Samsung Galaxy Watch Active 2 Hadir Membawa Fitur ECG dan Konektivitas LTE

Belum ada setengah tahun sejak Samsung Galaxy Watch Active dirilis, Samsung sudah menyingkap suksesornya. Meski sepintas penampilannya terbilang mirip, Galaxy Watch Active 2 tentu punya fitur yang lebih lengkap, sekaligus membawa sejumlah penyempurnaan dibanding versi sebelumnya.

Fisik Watch Active 2 sedikit lebih besar dan tebal ketimbang pendahulunya, akan tetapi ia kini juga hadir dalam dua ukuran: 44 mm atau 40 mm. Keduanya sama-sama mengusung layar Super AMOLED beresolusi 360 x 360 pixel yang dilapisi kaca Gorilla Glass DX+, dan yang membedakan kedua varian ini hanya sebatas ukuran layar beserta kapasitas baterainya saja.

Samsung Galaxy Watch Active 2

Masih seputar layar, ada satu penyempurnaan paling krusial yang dibawa Watch Active 2, yakni digital rotating bezel. Seperti yang kita tahu, Watch Active tidak dibekali rotating bezel fisik yang sudah menjadi ciri khas smartwatch Samsung selama beberapa tahun terakhir.

Fitur unggulan tersebut akhirnya kembali hadir di Watch Active 2, meski implementasinya sedikit berbeda. Ketimbang mengandalkan bezel yang bisa diputar secara fisik, Samsung menanamkan panel sentuh di balik bezel Watch Active 2, dan selagi jari kita berada di atasnya, akan terasa haptic feedback yang memberikan sensasi klik seperti pada rotating bezel fisik.

Samsung Galaxy Watch Active 2

Untuk spesifikasi, Watch Active 2 rupanya masih menggunakan chipset Exynos 9110 yang sama seperti pendahulunya, namun yang membedakan, smartwatch ini juga tersedia dalam varian berkoneksi LTE. Samsung tak lupa menyempurnakan kapabilitas health tracking-nya lewat accelerometer dan heart-rate monitor yang lebih advanced, serta fitur ECG (electrocardiogram) ala Apple Watch Series 4.

Samsung Galaxy Watch Active 2 kabarnya bakal dipasarkan mulai 27 September mendatang. Harganya dipatok mulai $280 untuk varian 40 mm, atau mulai $300 untuk varian 44 mm. Tentunya itu harga untuk varian non-LTE, sedangkan varian LTE-nya sendiri masih belum dirincikan harganya.

Sumber: Samsung dan CNET.

Strategi Pengembangan Aplikasi Multi-Platform

Dalam perkembangan industri teknologi begitu banyak penggunaan perangkat berbasis mobile seperti smartphone, tablet hingga wearable device seperti smartwatch. Tidak boleh kita lupakan bahwa sistem operasi yang menjalankan berbagai perangkat sehingga merupakan aspek penting dari suatu perangkat.

Untuk jajaran nama populer, kita mengenal sistem operasi Android, iOS ataupun Windows Phone. Ternyata tidak hanya ketiga sistem operasi tersebut yang populer dan potensial untuk dikembangkan. Salah satu sistem operasi yang kini sedang “naik daun” adalah sistem operasi Tizen.

Tizen merupakan sistem operasi terbuka (open source) untuk sistem operasi yang berbasis modifikasi kernel Linux dan Runtime WebKit yang dapat berjalan di perangkat smartphone, wearable, ataupun compliance device.

Pengembangan Aplikasi Tizen

Pengembangan aplikasi Tizen menawarkan beberapa target platform peralatan yang cukup banyak. Tizen menawarkan dua opsi pengembangan, yaitu melalui native application dan web application.

Dalam pengembangan secara native, Tizen menerapkan bahasa pemrograman C/C++ sehingga memungkinkan sebuah aplikasi memiliki performa yang handal karena berkomunikasi langsung dalam lingkaran sistem operasi. Sedangkan bagi para pengembang web, opsi web application dapat dipilih karena Tizen memiliki salah satu keunggulan yakni memiliki dukungan browser HTML5 terbaik di kelasnya. Seperti diketahui HTML5 juga didukung oleh mobile platform lain seperti Android, iOS, Windows Phone, Blackberry OS, dan FireOS.

Cakupan Tizen sangat luas karena developer dapat membuat aplikasi yang terkoneksi antara semua smart devices seperti wearables, consumer electronics (TV, gaming consoles, DVRs dan lain-lain), mobile, dan IoT appliances.

