Sony Luncurkan TWS dengan Harga Bersahabat dan Headphone ANC Buat Para Basshead

Dengan banderol 4 juta rupiah, TWS Sony WF-1000XM4 jelas bukan untuk semua orang. Sony sadar betul akan hal itu, dan untuk menjangkau kalangan konsumen yang lebih luas, mereka sudah menyiapkan TWS lain bernama WF-C500.

Saya tahu cara Sony menamakan produknya memang agak membingungkan, tapi yang pasti WF-C500 bakal menggantikan posisi WF-XB700 sebagai TWS termurahnya. Sebagai konteks, WF-XB700 dibanderol $130 saat pertama diluncurkan setahun lalu, sementara WF-C500 dihargai cuma $100 saja.

Apa yang membedakan WF-C500 dari TWS high-end macam WF-1000XM4 tadi? Yang paling kentara adalah perihal active noise cancellation (ANC). WF-C500 tidak dibekali ANC dan sepenuhnya mengandalkan isolasi suara secara pasif. Cukup disayangkan memang, apalagi mengingat sudah banyak pabrikan yang mampu menawarkan TWS ANC di rentang harga yang sama atau bahkan lebih murah.

Terlepas dari itu, WF-C500 menawarkan dua fitur khas Sony: DSEE (Digital Sound Enhancement Engine) dan 360 Reality Audio. DSEE berfungsi untuk mengembalikan sejumlah detail yang hilang akibat proses kompresi ketika musik di-stream via Bluetooth, sementara 360 Reality Audio bakal menyajikan sensasi immersive pada koleksi konten yang kompatibel di sejumlah layanan streaming.

Untuk desainnya, tampak bahwa WF-C500 banyak terinspirasi oleh WF-1000XM4. Bentuknya ringkas dan ringan, dengan bobot tidak lebih dari 5,4 gram per earpiece. Di dalamnya, tertanam dynamic driver berdiameter 5,8 mm.

Pengoperasiannya mengandalkan tombol di dinding luar masing-masing earpiece. WF-C500 tercatat mengantongi sertifikasi IPX4, yang berarti keringat dan cipratan air tak akan jadi masalah besar buatnya.

Dalam sekali pengisian, baterai WF-C500 bisa tahan sampai 10 jam pemakaian, atau 20 jam kalau digabung dengan daya milik charging case-nya. Selain warna hitam, Sony WF-C500 juga akan tersedia dalam warna putih, hijau, dan oranye.

Sony WH-XB910N

Dalam kesempatan yang sama, Sony turut mengumumkan WH-XB910N, penerus langsung dari WH-XB900N. Label “XB” pada namanya merujuk pada fitur “Extra Bass”, cocok buat mereka yang suka dengan dentuman bass yang mantap.

Dibanding pendahulunya, WH-XB910N menjanjikan kinerja ANC yang lebih prima berkat penerapan teknologi Dual Noise Sensor. Dengan mengklik satu tombol, fitur ANC ini dapat diganti menjadi ambient mode, yang sekarang diklaim bisa menghasilkan suara yang lebih natural. Alternatifnya, ada fitur Adaptive Sound Control yang akan menyesuaikan pengaturan ambient mode secara otomatis berdasarkan lokasi dan aktivitas pengguna.

Sony juga melihat potensi headphone over-ear ini untuk kebutuhan WFH, terutama berkat teknologi Precise Voice Pickup yang diyakini mampu menangkap suara pengguna dengan jernih. Dukungan multi-point pairing juga bakal sangat membantu, sebab WH-XB910N jadi bisa dihubungkan ke dua perangkat Bluetooth yang berbeda secara bersamaan.

WH-XB910N mengemas driver berukuran 40 mm pada masing-masing earcup-nya. Sisi luar earcup-nya merupakan panel sentuh yang mendukung berbagai gestur pengoperasian. Untuk memudahkan penyimpanan, earcup-nya juga bisa dilipat ke arah dalam.

Dalam sekali charge, headphone dengan bobot 252 gram ini mampu bertahan selama 30 jam penggunaan. Itu dengan ANC menyala; kalau dimatikan, daya tahan baterainya malah diklaim bisa mencapai angka 50 jam.

Di Amerika Serikat, Sony WH-XB910N dijual seharga $250, sama persis versi sebelumnya. Pilihan warna yang tersedia mencakup hitam, biru, dan abu-abu.

Sumber: Engadget.

