[Review] Samsung Galaxy M52 5G, Refresh Rate Tinggi dengan Rasa Genggam Menyenangkan

Samsung Galaxy M52 5G adalah perangkat yang menarik. Secara singkat, perangkat ini menjawab beberapa kekurangan yang sebelumnya hadir di perangkat seri M seperti Galaxy M32 dan M62. Layar besar 120Hz dengan dukungan prosesor yang cukup mumpuni. Artikel kali ini akan membahas pengalaman menggunakan perangkat ini untuk berbagai kegiatan. Mari kita simak.

Pertama kali mencoba perangkat Galaxy M62 ada sebuah harapan yang saya sematkan, salah satunya karena perangkat ini menggunakan prosesor mantan flagship. Harapan bahwa perangkat ini bisa jadi perangkat yang menarik dari kelas M. Tapi ternyata ada kekurangan yang terasa cukup mengganggu, yaitu refresh rate yang hanya 60Hz saja. 

Lalu saya mencoba perangkat M52 yang membawa refresh rate 90Hz sebagai harapan baru dari kelas M untuk kenyaman penggunaan. Tapi lagi-lagi ada kekurangan yang cukup mengganggu karena menurut pengalaman penggunaan saya, prosesor yang ada kurang bisa mendukung pengalam yang smooth untuk layar refresh rate kekinian. 

Harapan saya kembali hadir dan sedikit banyak terbayarkan ketika perangkat Galaxy M52 5G hadir di meja redaksi untuk diuji. Perangkat ini menjawab banyak harapan yang sebelumnya saya taruh di dua perangkat seri M. 

Galaxy M52 5G memang masuk ke seri M yang memiliki beberapa ciri khas. Tampilan belakangnya memang masih kalah dari seri A dan perangkat ini dijual lewat online saja. Namun kalau melihat dari spesifikasi serta all around feature. Perangkat ini cukup menjanjikan sebagai pilihan penikmat gadget. 

Sebagai awal mari kita bahas dari sisi desain 

M52 5G memiliki ukuran layar 6.7 inci full rectangle dan 6.6 inci rounded corners, yang bisa dibilang cukup lebar. Nyaman untuk menjelajah konten atau bermain game tetapi cukup melelahkan untuk penggunaan sehari-hari karena genggaman yang dibutuhkan tangan untuk memegang perangkat ini lebih luas. Berbeda dengan seri M32 misalnya yang cukup ‘mungil’ untuk dipakai sehari-hari. 

Tetapi dengan layar luas, tentu saja ada banyak kelebihan yang bisa didapatkan. Apalagi refresh rate perangkat ini sudah bisa mendukung 120Hz jadi benar-benar nyaman untuk menjelajah konten dengan ponsel. Untuk kualitas layar sendiri sudah Super AMOLED Plus 1080 x 2400 (FHD+), yang bisa dibilang jaminan yang cukup untuk menikmati berbagai konten dengan nyaman. 

Kombinasi spesifikasi layar sendiri memberikan kesan tersendiri mengingat perangkat ini adalah perangkat yang ditujukan untuk kelas menengah atas. 

Untuk bagian desain lain seperti layout port sebenarnya tidak ada yang istimewa, hampir sama dengan kebanyakan desain perangkat Samsung yang dirilis belakangan. Port untuk isi daya dengan interface USB Type C, lalu speaker ada di bagian bawah. Tombol volume dan power ada di bagian kanan atas. Di bagian kiri atas ada slot untuk kartu memory (support sampai 1TB) dan SIM (slot dual Hybrid).

Untuk tombol power juga berfungsi sebagai pemindai sidik jari dan perangkat ini tidak menyertakan jack audio. Untuk bagian desain belakang, layout kameranya mirip dengan seri A, memanjang ada 3 kamera dan 1 lampu flash. 

Dari desain cover belakang sendiri sebenarnya finishing-nya saya tidak terlalu suka karena glossy dan terkesan biasa saja. Kurang premium. Bisa jadi ini juga adalah karena warna, karena saya mendapatkan perangkat uji yang berwarna biru jadi kesannya seperti seri M yang untuk entry level

Tapi cukup berbeda dengan penilaian ketika menggunakan perangkat ini karena rasa genggam dari perangkat di tangan nyaman dan terasa tipis. Layar yang lebar memang membuat agak membuat kesulitan ketika ingin menggunakan dengan satu tangan tetapi masih bisa dimaklumi. Kesan tipis dari perangkat ini memang cukup terasa, kombinasi layar yang cukup lebar dan body yang tidak tebal menjadikannya perangkat ini terasa seperti perangkat premium atau minimal kelas seri A. 

Overall desain, bagi Anda yang mencari rasa genggam lebih dari pada tampilan, perangkat Galaxy M52 5G ini adalah pilihan yang cukup menarik. Terutama di rentang segmennya yaitu menengah atas namun masih di bawah kelas premium. 

Sekarang mari kita bahas spesifikasi, terutama spesifikasi yang memberikan kesan pengalaman selama saya mencoba perangkat ini. 

Setidaknya ada 3 bagian spesifikasi yang cukup memberi kesan pada perangkat ini, kualitas layar, refresh rate dan dukungan prosesor. Sebenarnya bisa tambah satu lagi, tapi sayangnya memang jaringan 5G di Indonesia masih belum merata jadi keunggulan M52 yang sudah 5G ini belum bisa dinikmati oleh pengguna secara luas. 

Untuk layar sendiri sudah Super Amoled Plus, tampilan lebar 6.7 inci dengan resolusi 1080×2400 (FHD+). Serta telah dilegkapi refresh rate sampai 120Hz. Dari sisi kamera belakang ada 3 kamera 64MP, 12 MP (ultra wide) dan 5MP. Sedangkan depan 32 MP. Digital Zoom untuk kamera belakang sampai 10x. Video recording UHD 4K (3840 x 2160) @30fps Slow motion 240fps @HD.

Lalu untuk RAM 8 serta ROM 128. Ruang penyimpanan bisa diperluas maksimal 1TB via MicroSD. Untuk baterai 5000mAh dengan support sampai 25W untuk isi daya tetapi di boks hanya disediakan kepala charger 15W. M52 5G tidak mendukung Dex.

Pengalaman penggunaan 

Untuk uji spesifikasi saya tampilan di foto berikut ini:

Untuk penggunaan beberapa seri M yang saya coba dalam waktu beberapa minggu ke belakang memang lebih merujuk pada aktivitas browsing termasuk media sosial dan menonton konten. Tidak banyak aktivitas yang saya gunakan untuk bermain game karena beberapa alasan. Salah satunya dukungan baterai yang besar biasanya merujuk pada kegunaan perangkat untuk produktivitas dan hiburan non gaming. Karena biasanya kalau main game, kan dekat dengan sumber listrik yang ketika baterai habis bisa langsung mengisi daya. 

Nah, untuk pengalaman dari sisi aktivitas sehari-hari serta akses hiburan non gaming, M52 5G ini menurut saya bisa dikasih pujian. Menjelajah konten di internet sangat nyaman karena spesifikasi layar serta refresh rate yang tinggi (120Hz) jadi terasa smooth dan juga menampilkan warna yang menyenangkan untuk dinikmati.

