VietJet Jadi Sponsor Team Flash

VietJet, maskapai penerbangan asal Vietnam, mengumumkan kerja samanya dengan The Flash, organisasi esports asal Singapura. Meskipun bermarkas di Singapura, sejak Februari 2018, The Flash cukup aktif di Vietnam. The Flash memiliki tim Arena of Valor (AOV) yang keseluruhan anggotanya berisi pemain Vietnam. Selain tim AOV, The Flash juga memiliki tim League of Legends, FIFA Online, dan Player Unknown’s Battleground (PUBG) Mobile. VietJet dan The Flash berharap, kerja sama ini akan mendorong pertumbuhan ekosistem esports di Vietnam.

“Generasi muda Vietnam mungkin tidak membaca koran atau menonton televisi, tapi mereka menonton pertandingan esports, baik secara langsung di stadion atau di YouTube. Mereka mungkin tidak punya PC gaming, tapi mereka punya smartphone,” kata CEO Team Flash, Terence Young, seperti dikutip dari The Drum. “Ada banyak cara bagi sebuah merek untuk ikut serta dalam esports, baik dengan bekerja sama dengan sebuah tim atau liga. Tak bisa dipungkiri, esports memang dapat menjangkau audiens penting yang ada di rentang umur 14 sampai 28 tahun.”

Memang, esports terbukti bisa menjadi alat untuk menjangkau generasi milenial dan gen Z, yang tak hanya jarang menonton televisi, tapi juga menggunakan ad blocker ketika menjelajah internet. Karena itulah, semakin banyak merek non-endemik yang tertarik untuk mendukung esports. Banyak perusahaan otomotif yang mendukung esports, seperti Honda yang menjadi sponsor dari League of Legends Championship Series (LCS) atau Audi yang menjadi sponsor dari Future FC, tim FIFA di bawah naungan Astralis Group. Di Indonesia, Renault mendukung esports dengan menggelar First Warrior.

Sumber: Situs resmi The Flash
Sumber: Situs resmi The Flash

Pada awalnya game esports hanya diadu di PC. Namun, sekarang, juga ada game yang dipertandingkan melalui konsol dan perangkat mobile. Masing-masing negara biasanya memiliki game esports favoritnya sendiri. Misalnya, di Indonesia, dua game esports terpopuler adalah Mobile Legends dan PUBG Mobile. Sementara di Vietnam, game esports paling populer adalah Arena of Valor. AOV World Cup (AWC) 2019 juga baru saja diadakan di Vietnam. Dalam kompetisi itu, tim AOV The Flash berhasil merebut gelar juara dan mendapatkan hadiah US$200 ribu. Ini merupakan gelar internasional pertama yang didapatkan oleh tim Vietnam. Tim AOV The Flash ini juga pernah mewakili Vietnam dalam pertandingan eksibisi esports di Asian Games 2018 yang diadakan di Jakarta.

“Kami senang bisa bekerja sama dengan startup berpotensi tinggi seperti Team Flash dan kami ingin mendukung para pemainnya agar mereka bisa menunjukkan talenta genreasi muda Asia di pertandingan tingkat internasional,” kata Jay L Lingeswara, Deputy Commercial Director, VietJet. Semakin banyaknya merek non-endemik dan investor yang tertarik untuk mendukung esports menunjukkan bahwa industri ini masih akan terus tumbuh. Di Indonesia, pemerintah juga mengakui potensi industri game dan esports. Faktanya, industri game dan esports adalah salah satu industri yang ingin pemerintah kembangkan.

Sumber header: One Esports

Deutsche Telekom Sponsori League of Legends Premier Tour

Deutsche Telekom menjadi sponsor terbaru dari League of Legends Premier Tour, liga untuk kawasan Jerman, Austria, dan Swiss. Sebelum ini, Premier Tour telah mendapatkan sejumlah sponsor, baik perusahaan teknologi seperti HyperX maupun perusahaan yang tak ada sangkut pautnya dengan gaming dan esports, seperti perusahaan minyak dan gas Shell, perusahaan asuransi BARMER dan R+V Versicherung, merek snack NicNac’s dan juga merek pizza La Mia Grande.

Ini bukan pertama kalinya Deutsche Telekom mendukung dunia esports dengan menjadi sponsor. Sebelum ini, Deutsche Telekom telah menjadi sponsor dari salah satu organisasi esports asal Jerman, SK Gaming. Sama seperti kebanyakan organisasi esports, SK Gaming berlaga di berbagai game esports, salah satunya League of Legends. Tim League of Legends mereka turut berlaga dalam liga Eropa, League of Legends European Championship (LEC). Selain League of Legends, mereka juga memiliki tim dan pemain yang berlaga di Clash Royale, FIFA, Hearthstone, dan SMITE.

SK Gaming Prime | Sumber: Twitter
SK Gaming Prime | Sumber: Twitter

Premier Tour Winter Cup akan diadakan pada 30 November 2019 di Ratiopharm Arena. Dalam turnamen tersebut, akan ada 12 tim Jerman yang bertanding. Salah satunya adalah SK Gaming Prime, yang merupakan tim akademi dari SK Gaming. Tim League of Legends tersebut dibuat pada 2014. Pada Premier Tour Winter Berlin tahun lalu, SK Gaming Prime hanya berhasil menjadi juara empat. Namun, mereka berhasil menjuarai Summoner’s Inn League Season 2 dan menjadi juara dua di European Masters 2019 Spring pada April lalu. Sepanjang 2019, mereka telah memenangkan hadiah sebesar US$45.500.