Sistem operasi Tizen kini telah memasuki generasi keempat yang terus mengalami perubahan. Perubahan yang paling terasa dari Tizen 4.0 ini adalah optimisasi yang akan memberikan kemudahan bagi para pegembang IoT dalam pembuatan aplikasi dengan cepat, sehingga tidak lagi terbatas pada ranah smartphone dan televisi. Tizen 4.0 telah diperluas menjadi Tizen RT (Real-Time) untuk melibatkan produk kelas atas seperti televisi dan perangkat mobile serta produk-produk low-end seperti thermostat, timbangan, bola lampu dan sebagainya.

Tizen juga melakukan kolaborasi dengan Microsoft sehingga pengembang kini bisa lebih mudah mengembangkan aplikasi Tizen dengan bahasa pemrograman yang populer. Secara khusus, framework Microsoft .NET dan Xamarin UI telah diperkenalkan Tizen sehingga aplikasi berbasis bahasa C# dapat dikembangkan di lingkungan Visual Studio untuk meningkatkan produktivitas.

Sistem Operasi Terbuka dan Multi-Platform Devices

Tizen merupakan sebuah sistem operasi yang open source, artinya bahwa user atau pengguna bisa mendapatkan source code OS Tizen untuk dikembangkan secara personal oleh pemiliki smartphone atau device lainnya. Secara tidak langsung, Tizen memberikan kesempatan developer untuk berkreasi dalam membuat aplikasi pada OS Tizen dan secara terbuka agar banyak aplikasi-aplikasi kreatif dan inovatif yang hadir di OS Tizen.

Sistem operasi Tizen ini memberikan kesempatan kepada para developer untuk mempelajari lebih lanjut cara pengembangan perangkat lunak pada OS ini. Besarnya keberadaan pengguna device dan elektronik dengan brand Samsung menjadi pasar yang menjanjikan bagi para developer untuk berusaha mempelajari Tizen lebih dalam.

Tizen yang didesain sebagai sistem operasi yang dapat mendukung banyak device seperti smartphone, In-Vehicle Infotainment, serta beberapa produk elektronik Samsung. Pengembangan aplikasi pada OS Tizen merupakan langkah efektif bagi para developer karena satu aplikasi dapat diterapkan pada banyak platform berbeda. Tren yang terjadi saat ini mengarah pada konsep IoT (Internet of Things) yang akan menyambungkan beberapa device untuk dikontrol oleh satu device.

Menyadari potensi besar dalam pengembangan aplikasi berbasi Tizen tersebut, Samsung mengadakan kompetisi pengembangan aplikasi dan game untuk platform Tizen di Indonesia sekaligus mendorong dan mengajak para developer untuk menghadirkan inovasi-inovasi aplikasi berbasis Tizen.

Berkaca pada keberhasilan Indonesia Next App 3.0 (INA 3.0) pada tahun 2016 lalu, Samsung memberikan tantangan kepada para pengembang IT serta startup lokal untuk menciptakan inovasi berbasis Tizen seperti smartphone, wearable device dan virtual reality device. Dari INA 3.0 terkumpul 196 aplikasi untuk Tizen Smartphone Aps, 53 aplikasi untuk wearable/gear apps dan 33 aplikasi untuk gear VR content.

Jumlah aplikasi yang masuk pada INA 3.0 tersebut menunjukkan besarnya minat dan antusias para pengembang maupun startup lokal dalam menciptakan aplikasi berbasis Tizen tersebut. Oleh karena itu, di tahun 2017 ini, Samsung akan kembali mengadakan Indonesia Next App seri keempat, INA 4.0, yang kembali menantang para pengembang IT dan startup lokal untuk melakukan inovasi berbasi Tizen. Bedanya, pada gelaran kali ini, INA 4.0 terdiri dari empat kategori yaitu smartphone, wearable device, virtual reality device, dan Samsung SDK.

Diharapkan melalui gelaran INA 4.0 akan kembali lahir inovasi-inovasi baru yang berbasis Tizen. Hadirnya Tizen 4.0 akan semakin mempermudah para pengembang IT dalam pembuatan aplikasi, apalagi dalam ranah IoT (Internet of Things) yang merupakan salah satu misi dari Samsung.

Menjadi sebuah kesempatan emas bagi para inovator lokal khususnya untuk memulai membangun ekosistem aplikasi dalam platform yang sedang bertumbuh ini. Kemampuan multi-platform yang ditawarkan dalam pengembangan juga akan memudahkan pengembang melakukan adaptasi secara lebih cepat dengan ketersediaan perangkat pengembangan yang juga sangat beragam.


Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama Samsung dan DailySocial sebagai bagian rangkaian kegiatan Indonesia Next App 4.0.

Mengembangkan Aplikasi Tepat Guna untuk Menjangkau Kebutuhan Sehari-hari

Menarik rasanya jika membahas mengenai Samsung. Apalagi Samsung merupakan salah satu perusahaan dengan penjualan perangkat Android terbesar di dunia. Tidaklah mengherankan jika Samsung begitu diidentikkan dengan Android. Samsung pantas berbangga hati karena memiliki basis pengguna yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan produsen smartphone lainnya. Bahkan secara hardware, Samsung memang juaranya. Lantas bagaimana dengan urusan software?

