham di Platinum Games dan Yager, meski tidak diketahui berapa banyak saham yang dipegang oleh konglomerasi Tiongkok tersebut. Selain itu, Tencent memiliki 9 persen saham di Frontier Developments, developer dari Elite Dangerous dan Planet Zoo. Setelah kesuksesan Warhammer 2: Vermintide, Tencent juga tertarik untuk membeli 36 persen saham dari sang developer, Fatshark. Salah satu investasi terbaru Tencent adalah pada Funcom. Mereka membeli 29 persen saham dari developer Conan Exiles tersebut. Belum lama ini, mereka juga mengumumkan rencana mereka untuk mengakuisisi Funcom sepenuhnya.

Tak hanya di  developer game, Tencent juga menanamkan saham di Kakao, perusahaan internet asal Korea Selatan. Tencent menguasai 13,5 persen saham dari Kakao, yang juga merupakan publisher PUBG di negara asalnya. Pada 2018, Discord mendapatkan kucuran dana sebesar US$158 juta. Tencent merupakan salah satu investor yang turut serta dalam pengumpulan dana itu. Sayangnya, tidak diketahui berapa banyak dana yang Tencent kucurkan.

Laporan Keuangan Terbaru Tencent

Dalam daftar 2000 perusahaan terbesar dunia dari Forbes, Tencent duduk di peringkat 74 dengan kapitalisasi pasar (total nilai saham yang beredar) sebesar US$472,06 miliar. Sementara menurut Bloomberg, perusahaan Tiongkok itu memiliki lebih dari 62,8 ribu pekerja. Belum lama ini, Tencent juga mengeluarkan laporan keuangan mereka untuk Q4 2019. Pada Q4, Tencent mendapatkan pemasukan sebesar 105,8 miliar yuan (sekitar Rp240 triliun), naik 25 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara total pendapatan untuk tahun 2019 mencapai 377,8 miliar yuan (sekitar Rp856 triliun), naik 21 persen dari pendapatan pada 2018.

Peacekeeper Elite adalah
Peacekeeper Elite adalah PUBG Mobile yang telah di-rebrand untuk Tiongkok.

Divisi gaming Tencent menyumbangkan 30,3 miliar yuan (sekitar Rp68,7 triliun). Angka ini naik 25 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan tersebut didorong oleh kesuksesan mobile game, baik di pasar Tiongkok maupun di pasar internasional. Beberapa mobile game yang memberikan pemasukan paling besar antara lain Peacekeeper Elite, PUBG Mobile, dan juga game-game buatan Supercell. Sayangnya, pendapatan dari segmen game PC justru mengalami sedikit penurunan. Dalam laporan pada investornya, Tencent menjelaskan, tiga game yang membuat mereka sukses mengembangkan bisnis mereka di luar Tiongkok adalah PUBG Mobile, Call of Duty Mobile dan Teamfight Tactics.

“Pendapatan kami dari pasar game internasional naik lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya, memberikan kontribusi sebesar 23 persen pada total pendapatan untuk divisi game online untuk Q4 2019,” tulis Tencent, seperti dikutip dari The Esports Observer. Selain itu, Tencent juga membanggakan fakta bahwa 5 dari 10 game dengan jumlah pengguna aktif harian paling banyak merupakan game buatan mereka.

Bisnis Tencent yang Lain

Selain gaming, Tencent juga memiliki beberapa divisi lain, termasuk hiburan yang mencakup seri TV dan film bioskop, komik, serta musik. Pada Januari 2020, Tencent membeli 10 persen saham dari Universal Music. Namun, dalam laporan keuangannya, Tencent mengatakan bahwa bisnis hiburan mereka mengalami perlambatan karena perubahan regulasi oleh pemerintah.

Ini menyebabkan mereka harus menunda beberapa seri TV. Meskipun begitu, mereka mengaku bahwa mereka masih menjadi pemimpin di industri hiburan. Sementara itu, jumlah pengguna WeChat juga masih terus bertambah. Total pengguna WeChat naik 6 persen menjadi 1,16 miliar orang. Sebagai perbandingan, Facebook memiliki total pengguna mencapai 2,5 miliar orang per Desember 2019.