Boss Waza-Air Bass Adalah Headphone Nirkabel Sekaligus Amplifier Gitar Bas Elektrik

Sekitar dua tahun silam, produsen pedal gitar elektrik asal Jepang, Boss, meluncurkan amplifier gitar nirkabel yang sangat unik. Unik karena bentuknya sama sekali tidak menyerupai amplifier pada umumnya, melainkan berupa sebuah headphone wireless.

Produk bernama Boss Waza-Air itu sepertinya menuai respon yang cukup positif. Buktinya, anak perusahaan Roland tersebut baru saja memperkenalkan Boss Waza-Air Bass. Sesuai tebakan, ini adalah produk yang serupa, tapi yang ditujukan buat para pemain gitar bas elektrik.

Otomatis cara kerja perangkatnya masih sama: tancapkan unit transmitter 2,4 GHz ke gitar bas, maka suara yang dihasilkan dapat langsung pengguna dengarkan melalui headphone secara wireless dengan latensi yang amat rendah. Juga masih dipertahankan adalah gyroscope untuk melacak posisi kepala pengguna dan mewujudkan efek suara spasial (3D audio).

Seperti halnya Waza-Air, kapabilitas Waza-Air Bass baru bisa maksimal jika ditandemkan dengan aplikasi Boss Tone Studio di smartphone atau tablet (iOS dan Android). Lewat aplikasi ini, pengguna dapat memilih dari lima tipe amp yang tersedia, serta lebih dari 30 efek suara yang dioptimalkan untuk gitar bas.

Aplikasi turut menawarkan 10 drum pattern yang berbeda untuk mendampingi sesi slapping pengguna, atau bisa juga dengan diiringi oleh metronom yang mempunyai 32 variasi ritme. Alternatifnya, berhubung Waza-Air juga dapat difungsikan sebagai headphone Bluetooth, pengguna pun juga bisa jamming bersama lagu-lagu favoritnya di smartphone.

Waza-Air Bass menyalurkan semua itu ke telinga via sepasang driver berdiameter 50 mm. Earcup-nya yang besar (over-ear), plus headband yang lebar dimaksudkan supaya pengguna betah berlama-lama memakainya. Maksimum sampai 5 jam sebelum baterainya harus diisi ulang. Saat sedang tidak digunakan, earcup-nya dapat dilipat ke dalam untuk memudahkan penyimpanan.

Di Amerika Serikat, Boss Waza-Air Bass sudah dipasarkan seharga $450, atau $50 lebih mahal daripada versi yang diperuntukkan gitar biasa.

Sumber: MusicRadar.

Bose QuietComfort 45 Disingkap, Kini dengan ANC yang Lebih Efektif Mengeliminasi Suara Obrolan

Bose punya headphone nirkabel baru. Namanya QuietComfort 45, dan ia merupakan penerus langsung dari salah satu headphone nirkabel terpopuler Bose, QuietComfort 35 II. Apa saja pembaruan yang dihadirkan? Kalau cuma melihat kulit luarnya, kita rupanya tidak akan menjumpai begitu banyak perubahan.

Secara keseluruhan, desain Bose QC45 tampak sangat mirip dengan pendahulunya. Konstruksinya masih mengandalkan bahan plastik, tapi itu berarti bobotnya tetap enteng di angka 238 gram. Juga tidak berubah adalah mekanisme lipat pada earcup-nya, sangat memudahkan untuk disimpan dan dibawa-bawa.

Masih soal desainnya, Bose bilang bahwa mereka telah menyingkirkan jahitan dan lipatan-lipatan kecil pada bagian yang terbuat dari material lembut, serta mengganti celah-celah di antara berbagai komponen dengan transisi yang lembut. Desain QC45 lebih refined, mungkin begitu maksud yang hendak disampaikan Bose.

Beralih ke kinerja audio, Bose sama sekali tidak menyinggung adanya perubahan, sehingga bisa kita asumsikan kualitas suara QC45 sama baiknya seperti QC35 II. Yang disempurnakan justru adalah kinerja fitur active noise cancelling-nya (ANC).

Bose memang tidak menjelaskan secara mendetail apa saja yang diubah dari sistem ANC-nya, tapi yang pasti QC45 mampu mengeliminasi suara di frekuensi menengah (mid-range) secara lebih efektif. Di frekuensi ini, suara yang paling umum adalah suara obrolan manusia. Artinya, QC45 lebih bisa diandalkan di tempat-tempat seperti kereta komuter, kantor, maupun kafe.

