B&O Kembali Luncurkan Speaker Bluetooth Berwujud Kotak Makan Siang, Kali Ini Dengan Wireless Charging

Pepatah “if it ain’t broke, don’t fix it” cukup sering dilontarkan di dunia teknologi, tapi mungkin yang paling sering datang dari segmen audio. Alasannya sederhana: produk audio terkenal punya umur yang panjang. Tidak seperti TV, speaker warisan orang tua Anda yang sudah berusia puluhan tahun belum tentu suaranya lebih jelek daripada yang Anda beli tahun lalu.

Itulah mengapa pada akhirnya kita cukup sering melihat perangkat-perangkat audio baru yang sebenarnya tidak lebih dari sebatas penyegaran versi lamanya. Bentuk dan suara yang dihasilkannya nyaris tidak berubah, tapi mungkin ada penyempurnaan dari segi konektivitas maupun aspek-aspek pelengkap lainnya.

Salah satu produk audio yang sesuai dengan deskripsi di atas adalah speaker wireless bikinan Bang & Olufsen, yakni Beolit 12 yang dirilis di tahun 2012. Dalam kurun waktu delapan tahun, speaker dengan wujud menyerupai kotak makan siang ini sudah mempunyai tiga suksesor: Beolit 15 di tahun 2015, Beolit 17 di tahun 2017, dan yang terbaru, Beolit 20 di tahun pandemi ini.

Seperti yang bisa Anda lihat, lagi-lagi B&O tidak banyak mengutak-atik desainnya. Beolit 20 masih sangat identik dengan ketiga pendahulunya. Rangkanya yang begitu elegan masih terbuat dari aluminium, dan keempat sisinya masih dikitari grille. Handle-nya yang terbuat dari kulit pun masih ada di posisi yang sama.

Yang berbeda kali ini adalah, permukaan atasnya bisa merangkap fungsi sebagai Qi wireless charger, dengan titik-titik melingkar sebagai indikatornya. Sayang sekali tidak ada magnet di baliknya, yang berarti pengguna tetap harus mengepaskan sendiri posisi perangkat yang diletakkan di atasnya agar charging bisa berjalan normal.

Lima tombol pengoperasian tetap hadir di panel atasnya ini, salah satunya tombol play/pause yang menggantikan tombol multifungsi milik pendahulunya. Kedengarannya memang seperti downgrade, tapi saya yakin sebagian besar konsumen akan lebih senang dengan konfigurasi tombol yang lebih simpel seperti ini.

Hal lain yang berbeda pada Beolit 20 adalah daya tahan baterainya. B&O mengklaim Beolit 20 bisa beroperasi 30 persen lebih lama dari pendahulunya. Persisnya, baterai 3.200 mAh yang tertanam di tubuhnya sanggup bertahan sampai 37 jam kalau musik hanya diputar dalam volume rendah. Di volume standar, daya tahannya turun menjadi 8 jam, dan di volume maksimum tersisa cuma 4 jam. Beruntung perangkat ini sudah mengandalkan USB-C untuk charging-nya.

Di balik bodi Beolit 20 yang berbobot 2,7 kg ini, tertanam sebuah woofer 5,5 inci dan tiga driver full-range dengan diameter masing-masing 1,5 inci. Melengkapi jeroannya adalah sepasang passive radiator 4 inci, sepasang amplifier Class-D dengan daya masing-masing 35 W, serta sebuah tweeter.

Sayang sekali konektivitas yang digunakan masih Bluetooth 4.2, padahal seharusnya efisiensi dayanya bisa lebih ditingkatkan lagi kalau menggunakan Bluetooth 5.0. Kabar baiknya, fitur stereo pairing masih didukung, dan pengguna bisa menggandengkan Beolit 20 dengan Beolit 17 jika mau.

Saat ini Beolit 20 sudah dijual dengan harga $500, alias sama persis seperti harga perdana pendahulunya. Kombinasi warna yang tersedia ada dua: silver dengan aksen beige, dan hitam dengan aksen biru.