“Kami mengalami perlambatan pertumbuhan jumlah pelanggan dan pemasukan untuk layanan video langganan kami pada 2019 jika dibandingkan dengan pada 2018. Penyebabnya adalah keterlambatan peluncuran sejumlah konten penting,” tulis Tencent dalam pernyataan resmi, seperti dikutip dari Variety. “Namun, jumlah pelanggan berbayar Tencent Video kami mencapai 106 juta orang dan kami masih menjadi pemimpin industri berdasarkan kualitas konten, jumlah pengguna, dan dari segi finansial. Ini menekan kerugian operasional pada 2019 menjadi 3 mliiar yuan.”

Tencent juga tak diam saja melihat pertumbuhan Bytedance, yang dikenal berkat aplikasi video pendeknya, TikTok. Untuk menyaingi Bytedance, Tencent fokus untuk mengembangkan aplikasi video pendeknya, Weishi. Jumlah pengguna aktif harian dari aplikasi tersebut naik 80 persen sementara jumlah video yang diunggah naik 70 persen pada Q4 2019.

Kesimpulan

Tencent sukses menjadi publisher terbesar di dunia meskipun mereka bukanlah perusahaan yang fokus pada bisnis gaming. Sampai sekarang, Tencent dikenal sebagai perusahaan teknologi dengan WeChat sebagai salah satu produk utamanya. Namun, sejak didirikan pada 2003, Tencent Games berhasil untuk memberikan kontribusi yang signifikan pada total pendapatan konglomerasi ini. Berbeda dengan perusahaan seperti Nintendo yang berusaha untuk membangun franchise dari nol, Tencent lebih memilih untuk membeli saham atau mengakuisisi developer dari game yang sudah terbukti populer. Menariknya, Tencent biasanya tidak banyak ikut campur dalam operasional perusahaan game yang mereka akuisisi.

Sumber header: The Register

League of Legends Champions Korea Kembali Dimulai, Pertandingan Diadakan Secara Online

League of Legends Champions Korea (LCK) akan kembali diadakan pada 25 Maret 2020 setelah ditangguhkan pada 3 Maret 2020 karena virus Corona. Di halaman Facebook resminya, LCK mengungkap bahwa pertandingan akan diselenggarakan secara online, sama seperti liga League of Legends di Tiongkok, Eropa, dan Amerika Utara.

Mengingat LCK sempat terhenti selama tiga minggu, tim LCK harus membuat penyesuaian pada jadwal pertandingan untuk memastikan ada jeda antara liga ini dengan turnamen esports lainnya. Karena itu, LCK akan memadatkan jadwal pertandingan. Pertandingan akan diadakan pada lima hari dalam satu minggu. Setiap harinya, akan ada dua sampai tiga pertandingan yang diadakan.

LCK juga mengubah jadwal pertandingan para tim. Tujuannya, untuk memastikan tidak ada tim yang berlaga lebih dari satu kali dalam satu hari. Mereka juga berusaha untuk menghindari keadaan dimana satu tim harus bertanding dalam beberapa hari berturut-turut.

LCK kembali diadakan.
LCK akan diadakan secara online. | Sumber: Riot Games via Dot Esports

Saat ini, LCK sudah berlangsung setidaknya setengah musim. Gen.G duduk di peringkat satu dengan 8 kemenangan dan 1 kekalahan, diikuti oleh DragonX dan T1 yang sama-sama mendapatkan 7 kemenangan dan 2 kekalahan, menurut laporan VP Esports. Tim yang keluar sebagai juara dari LCK Spring Split ini akan maju ke Mid-Season Invitational, yang dijadwalkan untuk diadakan pada Juli 2020. Sementara itu, LCK diperkirakan akan berakhir pada 16 April 2020.

