OPPO Ace 2 Datang Membawa Teknologi Wireless Charging Super Cepat

Oktober lalu, OPPO membuat gebrakan terkait teknologi pengisian baterai lewat Reno Ace. Ponsel tersebut merupakan salah satu yang pertama mengusung teknologi charging SuperVOOC 65 W, yang sanggup mengisi penuh baterai berkapasitas 4.000 mAh dalam waktu 30 menit saja.

Belum begitu lama berselang, OPPO menyingkap suksesornya yang turut dibekali teknologi pengisian baterai mutakhir. Di samping SuperVOOC, smartphone bernama OPPO Ace 2 (tanpa “Reno” sekarang) ini turut dibekali teknologi wireless charging istimewa bernama AirVOOC.

Berbeda dari Qi wireless charging biasa, AirVOOC mampu menyalurkan daya dengan output 40 W, sehingga baterai 4.000 mAh milik Ace 2 dapat terisi penuh dalam 56 menit. Namun untuk bisa menikmati AirVOOC, konsumen harus membeli charging pad khusus yang dilengkapi kipas pendingin secara terpisah.

OPPO Ace 2

Seperti pendahulunya, Ace 2 juga mengusung spesifikasi kelas flagship. Panel layar OLED 6,5 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate 90 Hz tetap dipertahankan di sini, akan tetapi notch-nya sudah digantikan dengan lubang kamera selfie yang mengemas modul 16 megapixel.

Performanya ditunjang oleh chipset Snapdragon 865, lengkap beserta pilihan RAM 8 GB atau 12 GB, serta storage internal tipe UFS 3.0 berkapasitas 128 GB atau 256 GB. NFC, Wi-Fi 6, dan reverse wireless charging semuanya juga tersedia. Sistem operasinya sendiri sudah memakai ColorOS 7.1 yang berbasis Android 10.

OPPO Ace 2

Beralih ke belakang, kita bisa melihat empat buah kamera: kamera utama 48 megapixel dan kamera ultra-wide 8 megapixel, sedangkan dua sisanya didesain untuk menyempurnakan hasil foto Portrait Mode. Entah kenapa OPPO tidak membekalinya dengan kamera telephoto seperti Reno Ace.

Di Tiongkok, OPPO Ace 2 bakal segera dipasarkan dengan harga mulai 3.999 yuan, atau kurang lebih sekitar Rp 8,9 juta. Sayang belum ada informasi mengenai jadwal rilisnya di pasar internasional.

Sumber: GSM Arena.

Redmi K30 Pro Diumumkan, Usung Spesifikasi Flagship tapi dengan Refresh Rate Standar

Xiaomi resmi mengumumkan flagship Redmi terbarunya, K30 Pro. Ponsel ini tentunya membawa sejumlah peningkatan dibanding Redmi K30 yang sudah hadir lebih dulu, tapi yang mengejutkan adalah bagaimana ia justru lebih inferior terkait satu hal, yaitu refresh rate.

Diumumkan menjelang akhir tahun kemarin, Redmi K30 mengunggulkan layar dengan refresh rate 120 Hz layaknya mayoritas smartphone flagship lain yang dirilis belakangan ini. Layar Redmi K30 Pro di sisi lain cuma memiliki refresh rate 60 Hz. Mengapa bisa demikian?

Well, kualitas layarnya berbeda. K30 Pro boleh kalah soal refresh rate, tapi kualitas panelnya lebih superior. Itu dikarenakan K30 Pro memakai panel AMOLED (dengan sensor sidik jari terintegrasi di baliknya), sedangkan K30 masih LCD. Refresh rate-nya memang standar, tapi setidaknya layar 6,67 inci beresolusi 1080p ini menawarkan touch sampling rate 180 Hz.

Redmi K30 Pro

K30 Pro juga lebih unggul secara estetika, terutama berkat pengadopsian kamera depan model pop-up. Xiaomi mengklaim kinerja mekanisme pop-up K30 Pro lebih cepat ketimbang yang terdapat pada seri K20; kamera 20 megapixel ini cuma memerlukan waktu 0,58 detik untuk keluar dari rumahnya.