Premier Tour pertama kali diadakan pada 2018. Liga yang secara khusus menargetkan kawasan Jerman, Austria, dan Swiss ini merupakan bagian dari European Regional Leagues (ERL). Riot Games, developer League of Legends mengadakan ERL dengan tujuan untuk mencari pemain berbakat di negara-negara Eropa. Ini akan memudahkan organisasi esports yang bertanding di liga Eropa LEC untuk mencari pemain baru. Memang, regenerasi pemain masih jadi salah satu momok di dunia esports. Pada Juli lalu, Riot Games, Freaks 4U Gaming, dan Lagardère Sports mengumumkan kerja sama untuk mengadakan liga baru sebagai pengganti Premier Tour. Namun, tujuan dari diadakannya liga tersebut masih sama, yaitu untuk mengembangkan ekosistem bagi para pemain League of Legends di negara-negara berbahasa Jerman.

Sumber: The Esports Observer

Persaingan Nike dan Li-Ning di Ranah Esports Tiongkok

Bagi fans, atlet olahraga adalah seorang pahlawan. Tidak jarang, para fans ingin menjadi seperti orang yang dia kagumi, misalnya dengan menggunakan produk yang sang atlet kenakan. Karena itulah, perusahaan biasanya rela untuk mengeluarkan uang jutaan hingga miliaran rupiah untuk bisa menjadi sponsor seorang atlet atau tim olahraga. Nike adalah salah satu merek yang sangat agresif dalam mensponsori tim olahraga.

Nike pertama kali masuk ke ranah esports di Tiongkok pada Oktober 2018. Ketika itu, mereka bekerja sama dengna LeBron James untuk mempromosikan film dokumentar Shut Up & Dribble. Dalam kampanye itu, mereka melibatkan Jian “Uzi” Zihao, pemain tim Royal Never Give-Up (RNG) yang berlaga dalam League of Legends Pro League (LPL). Pada Februari 2019, Nike menandatangani perjanjian untuk menjadi sponsor dari LPL, kompetisi League of Legends untuk kawasan Tiongkok. Perjanjian sponsorship yang berlaku selama empat tahun itu bernilai US$29 juta (sekitar Rp400 miliar). Ini adalah kali pertama Nike menjadi sponsor liga esports.

Dengan kontrak sponsorship itu, semua pemain, pelatih, wasit, dan manager tim LPL harus menggunakan pakaian dan sepatu Nike pada hari pertandingan. Mengingat kontrak ini bersifat eksklusif, tidak ada merek sportswear lain yang boleh menjadi sponsor dari LPL atau semua tim yang bermain di liga tersebut. Pada April, Nike memamerkan kaos yang mereka buat bersama dengan LPL, yang mereka namai “Gamer. Sementara pada awal September lalu, perusahaan sportswear itu menunjukkan seragam dari tim LPL, yang menampilkan logo Nike dan LPL, tapi tidak menunjukkan sponsor dari masing-masing tim. Tak berhenti sampai di situ, Nike juga meluncurkan berbagai jenis pakaian bersama LPL, seperti kaos, sepatu, dan jaket hoodie.

Jersey tim LPL dari Nike | Sumber: The Esports Obsrever
Jersey tim LPL dari Nike | Sumber: The Esports Obsrever

Nike telah menghabiskan uang yang tidak sedikit sebagai sponsor esports di Tiongkok. Menurut Lanxiong Sports, nilai sponsorship antara Nike dan LPL mencapai 50 juta yuan (sekitar Rp99,3 miliar) per tahun. Sponsorship itu berupa uang dan produk. Nike bukanlah satu-satunya merek sportswear yang rela menghabiskan uang dalam jumlah besar di industri esports Tiongkok. Ialah Li-Ning, merek sportswear Tiongkok yang populer di negara asalnya tersebut.

Menurut laporan The Esports Observer, Li-Ning juga tertarik untuk masuk ke esports Tiongkok. Namun, mereka tak memiliki rencana untuk mengikuti jejak Nike dan menjadi sponsor liga esports. Sekalipun mereka ingin melakukan itu, mereka tidak akan bisa karena perjanjian antara Nike dan LPL bersifat eksklusif. Li-Ning pernah menjadi sponsor dari tim League of Legends Edward Gaming (EDG) pada Oktober 2018. Hanya saja, ketika Nike menandatangnai perjanjian eksklusif dengan LPL, Li-Ning mau tak mau harus menghentikan kontrak dengan tim esports tersebut. Namun, itu bukan berarti Li-Ning tak lagi tertarik dengan esports. Beberapa bulan sejak penghentian kontrak dengan EDG, mereka telah menjadi sponsor dari berbagai tim esports seperti Newbee, QC Happy, Hero, YTG, tim Dota 2 RNG, dan juga Team Griffin dari Korea Selatan.

Secara tak langsung, Li-Ning juga memiliki tim LPL bernama LNG Esports. Pada Januari, Viva China Sports mengakuisisi tim Snake Esports. Kepada Chongqing Evening News, CEO Viva China Sports, Li Qilin mengatakan bahwa mereka menghabiskan “ratusan juta yuan” untuk membeli tim esports tersebut. Tim Snake Esports lalu mengganti namanya menjadi LNG Esports pada Mei. Viva China Sports adalah divisi olahraga di bawah Viva China Holdings, yang sebagian kepemilikannya dipegang oleh Li Ning. Selain itu, Qilin adalah keponakan dari Li Ning serta menjabat sebagai anggota dewan dalam Li-Ning Group. Uang yang Li-Ning keluarkan untuk mengembangkan industri esports Tiongkok juga tidak sedikit. Menurut LoL China White Paper dari Tencent/Riot Games, Li-Ning menghabiskan 30 juta yuan (sekitar Rp60 miliar) untuk membangun markas LNG Esports.