LCK mulai digelar pada Februari. Ketika itu, tim manajemen telah mulai mengantisipasi wabah virus Corona dengan mengadakan pertandingan di studio tanpa penonton. Hanay sejumlah wartawan yang diizinkan untuk datang. Para jurnalis tersebut juga diminta untuk menggunakan masker. Semua mikrofon juga ditutup demi melindungi para pemain. Pada 2 Maret, LCK resmi ditunda karena pandemik virus Corona yang memburuk di Korea Selatan.

Pandemik virus Corona memberikan dampak besar pada industri game dan esports. Di satu sisi, karena masyarakat diminta untuk tidak keluar dari rumah, jumlah pemain game dan penonton streaming game meningkat pesat. Di sisi lain, kekhawatiran virus Corona menyebabkan berbagai turnamen esports dan peluncuran game tertunda. Selain itu, jika wabah virus Corona terus berlanjut, ini akan menyulitkan organisasi esports.

Liga League of Legends di Eropa dan Amerika Utara Kembali Digelar

Pada pekan lalu, Riot Games sempat menangguhkan League of Legends European Championship (LEC) dan League of Legends Championship Series (LCS) karena virus Corona. Kemarin, mereka baru saja mengumumkan bahwa kedua turnamen tersebut akan kembali diadakan pada akhir minggu ini. Kedua turnamen itu akan diadakan secara online. Keputusan ini sama seperti yang diambil oleh tim League of Legends Pro League (LPL) untuk kembali menyelenggarakan pertandingan secara online karena mewabahnya virus Corona di Tiongkok.

Semua tim yang berlaga di LEC, kecuali Origen, akan bertanding dari markas mereka sendiri di Berlin, Jerman. Sementara Origen, tim League of Legends Astralis Group, akan bertanding dari markas mereka di Copenhagen, Denmark. Memang, Origen sudah dijadwalkan untuk bertanding secara online sejak pemerintah Denmark memutuskan untuk melakukan shutdown dalam rangka meminimalisir penyebaran virus Corona.

Pihak manajemen LEC percaya, kualitas jaringan internet akan cukup memadai untuk memastikan pertandingan berjalan lancar. Namun, jika muncul masalah dengan jaringan atau muncul masalah tak terduga lainnya, mereka mempertimbangkan untuk menghentikan pertandingan sementara dan melanjutkannya kemudian. Mengingat virus Corona masih mewabah di Eropa, LEC tidak akan mengirimkan pengawas ke markas tim yang bertanding. Sebagai gantinya, mereka akan melakukan pengawasan dengan teknologi untuk memastikan bahwa tidak ada tim yang bermain curang.

“Sesuai dengan himbauan pemerintah, dan untuk meminimalisir risiko kesehatan, kami telah memutuskan untuk tidak mengirimkan wasit ke markas dari masing-masing tim,” kata pihak manajemen LEC, seperti dikutip dari VPEsports. “Sebagai gantinya, kami akan mengimplementasikan sejumlah cara untuk menjamin integritas pertandingan. Beberapa metode yang kami implementasikan antara lain memasang kamera ekstra untuk memonitor ruangan tempat para pemain bertanding, memonitor komunikasi suara, dan merekam apa yang terjadi di layar pemain.”

Sementara itu, LCS juga akan kembali diselenggarakan. Sama seperti LEC, pertandingan LCS juga akan diadakan secara online. Karena sempat ditunda, ada perubahan pada jadwal turnamen. Babak akhir dari LCS akan dilangsungkan pada 18-19 April 2020. Selain itu, tempat babak final diadakan juga diganti, dari Frisco, Texas ke Los Angeles.

“Integritas pertandingan adalah prioritas pertama LCS,” kata LCS Commissioner, Chris Greeley, menurut laporan ESPN. “Kami akan mengimplementasikan beberapa metode yang juga ditetapkan oleh LEC untuk menjamin bahwa tidak ada kecurangan ketika pertandingan diadakan secara online.”

Sumber header: Dot Esports

Detail Valorant: Spek, Gameplay, Skill Karakter, dan Tanggal Rilis.