Sumber: The Verge.

Teenage Engineering OB-4 Adalah Speaker Bluetooth, Radio, dan Mesin Remix Jadi Satu

Produsen synthesizer kenamaan asal Swedia, Teenage Engineering, belum lama ini memperkenalkan sebuah speaker Bluetooth yang sangat menarik bernama OB-4. Begitu menariknya, mereka tidak segan menjulukinya dengan istilah “The Magic Radio”.

Radio? Ya, perangkat ini bisa memutar radio FM di samping memutar musik via Bluetooth. Namun yang istimewa adalah bagaimana ia juga bisa merangkap peran sebagai mesin remix: apapun yang sedang ia putar bakal selalu direkam dengan durasi maksimum sampai dua jam ke belakang, dan pengguna bebas memanipulasi hasil rekamannya tersebut melalui piringan kecil yang terletak di samping kenop volumenya.

Jadi entah itu siaran radio atau lagu yang di-stream dari Spotify, semua pada dasarnya bisa di-remix menggunakan piringan mini di pelat bagian atasnya tersebut. Dari yang sesimpel me-rewind, sampai yang sedikit lebih kompleks seperti teknik time stretching, semua tergantung bagaimana Anda menggerakkan piringannya dengan jari.

OB-4 juga menawarkan sejumlah fitur eksperimental yang disajikan lewat mode bernama “Disk Mode”. Sejauh ini sudah ada tiga fitur, yakni Karma yang akan memutar sejenis mantra-mantra bernuansa psychedelic, kemudian Ambient yang memutar semacam musik meditatif tapi yang sebenarnya berasal dari siaran radio, dan terakhir Metronome yang bisa dijadikan acuan tempo. Ke depannya, Teenage Engineering berniat untuk terus menambahkan fitur-fitur baru pada Disk Mode ini.

Selebihnya, OB-4 tidak ubahnya sebuah speaker premium dengan sepasang woofer dan sepasang tweeter, plus dua amplifier Class-D yang masing-masing memiliki output 38 W. Bobot perangkat tergolong berat di angka 1,7 kg, tapi seperti yang bisa kita lihat, ada sebuah handle pada bagian atasnya. Menariknya, handle ini juga bisa dijadikan penyangga selagi speaker-nya dimiringkan.

Keberadaan handle juga mengindikasikan sifat perangkat yang portable. Benar saja, OB-4 mengemas baterai berkapasitas 5.000 mAh yang diklaim bisa memutar radio secara nonstop sampai 72 jam, atau memutar musik via Bluetooth sampai 40 jam. Untuk keperluan berpesta dengan volume yang harus mentok, ia sanggup beroperasi hingga 8 jam.

Teenage Engineering OB-4 bukanlah barang murah. Ia dijajakan seharga $599, dan malah ada varian lain yang berwarna merah dengan finish glossy yang dijual seharga $649. Jelas sekali ini merupakan produk untuk kalangan enthusiast, namun tidak bisa dipungkiri ide untuk me-remix siaran radio pastinya sangat menggugah rasa penasaran.

Sumber: Engadget.

Nokia 2.4 dan Nokia 3.4 Diumumkan Bersama TWS Baru dan Sebuah Speaker Bluetooth

Sejak diambil alih lisensinya oleh HMD Global pada tahun 2016 lalu, Nokia telah menjadi brand yang sangat produktif di ranah smartphone Android, khususnya di kelas menengah ke bawah. Pandemi COVID-19 pun tidak menghalangi laju mereka. Baru-baru ini, mereka menyingkap dua smartphone anyar sekaligus: Nokia 2.4 dan Nokia 3.4.

Kita awali dari yang paling murah dulu, yakni Nokia 2.4 yang dijual dengan harga mulai 119 euro (± 2 jutaan rupiah). Ponsel ini mengemas layar 6,5 inci beresolusi HD+, dengan performa yang ditunjang oleh chipset MediaTek Helio P22, RAM 2 GB atau 3 GB, dan pilihan kapasitas penyimpanan internal 32 atau 64 GB.