Di belakang, pengguna bakal disambut oleh empat kamera: kamera utama 64 megapixel (Sony IMX686), ultra-wide 13 megapixel, macro 5 megapixel, dan depth sensor 2 megapixel. Xiaomi rencananya juga akan menawarkan varian K30 Pro Zoom Edition, yang akan menukar kamera macro-nya dengan kamera telephoto 8 megapixel (3x optical zoom).

Redmi K30 Pro

K30 Pro datang membawa spesifikasi yang amat menjanjikan: Snapdragon 865, RAM LPDDR5 8 GB dan storage UFS 3.1 256 GB. Kalau mau yang lebih terjangkau, tersedia pula varian dengan RAM LPDDR4x 6 GB dan storage UFS 3.0 128 GB. Baterainya punya kapasitas 4.700 mAh, dan mendukung fast charging 33 W.

Di Tiongkok, Redmi K30 Pro sudah dipasarkan dengan banderol mulai 2.999 yuan, atau sekitar Rp 6,9 juta. Sayangnya belum ada informasi terkait perilisan globalnya.

Sumber: Android Headlines dan Xiaomi.

Nokia Luncurkan Tiga Smartphone Baru dan Reinkarnasi Ponsel Klasik

Nokia hari ini resmi memperkenalkan smartphone 5G pertamanya, Nokia 8.3 5G. Dalam kesempatan yang sama, Nokia juga menyingkap tiga ponsel lain, yakni Nokia 5.3, Nokia 1.3, dan reinkarnasi modern Nokia 5310.

Nokia 8.3 bukanlah sebuah flagship, melainkan duduk di kategori menengah ke atas. Desainnya kelihatan modern berkat rancangan layar model hole-punch, tapi entah kenapa ia masih menyisakan sedikit bezel di atas. Layarnya sendiri tergolong masif, dengan bentang diagonal 6,81 inci dan resolusi 1080p.

Nokia 8.3 5G

Dukungan jaringan 5G diwujudkan oleh penggunaan chipset Qualcomm Snapdragon 765G, yang hadir bersama pilihan RAM 6 GB atau 8 GB, serta storage internal 64 atau 128 GB (plus slot microSD). Kapasitas baterainya cukup besar di angka 4.500 mAh, sedangkan sensor sidik jarinya telah ditanamkan ke tombol power-nya.

Nokia 8.3 mengandalkan empat kamera belakang: kamera utama 64 megapixel, ultra-wide 12 megapixel, macro 2 megapixel, dan depth sensor 2 megapixel. Kamera depannya punya resolusi 24 megapixel, dan Nokia tentu saja tidak lupa menggunakan komponen optik dari Zeiss untuk smartphone barunya ini.

Satu hal yang cukup menarik adalah penekanan Nokia terkait video. Bukan sebatas menawarkan perekaman dalam resolusi 4K, Nokia 8.3 disebut juga jago mengambil video di kondisi pencahayaan yang minimal berkat ukuran pixel individual yang besar (2,8 μm) pada sensor kameranya. Jika diperlukan, Nokia 8.3 juga bisa merekam video dalam format ‘mentah’ (log).

Selain itu, Nokia turut membanggakan sejumlah efek sinematik bawaan yang ditawarkan, semisal efek anamorphic. Di samping video, audio juga menjadi prioritas lain Nokia 8.3; perangkat diklaim mampu merekam suara dari segala sudut secara akurat dengan memanfaatkan teknologi yang sebelumnya dipakai di kamera 360 derajat Nokia Ozo.

Sistem operasi yang dijalankan sudah Android 10, dan Nokia menjanjikan update rutin sampai dua tahun ke depan mengingat perangkat ini tergabung dalam program Android One. Nokia 8.3 5G kabarnya akan dipasarkan secara global pada musim panas mendatang seharga 599 euro (6GB/64GB) dan 649 euro (8GB/128GB).