Sumber: The Esports Observer
Pakaian player profesional dari Li-Ning | Sumber: The Esports Observer

Karena kontrak eksklusif Nike dengan LPL, Li-Ning memang tak bisa menjadi sponsor dari tim LPL di Tiongkok. Namun, mereka masih bisa membuat perjanjian langsung dengan para pemainnya. Per Juli lalu, Li-Ning telah mendapatkan perjanjian endorsement dengan 10 pemain dari Edward Gaming (EDG). Strategi ini tidak aneh dan biasa diterapkan di olahraga tradisional, seperti basket. Misalnya, meski Nike adalah sponsor pakaian eksklusif untuk NBA, Adidas tetap dapat membuat perjanjian dengan pemain NBA, James Harden.

Meskipun Nike dan Li-Ning sama-sama merek sportswear yang menjadi sponsor di ranah esports, keduanya memiliki strategi yang berbeda. Jika Nike menargetkan para gamer dengan lini “Gamer”, Li-Ning fokus pada para atlet esports profesional dengan lini 中国选手 (yang berarti Pemain Profesional Tiongkok) yang Li-Ning rilis tak lama setelah Nike memperkenalkan lini Gamer. Di Indonesia, tim esports yang menjalin kerja sama dengan merek pakaian adalah EVOS Esports. Pada Juli, mereka mengumumkan kolaborasi dengan Thanksinsomnia dengan tujuan agar nama mereka tak hanya dikenal sebagai tim esports, tapi juga merek lifestyle. Mereka juga lalu membuka flagship store pada Agustus kemarin.

Pringles dan Xfinity Jadi Sponsor Overwatch League

Kellogg Company mengumumkan kerja sama dengan Activision Blizzard. Kerja sama ini berlangsung selama lebih dari sahu tahun dan meliputi berbagai aktivitas marketing melibatkan Pringles dan Cheez-It dengan Overwatch League. Salah satu aktivitas tersebut adalah acara nonton bareng Grand Final dari Overwatch League yang akan diadakan pada 29 September mendatang. Acara tersebut akan diadakan di lebih dari 1.000 toko Walmart. Pada hari yang sama, konsumen juga boleh mencoba produk Cheez-It Grooves dan Pringles Wavy, dua merek makanan di bawah Kellogg Company. Kegiatan lain yang masuk dalam kerja sama ini adalah program berhadiah tiket babak final Overwatch League yang bisa didapatkan oleh konsumen.

Pringles dan Cheez-It juga akan ditampilkan sebagai sponsor selama setengah babak final OWL serta masuk ke dalam sesi highlight. Mulai tahun depan, Cheez-It Grooves dan Pringles Wavy akan membuat kemasan baru khusus Overwatch League. Program marketing antara Pringles dan Overwatch League berlaku secara global sementara kerja sama dengan Cheez-It hanya berlaku di Amerika Serikat.

Sumber: via Esports Insider
Sumber: Overwatch League via Esports Insider

“Kami tahu bahwa pecinta Cheez-It dan Pringles juga aktif di esports, khususnya Overwatch League,” kata Senior Director of Kellogg Integrated Promotions, Zion Doran, dikutip dari Esports Insider. “Jadi, ini adalah kesempatan emas untuk menghubungkan dua hal tersebut.” Kellogg bukan satu-satunya perusahaan makanan yang menjadi sponsor dari Overwatch League. Turnamen itu juga disponsori oleh Coca-Cola. Dua merek non-endemik lain yang juga mensponsori kompetisi itu antara lain Toyota dan State Farm. Overwatch League dimulai pada Februari lalu. Pada minggu pembukaan, turnamen itu ditonton oleh 13 juta orang secara global. Dari tahun lalu, jumlah penonton turnamen tersebut naik 13 persen. Jadi, tidak aneh jika turnamen ini menarik merek endemik dan non-endemik untuk menjadi sponsor.

Beberapa hari lalu, Xfinity mengumumkan bahwa mereka akan menjadi sponsor dari Overwatch League 2019 untuk babak playoff dan babak final. Dengan begitu, merek Xfinity akan muncul dalam tayangan Overwatch League di Twitch dan ESPN serta di tayangan babak final yang disiarkan di ABC. Babak playoff Overwatch League akan dimulai pada 30 Agustus di Los Angeles, sementara babak final akan diadakan di Wells Fargo Center di Philadelphia.

“Xfinity adalah merek kelas dunia dan kami senang karena mereka menjadi bagian dari Grand Finals 2019 kami. Kami bekerja sama dengan Twitch untuk menyediakan kesempatan khusus bagi Xfinity, memungkinkan mereka untuk terhubung dengan para fans baik di tempat acara berlangsung atau secara digital,” ujar Josh Cella, Head of Global Partnerships, Activision Blizzard Esports, seperti dikutip dari Esports Insider.