Nokia 2.4

Nokia 2.4 mengemas sepasang kamera belakang, plus sebuah kamera selfie 5 megapixel. Namun yang lebih menarik adalah, Nokia turut menyematkan kapabilitas AI sehingga perangkat bisa mengaktifkan fitur-fitur seperti Night Mode atau Portrait Editor. Juga menarik adalah fakta bahwa ponsel ini sudah dibekali NFC.

Baterainya diklaim bisa tahan sampai dua hari pemakaian. Sepintas klaim ini terkesan terlalu ambisius, tapi cukup rasional jika melihat korelasi antara spesifikasi yang ditawarkan dengan modul baterai berkapasitas 4.500 mAh. Berhubung ini Nokia, pembaruan sistem operasi hingga dua tahun ke depan turut menjadi nilai jual utamanya, yang berarti ponsel ini siap di-update sampai Android 12.

Nokia 3.4

Beralih ke Nokia 3.4, semuanya sudah di-upgrade setidaknya satu level lebih tinggi. Cukup wajar mengingat banderol harganya memang sedikit lebih mahal di angka 159 euro (± 2,7 jutaan rupiah). Secara estetika, ia juga lebih memikat berkat lubang pada layar yang dihuni oleh kamera 8 megapixel.

Ukuran layarnya sendiri sedikit lebih kecil di angka 6,39 inci, tapi resolusinya sama-sama HD+. Urusan performa, Nokia 3.4 mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 460, lengkap beserta RAM 3 GB atau 4 GB. Storage internalnya sendiri tersedia dalam dua ukuran, 32 GB atau 64 GB, dan seperti Nokia 2.4, ia juga mengemas slot microSD untuk keperluan ekspansi.

Di sektor kamera, Nokia 3.4 datang membawa tiga kamera belakang: kamera utama 13 megapixel, kamera ultra-wide 5 megapixel, dan depth sensor 2 megapixel. Baterainya punya kapasitas 4.000 mAh, dan perangkat juga hadir membawa NFC sebagai fitur standar. Satu kelebihan lain Nokia 3.4 dibanding Nokia 2.4 adalah, konektornya sudah USB-C.

Bersamaan dengan peluncuran dua smartphone baru ini, Nokia juga mengumumkan bahwa mereka akhirnya sudah mulai memasarkan Nokia 8.3, ponsel 5G yang mereka perkenalkan pertama kali pada bulan Maret lalu. Poin menarik dari presentasinya adalah, Nokia mengklaim ponsel ini mampu mencatatkan kecepatan koneksi internet yang lebih kencang ketimbang ponsel 5G lain meski sama-sama ditenagai chipset Snapdragon 765G.

TWS baru dan speaker Bluetooth berukuran mini

Nokia Power Earbuds Lite

Dalam kesempatan yang sama, Nokia turut memperkenalkan dua aksesori anyar yang cukup menarik. Yang pertama adalah Nokia Power Earbuds Lite, TWS anyar yang berukuran lebih ringkas dan lebih terjangkau daripada Nokia Power Earbuds.

Meski berukuran lebih kecil, TWS seharga 60 euro (± 1 jutaan rupiah) ini tetap punya daya tahan baterai yang cukup awet: sampai 5 jam dalam sekali pengisian, sedangkan charging case-nya siap menyuplai hingga 30 jam daya ekstra (total 35 jam). Kontrol sentuh pada sisi luar earpiece turut didukung, dan fisiknya secara keseluruhan tahan air dengan sertifikasi IPX7.

Nokia Portable Wireless Speaker

Untuk produk keduanya, Nokia Portable Wireless Speaker merupakan speaker Bluetooth 5.0 dengan wujud menyerupai Google Home Mini. Ukurannya benar-benar sangat ringkas, dengan diameter 86 mm dan tebal 50 mm, serta bobot hanya 160 gram. Harganya pun termasuk murah di angka 35 euro (± 600 ribuan rupiah).