Kombinasi ini juga selaras dengan desain yang ada sehingga menjelajah konten dalam waktu lama dengan perangkat ini tidak terasa membosankan malah menyenangkan. Kualitas layar yang baikjuga enak untuk dipakai menonton konten video termasuk Youtube (dengan catatan menaikkan resolusi ke yang tertinggi atau minimal 1080p), agar kualitas kontennya bisa mengejar dengan kualitas layar. 

Untuk suara sendiri meski hanya mono tetapi kualitasnya cukup mumpuni. Setidaknya di kelasnya ini sudah cukup baik. Namun memang kelemahan speaker mono adalah sering tertutup oleh tangan jadi suaranya sering tiba-tiba kecil, bukan karena bug atau error lain tetapi karena speaker-nya tertutup lengan. 

Dukungan prosesor yang sudah seri 7 lebih tepatnya SD 778G maka support untuk kenyamanan cukup bisa diandalkan. Seperti yang saya sebutkan di awal artikel, tidak seperti M32 yang terasa kendor ketika menggunakan pengaturan refresh rate tinggi, di M52 5G ini pengalamannya smooth, berpindah aplikasi, geser sana geser sini, akses media sosial, semua bisa dinikmati tanpa terasa lag.  

Dukungan pengalaman lain yang membuat cukup komplit adalah UI yang menggunakan One UI versi 3.1 (saat saya gunakan). UI ini memang menjadi salah satu perombakan yang cukup signifikan untuk perangkat Samsung ketika dulu pertama kali diperkenalkan. Dan kini iterasinya semakin meningkat dan memberikan pengalaman yang cukup baik. Memang masih ada bloatware tetapi jumlahnya bagi saya tidak cukup menggangu. 

Beralih ke dukungan baterai. Saya sendiri tipe pengguna yang lebih mencari dukungan fast charging alih-alih baterai kelewat jumbo. Jadi ketika M62 menghadirkan baterai 7000mAh tetapi dengan bodi yang berat serta refresh rate yang tidak 120 HZ sedangkan M52 5G ini hadir dengan baterai 5000mAh tetapi refresh rate tinggi, maka saya akan memilih M52 5G, meski hanya memiliki baterai 5000mAh tetapi sudah support 25W fast charging, meski harus dicatat kalau charger yang dibawa dalam boks hanya 15W saja. 

Untuk 5G sendiri memang saya tidak mengujinya karena belum terlalu luas coverage-nya dan biasanya akan ada update khusus OTA agar perangkat bisa support namun sampai tulisan ini dibuat saya belum menemukan informasi tentang update ini. Tepi tentunya karena perangkat ini sudah mendapatkan embel-embel 5G tentunya nanti akan mendapatkan dukungan jika sudah tersedia.

Pengalaman bermain game di perangkat ini juga cukup menyenangkan. Rasa genggam yang nyaman dan layar yang cukup besar enak untuk akses kontennya. Meski layar lebar tetapi karena tipis maka bermian game dengan perangkat ini tidak menemui kendala dari sisi grip. Sedangkan untuk kualitas sendiri, dari sisi tampilan tidak ada masalah karena layar Super AMOLED Plus, untuk pengaturan grafis, PUBGM New State bisa performa FPS mentok di Maks dan Grafis mentok di Ultra.

Saya mencoba bermain beberapa game saja seperti PUBGM New State dan Sousage Man. keduanya bisa dilahap tanpa masalah dengan penagturan yang cukup tinggi.

Untuk pengalaman menggunakan kamera, saya mencoba dengan beberapa skenario. Luar ruangan saat siang tetapi kondisi mendung, malam hari, indoor ruangan malam hari, dan foto makanan di siang hari kondisi cukup cerah.

Secara keseluruhan hasil kameranya cukup baik meski tidak istimewa. Namun dengan kondisi terbaik (dari sisi cahaya) bisa mengjasilkan foto yang cukup baik. Meski demikian, untuk dikelasnya (terutama di seri M jajaran Samsung) hasil kamera sudah bisa diterima.

Beberapa contoh foto:

Penutup

Dari tiga perangkat seri M yang saya coba, M32, M62 dan kini M52 5G, maka M52 5G adalah perangkat yang paling worth it menurut saya. Setidaknya dari sisi fitur bukan dari sisi harga. Terutama bagi Anda yang memfokuskan penggunaan perangkat untuk menikmati konten. Layar yang nyaman dan spesifikasi cukup tinggi, refresh rate 120Hz serta prosesor seri 7 dari Snapdragon yang cukup bisa mengimbangi spesifikasi yang ada. 

Dari sisi kamera cukup untuk kelasnya, baterai sudah cukup jumbo dengan 5000mAh, desain biasa saja tetapi nyaman dalam genggaman dan penggunaan. Harga memang sekitar 5 jtuaan, dan karena ini seri M maka hanya tersedia online. Namun dengan harga seperti itu, jika saya harus memilih maka saya akan tetap memilih M52 5G karena refresh rate 120Hz yang nyaman digunakan. Once you go 120Hz, you can’t go back. 

Sparks

  • Layar refresh rate tinggi
  • Tipis
  • Baterai besar
  • Prosesor handal
  • Sudah support 5G

Slacks

  • Desain biasa saja
  • Kamera cukup untuk dikelasnya

[Review] Samsung Galaxy Watch 4 Classic: Lebih Elegan dengan Wear OS, Lengkap dengan Pengukur Tekanan Darah

Seperti yang kita ketahui, selama ini Samsung selalu menggunakan sistem operasi Tizen pada perangkat AIoT-nya. Seperti halnya Samsung Galaxy Watch yang selalu menggunakan sistem operasi buatan dapur mereka sendiri. Namun, saat ini sepertinya Samsung mengambil keputusan yang besar. Pada jam tangan pintar terbarunya, Samsung Galaxy Watch 4 Classic, Samsung menggunakan Wear OS dari Google!

Samsung Galaxy Watch 4 Classic yang datang ke DailySocial ternyata merupakan versi yang memiliki eSIM. Hal tersebut terlihat dari kartu eSIM dari salah satu operator seluler di Indonesia yang menjadi bundling dari paket penjualannya. Jam tangan pintar ini juga mengedepankan fitur pendeteksi tekanan darah yang selama ini sudah ditunggu-tunggu. Fitur lain yang juga dibawa oleh perangkat ini adalah electrocardiogram yang saat ini masih jarang ditemukan pada perangkat jam tangan pintar lain.

Spesifikasi dari Samsung Galaxy Watch 4 Classic yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

SoC Exynos W920
CPU 2 x 1.18 GHz Cortex-A55
GPU ARM Mali-G68
Layar 1.4 inci AMOLED 450 × 450 Gorilla Glass DX+
Baterai 361 mAh
Konektivitas Bluetooth 5
Sertifikasi IP68
Dimensi 44.4 x 43.3 x 9.8 mm
Bobot 30 gram

Dapat dilihat bahwa pada Galaxy Watch 4 Classic ini, Samsung menggunakan SoC Exynos W920. Exynos W920 sendiri sudah menggunakan proses pabrikasi 5 nm, dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang masih menggunakan 10 nm pada Exynos 9110. Peningkatan dari Cortex A53 ke A55 tentu saja membuat kinerjanya menjadi lebih baik.