Sumber: Esports Insider, The Esports Observer, Gaming Street

Sumber header: overwatchleague.com

Jadi Sponsor Sejak 2016, Kerja Sama Antara LG Australia dan Dire Wolves Berlanjut

Perkembangan terbaru hadir dari skena esports Australia. Perkembangan ini terkait dengan pembaruan kerja sama bisnis antara LG Australia dengan organisasi esports Dire Wolves

Pertama kali bekerja sama pada tahun 2016, LG Australia melanjutkan dukungannya sebagai sponsor pada Dire Wolves. Dengan pembaruan kerja sama ini, LG akan memberikan dukungan pada Dire Wolves sampai setidaknya tahun depan.

Sebagai perusahaan elektronik, LG memberikan dukungan berupa monitor untuk digunakan oleh tim esports tersebut dalam turnamen. Dire Wolves ikut serta dalam Oceanic Pro League (OPL). Tahun lalu, mereka berhasil mendapatkan gelar juara di turnamen League of Legends untuk kawasan Oceania tersebut.

“LG adalah sponsor pertama Dire Wolves, mendukung kami sejak 2016,” kata Founder & Managing Director of LG Dire Wolves, Nathan Mott, menurut laporan Esports Insider. “Monitor high-end mereka merupakan perangkat penting dalam latihan kami di Esports High-Performance Centre di Sydney Cricket Ground. Kami senang untuk melanjutkan kerja sama kami dengan LG seiring dengan usaha kami untuk mengembangkan esports di kawasan Oceania.”

Ini adalah kabar baik bagi Dire Wolves yang sempat mengalami masalah pada Juli lalu. Ketika itu, Guinevere Capital, pemegang saham mayoritas Dire Wolves, mengumumkan bahwa mereka mencari investor untuk mengambil alih saham mereka di tim esports itu. Alasannya adalah karena perusahaan pemodalan itu juga memiliki saham mayoritas di Excel Esports. Riot memberitahu Guinevere Capital bahwa mereka dilarang memiliki dua tim esports yang bertanding dalam League of Legends European Championships (LEC) ketika Excel mendaftarkan diri di turnamen itu. Ditakutkan, akan terjadi konflik kepentingan ketika dua tim tersebut bertanding. Dengan ini, dua per tiga dari saham di Dire Wolves harus dipindahtangankan.

Logo LG Dire Wolves | Sumber: Riot Games
Logo LG Dire Wolves | Sumber: Riot Games

“Saya sangat suka dan keras kepala dalam mengembangkan industri esports Australia dan saya akan terus terlibat di dalamnya dalam berbagai kapasitas,” kata Manager Guinevere Capital, Dave Harris pada Esports Insider ketika itu. “Saya harap, ini akan mendorong investor-investor lain untuk masuk ke ekosistem esports, yang terus tumbuh dan menunjukkan road map untuk pihak lain tentang siklus investasi kami selama tiga tahun terakhir.”

Jika dibandingkan dengan Indonesia, penduduk Australia memang jauh lebih sedikit. Namun, menurut laporan Digital Australia 2020, dua dari tiga warga Australia bermain game. Tidak hanya itu, 90 persen rumah di Australia memiliki perangkat untuk bermain game. Sementara jumlah penonton esports mencapai 41 persen dari total populasi. Dengan asumsi jumlah penduduk Australia adalah 25 juta orang, sebanyak lebih dari 10,5 juta orang menonton esports. Sebanyak 31 persen (7,75 juta orang) mengaku mengunjungi acara gaming dan 28 persen (9,5 juta orang) menikmati budaya esports.

Berita buruk memang sempat menerpa industri esports di Australia pada minggu lalu dengan tutupnya Gfinity Australia, operator esports lokal. Meskipun begitu, laporan PwC menyebutkan bahwa industri esports di Australia telah mengalami pertumbuhan besar dalam beberapa tahun belakangan. Hal ini terbukti dari mulai bermunculannya turnamen esports besar, seperti Intel Extreme Masters dan Melbourne E-sports Open. Dalam laporan itu, juga disebutkan bahwa untuk memastikan agar industri esports di Australia bisa bertahan, maka para pelaku esports harus meningkatkan pendapatan dari hak siar media. Menurut GEO Gfinitiy Australia, Dominic Remond, saat ini, industri esports di Australia masih terlalu menggantungkan diri pada sponsorship.

Menurut PwC, perusahaan yang cocok untuk berinvestasi di esports adalah perusahaan yang menawarkan barang dan layanan yang sejalan dengan budaya gaming. Sebaliknya, perusahaan yang hanya berusaha untuk menjangkau audiens dalam jumlah banyak dengan ongkos relatif rendah, mereka tidak disarankan untuk masuk ke industri esports. Beberapa industri yang juga bisa mendapatkan untung dari pertumbuhan esports antara lain industri film, makanan, dan minuman.

Sumber: Esports Insider, Ministry of Sport.

Mastercard Jadi Sponsor LCS dan Buat Konten Tentang Komunitas Esports LoL

Mastercard kini menjadi rekan finansial eksklusif untuk League of Legends Chamionship Series, liga LoL tahunan untuk kawasan Amerika Utara. Ini bukan kerja sama pertama yang Mastercard buat dengan Riot. Sebelum ini, perusahaan kartu kredit itu juga telah menjadi sponsor dari beberapa turnamen LoL lain, seperti Mid-Season Invitational, All-Star Event, dan World Championship.