Di dalamnya tersimpan driver berdiameter 43 mm, mikrofon, serta baterai yang bisa beroperasi hingga 4 jam penggunaan. Jika diperlukan, pengguna bisa menghubungkan dua unit yang sama untuk mendapatkan output stereo. Satu hal yang absen di sini adalah integrasi asisten virtual.

Sumber: HMD Global.

Sony Luncurkan Trio Speaker Bluetooth Extra Bass Baru

Sony punya trio speaker Bluetooth baru yang cukup menarik, terutama buat mereka yang doyan lagu-lagu nge-beat mengingat ketiganya berasal dari lini Sony Extra Bass: SRS-XB23, SRX-XB33, SRS-XB43. Angka di sini mengindikasikan ukurannya; XB23 adalah yang paling kecil, dan XB43 adalah yang paling besar.

Sony bilang ketiganya mampu menyuguhkan dentuman bass yang lebih jernih berkat sepasang passive radiator yang diposisikan di kiri dan kanan speaker. Khusus untuk XB23, posisinya ada di atas dan bawah mengingat ia adalah satu-satunya yang hanya bisa diberdirikan secara vertikal – XB33 dan XB43 bisa diberdirikan secara horizontal.

Lebih lanjut, ketiganya juga mengemas unit diaphragm dengan bentuk oval ketimbang membulat – bahkan hampir mengotak pada XB43 – dan ini dipercaya mampu menghasilkan distorsi yang lebih minimal sehingga bass-nya terdengar lebih bulat dan mantap. Khusus XB43 selaku yang paling bongsor, Sony turut membekalinya dengan sepasang tweeter demi menyajikan suara vokal yang lebih jernih.

Sony SRS-XB23 / Sony
Sony SRS-XB23 / Sony

Secara fisik, trio speaker ini tahan air dengan sertifikasi IP67, akan tetapi cuma XB23 dan XB33 yang juga diklaim shockproof. Ketiganya juga dapat disinkronkan sampai 100 unit sekaligus berkat fitur Party Connect.

Terkait lampu warna-warni, bisa kita lihat bahwa cuma XB33 dan XB43 yang memilikinya, dan lighting-nya ini bisa disesuaikan lewat sebuah aplikasi smartphone. Dua speaker ini turut dilengkapi fitur Live Sound yang akan menyimulasikan efek suara 3D, tidak ketinggalan juga NFC untuk memudahkan proses pairing.

Sony SRS-XB43 / Sony
Sony SRS-XB43 / Sony

Soal daya tahan baterai, Sony mengklaim XB23 bisa tahan sampai 12 jam pemakaian, sedangkan XB33 dan XB43 sampai 24 jam dalam sekali pengisian. Ketiganya sama-sama mengandalkan USB-C untuk charging, namun khusus XB33 dan XB43, ada port USB ekstra yang dapat dipakai untuk mengisi ulang ponsel.

Sony belum menyebutkan kapan mereka bakal memasarkan ketiga speaker ini, akan tetapi harganya sudah dirincikan: $100 untuk XB23, $150 untuk XB33, dan $250 untuk XB43.


Sumber: Engadget dan Sony.

Speaker Portable Ultimate Ears HyperBoom Siap Mengguncang Ruangan Demi Ruangan Selama 24 Jam Nonstop

Ultimate Ears bukanlah nama asing di ranah speaker portable. Anak perusahaan Logitech itu dikenal lewat keluarga speaker Boom besutannya, yang sejauh ini terdiri dari tiga model, urut dari yang paling kecil: WonderBoom, Boom, dan MegaBoom.

Well, mereka baru saja menambahkan anggota terbarunya, yakni HyperBoom. Sesuai dugaan, ia merupakan model yang paling besar, sekaligus paling ekstrem kalau kata UE sendiri. Benar saja; balok setinggi 36,4 cm ini punya bobot 5,9 kg. Sebagai pembanding, UE MegaBoom 3 punya tinggi 22,5 cm dan bobot 925 gram.