Charger

Didalam kotak paket penjualannya, hanya akan ditemukan sebuah alat pengisi baterai. Samsung menggunakan Qi Wireless Charging yang juga bisa digunakan untuk mengisi smartphone Samsung lainnya. Tentunya, charger ini juga sudah dilengkapi dengan magnet sehingga tidak akan tergeser saat mengisi dayanya.

Desain

Seperti semua Galaxy Watch yang dikeluarkan oleh Samsung, perangkat yang satu ini juga memiliki desain bundar. Hal tersebut tentu saja  seperti layaknya sebuah jam tangan pada umumnya. Warna yang saya dapatkan adalah hitam.

Jam tangan yang satu ini menggunakan layar dengan dimensi 1,4 inci dengan resolusi 450 x 450 piksel. Layar dari Samsung Galaxy Watch 4 Classic ini pun sudah menggunakan Corning Gorilla Glass DX+, yang lebih tahan terhadap goresan dibandingkan dengan DX dan generasi yang sebelumnya. Di samping layarnya terdapat bundaran dial yang bisa diputar. Dengan dial tersebut, pengguna bisa menggeser pilihan ke menu lainnya.

Pada sisi sebelah kanan dari Samsung Galaxy Watch 4 Classic, terdapat dua buah tombol. Yang bagian atas dengan warna merah merupakan tombol daya, home, serta untuk memanggil Bixby saat ditahan lama. Tombol yang bawah digunakan sebagai back. Menu pada smartwatch ini dapat dilihat saat menggeser layarnya ke kanan atau ke kiri atau dengan menggunakan dial. Saat menggeser ke atas akan ditemukan app drawer dan sebaliknya saat digeser ke bawah akan ditemukan layar quick setting.

Strap pada jam tangan pintar ini juga bisa diganti, sehingga pengguna tidak bosan saat menggunakannya. Mengganti strap-nya juga cukup mudah, tinggal menggeser pin yang berada pada ujungnya sampai terlepas. Pengguna juga bisa menggunakan strap 20 mm yang dijual pada toko-toko jam tangan.

Samsung Galaxy Watch 4 Classic menggunakan Wear OS yang sudah dimodifikasi dengan antar muka One UI Watch 3. Untuk menghubungkan perangkat ini dengan sebuah smartphone, aplikasi Galaxy Wear memang dibutuhkan. Semua setting yang dibutuhkan akan ditemukan pada aplikasi yang satu ini.

Pengalaman menggunakan: Mudah sekaligus rumit

Jam tangan pintar dengan desain bundar? Tentu saja langsung menarik perhatian saya semenjak datang sekitar 3 minggu yang lalu. Oleh karenanya, saya langsung menggunakan Samsung Galaxy Watch 4 Classic pada saat bepergian untuk berbelanja mau pun keperluan lainnya. Hal tersebut tentu saja untuk menjajal sebagian kemampuannya pintarnya.

Saat membuka paket penjualannya yang cukup ramping, saya hanya menemukan jam tangannya dan sebuah paket eSIM dari Smartfren. Jam tangan ini langsung saya charge sambil melakukan setting lainnya. Hal pertama yang saya ingin coba tentu saja fitur kesehatan blood pressure. Namun, hal ini ternyata tidak mudah jika kita tidak memiliki sebuah smartphone Samsung.

Fitur pengukur tekanan darah ini membutuhkan sebuah perangkat yang bisa diinstal aplikasi Samsung Health dan Samsung Health Monitor. Untuk bisa melakukan instalasinya, harus menggunakan Samsung Galaxy Store. Aplikasi ini sayangnya hanya bisa dibuka melalui sebuah smartphone Samsung. Jadi, fitur-fitur kesehatan yang menarik tidak akan jalan jika Anda tidak memiliki smartphone Samsung.

Oleh karena itu, saya meminjam perangkat Samsung Galaxy Flip 3 untuk mencoba fitur ini. Dan benar saja, semua instalasi berjalan sangat lancar tanpa adanya masalah. Dan untung saja, untuk mencoba fitur pengukur tekanan darah ini harus memiliki sebuah alat pengukur tekanan darah digital untuk kalibrasi. Dan setelah melakukan kalibrasi, fitur pengukur tekanan darah ini langsung dapat digunakan kapan saja.

Saya melakukan percobaan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan alat pengukur digital melawan Samsung Galaxy Watch 4 Classic. Ternyata hasilnya cukup mirip antara jam tangan pintar ini dengan alat pengukur tekanan darah digital yang saya miliki. Bahkan setelah kalibrasi, pengukuran tekanan darah tersebut dapat digunakan orang lain dengan cukup akurat. Walaupun begitu, Samsung sendiri meminta agar pengguna tidak menjadikan hasilnya sebagai patokan kesehatan.

Saya juga mencoba fitur-fitur kesehatan lainnya seperti ECG, tingkat Stress, pemindai detak jantung, serta SpO2. Untuk ECG, saya tidak memiliki alat untuk membandingkan hasilnya. Untuk SpO2, hasilnya kurang lebih sama dengan alat pengukur pada jari di mana saya mendapatkan nilai 98%. Sayangnya, saya bukan orang yang sering berolah raga sehingga cukup sulit mencoba fitur olah raganya.

Setelah itu, saya mencoba untuk mendaftarkan eSIM pada jam tangan pintar ini. Ternyata cukup sulit. Hal pertama adalah pengguna harus memiliki SIM dari penyedia layanan yang sama dengan yang ingin diisi, dalam hal ini saya harus menggunakan SIM dari Smartfren agar bisa memasukkan eSIM dari Smartfren. Jika tidak ada SIM, setting pada Galaxy Wear akan menolak terbuka.

Sayang memang, eSIM yang saya dapatkan tidak bisa dimasukkan ke dalam Samsung Galaxy Watch 4 Classic. Aplikasi Galaxy Wear mengatakan bahwa eSIM saya sudah digunakan pada perangkat lainnya. Dan untuk mengganti QR, saya harus mengantri ke galeri Smartfren serta membayar uang Rp. 15.000. Karena pandemi masih belum selesai, hal ini tentu saja saya urungkan.

Saya pun mencoba apakah Samsung Galaxy 4 Classic bisa menerima telepon melalui aplikasi Telegram. Sayangnya, jam tangan pintar ini hanya bisa menolak panggilan tersebut. Saya mencoba untuk melihat apakah ada setting khusus untuk menerima pada jam tangan pintar ini. Namun, entah apakah kurang waktu untuk menelusuri, saya tidak menemukannya.

Sekarang tiba saatnya untuk menguji seberapa lama baterainya dapat bertahan. Tidak muluk-muluk, hampir setiap jam tangan pintar dari Samsung yang pernah saya coba hanya memiliki daya tahan hingga 2 hari saja. Tidak berbeda dengan Samsung Galaxy Watch 4 Classic yang juga memiliki daya tahan yang sama. Oleh karena itu, ada baiknya untuk memiliki sebuah power bank yang mendukung Qi wireless charging agar jam tangan ini bisa diisi ulang di luar rumah.

Saat mengisi Samsung Galaxy Watch 4 Classic, tidak ada masalah sama sekali yang saya temukan. Charger-nya sendiri memiliki magnet sehingga jam tangan ini tidak akan tergeser secara tidak sengaja. Mengisi daya pada jam tangan pintar ini akan memakan waktu sekitar 1,5 jam.