Tidak seperti Bose Noise Cancelling Headphones 700, intensitas ANC di QC45 tidak dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan. Pengguna QC45 hanya bisa memilih antara mode Quiet dan Aware, yang cara kerjanya bertolak belakang: Quiet akan mengeliminasi suara di sekitar pengguna, sedangkan Aware justru membiarkan suara-suara dari luar masuk. Di headphone lain, mode Aware ini biasa dikenal dengan istilah transparency atau ambient mode.

Selain kinerja ANC, penyempurnaan lain yang QC45 bawa mencakup mic yang lebih andal, Bluetooth 5.1 dengan dukungan multipoint pairing (bisa dihubungkan ke dua perangkat secara bersamaan), dan port USB-C untuk charging.

Dalam sekali pengisian, QC45 diklaim mampu bertahan sampai 24 jam pemakaian. Cukup lumayan meski masih kalah dari Sony WH-1000XM4 (30 jam). Untuk mengisi baterainya sampai penuh, pengguna QC45 butuh meluangkan waktu sekitar dua jam. Namun seandainya terburu-buru, charging selama 15 menit saja sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk pemakaian selama 3 jam.

Di Amerika Serikat, Bose QuietComfort 45 saat ini telah dipasarkan seharga $330. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam dan putih, semuanya dengan finish matte.

Sumber: CNET dan Bose.

Cuma 850 Ribuan, Audio-Technica ATH-S220BT Adalah Headphone Bluetooth Terjangkau yang Kaya Fitur

Audio-Technica punya headphone Bluetooth baru. Namanya ATH-S220BT, dan sepintas ia kelihatan biasa saja. Harga jualnya pun cuma $59, semakin mengindikasikan bahwa tidak ada hal istimewa yang bisa kita dapatkan darinya.

Namun asumsi tersebut salah besar. Setidaknya di atas kertas, value for money yang ditawarkan headphone ini termasuk tinggi. Kita mulai dari konektivitasnya terlebih dulu. S220BT mendukung fitur multipoint pairing, memungkinkannya untuk terhubung via Bluetooth ke dua perangkat yang berbeda secara bersamaan, semisal laptop dan smartphone. Dengan begitu, pengguna bisa mengganti sumber audio dari satu perangkat ke yang lain tanpa harus mengulangi proses pairing.

Multipoint pairing bukanlah fitur yang benar-benar baru di dunia headphone, tapi fitur ini masih tergolong langka sampai sekarang, bahkan pada headphone nirkabel berharga premium sekalipun. Pada kenyataannya, fitur ini juga menjadi salah satu highlight dari ATH-M50xBT2, headphone Bluetooth unggulan Audio-Technica yang juga baru dirilis belum lama ini.

Masih soal konektivitas, S220BT juga mendukung fitur Fast Pair bila digunakan bersama perangkat Android yang kompatibel. Ia juga dilengkapi mode low latency untuk menyinkronkan jalannya audio dan video saat dipakai menonton atau bermain game.

Keunggulan berikutnya adalah daya tahan baterai hingga 60 jam pemakaian dalam sekali pengisian. Charging-nya pun sudah menggunakan USB-C, dan pengguna bisa mendapatkan daya yang cukup untuk pemakaian selama 3,5 jam hanya dengan mengisi ulang headphone selama 10 menit. Kalau benar-benar kepepet, S220BT juga bisa dihubungkan via kabel 3,5 mm standar.

Dengan baterai sekuat itu, wajar apabila kita berasumsi headphone ini berat. Sekali lagi Audio-Technica membuktikan bahwa kita salah, sebab bobotnya tidak lebih dari 180 gram. Rahasianya mungkin terletak pada ukuran earcup-nya yang agak kecil, sebab secara teknis S220BT memang masuk kategori on-ear ketimbang over-ear. Jadi kalau Anda terbiasa dengan headphone yang sepenuhnya membungkus daun telinga, S220BT bukan untuk Anda.

Di balik masing-masing earcup-nya, bernaung driver berdiameter 40 mm dengan respon frekuensi 5 – 32.000 Hz. Sebagai headphone Bluetooth, tidak afdal rasanya kalau ia tidak mengemas mikrofon terintegrasi dan sejumlah tombol kontrol.

Sekali lagi, semua itu bisa didapat di harga $59 saja, atau kurang lebih sekitar 850 ribuan rupiah. Selain warna hitam dan putih, tersedia pula kombinasi warna biru dan krem. Semoga saja Audio-Technica ATH-S220BT bisa cepat tersedia di Indonesia.

