Skydio X2 Ramaikan Pasar Portable Drone untuk Kebutuhan Komersial

Dua tahun lalu, industri consumer drone kedatangan satu pemain baru yang cukup ambisius. Mereka adalah Skydio, dengan produk perdananya yang bernama Skydio R1, yang betul-betul mengedepankan kemampuan kendali otomatis sampai-sampai Skydio sengaja tidak merancang unit controller buatnya.

Namun Skydio R1 bukanlah tanpa kekurangan. Yang paling utama, harganya kelewat tinggi: $2.500. Kedua, kualitas kameranya jauh di bawah drone sekelas. Ketiga, dimensinya masih tergolong bongsor jika melihat tren drone dengan desain foldable yang populer dalam beberapa tahun terakhir.

Setahun berlalu, Skydio 2 datang membenahi kekurangan-kekurangan tersebut. Harganya jauh lebih terjangkau ($1.000), kualitas kameranya jauh lebih superior, dan fisiknya menyusut sampai sekitar 50%. Meski demikian, sebenarnya masih ada beberapa hal yang bisa ditingkatkan lebih jauh lagi, seperti misalnya desain dari drone itu sendiri, sebab Skydio 2 memang belum menganut tren foldable.

Skydio X2

Kekurangan itu akhirnya mereka benahi tahun ini. Mereka baru saja memperkenalkan Skydio X2 sebagai varian alternatif dari drone generasi keduanya. Spesifiknya, Skydio menempatkan X2 sebagai portable drone untuk kebutuhan komersial, mulai dari ranah bisnis sampai militer. Kata “portable” itu perlu disorot mengingat X2 akhirnya mengusung rancangan foldable dengan empat lengan yang bisa dilipat ke dalam ketika sedang tidak digunakan.

Selain desain yang lebih ringkas, ada beberapa peningkatan lain yang X2 bawa dibanding sepupu versi consumer-nya. Dari segi kemampuan mengudara, X2 ternyata jauh lebih efisien, mampu beroperasi sampai 35 menit nonstop (Skydio 2 cuma 23 menit), dan jarak transmisi sinyalnya naik nyaris dua kali lipat menjadi 6,2 kilometer.

Kalau melihat wajahnya, tampak bahwa ia dibekali dua kamera utama. Satu merupakan kamera thermal FLIR Boson dengan resolusi 320 x 256 pixel yang diklaim 4x lebih tajam ketimbang kamera thermal milik DJI Mavic 2 Enterprise. Satu lagi adalah kamera biasa beresolusi 4K.

Kamera biasanya ini cukup istimewa, sebab ia dapat ditandemkan dengan enam kamera navigasi pada X2 dan guna mewujudkan fitur yang Skydio sebut dengan istilah “360 Superzoom”. Ya, X2 mampu menampilkan gambar 360 derajat sekaligus kemampuan zoom hingga sejauh 100x, semuanya lengkap dengan electronic image stabilization.

Skydio X2

Berhubung drone ini bakal banyak digunakan untuk misi penyelamatan maupun tugas-tugas inspeksi lainnya, fungsionalitas tentu jauh lebih penting ketimbang kualitas visual. Kemampuannya menggambarkan keadaan di sekitarnya dari segala sudut (360°) sekaligus memperbesarnya secara ekstrem tentu bakal menjadi nilai jual ekstra di segmen drone komersial.

Setiap unit Skydio X2 datang bersama Skydio Enterprise Controller. Dari namanya sudah kelihatan bahwa remote ini ditujukan buat kalangan profesional, dan sesuai dengan keadaan di lapangan, kontrolnya sengaja dibuat agar mudah dioperasikan meski pengguna sedang memakai sarung tangan.

Selain diterbangkan secara manual, tentu saja X2 mendukung kapabilitas otonom yang sangat komprehensif, dan di sini fitur-fitur pengendalian serba otomatis itu bakal berjalan secara harmonis dengan kontrol manual. Contoh yang paling gampang, seorang pilot bisa menerbangkan X2 selagi memperhatikan bagian atasnya saja, dan X2 sendiri yang akan menghindari rintangan-rintangan di depannya.

Belum diketahui berapa harga yang ditetapkan untuk Skydio X2, tapi semestinya tidak akan lebih murah dari $1.000 (harga Skydio 2). Di Amerika Serikat, pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai kuartal keempat tahun ini.

Sumber: SlashGear.

Drone Canggih Skydio R1 Kini Dapat Mengikuti Pergerakan Mobil dengan Sendirinya

Terlepas dari banderol harganya yang kelewat mahal, Skydio R1 merupakan drone yang begitu mengesankan berkat kemampuannya mengudara dan bermanuver selagi mengabadikan video tanpa input secara konstan dari pengguna. Cukup tentukan apa yang hendak direkam, maka R1 bakal mengerjakan tugasnya tanpa ragu-ragu.

Sampai sejauh ini, apa yang bisa R1 rekam menggunakan kamera 4K-nya baru terbatas pada subjek manusia saja. Namun mengingat fondasi utama R1 adalah AI (artificial intelligence) dan software, Skydio selaku pengembangnya dapat dengan mudah menambahkan kemampuan-kemampuan baru lewat sebuah update.