Menggunakan Android Wear OS membuat perangkat ini memiliki lebih banyak aplikasi pihak ketiga yang bisa diinstalasi. Namun sayang memang, untuk menambah aplikasi pada jam tangan ini mengharuskan pengguna untuk memakai smartphone Samsung. Untuk mereka yang memiliki smartphone merek lain (seperti saya), hanya bisa menggunakan fitur-fitur dasar saja.

Antar muka dari perangkat ini sudah menggunakan One UI Watch 3. Icon-iconnya sendiri juga sudah diubah menjadi bentuk bulat. Antar muka ini juga lebih memudahkan dalam pemakaian jam tangan pintar dibandingkan sebelumnya. Walaupun begitu, mereka yang sudah pernah menggunakan generasi sebelumnya, tentu tidak akan bingung karena memang antar mukanya mirip.

Verdict

Samsung memang tidak bisa dipungkiri lagi memiliki sebuah jam tangan paling pintar yang ada di pasaran saat ini. Hal tersebut ditandai dengan beberapa fitur-fitur kesehatan yang memang belum ada pada jam tangan pintar merek lainnya. Hal tersebut diteruskan oleh Samsung pada jam tangan terbarunya, yaitu Samsung Galaxy Watch 4 Classic.

Dengan menggunakan SoC terbaru yang memiliki prosesor Cortex A55, jam tangan pintar ini memiliki kinerja yang sangat baik. Selama penggunaan, saya tidak menemukan masalah dalam menjalankan aplikasi-aplikasi yang ada pada smartwatch ini. Hanya saja, jam tangan ini harus diisi ulang baterainya setiap 2 hari sekali sehingga pengguna tidak boleh lupa melakukan charging.

Samsung Galaxy Watch 4 Classic juga menawarkan fitur-fitur kesehatan yang dapat memberikan data langsung kepada pemakainya. Fitur pemindai tekanan darah, SpO2, serta ECG saat ini dibutuhkan agar kita bisa terhindar dari penyakit yang berkelannjutan, seperti darah tinggi dan COVID-19. Selain itu, jam tangan pintar ini juga sudah bisa disisipkan eSIM untuk melakukan panggilan suara. Sayang, semua itu hanya bisa terwujud pada saat smartphone yang digunakan juga dari Samsung.

Samsung Galaxy Watch 4 Classic di Indonesia dijual pada harga Rp. 4.999.000. Walaupun termasuk dalam harga yang premium, namun pengguna akan bisa mendapatkan fitur-fitur kesehatan yang cukup akurat yang nantinya bisa menyelamatkan nyawa. Hal tersebut tentunya akan terlihat lebih terjangkau untuk mereka yang suka berolah raga serta menjaga kondisi kesehatan setiap saat.

Sparks

  • Build kokoh dengan bingkai aluminium dan kaca Gorilla Glass
  • Fitur kesehatan yang cukup akurat dengan pendeteksi tekanan darah, SpO2, ECG, detak jantung, stress, dan lainnya
  • Mendukung 4G dengan eSIM
  • Responsif dengan SoC baru dan Android Wear OS
  • Mendukung charger Qi dan beberapa powerbank
  • Nyaman digunakan

Slacks

  • Fitur kesehatan mengharuskan penggunaan smartphone Samsung
  • Daya tahan baterai hanya 2 hari
  • Harganya cukup tinggi

Trendforce: Pasar Smartphone Diprediksi Tumbuh di 2022, 47,5% Merupakan Perangkat 5G

Indonesia telah memasuki era 5G, setidaknya di kota-kota besar. Sebelumnya yang terjadi ialah beberapa pabrikan smartphone merilis perangkat yang mendukung jaringan 5G tanpa bisa memberi kepastian kapan pengguna bisa menikmati cepatnya teknologi jaringan seluler generasi ke-5 tersebut.

Sekarang smartphone flagship baru yang dirilis sudah semestinya mendukung 5G. Pembuat chipset seperti Qualcomm dan MediaTek juga telah merilis chipset smartphone kelas menengah untuk mendorong adopsi 5G secara lebih luas. Tahun depan, seberapa tinggi pertumbuhan smartphone 5G?

Firma riset pasar TrendForce, telah memposting prediksi mereka mengenai kinerja pasar smartphone pada tahun 2022 mendatang. Menurut TrendForce, industri smartphone akan melanjutkan rebound karena ekonomi global kembali normal dan situasi pandemi perlahan terkendali.

Brand 2022 Market share Yearly change
Samsung 276 20% 1.1%
Apple 243 18% 5.4%
Xiaomi 220 16% 15.8%
Oppo 208 15% 2.5%
vivo 149 11% 6.4%

Tingginya permintaan pasar negara berkembang dan siklus penggantian perangkat, diprediksi akan membawa penjualan smartphone menjadi 1,39 miliar unit pada tahun 2022 dengan pertumbuhan tahunan 3,8%. Hal yang menarik adalah 660 juta unit atau sekitar 47,5% diantaranya akan mendukung jaringan 5G.

Samsung diprediksi masih akan memimpin, penjualan smartphone perusahaan asal Korea Selatan itu diperkirakan akan mencapai 276 unit. Ia akan menguasai pangsa pasar sebesar 20% dengan pertumbuhan tahunan sebesar 1,1%.

Samsung Galaxy Z Fold3 5G
Samsung Galaxy Z Fold3 5G | Foto Samsung

Saat ini smartphone flagship inovatif dari Samsung yakni Galaxy Z Fold3 5G dan Galaxy Z Flip3 5G memang belum ada yang mampu menandinginya. Belum lagi kejutan dari penerus Galaxy S21 series yang segera datang dan Samsung juga cukup fleksibel mengeluarkan model baru Galaxy A series untuk menggempur pasar kelas menengah ke bawah.

Apple iPhone 13 series
Apple iPhone 13 series | Foto Apple

Posisi kedua diprediksi milik Apple dengan total penjualan 243 juta unit, mencakup pangsa pasar 18%, dengan pertumbuhan tahunan 5,4%. Rumornya perusahaan asal Cupertino itu akan merilis iPhone SE generasi berikutnya pada kuartal pertama tahun ini. Katanya masih akan mempertahankan layar 4,7 inci dan ditenagai chipset Bionic A15. Tentu saja, kita masih perlu melihat kinerja dari penjualan iPhone 13 series, sampai generasi berikutnya iPhone 14 series dirilis dan mendorong penjualan lebih tinggi.

Posisi selanjutnya berturut-turut merupakan pabrikan smartphone asal Tiongkok, yakni Xiaomi, OPPO, dan vivo yang akan mencoba memperluas pengaruhnya di kancah global. Xiaomi diprediksi akan menjual 220 juta unit smartphone, meraih pangsa pasar 16%, dengan pertumbuhan tahunan mencapai 15,8%. Menawarkan perangkat dengan spesifikasi lebih tinggi di kelasnya dan harga yang sangat agresif, sejauh ini formula andalan Xiaomi masih bekerja dengan sangat baik.

Sementara, OPPO diperkirakan akan menjual 208 juta unit, dengan pangsa pasar 15%, dan tumbuh 2,5%. Sedangkan, penjualan smartphone vivo akan mencapai 149 juta unit di tahun 2022, dengan pangsa pasar 11%, dan pertumbuhan tahunan 6,4%.