Sumber: Engadget dan Audio-Technica.

Audio-Technica ATH-M50xBT2 Hadirkan Multi-Point Pairing dan Sederet Fitur Praktis Lainnya

Tiga tahun lalu, Audio-Technica merilis ATH-M50xBT, versi nirkabel dari salah satu headphone terlaris yang pernah dibuatnya. Sekarang, Audio-Technica memutuskan untuk memperbarui headphone wireless tersebut dengan sejumlah fitur modern yang sesuai dengan ekspektasi konsumen di tahun 2021.

Sebelum masuk ke perbedaannya, mari kita bahas apa saja yang tidak berubah terlebih dulu. ATH-M50xBT2 mempertahankan dua hal yang sudah menjadi nyawa seri ATH-M50 selama lebih dari satu dekade, yakni desain yang nyaman sekaligus kokoh, serta karakter suara yang cukup berimbang di semua rentang frekuensi.

Kinerja audionya yang mumpuni ini berasal dari sepasang driver 45 mm yang sama seperti yang terdapat pada pendahulunya. Juga tidak berubah adalah kedua earcup-nya yang dapat dilipat 90° dan diletakkan rata di bagian atas dada ketika sedang tidak digunakan.

Masuk ke bagian-bagian yang baru, kita mulai dari fitur multi-point pairing, yang memungkinkan M50xBT2 untuk dihubungkan via Bluetooth ke dua perangkat yang berbeda secara bersamaan, semisal laptop dan smartphone. Jadi ketika ada panggilan telepon yang masuk ke ponsel selagi mendengarkan musik dari laptop, pengguna tinggal beralih dari satu perangkat ke yang lain tanpa perlu mengulangi proses pairing.

Bicara soal panggilan telepon, Audio-Technica percaya M50xBT2 dapat menangkap suara pengguna secara lebih jernih berkat pengguna sepasang mikrofon berteknologi beamforming. Pengguna kini juga dapat memanggil Amazon Alexa di samping Google Assistant beserta Siri, dan fitur Fast Pair pun turut tersedia pada perangkat Android yang kompatibel.

M50xBT2 juga dilengkapi mode low-latency yang ideal dipakai selagi bermain game atau menonton. Codec yang didukung mencakup SBC, AAC, dan LDAC. Entah kenapa aptX tidak disebut, padahal pendahulunya kompatibel dengan codec milik Qualcomm tersebut. Buat yang tertarik mengubah karakter suaranya, mereka dapat mengutak-atik equalizer via aplikasi A-T Connect di smartphone, dan pengaturannya bakal disimpan di headphone-nya itu sendiri.

Dalam kondisi baterai terisi penuh, M50xBT2 mampu beroperasi selama 50 jam nonstop, naik 10 jam dibanding pendahulunya. Pembaruan yang terakhir adalah port USB-C, yang pada akhirnya juga mendatangkan dukungan fitur fast charging; pengisian selama 10 menit sudah cukup untuk menenagai headphone selama 3 jam pemakaian.

Deretan pembaruan yang diterapkan mungkin terdengar sepele, tapi yang pasti cukup signifikan dampaknya pada penggunaan sehari-hari, terutama dari segi kepraktisan. Satu-satunya standar 2021 yang tidak tersedia di Audio-Technica ATH-M50xBT2 adalah ANC (active noise cancellation). Namun itu tidak masalah kalau melihat harga jualnya yang masih sama: $199.

Sumber: Audio-Technica.

Yamaha YH-L700A Adalah Headphone Nirkabel Premium dengan ANC dan 3D Audio

Dewasa ini, headphone nirkabel tidak bisa hanya mengandalkan kualitas suara dan desain semata. Fitur ekstra macam active noise cancellation (ANC) perlahan juga mulai menjadi standar wajib yang harus dipenuhi, dan tidak jarang pabrikan turut menyematkan fitur lain yang tak kalah inovatif, seperti misalnya 3D audio berbasis head tracking.

Dua fitur inilah yang menjadi nilai jual utama headphone terbaru Yamaha, YH-L700A. Perangkat tak hanya dibekali fitur ANC yang efektif meredam suara di sekitar tanpa memengaruhi kualitas suara yang dihasilkan, melainkan juga kemampuan untuk mendeteksi pergerakan kepala penggunanya. Sederhananya, efek 3D audio yang dihasilkan bisa terkesan lebih immersive karena akan selalu disesuaikan dengan orientasi kepala pengguna secara real-time.