Nokia 5.3 dan Nokia 1.3

Nokia 5.3 / Nokia
Nokia 5.3 / HMD Global

Di segmen yang lebih terjangkau, ada Nokia 5.3 yang mengusung layar yang tidak kalah besar: 6,55 inci, dengan resolusi 720p. Resolusinya mungkin terdengar mengecewakan, akan tetapi ini berpengaruh langsung terhadap keunggulan Nokia 5.3 perihal baterai, yang diklaim tahan sampai 2 hari pemakaian.

Baterainya sendiri punya kapasitas 4.000 mAh, sedangkan chipset yang digunakan adalah Snapdragon 665, lengkap beserta pilihan RAM 3 GB, 4 GB, atau 6 GB, dan storage internal 64 GB. Nokia 8.3 rupanya juga mengemas empat kamera belakang, meski tentu saja beda kualitas: kamera utama 13 megapixel f/1.8, ultra-wide 5 megapixel, macro 2 megapixel, dan depth sensor 2 megapixel. Kamera selfie-nya sendiri beresolusi 8 megapixel.

Nokia 1.3 / Nokia
Nokia 1.3 / HMD Global

Di bawahnya lagi dan sudah masuk kategori budget phone, ada Nokia 1.3 yang merupakan smartphone Android Go. Meski begitu, kalau melihat spesifikasinya, posisinya masih sedikit di atas Nokia C2 yang juga baru dirilis. Yang paling utama, Nokia 1.3 ditenagai chipset Qualcomm QM215 dan RAM 1 GB.

Perangkat mengemas layar 5,7 inci beresolusi 720p, dan seperti yang bisa kita lihat, ada notch yang dihuni oleh kamera 5 megapixel. Kamera belakangnya sendiri cuma satu dengan resolusi 8 megapixel. Seperti Nokia C2, Nokia 1.3 turut mengemas baterai yang removable dengan kapasitas 3.000 mAh.

Kedua perangkat ini akan tersedia secara global mulai April mendatang. Nokia 5.3 dibanderol 189 euro untuk varian 4GB/64GB, sedangkan Nokia 1.3 dihargai 95 euro.

Nokia 5310

Nokia 5310

Dahulu bernama Nokia 5310 XpressMusic, reinkarnasi modernnya ini tetap mempertahankan tiga tombol musik berwarna merah, meski kini posisinya tak lagi persis di sebelah layar, melainkan di bagian samping perangkat. Maklum, sisi layarnya kini melengkung mengikuti bentuk bodi secara keseluruhan.

Masih bertema musik, Nokia 5310 mengunggulkan sepasang speaker yang menghadap ke depan. Layarnya sedikit lebih besar ketimbang versi klasiknya di angka 2,4 inci (resolusi 320 x 240), dan perangkat tetap dilengkapi satu kamera di belakangnya. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai bulan Maret ini juga seharga 39 euro.

*Sumber: HMD Global.

OnePlus Umumkan Sayembara untuk Menampung Ide-Ide Brilian Komunitas Seputar Software

Seberapa berharga masukan konsumen bagi produsen smartphone? Saya yakin hampir semuanya akan menjawab sangat berharga, dan beberapa brand, seperti OnePlus misalnya, bahkan sampai menyediakan forum khusus buat komunitas penggunanya.

Bukan rahasia apabila OnePlus memiliki relasi yang cukup kuat dengan komunitas penggunanya. Baru-baru ini, mereka mengumumkan semacam sayembara yang cukup menarik. Dinamai Ideas, inisiatif ini dimaksudkan untuk menampung ide-ide menarik dari komunitas. Tujuan akhirnya adalah demi menyempurnakan sistem operasi OnePlus, OxygenOS.

Siapapun yang memiliki akun forum OnePlus dipersilakan menyampaikan idenya masing-masing dari 5 Maret sampai 30 April nanti. Setiap dua minggu selama periode tersebut, lima ide yang paling banyak menerima like (dari anggota forum lainnya) akan di-review lebih lanjut oleh tim internal OxygenOS.