Lima besar pabrikan smartphone di atas mencaplok pangsa pasar smartphone hampir 80%. Sisanya akan diperebutkan oleh vendor lain, termasuk Huawei yang masih tertatih-tatih, Honor, Motorola, ASUS, ZTE, Sony, Infinix, dan lainnya.

Sumber: GSMArena

Samsung Menggulirkan Pembaruan One UI 4 Berbasis Android 12 untuk Galaxy S21 Series

Sebulan yang lalu, Samsung membuka program untuk mengajak pengguna smartphone flagship Galaxy S21 series mencicipi dan sekaligus menguji One UI 4 versi beta berbasis Android 12 sebelum resmi dirilis.

Peserta dapat merasakan preview desain One UI 4, mencoba fitur-fitur barunya, dan mengirimkan masukan yang digunakan oleh Samsung untuk menyempurnakan user experience One UI 4 versi final.

Kini pengguna Galaxy S21 series sekali lagi boleh berbangga, sebab Samsung telah mengumumkan secara resmi bahwa trio Galaxy S21, S21+, dan S21 Ultra menjadi perangkat pertama yang menerima pembaruan besar One UI 4 mulai hari ini.

Pembaruan tersebut digulirkan secara OTA, pengguna akan mendapatkan notifikasi jika waktunya tiba, atau pergi ke pengaturan software update untuk mengeceknya secara manual. Mungkin butuh beberapa hari hingga mencapai ke semua pengguna.

Beberapa peningkatan yang dibawa oleh One UI 4 mencakup antarmuka pengguna yang disederhanakan, tampil lebih bersih dan elegan dengan Material You. Juga tersedia beragam opsi penyesuaian baru, termasuk Color Palette yang dapat mengubah tampilan dan nuansa mulai dari home screen, ikon, menu, tombol, dan background.

Fitur widget juga dirancang ulang dan menawarkan penyesuaian yang lebih dalam. Anda akan lebih mudah mengekspresikan diri dengan lebih banyak variasi emoji, GIF, dan stiker yang tersedia langsung dari keyboard.

One UI 4 juga menghadirkan fitur privasi dan keamanan baru, Anda dapat memilih dengan tepat apa yang ingin dibagikan atau yang dirahasiakan. Misalnya Anda akan diberi tahu saat aplikasi mencoba mengakses kamera atau mikrofon. Dengan dasboard privasi baru, semua pengaturan dan kontrol dikumpulkan dalam satu tempat.

Selain itu, Samsung juga merilis pembaruan baru untuk pengguna smartwatch seperti Galaxy Watch, Galaxy Watch Active, Galaxy Watch Active2, dan Galaxy Watch3. Pembaruan tersebut menghadirkan fitur kesehatan yang ditingkatkan dan rangkaian watch face baru dengan penyesuaian lebih lanjut.

Salah satunya peningkatan fitur Fall Detection, sebelumnya fitur ini dirancang untuk mengidentifikasi jatuh yang keras saat pengguna melakukan aktivitas fisik. Namun sekarang tersedia opsi untuk mendeteksi jatuh saat berdiri diam.

Setelah perangkat mendeteksi, smartwatch akan mengirimkan pemberitahuan SOS ke kontak yang telah dipilih sebelumnya. Sehingga pengguna dapat menerima bantuan yang dibutuhkan sesegera mungkin.

Fitur lain yang diperbarui ialah Group Challenge, serta insight yang lebih dalam tentang kesehatan pengguna secara menyeluruh di aplikasi Samsung Health Monitor.

Sumber: Samsung 1, 2

Kolaborasi Blibli dan Samsung Hadirkan Samsung Experience Store dan Samsung Excellent Partner di Seluruh Indonesia

Blibli melalui anak perusahaannya, PT Global Teknologi Niaga (GTN), mengumumkan kerja samanya dengan Samsung Electronics Indonesia (SEIN) untuk menghadirkan Samsung Exclusive Brand Shop secara serentak di 30 titik, yang terdiri dari 12 Samsung Experience Store dan 18 Samsung Excellent Partner yang tersebar di beberapa kota di Indonesia, dari Jakarta hingga Makassar.

Berlokasi di Cilandak Town Square, acara peluncurannya diresmikan pada tanggal 3 November 2021 kemarin dan dihadiri oleh para petinggi Blibli, GTN, sekaligus SEIN. Konsumen saat ini sudah bisa mengunjungi deretan Samsung Experience Store tersebut dan menikmati pengalaman baru dalam mendapatkan smartphone dan perangkat terbaru Samsung, sekaligus menikmati penawaran khusus berupa cashback hingga 3 juta rupiah untuk pembelian Galaxy Note20 Series dan Galaxy S21 Series selama periode 3-10 November 2021.

“Kami optimis bahwa kolaborasi ini akan memberikan nilai tambah bagi pelanggan sebagai hasil dari kombinasi antara produk dan layanan berkualitas dari Samsung dengan platform dan ekosistem yang dimiliki oleh GTN,” ucap Wisnu Iskandar selaku CEO GTN dalam sebuah siaran pers. “Kerja sama ini juga sejalan dengan visi Blibli sebagai induk perusahaan GTN yang ingin menghadirkan layanan belanja terbaik melalui strategi omnichannel untuk memberikan pengalaman belanja yang terintegrasi online-to-offline secara utuh bagi pelanggan,” imbuhnya.

Sentimen serupa juga diutarakan oleh Yoon Soo Kim selaku President SEIN: “Melalui kerja sama strategis antara SEIN dengan GTN, kami berharap dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam menjangkau produk teknologi Samsung di Samsung Experience Store guna meningkatkan pengalaman belanja konsumen yang lebih seamless melalui jaringan offline store yang luas dan tersebar di seluruh Indonesia, dari Jakarta hingga Makassar.”

Berbekal platform dan ekosistem GTN yang didukung oleh Blibli, Samsung Exclusive Brand Shop ingin memberikan pengalaman baru kepada konsumen, seperti misalnya layanan Click & Collect yang memungkinkan konsumen untuk langsung mengambil produk di Samsung Experience Store (SES), yang sebelumnya telah dibeli secara online. Konsumen pun bisa mendapatkan nilai tambah lainnya berkat ketersediaan pilihan pembayaran yang lengkap — termasuk cicilan — hingga layanan tukar tambah dan asuransi.

Wisnu Iskandar, CEO GTN / Blibli

Ke depannya, GTN memastikan akan terus meningkatkan pengalaman pelanggan demi menciptakan kepuasan lebih di tiap kunjungannya ke SES. Salah satu caranya adalah dengan memperkuat integrasi platform dan ekosistem GTN dengan kapabilitas yang dimiliki Samsung melalui SES tersebut.

“Akan ada lebih banyak lagi hal besar yang hadir sebagai hasil dari kolaborasi lanjutan antara GTN dengan Samsung. Kami harap, kolaborasi ini akan memberikan pengalaman retail yang lebih baik bagi pelanggan, sekaligus membantu industri untuk makin tumbuh secara berkelanjutan melalui penguatan penggabungan channel online dan offline, termasuk dalam mendorong akselerasi transformasi digital di sektor retail smartphone,” tutup Wisnu.