Teknologi 3D audio atau spatial audio berbasis head tracking bukanlah hal yang benar-benar baru. Produsen headphone Audeze bahkan sudah mengimplementasikannya sejak tahun 2018 pada sebuah headset gaming bernama Mobius, dan belum lama ini, Apple menyingkap AirPods Max yang juga mengunggulkan fitur serupa. Seperti yang kita tahu, Apple cukup sering memopulerkan suatu tren teknologi, dan sepertinya 3D audio bakal jadi yang selanjutnya.

Fitur lain yang ditawarkan YH-L700A mencakup Listening Optimizer, yang memanfaatkan mikrofon di bagian dalam earcup untuk mengukur seberapa kedap perangkat membungkus telinga. Dengan kata lain, optimasinya bakal berbeda untuk setiap pengguna karena bentuk telinga mereka berbeda satu dengan yang lainnya.

Selanjutnya ada fitur Listening Care, yang pada dasarnya bakal menjaga konsistensi dynamic range yang dihasilkan di volume apapun. Harapannya adalah supaya pengguna tidak harus menyetel musik dalam volume yang keras untuk bisa mendengarkan seluruh detail suara dengan baik.

Seperti halnya headphone modern lain yang dibekali ANC, Yamaha YH-L700A juga dilengkapi fitur ambient mode agar pengguna dapat mendengarkan suara di sekitarnya tanpa perlu melepas headphone saat dibutuhkan. Semua fitur ini dapat diakses melalui aplikasi pendamping yang tersedia di platform Android maupun iOS.

Perihal baterai, Yamaha mengklaim daya tahan baterai hingga 34 jam nonstop dengan fitur ANC aktif. Angka tersebut cukup impresif dan selevel dengan yang ditawarkan Bang & Olufsen Beoplay HX. Yang jadi problem adalah ketika fitur 3D audio-nya diaktifkan, sebab daya tahan maksimumnya bakal langsung turun menjadi 11 jam saja.

Seperti yang sudah bisa diprediksi, semua fitur ini harus ditebus dengan modal yang tidak murah. Di Australia, Yamaha YH-L700A dijual seharga AU$700, atau kurang lebih sekitar 7,5 jutaan rupiah. Harga tersebut membuatnya berada jauh di atas level headphone ANC populer macam Sony WH-1000XM4, dan sudah mendekati level AirPods Max.

Sumber: What Hi-Fi.

Razer Opus X Adalah Headphone Seharga $100 dengan ANC dan Gaming Mode

Razer punya headphone nirkabel baru yang cukup menarik. Namanya Opus X, dan ia ditujukan untuk semua konsumen ketimbang hanya menyasar kalangan gamer saja. Kendati demikian, perangkat ini masih sangat ideal seandainya hendak dipakai selama sesi gaming.

Secara mendasar, Opus X merupakan versi lebih terjangkau dari Razer Opus yang diluncurkan tahun lalu. Harga kedua perangkat terpaut sekitar $50, tapi menariknya, perbedaan di antara keduanya tergolong cukup minimal.

Dari segi desain, Opus X tampak sangat mirip dengan Opus, hanya saja ia hadir dalam tiga pilihan warna yang jauh lebih mencolok. Ketimbang mengandalkan kontrol sentuh, Razer lagi-lagi lebih memilih menyematkan sejumlah tombol fisik. Pada Opus X, semua tombolnya diposisikan di earcup sebelah kanan.

Kesamaan selanjutnya adalah integrasi fitur active noise cancellation (ANC) sekaligus mode ambient. Cara mengaktifkan ANC atau mode ambient-nya agak berbeda di sini. Ketimbang mengandalkan tombol khusus untuk masing-masing mode, pengguna Opus X dapat mengklik tombol power untuk berganti-ganti antara ANC dan mode ambient.

Beralih ke perbedaannya, ada tiga yang termasuk cukup signifikan. Yang paling utama, Opus X tidak mengemas sertifikasi THX seperti kakaknya yang lebih mahal. Selanjutnya, Opus X juga tidak dilengkapi fitur auto-pause dan auto-play, yang akan aktif dengan sendirinya ketika perangkat dilepas atau dikenakan kembali. Terakhir, Opus X hanya dilengkapi Bluetooth 5.0 dan USB-C, tidak ada jack 3,5 mm sama sekali.