“Kami senang untuk masuk ke ranah esports,” kata Executive Vice President of Marketing and Communications for North America, Mastercard, Cheryl Guerin, seperti dikutip dari The Esports Observer. “Selama ini, Mastercard ikut masuk ke berbagai jenis olahraga karena kami ingin para pemegang kartu kami bisa mengejar hobi mreeka. Kami sadar, apa yang terjadi di esports sangat penting, baik tentang pertumbuhan industri dan kesenangan fans. Kami ingin berinteraksi dengan para penggemar esports  dan itulah awal dari msauknya kami ke ranah ini. Kami melihat interaksi yang sangat aktif , dan kami harap, itu juga akan terjadi kali ini. Kami menghubungkan diri dengan audiens baru dan esports adalah platform yang fantastis.”

Menurut Nielsen, tahun ini, jumlah nilai sponsorship yang diberikan oleh merek non-endemik — mulai dari merek makanan, mobil, hingga layanan finansial — naik 13 persen dari tahun lalu.

Sebagai sponsor, hal paling mendasar yang bisa sebuah perusahaan lakukan adalah memasang logo pada seragam pemain esports atau pada panggung. Namun, Mastercard tidak puas dengan hanya melakukan itu. Dalam kerja sama terbaru ini, Mastercard akan menawarkan layanan ekstra untuk para pemegang kartu, seperti tur backstage, tempat menonton khusus, dan kesempatan bertemu dengan para pemain profesional.

Tidak berhenti sampai di situ, Mastercard bersama Riot juga akan membuat konten eksklusif. Seri yang diberi judul “Together Start Something Priceless” itu akan membahas tentang pemain yang memberikan dampak positif pada komunitas. Orang pertama yang akan dibahas adalah Stephen “Snoopeh” Ellis. Dia adalah mantan pemain profesional yang kini mendukung para pemain profesional lainnya. Pada awalnya, seri ini akan tersedia secara eksklusif untuk kawasan Amerika Utara. Namun, nantinya, video tersebut juga akan tersedia di kawasan lain.

Sumber: Young-Wolff/Riot Games via The Esports Observer
Sumber: Young-Wolff/Riot Games via The Esports Observer

“Mastercard adalah merek yang dikenal di dunia, dan kami jelas ingin ada merek yang dikenal audiens kami. Namun, satu yang paling penting, kami  ingin mendekatkan diri dengan penonton dengan cara yang orisinal dan interaktif,” kata Guerin.

“Dengan membuat konten, yang memang dibuat khusus untuk komunitas esports itu sendiri — konten ini menampilkan berbagai cerita berharga yang kita dengar selama kerja sama kami, dari fans yang memang sangat cinta dengan esports. Menampilkan konten-konten jauh lebih otentik daripada sekadar menampilkan logo kami. Penting bagi kami untuk melakukan ini: kami membuat cerita menggugah tentang esports, dan menginspirasi orang lain yang juga senang dengan esports.”

North American Head of Partnerships and Business Development, Riot Games, Matt Archambault mengatakan bahwa membuat seri video tentang esports akan membantu Mastercard untuk berinteraksi dengan para penggemar esports. Dia menyebutkan, menampilkan logo memang awal yang baik untuk merek non-endemik yang ingin masuk ke ranah esports. Namun, menyajikan konten memungkinkan sponsor untuk dapat memperkenalkan merek mereka pada audiens esports dengan lebih baik.

“Mengembangkan sebuah cerita dan menceritakannya pada komunitas — dua hal itulah yang memberikan nilai lebih pada komunitas,” kata Archambault. “Pada akhirnya, itulah yang coba kami lakukan: memberikan pengalaman dan membuat kerja sama untuk memberikan nilai lebih tidak hanya pada merek itu, tapi juga pada komunitas, dan melakukan sesuatu yang mungkin belum pernah dicoba sebelumnya.”

Merek non-endemik memang kini mulai memasuki ranah esports. Jika melihat ke ranah lokal, di Indonesia pun trennya demikian, salah satunya adalah Go-Pay yang menjadi sponsor dari RRQ.

Simbiosis Mutualisme Aerowolf, Genflix, dan Ternakopi

Pada Jumat, 16 Agustus lalu, Genflix Aerowolf menyatakan kerja samanya dengan Ternakopi. Aerowolf adalah sebuah tim esports, Genflix adalah layanan video-on-demand yang menjadi sponsor dari tim tersebut, dan Ternakopi adalah merek kopi buatan Kaesang Pangarepan, anak bungsu Presiden Joko Widodo yang kini juga menjadi sponsor Aerowolf. Ketiganya ada di industri yang berbeda, tapi itu tidak menghentikan ketiganya untuk bekerja sama. Ada dua kesamaan di antara ketiganya, yaitu keinginan untuk tumbuh dan milenial sebagai target pasar.

Head of Esports Development Genflix Hutama Pastika alias Tommy mengatakan bahwa Genflix telah menjadi sponsor dari Aerowolf sejak lebih dari satu tahun lalu. Namun, satu bulan lalu, mereka memutuskan untuk menjalin hubungan kerja sama yang lebih erat.

“Awalnya, kita cuma sponsor saja. Sekitar satu bulan lalu, kita setuju untuk berkolaborasi dan tidak sekedar sebagai sponsor,” kata Tommy saat ditemui di Multivision Tower. “Dari segi penonton, ada sekitar 45 juta orang Indonesia yang suka menonton video. Dari riset kita sendiri, sebanyak 66 persen menonton video terkait game, seperti esports, highlights, dan turnamen,” ujarnya. “Kami pikir, ini cara yang pas. Genflix ingin menambah jumlah subscriber. Paling bagus lewat esports.”