Kolaborasi Blibli dan Samsung ini menarik karena pada dasarnya bisa membuktikan bahwa channel penjualan online dan offline sebenarnya tidak perlu saling sikut-menyikut. Keduanya bisa berjalan bersama-sama demi memberikan pengalaman yang lebih baik bagi konsumen; pesan secara online, lalu ambil barangnya di toko terdekat tanpa ada risiko-risiko yang mungkin terjadi jika mengandalkan layanan pengiriman.

Era Produktivitas Masa Kini ala Samsung Galaxy Z Fold3 5G 

Ketika Samsung meluncurkan seri smartphone lipat terbaru mereka (Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3), salah satu visi yang dipercaya sedang diemban pabrikan asal Korea Selatan oleh banyak penikmat gadget adalah, Samsung sedang ingin mempopulerkan smartphone lipat ke banyak konsumen. 

Beberapa tanda yang mendukung pendapat ini adalah, tidak ada perangkat generasi terbaru Seri Note di tahun ini serta harga jual paling dasar yang lebih mudah dari seri Fold Samsung sebelumnya. Selain dua hal ini, spesifikasi serta fitur baru yang disematkan di Z Fold3 dan Z Flip3 juga memberikan kesan bahwa dua perangkat ini adalah bukan hanya perangkat lipat terbaik yang ingin Samsung hadirkan, tetapi juga seri perangkat paling tinggi di jajaran perangkat smartphone Samsung, di atas Seri S dan seri Note. 

Salah satu ‘bahan jualan’ dari seri Galaxy Z Fold3 adalah tentang bagaimana perangkat ini jadi perangkat superior untuk kegiatan yang menyangkut multitasking. Baik produktivitas atau bisa juga untuk hiburan/leisure. Kalau biasanya ketika seri S rilis Samsung banyak mengadakan kegiatan untuk mengenalkan kemampuan fotografi perangkat, untuk seri Fold tentu saja kegiatan akan merujuk pada penggunaan perangkat untuk produktivitas. Karena fitur multitasking akan banyak digunakan di aktivitas ini. 

Dari sisi spesifikasi, Galaxy Z Fold3 bisa dibilang membawa berbagai fitur mumpuni misalnya: Prosesor yaitu Snapdragon 888 Ram 18GB dan peyimpanan internal 256GB atau 512Gb. Layar luar AMOLED 2268 x 832 piksel dan refresh rate 120Hz, layar dalam AMOLED 7,6 inci dengan resolusi 2208 x 1768 pixel dan refresh rate 120 Hz. Kamera tersembunyi untuk di layar dalam. Dukungan atas S Pen Pro dan S Pen. Anti air IPX8. 10MP selfie camera, 4MP under display camera, triple rear camera 12MP ultra wide, 12MP wide angle dan 12MP telephoto. 

Dari fiturnya ini saja, di atas kertas, perangkat tentunya bisa diharapkan mampu melibas berbagai aktivitas power user, seperti produktivitas. Multitasking, processing activity, berpindah aplikasi secara cepat dan juga dukungan fasilitas tambahan, seperti stylus misalnya. 

Lalu seperti apa proses multitasking yang bisa dianggap mewakili sebagian fitur di Z Fold3? Untuk hal ini, Samsung mengadakan acara workshop “Unfold the New Trend of Productivity” untuk memberikan gambaran pada awak media yang diundang seperti apa aktivitas nyata kekinian yang berhubungan dengan multitasking dan produktivitas dengan perangkat Z Fold3 5G. 

Di acara ini dihadirkan 3 pembicara, dari Samsung yaitu Taufiq Furqan, Product Marketing Manager Samsung Mobile, Samsung Electronics Indonesia. Lalu dua lagi adalah Putera Dwi Karunia – founder Brodo dan Dinda Puspitasari – ilustrator.

Untuk Putera (Uta) sendiri, perangkat Z Fold3 membantu dalam menjalankan usahanya serta mengatur banyak hal di mana saja dengan lebih efisien. Semacam laptop tapi dalam bentuk yang lebih kecil. 

Ia mengatakan bahwa perangkat ini bisa menjadi 3 perangkat sekaligus. 

“Pertama, pas masih tertutup, dia bisa dipakai sebagai smartphone biasa untuk penggunaan yang singkat seperti chatting dan browsing. Kedua, saat terbuka, ia otomatis jadi seperti tablet karena layar utamanya yang memang lapang. Ini enak banget untuk buka dokumen, presentasi, sampai spreadsheet bahkan dalam waktu yang lama, experiencenya nggak bisa saya dapetin di smartphone biasa. Ketiga, Samsung Galaxy Z Fold3 5G ini juga membuat multi-tasking semakin mudah dengan fitur multi-windownya. Pokoknya versatile banget dan sangat memudahkan saya untuk beralih dari satu urusan bisnis ke keperluan lainnya sesuai kebutuhan”.

Beberapa hal yang menjadikan Z Fold3 unggul sebagai perangkat adalah: 

Multi windows yang digunakan Uta untuk memerika presentasi sambil mencatat poin penting di tengah panggilan video dengan tim Brodo. Multitasking seperti mengunggah file ke layanan cloud sambil membaca email dan melihat konten media sosial Brodo. Atau fitur 120Hz untuk kenyaman menjelajah konten seperti berita, riset pasar atau laporan internal. 

Selain itu fitur App Pairs juga memantu Uta dalam mengakses kombinasi dari berbagai aplikasi favorit secara cepat. Misalnya mengkombinasikan Power Point dengan Samsung Notes dan Calculator. Atau kombinasi antara Youtube, Samsung Notes dan Document. 

Lalu ada pula fitur Drag and Split yang membantu dalam mengakses link dari rekan kerja melalui layanan pesan tanpa perlu mengecilkan jendela aplikasi pesan. 

Sedangkan kegiatan produktivitas lain yang juga ingin ditonjolkan adalah yang berhubungan dengan artwork atau kegiatan seni dan desain. Salah satunya tentu saja karena Z Fold3 adalah perangkat seri Fold pertama yang mendukung S Pen. 

Narasumber untuk menceritakan pengalaman menggunakan Z Fold3 adalah Dinda Puspitasari yang merupakan fashion ilustrator. 

Skema penggunaan yang dilakukan Dinda antara lain adalah menggunakan perangkat ini untuk mengumpulkan inspirasi lewat fitur multi windows. Bisa melakukan beberapa kegiatan secara langsung seperti menjelajah Pinterest, menonton Youtube dan mencatat atau membuat sketsa kasar. 

Fitur-fitur yang menurut Dinda menarik di perangkat ini antara lain berfungsi sebagai Workstation, membuat draft pertama dari karyanya dengan S Pen lalu membagikannya via fitur Shared Notebooks ke tim. 

Fitur lainnya adalah kemudahan men-convert artwork yang dibuat ke bentuk PSD dengan resolusi tinggi. Lalau kombinasi antara S Pen dan layar utama yang responsif memudahkan dan memberikan kenyamanan ketika sketching, layaknya menggambar menggunakan pensil dan kertas. 

Fitur Flex Mode juga menjadi andalan Dinda karena bisa mengatur sudut lipatan dari Galaxy Z Fold3 5G, berguna untuk mengikuti konferensi video dengan nyaman dan bisa bebas mengambil alat gambar atau referensi karya untuk menunjang penjelasannya.