OnePlus Ideas

Setelahnya, seandainya ide-ide yang terpilih itu akhirnya disetujui, OnePlus bakal mengimplementasikannya pada versi baru OxygenOS. Sang pencetus idenya pun juga akan dihadiahi akses VIP ke event OnePlus mendatang, lengkap beserta tiket pergi-pulang dan akomodasi untuk satu malam.

Ya, OnePlus pada dasarnya menerapkan metode crowdsourcing di sini, dan premisnya sebenarnya tidak jauh berbeda dari Lego Ideas. Crowdsourcing di industri teknologi juga bukan barang baru; perusahaan seperti Eve Devices malah sudah melahirkan dua produk, yakni tablet V dan monitor Spectrum, dengan menampung ide-ide dari komunitas.

Juga menarik adalah kalimat berikut, yang saya comot langsung dari situsnya: “Let’s start with software and improve OxygenOS together!Yup, sayembara ini awalnya hanya seputar software, dan tidak menutup kemungkinan ke depannya akan berlanjut ke hardware.

Sumber: Android Police.

Realme 6 dan Realme 6 Pro Diungkap, Unggulkan Layar 90 Hz

Realme baru saja meluncurkan dua smartphone baru di India, yakni Realme 6 dan Realme 6 Pro. Keduanya membawa peningkatan yang signifikan dibanding seri Realme 5 tahun lalu. Salah satu yang paling utama adalah layar dengan refresh rate 90 Hz.

Belum, layarnya belum sebagus milik Realme X50 Pro yang memang duduk di kelas flagship. Refresh rate-nya memang sama-sama 90 Hz, akan tetapi panel yang digunakan duo Realme 6 ini adalah panel LCD, bukan AMOLED. Itu berarti sensor sidik jari tidak bisa diletakkan di balik layarnya, melainkan disatukan dengan tombol power.

Realme 6 mengemas layar 6,5 inci, sedangkan 6 Pro sedikit lebih besar di 6,6 inci. Resolusinya sama-sama 1080p, dan keduanya sama-sama mengadopsi model hole punch. Yang berbeda, lubang kamera depannya cuma satu di Realme 6 (16 megapixel), sedangkan di 6 Pro ada dua (16 megapixel plus ultra-wide 8 megapixel).

Beralih ke belakang, Realme 6 dan 6 Pro mengusung empat kamera, namun spesifikasinya sedikit berbeda. Tiga yang sama adalah kamera utama 64 megapixel, ultra-wide 8 megapixel, dan macro 2 megapixel. Satu yang tersisa adalah kamera monokrom 2 megapixel pada Realme 6, dan kamera telephoto 12 megapixel pada Realme 6 Pro.

Seperti sebelumnya, dapur pacu Realme 6 dan 6 Pro juga berbeda. Realme 6 mengandalkan chipset MediaTek Helio G90T dengan pilihan RAM 4 GB, 6 GB, atau 8 GB. Realme 6 Pro di sisi lain mengunggulkan chipset Qualcomm Snapdragon 720G, dan pilihan RAM-nya cuma 6 GB atau 8 GB. Kapasitas baterai kedua perangkat ini sama, yaitu 4.300 mAh.

Di India, kedua smartphone ini akan segera dipasarkan dengan rincian harga sebagai berikut:

  • Realme 6 (4 GB / 64 GB) seharga 12.999 rupee (± Rp 2,5 juta)
  • Realme 6 (6 GB / 128 GB) seharga 14.999 rupee (± Rp 2,9 juta)
  • Realme 6 (8 GB / 128 GB) seharga 15.999 rupee (± Rp 3,1 juta)
  • Realme 6 Pro (6 GB / 64 GB) seharga 16.999 rupee (± Rp 3,3 juta)
  • Realme 6 Pro (6 GB / 128 GB) seharga 17.999 rupee (± Rp 3,5 juta)
  • Realme 6 Pro (8 GB / 128 GB) seharga 18.999 rupee (± Rp 3,7 juta)

Sumber: GSM Arena.