Tommy mengatakan, salah satu alasan Genflix memutuskan untuk bekerja sama dengan Aerowolf adalah karena tim dengan ikon serigala itu berhasil menjadi juara dua di Mobile Legends: Bang Bang Professional League (MPL) Season 3 tahun lalu. Prestasi memang jadi salah satu karakteristik Genflix dalam memilih rekan kerja sama, mirip dengan apa yang GoPay lakukan dengan RRQ. Namun, kemenangan bukanlah satu-satunya hal yang diharapkan oleh Genflix.

“Kami ingin bangun komunitas, mau komunikasi dengan lebih banyak orang dan bersama-sama membangun esports,” ujar Tommy. Ke depan, dia ingin mengajak bekerja sama tim esports yang juga ingin mengembangkan ekosistem esports.

Sumber; Twitter Aerowolf
Sumber: Twitter Aerowolf

Genflix bukanlah satu-satunya penyedia layanan video-on-demand di Indonesia. Mereka harus bersaing dengan layanan lain seperti iflix dari Malaysia, Netflix dan Amerika Serikat, dan HOOQ dari Singapura. Tommy mengatakan, dengan menyediakan konten esports, Genflix ingin membuat platform-nya tampil berbeda. Sejak awal, Genflix memang ingin fokus untuk menayangkan konten olahraga. Namun, konten olahraga tradisional, seperti sepak bola, bisa didapatkan oleh platform manapun. Itulah alasan Genflix untuk memuat konten esports.

Sayangnya, dalam menyediakan konten esports, Genflix juga harus bersaing dengan layanan streaming seperti Twitch, Facebook Gaming, dan NimoTV. Terkait hal ini, Tommy mengatakan bahwa Genflix akan tampil beda dengan memberikan konten ekstra dan tidak sekadar menyiarkan siaran langsung dari turnamen esports. “Konten kita lebih ke arah yang on-demand. Misalnya, kita punya highlight turnamen tahun lalu. Kami mau membantu orang-orang yang dibikin cerita,” ungkapnya. Contoh yang dia berikan adalah perjuangan Aerowolf dalam memenangkan MPL.

Genflix Aerowolf dan Ternakopi

Selain kerja sama dengan Ternakopi, Genflix Aerowolf juga mengumumkan bahwa mereka menjadikan Kaesang sebagai “pemain ke-10”. Urungkan harapan Anda untuk melihat Kaesang untuk bertanding. Ketika ditanya apakah dia akan turun ke arena pertandingan, Kaesang berseloroh, “Posisi saya sebagai pemain ke-10 untuk menjadi beban Aerowolf. Kalau mereka mau kalah, saya maju. Biasanya, mau menang kan. Jadi, saya nggak maju dulu.”

Bagi Ternakopi, keputusan mereka untuk bekerja sama dengan Genflix Aerowolf adalah untuk tumbuh bersama. CEO Ternakopi, Anshari Kadir mengatakan, makanan dan game itu memiliki satu kesamaan, yaitu keduanya merupakan bagian dari gaya hidup seseorang. “Harapan ke depan, kita mau setiap ada aktivitas Genflix Aerowolf, ada Ternakopi, dan sebaliknya,” ujarnya. “Kami mau tumbuh bersama, karena target pasar kita sama.”

Sebagai sponsor, nama Ternakopi akan tampil di jersey Aerowolf. Selain itu, Ari menjelaskan bahwa Aerowolf, Genflix, dan Ternakopi akan mengadakan sebuah kampanye berupa roadshow ke 20 kota. Tujuannya adalah menyediakan wadah untuk pemain esports lokal untuk unjuk gigi. “Rencananya, kita akan buat liga. Pertandingan finalnya akan diadakan di Jakarta tahun depan,” katanya. Menurut Ari, ini tidak hanya akan membesarkan pihak-pihak yang terlibat dalam kampanye itu sendiri, tapi juga industri gaming.

Kaesang | Sumber: Instagram Aerowolf
Kaesang | Sumber: Instagram Aerowolf

Menumbuhkan industri gaming, inilah yang menjadi target dari Kaesang. Dalam wawancara setelah acara, Kaesang mengatakan bahwa developer dan publisher game di Indonesia masih kalah jauh jika dibandingkan dengan perusahaan Tiongkok, seperti MoonToon, developer dan publisher Mobile Legends dan Tencent, konglomerasi yang bergerak di banyak layanan digital, termasuk game. Agar bisa mengembangkan industri game Indonesia, Kaesang merasa dia perlu mengerti seluk-beluk industri gaming itu sendiri.

“Untuk mengembangkan industri game di Indonesia, tahap awalnya adalah tahu industri game itu seperti apa, menjadi pro player itu seperti apa,” kata Kaesang. “Selama ini, saya kan di industri F&B (Food & Beverage), mau nggak mau, saya pelajari dulu.” Kaesang mungkin memang tidak turun sebagai pemain untuk membantu Aerowolf di MPL. Tapi mungkin, itu karena dia memiliki tujuan lain yang lebih besar. Tak sekadar memenangkan sebuah turnamen esports, tapi mengembangkan industri gaming dan esports itu sendiri.

Sumber header: Instagram Aerowolf.