Jeroannya terdiri dari sepasang woofer berdiameter 4,5 inci, sepasang tweeter 1 inci, dan sepasang passive radiator (3,5 x 7,5 inci). Tidak main-main, UE mengklaim volume yang dihasilkan HyperBoom bisa tiga kali lebih keras dibanding MegaBoom 3, dan bass-nya malah enam kali lebih intens.

Ultimate Ears HyperBoom

Sepintas, ukuran HyperBoom mungkin membuat kita lupa bahwa ia merupakan sebuah speaker portable. Baterainya diklaim bisa tahan sampai 24 jam pemakaian, dan tentu saja HyperBoom dapat menyumbangkan sebagian kecil suplai dayanya untuk smartphone atau tablet yang tersambung via USB.

Sebagai speaker portable, HyperBoom tentu bakal banyak dipindahkan – dari ruang tamu ke samping kolam renang misalnya (perangkat tahan guyuran air dengan sertifikasi IPX4) – dan UE sudah menyiapkan fitur pintar bernama Adaptive EQ untuk keperluan ini. Menggunakan mikrofon internalnya, HyperBoom akan mencoba mengenali bentuk ruangan di sekitarnya, lalu menyesuaikan sendiri karakter suaranya supaya optimal.

Ultimate Ears HyperBoom

HyperBoom bisa disambungkan ke empat sumber audio sekaligus; dua via Bluetooth, dan sisanya via colokan standar 3,5 mm serta optical. Selesai tersambung semuanya, pengguna bisa mengganti input-nya dengan sangat mudah via tombol fisik di panel atas HyperBoom, atau melalui aplikasi pendampingnya di smartphone.

Satu fitur yang absen dari HyperBoom adalah integrasi voice assistant, sebab ia memang tidak masuk kategori smart speaker. Awal Maret nanti, Ultimate Ears HyperBoom akan mulai dipasarkan seharga $400.

Sumber: Logitech.

Sonos Perkenalkan Speaker Portable Pertamanya, Move

Sebagai pelopor sistem audio multi-room, pengalaman Sonos di bidang speaker wireless tentunya tidak boleh kita remehkan. Kendati demikian, selama ini pabrikan asal Amerika Serikat tersebut rupanya belum pernah memproduksi speaker portable.

Debut Sonos di ranah portable ditandai oleh Sonos Move. Move pada dasarnya merupakan speaker pertama Sonos yang bisa kita bawa keluar rumah. Di samping Wi-Fi dan dukungan terhadap ratusan layanan streaming, Sonos Move turut dibekali koneksi Bluetooth, meski sayangnya cuma Bluetooth 4.2, bukan Bluetooth 5.0 seperti yang banyak dibicarakan belakangan ini.

Sonos Move

Meski dikategorikan portable, fisik Move rupanya jauh lebih bongsor ketimbang Sonos One, dengan dimensi 240 x 160 x 126 mm, serta bobot yang mencapai angka 3 kilogram. Ini berarti kinerja audio Move semestinya juga lebih baik daripada One, utamanya berkat sebuah tweeter dan mid-woofer yang disokong oleh sepasang amplifier Class-D.

Label portable itu didapat dari baterai terintegrasi yang mampu bertahan hingga 10 jam pemakaian dalam satu kali pengisian, tidak ketinggalan juga sebuah handle di bagian belakang yang menyatu dengan rangka Move. Rangkanya ini pun dirancang supaya weatherproof dengan sertifikasi IP56, sebuah keharusan buat perangkat yang dimaksudkan untuk digunakan di luar rumah.

Urusan charging, Move datang bersama sebuah unit docking yang praktis. Kabar baiknya, unit docking ini bukanlah suatu kewajiban apabila Anda berencana membawa Move bepergian jauh, sebab Move juga bisa di-charge langsung menggunakan kabel USB-C dan adaptor.

Sonos Move

Dari segi fitur pintar, Move banyak mewarisi kakak-kakaknya yang hanya dibekali Wi-Fi. Integrasi Google Assistant sekaligus Amazon Alexa adalah salah satunya, demikian pula fitur Trueplay yang memungkinkan speaker untuk mengadaptasikan kinerja audionya dengan kondisi ruangan. Pada Sonos Move, fitur Trueplay ini bahkan sudah disempurnakan lebih lanjut agar dapat beroperasi secara otomatis.