Black Shark 3 dan Black Shark 3 Pro Diungkap, Kini dengan Layar 90 Hz

Salah satu kelemahan utama seri Black Shark 2 adalah layarnya yang cuma memiliki refresh rate 60 Hz. Perbedaannya semakin kentara jika dibandingkan dengan smartphone gaming lainnya, macam ROG Phone 2 atau Razer Phone 2, yang keduanya sama-sama mengunggulkan refresh rate 120 Hz.

Kekurangan tersebut akhirnya sudah dibenahi oleh Black Shark 3 dan Black Shark 3 Pro. Keduanya sama-sama mengandalkan layar dengan refresh rate 90 Hz, dan touch sampling rate-nya pun kian naik dari 240 Hz menjadi 270 Hz, dengan touch latency yang lebih rendah lagi di angka 24 milidetik (sebelumnya 34,7 milidetik dan sudah tergolong sangat rendah).

Black Shark 3 Pro
Black Shark 3 Pro / Black Shark

Panel layarnya sama-sama AMOLED, tapi ukuran dan resolusinya berbeda: 6,67 inci 2400 x 1080 pixel pada Black Shark 3, dan 7,1 inci 3120 x 1440 pixel pada Black Shark 3 Pro. Urusan performa, kedua model sama-sama ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 865 dan RAM berkapasitas 8 atau 12 GB. Soal storage internal, Black Shark 3 menawarkan pilihan kapasitas 128 atau 256 GB, sedangkan Black Shark 3 Pro cuma 256 GB saja.

Selain lebih kencang dari pendahulunya, seri Black Shark 3 tentu juga menghadirkan sistem liquid cooling yang lebih bagus lagi. Terkait baterai, Black Shark 3 dibekali kapasitas 4.720 mAh, sedangkan Black Shark 3 Pro sebesar 5.000 mAh. Kedua model sama-sama mendukung fast charging 65 W via sambungan USB-C, yang diklaim mampu mengisi baterai hingga penuh dalam waktu 38 menit saja.

Black Shark 3 Pro
Pada Black Shark 3 Pro, shoulder button-nya berupa tombol fisik yang akan menyembul ketika diperlukan / Black Shark

Spesifikasi kelas sultan saja sebenarnya tidak cukup untuk kategori smartphone gaming, sebab ini bisa disaingi oleh smartphone flagship. Yang unik dari seri Black Shark 3 adalah kehadiran sepasang shoulder button di ujung kiri dan kanan atas perangkat (dalam posisi landscape tentunya), dimaksudkan sebagai input tambahan di samping empat zona pressure-sensitive pada layar.

Di Black Shark 3, shoulder button ini hanya berupa panel kapasitif. Namun di Black Shark 3 Pro, tombolnya benar-benar merupakan sepasang tombol fisik yang akan menyembul setinggi 1,5 mm ketika dibutuhkan. Kedua tombol tersebut diklaim tahan hingga lebih dari satu juta klik, dan mekanisme keluar-masuk tombolnya sendiri diyakini dapat berlangsung mulus sampai lebih dari 300 ribu kali.

Black Shark 3 memiliki layar yang lebih kecil serta shoulder button yang cuma kapasitif / Black Shark
Black Shark 3 memiliki layar yang lebih kecil serta shoulder button yang cuma berupa panel sentuh kapasitif / Black Shark

Beralih ke kamera, duo Black Shark 3 ini sama-sama mengemas tiga kamera belakang – 64 megapixel, 13 megapixel ultra-wide, 5 megapixel depth sensor – serta kamera selfie 20 megapixel. Kalau melihat bagian punggungnya, tampak bahwa perangkat ini masih mempertahankan struktur antena berbentuk huruf “X” yang diyakini bisa membantu menstabilkan koneksi.

Di Tiongkok, kedua ponsel ini akan segera dipasarkan dengan rincian harga sebagai berikut:

  • Black Shark 3 (8 GB/128 GB) 3.499 yuan (± Rp 7,1 juta)
  • Black Shark 3 (12 GB/128 GB) 3.799 yuan (± Rp 7,7 juta)
  • Black Shark 3 (12 GB/256 GB) 3.999 yuan (± Rp 8,1 juta)
  • Black Shark 3 Pro (8 GB/256 GB) 4.699 yuan (± Rp 9,5 juta)
  • Black Shark 3 Pro (12 GB/256 GB) 4.999 yuan (± Rp 10,1 juta)

Sumber: 1, 2, 3.