Agaeti Venture Sponsori ONIC Esports Karena Dampak Sosial ke Milenial

Dalam industri esports, para pemain tentunya menjadi bintang utama. Tidak jarang, nama mereka masuk dalam berita setelah mereka memenangkan turnamen, baik tingkat nasional atau internasional. Di balik tim atau pemain esports yang sukses, ada tim manajemen yang baik. Pada awal Agustus lalu, dalam sebuah acara konferensi pers, Managing Director ONIC Esports, Chandra Wijaya pernah menekankan pentingnya chemistry antara investor dan tim esports yang didukung.

Ketika itu, Chandra juga menjelaskan bahwa ONIC tidak hanya mengejar menang, tapi juga menjadi aspirasi bagi anak muda. Dan inilah yang membuat Agaeti Venture Capital tertarik untuk menanamkan investasi di tim esports tersebut. “Sebagai venture capital, sebelum kami menanamkan investasi, baik ke startup atau tim esports, kami mempertimbangkan apa dampak sosialnya,” kata venture partner, Agaeti Venture Carey Ticoalu di depan awak media. Dia mencontohkan GoJek. Startup ride-hailing itu tidak hanya sukses untuk menjadi unicorn tapi juga membantu para tukang ojek untuk mendapatkan penghasilan lebih.

“Begitu melihat ONIC, kami melihat mereka membawa social impact pada anak muda yang punya bakat,” kata Ticoalu. “Kemenangan itu penting, tapi ONIC juga bisa membimbing anak muda generasi milenial.” Dia menyebutkan, “generasi senior” masih sulit untuk menerima industri esports dan gaming. “Masih dianggap hanya main-main saja,” ujarnya. “Kami melihat ONIC bisa jadi platform yang tepat untuk mendukung kemajuan anak-anak ini secara profesional dan membuat mereka mengerti apa itu sukses sebagai anak muda.”

Venture capital biasanya identik dengan startup. Namun, Agaeti kini juga mulai mendukung tim esporst. Ticoalu mengatakan bahwa Agaeti mulai tertarik dengan esports karena mereka merasa, industri ini akan menjadi besar dalam waktu beberapa tahun ke depan. Dia menyebutkan, penonton esports telah bertumbuh 15 persen dalam waktu tiga tahun terakhir. Memang, menurut laporan Kepios bersama We Are Social dan HootSuite, 40 persen netizen Indonesia menonton esports. APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) menyebutkan, sekarang, ada 171 juta pengguna internet di Indonesia. Itu artinya, jumlah penduduk Indonesia yang menonton esports mencapai 68,4 juta orang.

Jumlah penonton turnamen esports | Sumber: Kepios
Jumlah penonton turnamen esports |
Sumber: Kepios

Esports bisa ditonton oleh semua orang secara global jika dibandingkan dengan olahraga tradisional, karena penyebaran penonton esports lebih merata jika dibandingkan dengan olahraga seperti NFL (liga nasional american football Amerika Serikat) yang biasanya hanya ditonton oleh penonton di Amerika Utara,” kata Ticoalu pada Hybrid ketika dihubungi melalui pesan singkat.

Dia juga menyebutkan bahwa kini, esports mulai diakui sebagai olahraga profesional. Menurutnya, ada tiga alasan yang menyebabkan hal itu terjadi. Pertama adalah semakin populernya game mobile dalam beberapa tahun belakangan. Selain itu, jumlah penonton esports juga terus bertambah. Terakhir, para pemain profesional juga aktif untuk berinteraksi dengan penonton, baik melalui media sosial atau ketika mereka melakukan siaran langsung.

ONIC Esports saat memenangkan MSC 2019. Sumber: Mobile Legends: Bang Bang
ONIC Esports saat memenangkan MSC 2019. Sumber: Mobile Legends: Bang Bang

Ticoalu mengatakan, Agaeti selalu berusaha untuk melihat dampak sebuah industri dalam lima sampai tujuh tahun ke depan. Dia merasa, esports akan menjadi industri yang besar. Memang, menurut Newzoo, nilai industri esports mencapai US$1,1 miliar pada 2019. “Transisi telah mulai terjadi. Dulu, bermain game hanya merupakan gerakan kultural, untuk melepas stres. Sekarang, esports sudah diakui sebagai ajang untuk mengadu talenta,” katanya. Ini juga didukung oleh pengakuan dari media mainstream akan esports. 

Selain Agaeti Venture, sponsor ONIC lainnya adalah Fore Coffee. Sedikit berbeda dengan Agaeti Venture, tujuan utama Fore menjadi sponsor dari ONIC adalah karena mereka memiliki target konsumen yang sama, yaitu milenial. Keputusan venture capital dan startup seperti Fore untuk menjadi sponsor dari tim esports menunjukkan bahwa semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk masuk ke industri ini.

Tim Esports Mulai Kerja Sama dengan Perusahaan Media Analitik

Generasi milenial dan generasi Z adalah konsumen yang sulit dijangkau. Mereka jarang menonton TV. Seolah itu tidak cukup buruk, mereka menggunakan pemblokir iklan ketika menjelajah internet.

Salah satu cara untuk menjangkau generasi milenial dan generasi Z adalah melalui esports. Karena itulah, semakin banyak merek non-endemik yang menjadi sponsor turnamen atau tim profesional. Misalnya, Honda yang menjadi sponsor dari League of Legends Championship Series (LCS) setelah menyatakan dukungannya untuk Team Liquid pada Januari lalu.