Rencananya, Sonos Move bakal dipasarkan secara global mulai 24 September mendatang dengan banderol $399. Harga tersebut tergolong tinggi di segmen speaker portable, akan tetapi kita juga tidak boleh lupa dengan fakta bahwa Move tetap merupakan sebuah speaker multi-room. Kebetulan saja ia juga bisa mengandalkan koneksi Bluetooth ketika diperlukan.

Sumber: Sonos dan The Verge.

Smart Speaker Sudah, Bose Kini Luncurkan Portable Smart Speaker

Bose sejauh ini sudah merilis dua smart speaker, yakni Home Speaker 500 dan Home Speaker 300. Keduanya sama-sama mengusung integrasi Alexa dan Google Assistant sekaligus, tapi tidak ada satu pun yang bersifat portable, alias dilengkapi unit baterainya sendiri dan dapat dioperasikan tanpa harus menancap ke sambungan listrik.

Celah tersebut akhirnya sudah diisi oleh Bose Portable Home Speaker, yang baru saja datang sembari membawa baterai berkapasitas 12 jam pemakaian. Sebagai produk yang portable, tentu saja ia memiliki gagang untuk dibawa-bawa, dan sekujur bodinya diklaim tahan air dengan sertifikasi IPX4.

Dalam tubuh seberat 0,9 kilogram-nya, tertanam sebuah driver aktif, tiga radiator pasif, dan sebuah deflector untuk mendongkrak respon bass-nya, mengingat speaker kecil umumnya dinilai kurang membahana. Bentuknya yang silindris mengindikasikan bahwa speaker ini siap mendistribusikan suara ke seluruh sisi alias 360 derajat.

Bose Portable Home Speaker

Seperti yang saya bilang, integrasi Alexa dan Google Assistant merupakan fitur unggulan dari speaker ini, yang berarti interaksi dengan kedua asisten virtual tersebut dapat dilangsungkan tanpa smartphone sebagai perantaranya. Tombol “mic-off” turut tersedia bagi konsumen yang sangat menjaga privasinya.

Terkait konektivitas, Wi-Fi dan Bluetooth sudah pasti tersedia, akan tetapi speaker berdimensi 19 x 10 cm juga dibekali kompatibilitas dengan AirPlay 2 maupun Spotify Connect. Baterai berdaya tahan 12 jam itu mengandalkan USB-C untuk charging.

Bose berencana memasarkan Portable Home Speaker mulai 19 September mendatang seharga $349. Pilihan warna yang tersedia cuma dua seperti pada gambar.

Sumber: Engadget dan Bose.

Buoq Axis Ialah Headphone Wireless yang Bisa Berubah Jadi Speaker

Modal ialah satu-satunya batasan seorang pecinta audio. Akan selalu ada produk penyaji musik yang lebih baru, lebih canggih dan lebih mahal. Itu sebabnya sungguh bijaksana jika dalam menikmati kegemaran ini, Anda lebih dulu menetapkan batasan, serta memilih produk-produk dengan fitur serta fungsi terlengkap. Satu alternatifnya adalah kreasi dari perusahaan bernama Buoq.

Lewat Kickstarter, tim inventor asal Barselona itu memperkenalkan Buoq Axis, yaitu headphone wireless Hi-Fi pertama di dunia yang bisa diubah menjadi speaker portable kapan pun Anda menginginkannya. Transisi Buoq Axis dari headset ke speaker berlangsung secara mudah dan singkat berkat pemanfaatan struktur unik.

Di mode normal, Buoq Axis terlihat seperti headphone biasa. Ia memiliki dua housing speaker, disambung oleh headband adjustable. Earcup on-ear-nya mengusung jenis bantalan NIF Tech yang empuk, aman di kulit, memiliki sirkulasi udara yang baik, anti-air dan noda, serta berfungsi pula sebagai sistem noise cancelling pasif. Padding serupa juga diterapkan di sisi bawah headband.