Tanpa harus menunggu lama, Skydio pun baru saja merilis update yang menghadirkan fitur bernama Car Follow pada R1. Sesuai namanya, fitur ini memungkinkan R1 untuk mengikuti dan mengabadikan pergerakan kita di atas kendaraan roda empat. Tentunya semua ini R1 lakukan sembari menghindari rintangan yang menghadang di rutenya.

Skydio R1 Car Follow

Skydio bilang bahwa fitur ini ideal digunakan ketika kita sedang memacu mobil di medan off-road, bermain-main di sirkuit rally, atau sekadar menyusuri lapangan golf dengan golf cart. Satu-satunya batasan yang ada adalah jangan manfaatkan fitur ini di jalanan terbuka, melainkan hanya di lokasi-lokasi tertutup saja.

Selain Car Follow, masih ada tiga mode sinematik baru yang dijuluki Car Tripod, Quarter Follow dan Quarter Lead. Skydio pun tidak lupa mengoptimalkan sistem prediksi R1 agar kemampuannya menghindari rintangan bisa jadi lebih baik lagi. Terakhir, aplikasi pendampingnya sekarang dapat menunjukkan persis di mana drone bakal mendarat.

Sumber: Engadget dan Skydio.

Tidak Punya Controller, Drone Skydio R1 Benar-Benar Bisa Terbang dan Merekam Secara Otomatis

Mundurnya GoPro dari bisnis drone adalah bukti kebesaran DJI dalam industri tersebut. Saya yakin di luar sana ada banyak startup drone yang menyerah sebelum berperang setelah melihat kondisinya dalam setahun belakangan, tapi tidak untuk startup bernama Skydio berikut ini.

Didirikan pada tahun 2014 oleh tiga jenius jebolan MIT, dari awal Skydio sudah punya visi yang cukup ambisius. Mereka ingin menciptakan drone yang benar-benar bisa bermanuver selagi merekam video dengan sendirinya. Setelah berkutat dengan computer vision, artificial intelligence dan berbagai teknologi lainnya selama kurang lebih empat tahun, Skydio akhirnya punya satu produk yang siap dipasarkan.

Skydio R1 / Skydio

Produk tersebut adalah sebuah quadcopter bernama Skydio R1. Drone kecil ini benar-benar mengedepankan aspek pengoperasian otonom, sampai-sampai Skydio sengaja tidak merancang unit controller untuknya. Cukup dengan beberapa sentuhan pada aplikasi smartphone-nya, R1 siap mengudara dengan sendirinya sampai secepat 40 km/jam, tanpa ada input secara konstan dari pengguna.

Aplikasi ponsel itu dibutuhkan untuk menentukan mode penerbangan dan perekaman yang diinginkan pengguna, serta untuk memilih subjek yang hendak direkam dan memantau hasil rekamannya secara live. Setelahnya, R1 dapat bermanuver dengan sendirinya, menghindari berbagai rintangan yang ada selagi mengunci fokus kameranya pada subjek yang telah dipilih.

Skydio R1

Rahasianya terletak pada total 13 kamera yang ditanam di seluruh sisi R1. Informasi yang dikumpulkan kemudian diolah oleh chip Nvidia Jetson TX1, yang memang dikembangkan secara khusus untuk memaksimalkan kinerja computer vision dan machine learning. Sebagai pelengkap, Skydio membubuhkan algoritma untuk mengenali beragam objek seperti manusia, pohon atau mobil, termasuk memperhatikan detail kecil seperti warna baju.

Selama mengudara, R1 akan terus memetakan lingkungan di sekitarnya dalam wujud 3D secara real-time. Segudang informasi yang diolah juga dimanfaatkan untuk memprediksi tindakan drone selama empat detik ke depan, dan semua ini berlangsung secara konstan selama sekitar 16 menit, sebelum akhirnya baterai R1 perlu di-charge kembali.

R1 dilengkapi kamera yang dapat merekam dalam resolusi 4K 30 fps, dengan sudut pandang seluas 150 derajat. Kamera tersebut duduk di atas gimbal 2-axis, dan semua hasil rekamannya akan disimpan di dalam storage internal sebesar 64 GB. Sasisnya sendiri terbuat dari perpaduan aluminium dan serat karbon, dengan bobot tak lebih dari 1 kilogram.

Skydio R1

Sejauh ini apa yang ditawarkan Skydio terdengar menarik, akan tetapi yang mungkin bakal menjadi masalah adalah perihal harga jualnya. Meski masih dalam jumlah terbatas, Skydio R1 saat ini sudah dipasarkan seharga $2.499. Sebagai perbandingan, DJI Phantom 4 Pro dan Inspire 2 masing-masing memiliki banderol $1.499 dan $2.999.

Kedua drone DJI tersebut mengemas kamera yang lebih superior, serta juga dilengkapi kemampuan mendeteksi rintangan dan kendali otomatis, meski tidak sekompleks yang Skydio tawarkan, dan masih harus dikendalikan dengan controller yang cukup rumit. Tidak cuma itu, keduanya juga lebih gesit dan bisa mengudara jauh lebih lama.

Selisih $500 dari Inspire 2 adalah harga yang kelewat mahal untuk Skydio R1, akan tetapi ini dikarenakan teknologinya masih baru, bukan semata Skydio ingin mencari untung besar. Mereka berharap ke depannya bisa menghadirkan teknologi otonom sekelas R1 pada produk yang lebih terjangkau, kurang lebih sama seperti “Master Plan” yang berhasil dieksekusi Tesla.

Sumber: The Verge dan Skydio.