Android merupakan salah satu sistem operasi terbaik di dunia, tetapi sistem operasi tersebut dikembangkan oleh Google. Mengingat Samsung melalui setiap perangkat Samsung Galaxy-nya menggunakan sistem operasi besutan Google tersebut, Samsung begitu tergantung terhadap aturan yang ditetapkan Google.

Untuk mengurangi ketergantungan pada Android dan Google, Samsung bersama Intel dan Linux Foundation mengembangkan sistem operasi sendiri yang diberi nama Tizen. Meskipun terbilang baru, Tizen telah dikembangkan sejak 2012 lalu dan diprediksi akan mampu menjadi pesaing iOS maupun Android.

Potensi pengembangan aplikasi berbasis Tizen

Dengan slogan “The OS of Everything”, Tizen sejak awal dikembangkan memiliki tujuan untuk dapat digunakan di berbagai jenis perangkat, bukan hanya smartphone. Malah perangkat Tizen yang dirilis pertama kali adalah kamera Samsung. Selain smartphone dan kamera, Tizen juga dapat digunakan untuk TV, tablet, perangkat smarthome, dan perangkat IoT (Internet of Things) lainnya.

Ketika pertama kali diluncurkan pada 2012 lalu, Tizen 1.0 merupakan suatu proyek open source. Sejak saat itu, Tizen terus melakukan berbagai inovasi untuk mengembangkan sistem operasi Tizen tersebut baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, Tizen akan terus memperbaiki sistem operasinya agar lebih mudah digunakan oleh para pengembang dalam membuat aplikasi. Sedangkan dari sisi eksternal, Tizen memerlukan bantuan para pengembang dan penggiat di bidang teknologi informasi untuk bersama-sama melakukan inovasi dalam menciptakan aplikasi berbasis Tizen sehingga akan tercipta ekosistem Tizen itu sendiri.

Di Indonesia, kelahiran ekosistem Tizen dipicu dengan adanya Indonesia Next App 3.0 (INA 3.0) pada tahun 2016 lalu dan diinisiasi oleh Samsung. Dalam penyelenggaraan INA 3.0, Samsung memberikan tantangan kepada para pengembang IT serta startup lokal untuk menciptakan inovasi berbasis Tizen seperti smartphone, wearable device dan virtual reality device. Dari INA 3.0 terkumpul 196 aplikasi untuk Tizen Smartphone Apps, 53 aplikasi untuk wearable/gear apps, dan 33 aplikasi untuk gear VR content.

Jumlah aplikasi yang masuk pada INA 3.0 tersebut menunjukkan besarnya minat dan antusias para pengembang maupun startup lokal dalam menciptakan aplikasi berbasis Tizen. Di tahun 2017 ini, Samsung akan kembali mengadakan Indonesia Next App seri keempat, INA 4.0, yang kembali menantang para pengembang IT dan startup lokal untuk melakukan inovasi berbasi Tizen. Pada gelaran kali ini, INA 4.0 terdiri dari lima kategori, yaitu smartphone, wearable device, virtual reality device, Samsung Dex, dan Samsung SDK.

Diharapkan melalui gelaran INA 4.0 akan kembali lahir inovasi-inovasi baru yang berbasis Tizen. Sistem operasi Tizen juga telah mengalami perkembangan dan mengeluarkan generasi keempatnya, yaitu Tizen 4.0. Hadirnya Tizen 4.0 akan semakin mempermudah para pengembang IT dalam pembuatan aplikasi, apalagi dalam ranah IoT (Internet of Things) yang merupakan salah satu misi dari Samsung.

Menjadi sebuah kesempatan emas bagi para inovator lokal, khususnya untuk memulai membangun ekosistem aplikasi dalam platform yang sedang bertumbuh ini. Terlebih kemampuan multi-platform yang ditawarkan dalam pengembangan juga akan memudahkan pengembang melakukan adaptasi secara lebih cepat dan ketersediaan perangkat pengembangan yang juga sangat beragam.

Integrasi dengan Pihak Ketiga

Perubahan yang paling terasa dari Tizen 4.0 ini adalah optimasi yang akan memberikan kemudahan bagi para pengembang IoT dalam pembuatan aplikasi dengan cepat, sehingga tidak lagi terbatas pada ranah smartphone dan televisi. Selain itu, Tizen 4.0 telah diperluas menjadi Tizen RT (Real Time) untuk melibatkan produk kelas atas seperti televisi dan perangkat mobile serta produk-produk low-end seperti thermostat, timbangan, bola lampu, dan sebagainya.