Buoq Axis 2

Setelah tersambung ke perangkat pemutar musik via Bluetooth 5.0, beberapa fungsi Buoq Axis bisa Anda akses via tombol yang bersembunyi di pelat aluminium bundar di sisi luar: tekan sekali untuk play/pause, dua kali buat pindah ke lagu berikutnya, atau tekan selama satu detik buat mundur. Di dekat pelat itu terdapat tombol switch equalizer. Dengannya, kita dapat menonjolkan vokal, bass atau memilih preset seimbang secara instan.

Buoq Axis 1

Saat ingin berbagi musik, yang perlu Anda lakukan hanyalah memutar housing/earcup 180 derajat ke arah luar dan Buoq Axis segera berubah menjadi speaker. Selanjutnya, Anda dapat menaruh di mana saja, atau alternatifnya, mengalungkan Buoq Axis di leher. Metode ini cocok jika Anda ingin mendengarkan musik saat berkendara di atas sepeda tanpa mengurangi keawasan terhadap keadaan sekitar.

Buoq Axis 4

Jantung dari kapabilitas Buoq Axis adalah sepasang driver 40-milimeter ‘berkualitas tinggi’ yang dibantu oleh unit micro amplifier terintegrasi. Kombinasi dari semua itu memungkinkan perangkat menghasilkan suara yang lantang, dapat terdengar hingga radius 15-meter. Buoq Axis dibekali baterai internal berdaya tahan cukup lama, mampu menghidangkan musik 18 jam non-stop di mode headphone atau 11 jam di mode speaker.

Buoq Axis 5

Menariknya lagi, Buoq Axis tak cuma didukung koneksi wireless. Audio juga bisa dikirimkan lewat kabel bercolokan 3,5-milimeter, baik ketika Anda ingin menggunakan perangkat sebagai headset maupun speaker. Selain itu, bagian earcup terpasang ke housing secara magnetis, dan Anda dapat menggota-gantinya dengan warna lain yang sudah Buoq sediakan.

Buoq Axis bisa Anda pesan di situs crowdfunding Kickstarter. Di sana, produk dijajakan seharga mulai dari € 90 atau kisaran US$ 100, dan akan didistribusikan pada para backer di bulan Oktober 2019. Bundel pembeliannya sudah termasuk kabel charger, kabel Aux-in 3,5mm, pouch travel anti-air dan hard case.

Marshall Luncurkan Dua Speaker Bluetooth Baru: Stockwell II dan Tufton

Saya yakin tidak banyak dari kita yang pernah mendengar pabrikan bernama Zound Industries. Lain halnya dengan Marshall; saya yakin cukup banyak yang tahu reputasi produsen amplifier gitar elektrik tersebut tanpa harus menjadi seorang gitaris.

Lalu mengapa saya membandingkan keduanya? Karena selama ini Zound Industries adalah sosok yang bertanggung jawab atas deretan headphone dan speaker milik Marshall, dan kolaborasi keduanya baru saja menelurkan sepasang speaker Bluetooth baru: Marshall Stockwell II dan Marshall Tufton.

Keduanya melengkapi Marshall Kilburn II yang telah hadir lebih dulu sejak tahun lalu. Yang paling membedakan, kalau Kilburn II memiliki wujud berorientasi horizontal, baik Stockwell II maupun Tufton sama-sama berorientasi vertikal. Kendati demikian, ketiganya sama-sama menganut gaya desain retro yang menyerupai amplifier rancangan Marshall.

Marshall Stockwell II

Stockwell II adalah yang paling kecil dari ketiganya. Kalau melihat dimensinya (180 x 161 x 70 mm), besarnya kurang lebih mirip iPad Mini, tapi tentu jauh lebih tebal, dan bobotnya pun mencapai angka 1,38 kg. Sertifikasi IPX4 berarti ia sanggup bertahan dari cipratan air saat dibawa ke pinggir kolam renang.