Relevansinya di kalangan gamer diwujudkan oleh fitur Gaming Mode, yang dapat diaktifkan dengan mengklik dan menahan tombol multifungsinya. Selagi aktif, latensi koneksi Bluetooth-nya akan ditekan sampai serendah 60 milidetik, sama seperti yang ditawarkan oleh seri TWS Razer HammerHead.

Terkait daya tahan baterai, Opus X justru lebih unggul ketimbang kakaknya. Ia bisa beroperasi selama 30 jam nonstop dalam sekali pengisian, atau malah sampai 40 jam kalau fitur ANC-nya dimatikan. Saat perangkat sedang tidak digunakan, earcup-nya bisa diputar 90°.

Di Amerika Serikat, Razer Opus X saat ini sudah dijual dengan harga $100, cukup terjangkau untuk ukuran headphone yang dibekali ANC serta mode khusus gaming untuk memangkas latensi.

Sumber: The Verge.

Usung Panel Surya Mini, Headphone Urbanista Los Angeles Sama Sekali Tidak Perlu Diisi Ulang

Di tengah meledaknya tren headphone wireless dengan active noise cancelling (ANC), daya tahan baterai menjadi kriteria yang semakin diprioritaskan. Hal ini wajar mengingat ANC punya dampak yang signifikan terhadap konsumsi baterai, dan itulah mengapa belakangan ini semakin banyak pabrikan yang meluncurkan headphone ANC dengan daya tahan baterai di atas rata-rata.

Salah satu contohnya adalah Sony WH-1000XM4, yang menawarkan daya tahan baterai hingga 30 jam pemakaian dengan ANC menyala. Contoh lain yang lebih baru lagi adalah Beoplay HX besutan Bang & Olufsen, yang bisa beroperasi hingga 35 jam nonstop dalam sekali pengecasan.

Namun bagaimana seandainya ada headphone ANC yang baterainya tidak perlu diisi ulang sama sekali? Bagaimana seandainya headphone tersebut memiliki cara untuk menghasilkan energi dengan sendirinya, semisal dengan menyerap cahaya matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik?

Itulah premis di balik headphone bernama Urbanista Los Angeles ini. Pengembangnya dengan bangga menyebutnya sebagai headphone self-charging pertama di dunia, dan itu diwujudkan lewat sebuah panel surya mini yang diintegrasikan ke bagian headband. Jadi, semakin sering Anda menggunakannya selagi berada di luar ruangan, semakin besar pula energi yang dapat dihasilkan, hingga akhirnya perangkat sama sekali tidak perlu di-charge.

Menurut pengembangnya, menggunakan headphone ini di luar selama satu jam dapat menghasilkan tenaga yang cukup untuk pemakaian selama sekitar tiga jam. Kalau langitnya sedang berawan, maka tenaga yang dihasilkan agak berkurang menjadi setara pemakaian selama dua jam.

Namun yang lebih istimewa lagi, yang dapat dikonversi menjadi energi listrik sebenarnya bukan hanya sinar matahari saja, melainkan juga cahaya lampu dalam ruangan. Kalaupun berada di ruangan yang gelap, pengguna tak perlu khawatir karena baterai milik headphone berdesain over-ear ini sebenarnya bisa tahan sampai sekitar 50 jam penggunaan sebelum akhirnya benar-benar kehabisan daya.

Selebihnya, spesifikasi yang ditawarkan tergolong standar untuk sebuah headphone wireless berteknologi noise cancelling keluaran dua tahun terakhir. Reproduksi suaranya mengandalkan sepasang driver neodymium berdiameter 40 mm, sedangkan konektivitasnya sudah menggunakan Bluetooth 5.0. Transparency mode, yang pada dasarnya merupakan kebalikan dari ANC dan biasanya juga dikenal dengan istilah ambient mode, juga dapat diaktifkan dengan menekan satu tombol.

Daya tarik utamanya tentu adalah kemampuan self-charging itu tadi, dan ini tak akan bisa terwujud tanpa inovasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan bernama Exeger. Ya, panel surya mini tersebut bukanlah rancangan Urbanista sendiri, dan ini berarti ke depannya produsen headphone lain juga bisa ikut memanfaatkan teknologi besutan Exeger yang dinamai Powerfoyle itu.

Pada kenyataannya, sebelum ini Exeger malah sebenarnya sudah punya klien lain yang bahkan lebih terkenal, yaitu JBL. Menjelang akhir 2019, JBL mengumumkan sebuah headphone bernama Reflect Eternal yang dibekali teknologi Powerfoyle yang sama. Sayang sekali produk tersebut tidak pernah terwujudkan karena pandemi keburu melanda, yang secara langsung berdampak pada proses supply chain dan mengacaukan fase pengembangan sekaligus produksi.