LG V60 ThinQ 5G Andalkan Spesifikasi Flagship tapi Terkesan Konservatif

LG resmi menyingkap ponsel flagship-nya untuk tahun ini, V60 ThinQ 5G. Tidak seperti flagship lainnya – Samsung Galaxy S20 misalnya – V60 terkesan low-profile dan konservatif. Lihat saja layarnya, yang masih mengadopsi notch di saat adik-adiknya sudah mengemas model hole-punch.

Layar tersebut juga mengemas refresh rate standar (60 Hz), bukan 90 Hz atau bahkan 120 Hz seperti yang menjadi tren belakangan ini. Kabar baiknya, V60 kemungkinan besar akan terasa lebih awet baterainya ketimbang ponsel lain yang mengemas layar dengan refresh rate tinggi.

Asumsi ini semakin diperkuat dengan fakta bahwa layar OLED 6,8 incinya ‘cuma’ mengemas resolusi 1080p – bukan 1440p atau malah lebih – dan kapasitas baterainya cukup masif di angka 5.000 mAh. LG pun tidak lupa menyematkan sensor sidik jari di balik layar V60.

LG V60 ThinQ 5G

Urusan performa, V60 mengandalkan chipset Snapdragon 865, RAM 8 GB, serta pilihan storage internal 128 atau 256 GB (ada slot microSD). V60 mengemas tiga kamera belakang: 64 megapixel f/1.8, 13 megapixel ultra-wide f/1.9, dan depth sensor. Kamera depannya sendiri beresolusi 10 megapixel.

Yang menarik adalah fokus LG terhadap kemampuan V60 merekam video. Bukan sebatas soal visual dengan menjanjikan perekaman dalam resolusi 8K, tapi V60 juga memprioritaskan kualitas audio yang ditangkap berkat empat buah mikrofon yang tertanam. Juga menarik adalah fitur Voice Bokeh, yang diyakini dapat ‘mengisolasi’ suara subjek dari kebisingan di sekitar.

LG V60 ThinQ 5G

Fitur khas flagship LG tentunya masih dipertahankan, spesifiknya Quad DAC 32-bit untuk para audiophile, serta aksesori LG Dual Screen. Seperti sebelumnya, layar kedua ini menyambung ke perangkat dengan bantuan casing, dan engsel 360 derajatnya memungkinkan perangkat untuk digunakan layaknya sebuah laptop convertible, ideal untuk multitasking.

LG V60 ThinQ 5G rencananya bakal dipasarkan mulai bulan depan. Harganya belum dirincikan, dan sejauh ini juga belum ada informasi apakah aksesori LG Dual Screen itu tadi bersifat opsional atau sudah termasuk dalam paket penjualan.

Sumber: LG.

Honor Umumkan Ketersediaan View 30 Pro, 9X Pro, dan Dua Laptop MagicBook di Luar Pasar Tiongkok

Mobile World Congress tahun ini memang sudah dibatalkan, namun itu tidak mencegah pabrikan mengumumkan produk-produk barunya ke publik, baik secara online atau dengan mengundang media ke event tertutup. Tidak terkecuali Honor, yang baru saja mengumumkan bahwa dua ponselnya siap dilepas ke pasar global.

Kedua perangkat tersebut adalah Honor 9X Pro di kelas mid-range dan Honor View 30 Pro di kelas flagship. Sebagai bagian dari keluarga besar Huawei, kedua ponsel ini tidak dilengkapi akses ke Google Play Store, dan harus mengandalkan Huawei AppGallery sebagai gantinya.