Di baliknya bernaung dua tweeter beroutput 5 W dan woofer 10 W. Bukan yang paling lantang memang, dan bass-nya juga bukan yang paling menendang mengingat respon frekuensinya berada di rentang 60 – 20.000 Hz.

Tufton di sisi lain punya ukuran jauh lebih bongsor, dengan bobot mencapai 4,9 kg, akan tetapi ketahanan airnya cuma IPX2. Di dalamnya tertanam tweeter 10 W, dua full range driver 15 W, dan woofer 40 W, sedangkan respon frekuensinya berkisar antara 40 – 20.000 Hz.

Marshall Tufton

Kedua speaker ini sama-sama sudah dilengkapi konektivitas Bluetooth 5.0, dan di bagian atasnya terdapat sejumlah kenop yang berfungsi untuk mengatur volume, maupun tingkatan bass dan treble. Daya tahan baterai keduanya sama-sama diklaim mampu mencapai angka 20 jam pemakaian.

Juga sangat modern adalah penggunaan USB-C sebagai port charging-nya, dan ini juga berarti keduanya sama-sama mendukung fast charging. Untuk Stockwell II, pengisian selama 20 menit sudah cukup untuk menyuplai daya baterai hingga 6 jam pemakaian, sedangkan untuk Tufton, 20 menit charging cukup untuk pemakaian selama 4 jam.

Di Amerika Serikat, Stockwell II dan Tufton saat ini sudah dipasarkan dengan harga masing-masing $249 dan $399.

Sumber: Zound Industries via TechCrunch.

Bersama Line, B&O Luncurkan Speaker Bluetooth Beoplay P2 Brown Limited Edition

Line memang bukan aplikasi pesan instan yang paling populer, akan tetapi mereka sukses menyulap karakter-karakter bikinannya (Line Friends) menjadi franchise baru di industri merchandise. Popularitasnya bahkan akhirnya sukses menghasilkan produk edisi spesial macam drone DJI Spark ‘berwajah’ Brown yang dirilis bulan Agustus lalu.

Namun sebelum DJI merilis Spark edisi karakter Line Friends lain, Brown rupanya masih ingin menjadi pusat perhatian, tapi di segmen lain. Kolaborasi kali ini adalah antara Line dan Bang & Olufsen, yang pada akhirnya melahirkan Beoplay P2 Brown Limited Edition.

Beoplay P2 Brown Limited Edition

Dari namanya sudah kelihatan bahwa ini merupakan edisi khusus dari speaker Bluetooth Beoplay P2 yang diluncurkan setahun lalu. P2 merupakan speaker wireless terkecil B&O yang tersedia dalam berbagai pilihan warna, sehingga menyulapnya menjadi lebih ceria dan lebih berkarisma lagi merupakan langkah yang rasional.

Fitur maupun spesifikasinya sama persis, dan perbedaannya murni hanya di aspek estetika saja. Wajah si Brown di sini bukannya terpampang pada bodi perangkat, melainkan berwujud gantungan pada talinya, plus ada juga sketsa kecil wajahnya yang di-deboss ke carrying case berbahan kulit milik perangkat.

Beoplay P2 Brown Limited Edition

Rencananya, Beoplay P2 Brown Limited Edition akan dipasarkan mulai 4 Oktober mendatang, tapi kuantitasnya dibatasi 5.000 unit saja, dan sayangnya cuma di Hong Kong, Tiongkok, Taiwan, Korea, Jepang dan Amerika Serikat saja. Harganya tidak disebutkan, tapi semestinya sama seperti Beoplay P2 standar, yaitu $169.

Usai melihat DJI Spark dan sekarang Beoplay P2 edisi spesial ini, kita sejatinya bisa mengamati pola dan menebak gadget apa lagi ke depannya yang bakal dibuatkan edisi Line Friends-nya. Pada dasarnya gadget tersebut harus tinggi nilai lifestyle-nya, serta dari awal ditawarkan dalam sejumlah pilihan warna.

Sumber: Line via SlashGear.