Riot Games akhirnya mengumumkan melalui social media dan website resmi mereka mengenai Valorant. Semua orang sangat antusias melihat pengumuman tersebut. Pasalnya, akun Twitter PlayVALORANT langsung diserbu ratusan ribu followers pada hari pengumuman ini. Menurut saya pribadi, Valorant adalah gabungan dari banyak game seperti CS:GO, Overwatch, Rainbow Six: Siege, dan Apex Legends. Hal ini akan memudahkan para pemain baru untuk beradaptasi terhadap Valorant. Berikut adalah berbagai informasi yang telah saya kumpulkan mengenai Valorant di saat pengumumannya.

Mengenai Valorant

Valorant adalah 5 versus 5 character-based tactical shooter. Setiap pertandingan akan berisi 25 round dan tim pertama yang berhasil meraih 13 round kemenangan akan memenangkan pertandingan. Anda dapat memilih Agent di awal pertandingan. Berbeda dengan Overwatch, Anda tidak bisa mengganti Agent di tengah pertandingan. Mode game-nya identik dengan CS:GO yaitu berupa bomb mission. Karena game FPS membutuhkan tingkat presisi yang tinggi, Riot Games akan menyediakan 128 tick-servers untuk Valorant.

Tickrate adalah frekuensi yang digunakan oleh server untuk memberikan data terhadap game-nya. Apabila suatu server memiliki 64 tickrates, maka server tersebut dapat memberikan packets kepada pemain sebanyak 64 kali per detik. 128 tick-servers biasa digunakan di pertandingan LAN atau third-party platform seperti ESEA dan FACEIT. Dengan demikian, hal ini menjadi sebuah keistimewaan bagi pemain Valorant untuk merasakan 128 tick-servers di setiap pertandingannya. DotEsports menyebutkan bahwa Valorant hanya tersedia di platform PC dan akan memasuki fase beta pada musim panas tahun 2020.

Karakter dengan skill hasil gabungan dari Overwatch, Apex Legends dan Rainbow Six Siege

Dikutip dari ESTNN, ada delapan karakter yang diperkenalkan pertama kali di Valorant. Setiap Agent memiliki skill yang berbeda satu sama lain. Skill setiap karakter dikategorikan menjadi tiga yaitu purchasable abilities, ultimate, dan main ability. Purchasable abilities adalah skill yang bisa dibeli saat memulai ronde. Anda dapat membeli dua jenis skill yang tersedia. Ultimate skill didapat dari membunuh musuh dan menyelesaikan objektif. Mekanik ultimate yang sama dengan Overwatch. Main ability adalah skill yang tersedia di setiap karakter secara cuma-cuma. Main ability membutuhkan cooldown pada setiap penggunaannya.

Sumber: Youtube VALORANT
Sumber: Youtube VALORANT

Senjata yang digunakan tidak terbatas dengan Agents yang dipilih. Karena pada setiap memulai ronde, Anda bisa membeli senjata yang disediakan. Sama seperti CS:GO, akan ada sistem ekonomi di dalam Valorant.

Phoenix

Valpho (1)

Sumber: ESTNN
Sumber: ESTNN
  • Hot Hands – Melemparkan fireball yang akan meledak apabila terkena suatu permukaan di dalam game. Apinya akan memberikan damage kepada musuh sekaligus memberikan heal pada diri sendiri.
  • Blaze – Membuat dinding api yang berguna untuk menghalangi pandangan dan memberikan damage kepada musuh yang melewatinya.
  • Signature ability: Curveball – Menciptakan percikan api yang besar, berguna untuk membutakan lawan.
  • Ultimate ability: Run it back – Memberikan tanda di posisi Anda. Apabila Anda mati saat durasi skill ini berjalan, maka Anda akan hidup kembali dengan HP penuh pada tanda tersebut.