Urbanista cukup beruntung karena markas utama mereka berada di kota yang sama dengan markas Exeger di Swedia. Rencananya, Urbanista Los Angeles akan dipasarkan mulai musim panas mendatang. Di Inggris, headphone ini bakal dijual seharga £169, kurang lebih setara 3,4 jutaan rupiah.

Sumber: Wired.

Bang & Olufsen Beoplay HX Unggulkan Active Noise Cancellation dan Baterai yang Sangat Awet

Tidak semua headphone noise-cancelling diciptakan sama. Basis teknologinya mungkin sama, yakni dengan mengandalkan mikrofon untuk menangkap suara luar yang hendak dieliminasi, akan tetapi kinerjanya bisa berbeda-beda.

Buat Bang & Olufsen, yang tidak kalah penting adalah bagaimana fitur active noise cancellation (ANC) itu bisa bekerja secara efisien. Secara umum, fitur ANC yang terus menyala akan mengonsumsi lebih banyak energi, sehingga ujung-ujungnya mempersingkat daya tahan baterai suatu headphone nirkabel.

Itulah mengapa headphone wireless terbaru B&O berikut ini terkesan istimewa. Dijuluki Beoplay HX, baterainya diyakini mampu bertahan selama 35 jam nonstop, dan itu dalam posisi ANC aktif secara konstan. Kalau ANC-nya dimatikan, daya tahan baterainya malah naik menjadi 40 jam.

35 jam merupakan angka yang terbilang mengesankan, terlebih di saat banyak headphone noise-cancelling lain yang hanya mampu beroperasi selama sekitar 20 jam. Angka ini bahkan lebih tinggi lagi daripada yang ditawarkan oleh Sony WH-1000XM4 (30 jam). Anggaplah Anda menggunakan headphone ini selama lima jam setiap harinya, itu berarti Anda tidak perlu mengecasnya sampai sepekan mendatang.

Baterai yang sangat awet ini juga dimungkinkan berkat konektivitas Bluetooth 5.1 yang diusung, yang ternyata juga sudah mendukung fitur Google Fast pair maupun Microsoft Swift Pair. Juga sangat berguna adalah kemampuannya terhubung ke dua perangkat sekaligus dalam satu kesempatan yang sama (multipoint connectivity).

Untuk reproduksi suaranya, HX mengandalkan sepasang dynamic driver berdiameter 40 mm dengan respon frekuensi 20 – 22.000 Hz. Driver tersebut dikemas dalam earcup membulat dengan bantalan memory foam yang dibalut oleh kulit domba asli. Untuk bantalan kepalanya, HX menggunakan kulit sapi yang dibalut kain breathable. Konstruksi aluminium memungkinkan bobotnya ditekan sampai serendah 285 gram.

Ketimbang hanya mengandalkan pengoperasian berbasis sentuhan saja (cuma di earcup sebelah kanan), HX turut mengemas sejumlah tombol di kiri sekaligus kanan. Selain port USB-C untuk charging, HX juga dilengkapi jack 3,5 mm seandainya pengguna perlu menyambungkannya via kabel (yang termasuk dalam paket penjualan).

Berhubung ini B&O, sudah pasti harganya tidak murah. Di Amerika Serikat, Beoplay HX saat ini sudah mulai dijual dengan harga $499 — setidaknya masih lebih murah daripada Beoplay H95 yang dibanderol $800. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: hitam, putih, dan cokelat.

Sumber: The Verge.

JBL Luncurkan Headphone dan Empat TWS Noise Cancelling Baru

JBL merayakan hari jadinya yang ke-75 tahun ini, dan anak perusahaan Harman itu langsung menyerbu CES 2021 dengan sederet perangkat audio baru. Spesifiknya, JBL memperkenalkan satu headphone dan empat TWS baru, semuanya lengkap dengan teknologi active noise cancellation (ANC).

JBL Tour One

Kita mulai dari yang paling besar dulu, yakni JBL Tour One yang akan dijual mulai akhir bulan Mei mendatang. Dengan banderol $300, ia pada dasarnya bakal bersaing langsung dengan Sony WH-1000XM4, salah satu headphone ANC terpopuler di rentang harga ini. Secara estetika, kedua headphone ini juga sama-sama mengusung desain yang simpel sekaligus elegan.