Tizen juga melakukan kolaborasi dengan Microsoft sehingga pengembang kini bisa lebih mudah mengembangkan aplikasi Tizen dengan bahasa pemrograman yang populer. Secara khusus, framework Microsoft .NET dan Xamarin UI telah diperkenalkan Tizen sehingga aplikasi berbasis bahasa C# dapat dikembangkan di lingkungan Visual Studio untuk meningkatkan produktivitas.

Dalam rangka untuk memperluas ekosistem perangkat IoT berbasis Tizen, Samsung berencana melakukan kerja sama dengan pembuat chip, seperti Samsung ARTIK dan Broadlink di Tiongkok, manufaktur perangkat smarthome Commax di Korea, dan Glympse yang merupakan penyedia layanan berbasis lokasi di Amerika Serikat.

Dari sini visi besar Tizen sudah semakin terlihat. Sistem operasi yang dirilis pada tahun 2012 ini ingin mengakomodir kebutuhan komputasi secara menyeluruh, dari perangkat besar, perangkat kecil hingga perangkat bergerak. Dengan sistem operasi yang seragam, sebuah integrasi akan berkembang secara lebih cepat. Begitupun dari sisi pengembang yang akan dimudahkan dalam pengembangan aplikasi yang terintegrasi untuk berbagai macam perangkat.


Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama Samsung dan DailySocial sebagai bagian rangkaian kegiatan Indonesia Next App 4.0

Samsung Gear S3 Resmi Diperkenalkan

Samsung Gear S2 merupakan salah satu smartwatch terbaik yang dirilis tahun lalu. Desainnya tidak kalah anggun dari jam tangan analog, sedangkan bezel berputarnya benar-benar bisa memberikan pengalaman yang alami dalam mengoperasikan perangkat. Lalu bagaimana caranya Samsung bisa melampaui standar tinggi yang mereka tetapkan sendiri?

Seperti yang sudah dikabarkan sebelumnya, Samsung Gear S3 akhirnya nongol di ajang IFA 2016 di Berlin. Dijejerkan dengan Gear S2, tampak bahwa suksesornya ini punya dimensi yang lebih besar dan tebal; diameter casing stainless steel-nya membengkak menjadi 46 mm dibanding 42 mm milik Gear S2, dengan bobot yang berkisar di angka 62 gram.

Perubahan ini punya dampak negatif sekaligus positif. Di satu sisi, kaum perempuan mungkin akan mendapati Gear S3 terlalu besar dan terlihat kurang anggun di tangan mereka. Di sisi lain, ukuran yang lebih besar berarti Samsung bisa lebih mudah menjejalkan baterai berkapasitas lebih besar pula.

Samsung Gear S3 Frontier dan Gear S3 Classic / Samsung
Samsung Gear S3 Frontier dan Gear S3 Classic / Samsung

Benar saja, Gear S3 kini mengemas baterai berkapasitas 380 mAh, diperkirakan bisa bertahan selama 4 hari pemakaian dalam satu kali charge. Di saat yang sama, ukuran layarnya juga ikut membesar menjadi 1,3 inci, tetap memakai panel Super AMOLED beresolusi 360 x 360 pixel. Bedanya, layar Gear S3 kini bisa menampilkan warna meski dalam posisi always-on.

Melapisi layar tersebut adalah kaca Gorilla Glass 3 SR+ yang diklaim punya daya tahan lebih tinggi terhadap goresan. Layar juga masih dikitari oleh bezel berputar yang inovatif. Di baliknya, bernaung prosesor dual-core Exynos 7270 1 GHz, RAM 768 MB dan storage sebesar 4 GB. Yang juga baru untuk Gear S3 adalah komponen speaker, plus chip GPS.

Selebihnya, fitur-fitur yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan Gear S2. Sensor-sensornya mencakup barometer, altimeter dan optical heart-rate. Bodinya tahan air dengan sertifikasi IP68, dan ia kini mendukung sistem pembayaran Samsung Pay, baik yang mengandalkan NFC maupun MST (Magnetic Secure Transmission).

Gear S3 Frontier punya desain keseluruhan yang lebih sporty / Samsung
Gear S3 Frontier punya desain keseluruhan yang lebih sporty / Samsung

Samsung Gear S3 akan hadir dalam dua model yang berbeda: Frontier dan Classic, sejalan dengan yang dirumorkan. Frontier punya desain yang lebih rugged dan sporty, plus akan ditawarkan dalam varian berkonektivitas LTE. Classic di sisi lain punya cita rasa yang lebih simpel dan elegan, tapi hanya akan tersedia dalam varian Wi-Fi saja.

Sejauh ini Samsung masih bungkam soal harga dan jadwal pemasaran smartwatch ber-OS Tizen buatannya ini. Sama seperti tahun lalu, Samsung ke depannya juga berencana memperkenalkan watch face dan strap khusus garapan seniman ternama untuk Gear S3.

Sumber: CNET dan Samsung.