Sebagai pengguna Note 10 Plus, saya cukup mengerti seperti apa power user itu dan seperti apa keseruan yang terjadi ketika ada perangkat yang memang bisa mendukung kegiatan sebagai power user. Untuk urusan produktivitas memang diperlukan perangkat yang mendukung. Bukan berarti perangkat non stylus tidak bisa digunakan sebagai produktivitas tetapi ada beberapa kelebihan yang bisa dihadirkan oleh perangkat smartphone dengan dukungan stylus. 

Dan, tentunya memang mindset itu yang saya tangkap dari kehadiran Samsung Galaxy Z Fold3 5G. Sempat mencoba experience walau hanya sebentar, perangkat ini memang cocok kalau dijadikan sebagai perangkat pengganti tablet atau laptop. Terutama adalah dukungan S Pen yang baru pertama kali hadir di seri Fold. 

Terasa berat memang Z Fold3 tetapi tidak seberat yang saya kira, masih cukup oke dan nyaman untuk digunakan rutin. Kombinasi windows split-nya memang menarik. Berhubungan saat acara sedang berlangsung turnamen international Dota2, maka saya mencoba memposisikan sebagai pelatih tim esports. Yang mencoba menonton pertandingan sambil mencatat atau menganalisis via Samsung Notes dan S Pen. Fungsinya memang bisa berguna untuk para power user

Di sisi desain, kesan pertama perangkat ini memang sudah cukup premium. Unit berwarna Phantom Silver yang saya coba tidak hanya memberikan kesan mewah tetapi juga tangguh. 

Menarik tentunya melihat strategi Samsung dengan tidak merilis Note terbaru tahun ini dan malah menambahkan S Pen di seri Z Fold. Dorongan untuk menambah pengguna Fold memang bisa jadi salah satu sarana Samsung menjadi pemimpin di segmen ini. Tidak banyak pabrikan lain yang membuat perangkat lipat yang sudah beberapa seri seperti Samsung. 

Dan kampanye akan penggunaan perangkat untuk kegiatan produktivitas dan multitasking adalah cara paling masuk akal untuk mengenalkan Galaxy Z Fold3 5G. 

Samsung Galaxy M52 5G Resmi Dirilis, Unggulkan Snapdragon 778G dan Layar 120 Hz di Harga 5 Jutaan

Baru pertengahan September lalu, Samsung memperkenalkan Galaxy A52s 5G untuk segmen kelas menengah atas. Sekarang, Samsung malah tancap gas lebih dalam lagi dan menyingkap ponsel 5G baru lagi, yakni Galaxy M52 5G.

Penamaan kedua perangkat ini boleh mirip, bahkan desain dan spesifikasinya sepintas juga terdengar tidak terlalu berbeda jauh. Meski begitu, keduanya punya target pasar yang berbeda. Selisih harganya pun cukup lumayan; A52s dibanderol Rp6.499.000, sementara M52 dihargai Rp5.399.000 tanpa promo.

Dari segi performa, kedua ponsel ini bisa dibilang sama persis. Seperti A52s, M52 turut ditenagai chipset Snapdragon 778G serta RAM 8 GB. Fitur ekspansi RAM virtual juga didukung, maksimum hingga 4 GB. Bedanya, M52 dibekali storage internal sebesar 128 GB, sedangkan A52s datang membawa kapasitas 256 GB. Keduanya sama-sama punya slot kartu microSD sekaligus NFC.

Untuk layarnya, M52 menggunakan panel Super AMOLED 6,7 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 120 Hz. Mirip, tapi ukurannya 0,2 inci lebih besar daripada milik A52s 5G. Bagian tengah atasnya juga dihuni oleh kamera selfie 32 megapiksel.

Masih seputar layar, ada satu perbedaan signifikan yang tidak kelihatan secara kasat mata: A52s punya sensor sidik jari di balik layarnya, sementara M52 tidak. Di M52, sensor sidik jarinya bisa kita temukan pada tombol power-nya di sebelah kanan.

Beralih ke belakang, kita bisa menjumpai tiga kamera pada M52: kamera utama 64 megapiksel f/1.8, kamera ultra-wide 12 megapiksel f/2.2, dan kamera makro 5 megapiksel f/2.4. Sebagai perbandingan, A52s punya konfigurasi kamera yang sama, tapi ditambah kamera depth 5 megapiksel beserta optical image stabilization (OIS). M52 di sisi lain tidak punya OIS.

Satu kelebihan M52 yang bisa dibanggakan dari saudaranya adalah perihal baterai. M52 mengemas baterai berkapasitas 5.000 mAh, alias 500 mAh lebih besar daripada milik A52s. Charging-nya pun sama-sama cepat dengan dukungan output maksimum sebesar 25 W.

Istimewanya, meski baterainya lebih besar, bodi M52 justru lebih tipis di angka 7,4 mm. Bobotnya pun tergolong ringan di 173 gram. Meski begitu, M52 tidak punya sertifikasi ketahanan air dan debu IP67 seperti A52s. Untuk pilihan warnanya, M52 tersedia dalam warna hitam, putih, dan biru.

Terkait kapabilitas 5G-nya, Ilham Indrawan selaku Product Marketing Manager Samsung Electronics Indonesia menjelaskan bahwa secara hardware, M52 sudah sepenuhnya siap. Namun untuk aktivasinya, konsumen harus menunggu pembaruan software (yang akan dirilis ketika dukungan dari operator sudah resmi tersedia).

Kehadiran Galaxy M52 5G semakin melengkapi portofolio smartphone 5G Samsung di luar lini flagship-nya, yang sejauh ini mencakup — urut dari yang paling murah — A22 5G, A32 5G, M52 5G, dan A52s 5G. Menurut Ilham, dari total smartphone yang Samsung jual selama kuartal kedua 2021 kemarin, 16%-nya merupakan smartphone 5G, naik signifikan dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.

Bagi yang tertarik meminang Samsung Galaxy M52 5G, saat ini sedang digelar promo flash sale dengan potongan harga sebesar 400 ribu, yang berarti perangkat hanya perlu ditebus seharga Rp4.999.000 saja. Promo ini berlaku sampai dengan 31 Oktober 2021 di Samsung.com/id, Blibli, Eraspace, Lazada, Shopee, dan Tokopedia.

Samsung Umumkan Galaxy Z Flip3 Bespoke Edition, Boleh Pilih Dua Kombinasi Warna

Lewat acara Galaxy Unpacked part 2, Samsung mengumumkan Galaxy Z Flip3 dan Watch4 series Bespoke Edition. Dengan Galaxy Bespoke Studio, calon pengguna Galaxy Z Flip3 dapat memilih warna pada bagian depan, belakang, dan bingkai.

Lima warna yang tersedia untuk bagian depan dan belakang ialah blue, pink, yellow, white, dan black. Anda diperbolehkan mengkombinasikan dua warna yang berbeda, misalnya blue + pink, yellow + blue, white + black, dan seterusnya.

Warna bingkainya tersedia dalam black dan silver. Secara keseluruhan, Galaxy Z Flip3 Bespoke Edition ini menawarkan 49 kombinasi warna yang berbeda. Sayangnya, Galaxy Bespoke Studio tidak mancakup area cover screen dan kamera belakang yang berwarna hitam.