Urusan kualitas suara, Tour One mengandalkan sepasang driver 40 mm plus sertifikasi Hi-Res Audio. Total ada empat buah mikrofon yang tertanam di dalamnya, dan JBL tidak lupa membekalinya dengan teknologi ANC yang bersifat adaptif, yang dapat menyesuaikan sendiri intensitas fitur noise cancellation-nya berdasarkan kondisi di sekitar secara real-time.

Juga menarik adalah fitur SilentNow, yang memungkinkan pengguna untuk sebatas mengaktifkan fitur ANC tanpa harus memutar musik, cocok ketika hendak menenangkan pikiran dalam suasana yang benar-benar hening. Dalam sekali pengisian, Tour One diyakini dapat beroperasi hingga 25 jam nonstop, atau malah sampai 50 jam kalau fitur ANC-nya dimatikan.

JBL Tour Pro+

JBL Tour Pro+ / JBL
JBL Tour Pro+ / JBL

Kalau kurang suka dengan headphone over-ear, ada JBL Tour Pro+ yang mengemas sejumlah fitur unggulan Tour One dalam wujud TWS. Bukan cuma fitur ANC yang adaptif, tapi juga fitur SilentNow tadi sehingga penggunanya dapat memblokir suara luar tanpa harus diiringi dengan lagu.

Tidak ketinggalan juga adalah fitur Fast Pair yang secara otomatis akan menyambungkan perangkat ke smartphone sesaat setelah case-nya di buka. Kualitas suaranya sendiri ditunjang oleh sepasang driver berdiameter 6,8 mm beserta tiga buah mikrofon. Semua itu dikemas dalam bodi yang tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4.

Baterai Tour Pro+ diklaim mampu bertahan hingga 6 jam pemakaian, atau hingga 8 jam tanpa ANC (total 30 jam kalau dipadukan dengan charging case-nya). Perangkat ini rencananya akan dijual seharga $200 mulai akhir bulan Mei.

JBL Live Pro+

JBL Live Pro+ / JBL
JBL Live Pro+ / JBL

Buat yang lebih nyaman menggunakan TWS bertangkai ala AirPods, JBL punya Live Pro+ yang dihargai $180. ANC dan mode ambient merupakan fitur standar di sini, demikian pula fitur Fast Pair dan Dual Connect + Sync, yang memungkinkan unit sebelah kiri dan kanan untuk digunakan secara terpisah.

Dalam sekali pengisian, JBL Live Pro+ disebut sanggup beroperasi selama 6 jam, atau 7 jam kalau tidak mengaktifkan fitur ANC-nya. Disandingkan dengan charging case-nya, total daya tahan baterai yang disuguhkan mencapai angka 21 jam. Perangkat ini kabarnya akan hadir lebih dulu mulai bulan Maret.

JBL Live Free NC+

JBL Live Free NC+ / JBL
JBL Live Free NC+ / JBL

Masih di seri Live, JBL juga mengumumkan Live Free NC+ yang mengadopsi desain TWS tradisional. Fitur-fitur yang ditawarkan hampir mirip seperti Live Pro+, hanya saja ia tidak dibekali mikrofon berteknologi echo cancelling. Pun demikian, fisiknya justru lebih tahan air dengan sertifikasi IPX7 ketimbang IPX4.

Selagi terisi penuh, Live Free NC+ siap menemani penggunanya beraktivitas hingga 7 jam nonstop, sedangkan charging case-nya bisa menyuplai 14 jam daya baterai ekstra. Harganya dipatok $150, dengan jadwal pemasaran yang sama seperti Live Pro+.

JBL Reflect Mini NC TWS

JBL Reflect Mini NC TWS / JBL
JBL Reflect Mini NC TWS / JBL

Terakhir, JBL turut menyingkap Reflect Mini NC TWS yang punya tampilan sporty dan dibekali semacam sirip yang adjustable demi memantapkan posisinya selagi berada di dalam telinga pengguna. Meski mungil, ia masih ditenagai driver berdiameter 6 mm, dan JBL pun tak lupa menyematkan fitur-fitur praktis macam Fast Pair maupun auto-pause.

Perangkat ini punya baterai yang bisa bertahan sampai 7 jam pemakaian, atau sampai 21 jam kalau digabungkan dengan charging case-nya. JBL berencana memasarkannya seharga $150 mulai musim semi mendatang.

Sumber: CNET.