Honor 9X Pro

Hal itu cukup disayangkan mengingat keduanya memiliki spesifikasi yang menggiurkan. Honor View 30 Pro misalnya, selain mengemas chipset Kirin 990, ia juga mengemas tiga kamera belakang yang terdengar mengesankan: 40 megapixel (Sony IMX600) f/1,6 dengan Dual OIS dan laser autofocus, 12 megapixel ultra-wide f/2.2, dan 8 megapixel telephoto f/2.4.

Di pasar Eropa, Honor 9X Pro bakal dipasarkan mulai bulan Maret mendatang dengan banderol mulai 249 euro (± Rp 3,8 juta). Sayang sekali Honor belum mengungkap detail mengenai ketersediaan View 30 Pro.

Honor MagicBook 14

Selain smartphone, Honor juga mengumumkan ketersediaan sepasang laptop-nya, MagicBook 14 dan MagicBook 15, untuk negara-negara di luar kampung halamannya. Dua laptop ini punya banyak kemiripan dengan seri Huawei MateBook D, bahkan webcam yang tersembunyi di balik tombol keyboard-nya pun juga identik.

MagicBook 14 dan 15 masing-masing mengemas layar IPS 14 inci dan 15,6 inci, sedangkan resolusinya sama-sama 1080p. Keduanya sama-sama ditenagai oleh prosesor AMD Ryzen 3500U atau 3700U, lengkap dengan GPU terintegrasi Vega 8 atau Vega 10. Pilihan RAM-nya sendiri mencakup 8 GB atau 16 GB, sedangkan kapasitas SSD-nya sebesar 256 GB atau 512 GB.

Konektivitasnya tergolong melimpah untuk laptop setipis 15,9 mm dan 16,9 mm. Selain sepasang port USB standar, terdapat juga port USB-C (untuk charging sekaligus data) dan HDMI. Keduanya juga sudah dilengkapi sensor sidik jari yang menyatu dengan tombol power. Akhir Maret nanti, Honor akan memasarkan MagicBook dengan harga mulai 600 euro (± Rp 9,1 juta).

Huawei punya tipe baru lainnya, Mate 30 Pro yang gak kalah keren. Baca review-nya.

Sumber: The Verge dan GSM Arena.

Huawei Luncurkan Mate Xs, Ponsel Foldable Keduanya dengan Konstruksi yang Lebih Kokoh

Tepat setahun yang lalu, Huawei memperkenalkan ponsel foldable pertamanya, Mate X. Sayang perangkat itu hanya sempat dipasarkan di Tiongkok saja. Namun sekarang Huawei sudah punya Mate Xs, yang kabarnya bakal dipasarkan secara global.

Sepintas, Mate Xs tampak tidak berbeda, dan Huawei ternyata memang tidak mengubah gaya desainnya. Yang mereka benahi adalah konstruksi layar dan engselnya. Pada Mate Xs, layarnya kini terdiri dari empat lapisan yang berbeda: mulai dari yang paling atas adalah lapisan polyamide, panel OLED fleksibel, lapisan polimer sebagai bantalan, dan lapisan terakhir yang menghubungkan komponen elektroniknya.

Huawei Mate Xs

Hasilnya, kalau menurut Huawei, adalah struktur layar yang lebih kokoh. Untuk engselnya, Huawei bilang bahwa jumlah komponen di dalamnya bertambah dari sekitar 100 menjadi 150, dan lagi-lagi ini dimaksudkan supaya konstruksinya lebih kuat, tapi di saat yang sama juga untuk membuat mekanisme lipatnya jadi lebih mulus.

Selebihnya, perangkat ini cukup identik dengan pendahulunya. Ukuran layar dan resolusinya sama persis; 8 inci saat dibuka, 6,6 inci saat dilipat (plus 6,4 inci sebagai layar belakang). Di sebelah layar belakangnya, terdapat empat modul kamera: 40 megapixel f/1.8, 8 megapixel telephoto f/2.4, 16 megapixel ultra-wide f/2.2, dan modul 3D depth-sensing. Sensor sidik jarinya juga masih disatukan dengan tombol power.