Jett

Sumber: ESTNN
Sumber: ESTNN
  • Cloudburst – Melemparkan proyektil kabut untuk menutup pandangan.
  • Updraft – Menerbangkan pemain ke atas.
  • Signature ability: Tailwind – Melakukan dash ke tempat yang Anda inginkan.
  • Ultimate ability: Blade Storm – Mengeluarkan throwing knives dengan damage yang cukup besar yang memberikan instant kill apabila mengenai kepala musuh.

Viper

Sumber: ESTNN
Sumber: ESTNN
  • Snakebite – Melempar proyektil acid yang memberikan area damage.
  • Poison Cloud – Melempar gas emitter untuk menciptakan asap beracun.
  • Signature ability: Toxic Screen – Mengeluarkan dinding asap beracun.
  • Ultimate ability: Viper’s Pit – Mengeluarkan asap beracun di area yang luas yang akan bertahan selama Viper berada di dalamnya. Musuh yang berada di asap beracun tersebut akan terdeteksi oleh Viper.

Sova

Sumber: ESTNN
Sumber: ESTNN
  • Shock Bolt – Menembakkan anak panah yang dapat meledak untuk memberikan damage kepada musuh.
  • Owl Drone – Melemparkan drone yang dapat dikendalikan untuk mendeteksi musuh.
  • Signature ability: Recon Bolt – Menembakkan anak panah yang dipasangkan sonar emitter. Akan mendeteksi lawan apabila mereka berada di dekat anak panah yang ditembakkan tersebut.
  • Ultimate ability: Hunter’s Fury – Menembakkan tiga energy blast yang bisa menembus apapun. Memberikan damage yang besar kepada musuh. Apabila musuh terkena energy blast-nya, mereka akan terdeteksi oleh Sova.

Cypher

  • Trapwire – Melemparkan jebakan Trapwire. Apabila ada musuh yang terkena, mereka akan terhenti gerakannya dan terdeteksi oleh Cypher.
  • Cyber Cage – Melemparkan remote activation trap yang apabila diaktifkan akan memberikan slow kepada musuh.
  • Signature ability: Spycam – Menempatkan kamera yang bisa mendeteksi musuh dan memberikan damage dengan dart yang ditembakkan.
  • Ultimate ability: Neural Theft – Mengambil informasi dari mayat musuh untuk mendeteksi rekan tim mereka.

Brimstone

  • Incendiary – Melemparkan granat yang memberikan area damage.
  • Stim Beacon – Mengeluarkan Stim Beacon di satu area yang akan memberikan efek Rapidfire kepada rekan tim.
  • Signature ability: Sky Smoke – Mengeluarkan asap di area yang Anda pilih.
  • Ultimate ability: Orbital Strike – Memilih area secara global, menambakkan Orbital Strike yang memberikan damage besar selama beberapa detik.

Sage

  • Slow Orb – Melemparkan proyektil yang akan memberikan efek slow area kepada musuh.
  • Barrier Orb – Menciptakan dinding untuk menghalangi pandangan.
  • Signature ability: Healing Orb – Mengisi HP rekan tim selama beberapa detik.
  • Ultimate ability:  Resurrection – Menghidupkan kembali rekan tim.

Omen

  • Paranoia – Mengeluarkan dinding Ethereal Shadow yang mengurangi pandangan lawan.
  • Shadow Walk – Melakukan teleport jarak pendek.
  • Signature ability: Dark Cover – Mengeluarkan kubah Ethreal Shadow yang mengurangi pandangan lawan.
  • Ultimate ability: From The Shadows – Memilih lokasi secara global untuk melakukan teleport. Setelah teleport, Omen akan berada di kondisi invincible untuk waktu yang singkat.

PC System Requirements

Sama seperti game Riot Games yang lain, Valorant tidak membutuhkan spesifikasi PC yang tinggi untuk menjalankan game-nya. Untuk spesifikasi yang direkomendasikan oleh Riot Games adalah prosesor Intel i3 generasi keempat dengan GPU Geforce GT730. Anda akan mendapatkan 144 fps dengan prosesor Intel i5 generasi keempat dan GPU GTX 1050Ti.