Saat ini, Galaxy Z Flip3 Bespoke Edition baru tersedia di beberapa pasar seperti AS, Inggris, Kanada, Australia, Prancis, dan Korea Selatan. Samsung berencana untuk memperluas daftar itu ke depannya.

Untuk harganya, Samsung Galaxy Z Flip3 Bespoke Edition dibanderol mulai dari US$1.100 atau hanya US$50 lebih mahal dari model reguler dan disertai dengan perlindungan Samsung Care+ selama 12 bulan.

Samsung Galaxy Watch4 dan Watch4 Classic Bespoke Edition juga tak kalah menarik. Dari awal, calon pengguna smartwatch terbaru Samsung tersebut dapat menyesuaikan baik itu sesuai dengan kebutuhan maupun selera.

Untuk Galaxy Watch4, Anda dapat memilih ukuran smartwatch 40mm atau 44mm yang masing-masing tersedia dalam bingkai berwarna black, silver, dan gold. Sedangkan, Watch4 Classic tersedia dalam ukuran 42mm atau 46mm dengan warna bingkai black dan silver.

Jenis dan warna band-nya juga bisa disesuaikan, mulai dari hybrid leather dan sport yang tersedia dalam 9 warna. Meliputi black, silver, green, white, pink, mustard, red, olive, dan navy.

Lalu, ada extreme sport dalam opsi warna black, white, navy, dan pink. Milanese band dengan opsi warna black dan silver. Serta, Ridge sport band dalam opsi warna black, white, silver, green, dan navy.

Pada acara tersebut, Samsung juga mengumumkan kolaborasi dengan Maison Kitsuné. Perusahaan fashion dan label musik elektronik Jepang-Perancis untuk Galaxy Watch4 dan Galaxy Buds2 edisi terbatas.

Sumber: GSMArena

Samsung Rilis SSD 980 Pro untuk PS5 yang Dilengkapi Heatsink Bawaan

Tidak seperti Xbox Series X, PlayStation 5 mendukung ekspansi penyimpanan via SSD non-proprietary. Jadi ketimbang mengandalkan slot dengan konektor khusus, PS5 justru mengemas slot kosong yang dapat diisi SSD NVMe dengan form factor M.2.

Namun pada praktiknya, meng-upgrade storage milik PS5 tidaklah sesimpel itu, sebab ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Yang paling utama, spesifikasi SSD-nya harus sesuai dengan syarat yang tercantum, demikian pula ukuran fisik dan struktur heatsink-nya.

Kabar baiknya, produsen SSD tidak ingin tinggal diam begitu saja. Samsung misalnya, mereka tengah mempersiapkan SSD baru yang spesifik dirancang untuk dijejalkan ke dalam PS5 tanpa memerlukan modifikasi dalam bentuk apapun. Cukup keluarkan SSD dari boksnya, selipkan ke dalam slot ekspansi milik PS5, maka kapasitas penyimpanan sang konsol otomatis sudah bertambah.

SSD yang dimaksud adalah Samsung 980 Pro with Heatsink. Perangkat ini mengemas spesifikasi dan kinerja yang identik seperti versi normalnya yang dirilis tahun lalu, akan tetapi bodinya sudah dibungkus dengan heatsink logam berukuran tebal untuk membantu menekan suhunya selagi bekerja, baik pada permukaan bawah maupun atasnya.

Solusi pendinginan tersebut penting mengingat performa SSD ini memang luar biasa ngebut, dengan kecepatan tulis 5.100 MB/s dan baca 7.000 MB/s, jauh di atas syarat yang ditetapkan oleh Sony (5.500 MB/s).

Meski ditargetkan buat para pengguna PS5, SSD ini pastinya tetap bisa digunakan di PC apapun yang memiliki slot M.2. Namun agar bisa mencapai kecepatan maksimumnya, pastikan motherboard yang digunakan sudah mendukung interface PCIe 4.0. Sebagai referensi, perangkat ini tercatat memiliki dimensi 80 x 24 x 8,6 mm.

Di Amerika Serikat, Samsung 980 Pro versi PS5 ini kabarnya akan tersedia mulai 29 Oktober 2021. Samsung mematok harga $250 untuk versi 1 TB, dan $450 untuk versi 2 TB. Sejauh ini belum ada informasi mengenai versi 500 GB atau 250 GB (kapasitas minimum yang didukung PS5).

Sumber: Tom’s Hardware.

Apple, Google, dan Samsung Bersiap Meluncurkan Perangkat Baru Pada 18-20 Oktober 2021

Apple, Google, dan Samsung – tiga raksasa perusahaan teknologi itu tengah bersiap-siap mengadakan acara peluncuran produk terbaru mereka. Menariknya acara akan berlangsung secara berurutan, masing-masing mulai dari tanggal 18, 19, dan 20 Oktober 2021 nanti.

Apple 18 Oktober

 

Mulai dari yang paling dekat, Apple akan menggelar acara spesial pada 18 Oktober dan disiarkan langsung pada Apple.com pada jam 1PM atau jam 12AM WIB (tengah malam). Dalam video undangannya, Apple menggoda dengan kata “Unleashed“.

Bila menurut rumor yang beredar, kabarnya Apple akan merilis model MacBook Pro 14 dan 16 inci, serta Mac Mini dengan chip Apple M1X. Chip ini memiliki CPU 10 core dengan prosesor grafis 16 atau 32 core, sebagai pembanding chip M1 punya CPU 8 core dengan prosesor grafis 7 atau 8 core dan itu sudah sangat powerful.

Selain itu, Apple juga mungkin akan mengumumkan sepasang AirPod baru yang didesain ulang. Ia diharapkan mengadopsi desain yang mirip dengan AirPod Pro dengan ukuran lebih pendek dan charging case baru.

Google 19 Oktober

Hari berikutnya, kejutan besar bakal datang dari Google yang akan mengungkap secara resmi detail dari smartphone flagship yang sangat dinantikan yakni Pixel 6, Pixel 6 Pro, dan Pixel 5A sebagai tambahan. Acara Google juga akan berlangsung pada jam 1PM ET atau jam 12AM WIB (tengah malam).

Salah satu hal yang bakal berbeda dari Pixel 6 series ialah mereka akan menggunakan chipset buatan Google sendiri bernama Tensor. SoC tersebut dibangun di atas arsitektur ARM 8 core dengan fabrikasi 5 nm dan akan dibekali dengan Tensor Processing Unit (TPU) untuk tugas pemrosesan AI dan ML yang lebih efisien.

Rumor terkait smartphone Pixel dengan layar lipat juga akan terjawab di acara tersebut. Lalu, juga diharapkan Google akan mengumumkan jadwal rilis Android 12.

Samsung 20 Oktober

Untuk menonton acara Samsung Unpacked Part 2 pada 20 Oktober mendatang, untungnya kita tidak perlu bergadang – acaranya dimulai pukul 10AM ET atau jam 9PM WIB. Dalam undangannya Samsung menyebutkan “membuka pengalaman baru untuk ekspresi diri melalui teknologi”.

Kalau menurut rumor yang ada, kemungkinan besar Samsung akan mengumumkan mengenai peluncuran versi stabil One UI berbasis Android 12. Katanya juga bakal hadir opsi warna baru untuk Galaxy Z Flip3 atau mungkin Galaxy S21 FE akan memulai debutnya.

Sumber: TheVerge 1, 2, 3