Huawei Mate Xs

Prosesornya sudah di-upgrade menjadi Kirin 990, dan tentu saja 5G sudah didukung sepenuhnya. Melengkapi dapur pacunya adalah RAM 8 GB, storage internal 512 GB, dan baterai 4.500 mAh. Sama nasibnya seperti ponsel Huawei lain belakangan ini, Mate Xs tidak dilengkapi Google Play Services, yang berarti ia harus mengandalkan Huawei AppGallery.

Terlepas dari itu, Huawei masih berniat melepas Mate Xs ke pasar global mulai bulan depan. Di Eropa, mereka mematok harga 2.499 euro untuk Mate Xs, atau sekitar Rp 37,8 juta.

Sumber: 1, 2, 3.

Sony Luncurkan Xperia 1 II dan Xperia 10 II

Setelah lebih dulu meluncurkan smartphone budget-nya, Xperia L4, Sony kini langsung tancap gas memperkenalkan ponsel flagship-nya, yakni Xperia 1 II. Perangkat itu hadir bersama adiknya yang duduk di kelas mid-range, Xperia 10 II.

Jangan bingung dengan namanya, sebab Sony bermaksud supaya kita membacanya “Xperia 1 Mark II” seperti mereka menamai lini produk kameranya. Namun yang sangat menarik di sini adalah, yang diwariskan bukan cuma penamaannya saja, tapi juga teknologi kameranya, spesifiknya lini mirrorless Sony Alpha.

Xperia 1 II mengemas tiga kamera belakang. Tiga-tiganya sama-sama beresolusi 12 megapixel, dengan perbedaan pada luas sudut pandang lensa Zeiss-nya (standar, telephoto, ultra-wide). Yang spesial adalah, Sony telah menyematkan teknologi Real-Time Eye AF miliknya di sini, dan Xperia 1 II juga diklaim sanggup menjepret tanpa henti dalam kecepatan 20 fps.

Khusus kamera utamanya, sensor yang digunakan rupanya berukuran 50% lebih besar dari sebelumnya, sehingga mampu menyerap lebih banyak cahaya dan menghasilkan gambar yang lebih baik. Selain sangat kapabel untuk fotografi, Xperia 1 II juga menawarkan mode video yang sangat lengkap

Sony Xperia 1 II

Kamera depannya sendiri cuma satu, dengan resolusi 8 megapixel. Sama seperti tahun lalu, kamera selfie-nya ini tidak ditempatkan di notch; Xperia 1 II masih mengandalkan desain layar memanjang (aspect ratio 21:9) seperti pendahulunya. Layarnya sendiri merupakan panel OLED 6,5 inci dengan resolusi 4K (persisnya 3840 x 1644 pixel) yang dilapisi kaca Gorilla Glass 6.

Berbekal chipset Qualcomm Snapdragon 865, Xperia 1 II juga merupakan smartphone 5G pertama Sony. Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 8 GB dan storage internal 256 GB (plus slot microSD). Baterainya berkapasitas 4.000 mAh, dan seperti pendahulunya, ia tetap memercayakan sensor sidik jari yang menyatu dengan tombol power.

Sony Xperia 10 II

Beralih ke Xperia 10 II, kita tetap bakal menemukan gaya desain yang mirip, tapi tentu dengan spesifikasi yang lebih inferior. Sangat disayangkan ponsel ini masih mengandalkan prosesor Snapdragon 665, bukan 765 yang sudah mendukung 5G. Prosesor itu ditemani oleh RAM 4 GB, storage internal 128 GB, dan baterai 3.600 mAh.

Layarnya sama memanjangnya, tapi ukurannya lebih kecil (6 inci), demikian pula resolusinya (1080p). Sony turut membekali Xperia 10 II dengan trio kamera belakang, meski spesifikasinya berbeda cukup drastis dari kakaknya: 12 megapixel (dengan sensor berukuran standar), 8 megapixel telephoto dan 8 megapixel ultra-wide.

Kedua ponsel ini rencananya bakal dipasarkan mulai musim semi. Sony mematok harga 1.199 euro untuk Xperia 1 II, sedangkan banderol Xperia 10 II masih belum diketahui.

Sumber: Android Police dan Ars Technica.