Ke depan, tampaknya akan semakin banyak merek non-endemik yang mendukung perkembangan esports sebagai ekosistem. Menurut Nielsen, nilai sponsorship dari merek non-endemik naik 13 persen pada tahun ini jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Untuk mendapatkan insight tentang para sponsornya, Pittsburgh Knights menjalin kerja sama dengan perusahaan media analitik Zoomph. Layanan dari Zoomp memungkinkan Knights untuk tahu penempatan logo sponsor di foto dan video mereka. Tidak hanya itu, mereka bahkan akan bisa melakukan ini saat mereka tengah melakukan siaran langsung.

Menurut CrunchBase, Pittsburgh Knights didirikan pada 2017. Sama seperti kebanyakan tim profesional esports lainnya, tujuan mereka adalah untuk bisa bertanding di kelas internasional. Namun, mereka juga ingin dapat dekat dengan komunitas lokal mereka.

“Kerja sama ini akan membantu semua aspek bisnis kami — secara internal, ini akan membantu tim kami untuk menjawab berbagai pertanyaan dan menjadi lebih proaktif dalam mengantisipasi apa yang fans kami inginkan,” kata President of Pittsburgh Knights, James O’Connor, seperti dikutip dari Esports Insider.

“Untuk rekan perusahaan kami, kami akan dapat menggunakan kecerdasan buatan yang digabungkan dengan media digital modern sehingga kami bisa membawa merek mereka melalui digital transformasi,” ujarnya. Dia juga mengaku senang karena industri esports tak lagi dipandang sebelah mata.

Kerja sama antara Pittsburgh Knights dan Zoomph adalah simbiosis mutualisme. Memang, layanan Zoomph akan membantu Knights untuk memahami sponsor dan fans-nya dengan lebih baik. Di sisi lain, Knights memungkinkan Zoomph untuk menyediakan produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan di industri esports. Karena, melalui kerja sama ini, Zoomph bisa meminta masukan langsung dari Knights tentang produk yang mereka buat. Dan belakangan, solusi analitik data memang mulai banyak diminati oleh tim esports.

“Para pelanggan meminta kami untuk menyediakan layanan kami ke esports dan sekarang, dengan kerja sama kami dengan Pittsburgh Knights, pelanggan esports kami akan bisa menggunakan platform Zoomph untuk menghitung biaya sponsorship, prospek kantor, dan valuasi tim,” kata Chief Revenue Officer, Zoomph, Mike Pycha, seperti yang disebutkan oleh Yahoo Finance.

Di tengah booming-nya esports, jumlah tim esports masih terus bertambah dan begitu juga dengan merek endemik serta non-endemik yang ingin masuk ke industri esports. Keputusan Pittsburgh untuk bekerja sama dengan Zoomph menarik karena kerja sama ini bisa membantu mereka untuk dapat menawarkan informasi yang lebih akurat tentang keuntungan yang didapatkan oleh sponsor.

Sumber: Yahoo Finance, Esports Insider

Overwatch League Cari Pendapatan Ekstra dari Sponsorship

Sponsorship adalah sumber pendapatan terbesar dalam industri esports. Menurut Newzoo, sponsorship menyumbangkan 41,5 persen dari total pendapatan US$1,1 miliar industri esports pada tahun ini.

Tidak heran jika sponsorship masih menjadi sumber utama pendapatan industri esports. Studi dari Nielsen menunjukkan bahwa esports tidak hanya diminati oleh merek-merek endemik seperti perusahaan pembuat prosesor, komputer, dan aksesori, tapi juga oleh merek non-endemik.

Di Overwatch League, sponsorship juga merupakan sumber pendapatan penting, baik dalam penyelenggaraan turnamen atau untuk tim esports yang bermain dalam kompetisi tersebut. Belakangan, tim peserta dalam Overwatch League juga mulai memikirkan cara mendapatkan keuntungan dan tidak sekadar menjadi pemenang.

Inilah alasan mengapa Overwatch League akan mulai membantu tim-tim yang bertanding dalam turnamen itu untuk meningkatkan pendapatan dari sponsorship. Hal ini dikonfirmasi oleh CEO Activision Blizzard, Pete Vlastelica pada Sports Business Journal.

“Ini penting — kami terus mencari cara untuk memperbanyak properti yang bisa dijual ke pasar oleh para tim profesional,” kata Vlastelica, seperti yang dikutip dari Esports Observer. “Kami juga terus mencari cara untuk mendekatkan rekan dalam liga untuk dengan para tim profesional.”

Saat ini, Overwatch League hanyalah salah satu dari banyak turnamen esports yang ada. Salah satu hal yang membuat kompetisi tersebut menjadi unik adalah karena tim-tim yang bertanding menjadi perwakilan dari sebuah kota atau kawasan. Sistem ini serupa dengan sistem yang digunakan oleh pertandingan olahraga tradisional.

Biasanya, turnamen esports mengadu tim-tim profesional tak peduli darimana mereka berasal. Di Indonesia, kebanyakan tim esports profesional masih berasal dari Jakarta, meski mereka merekrut pemain dari berbagai daerah.

Kemiripan Overwatch League dengan turnamen olahraga konvensional tak berhenti sampai di situ. Mulai tahun depan, Overwatch League juga akan menggunakan sistem kandang-tandang, mengharuskan semua tim yang ikut serta memiliki stadion markas sendiri.

Dari segi monetisasi, Overwatch League juga mirip dengan turnamen olahraga tradisional. Selain sponsorship, Overwatch League mendapatkan uang dari menjual hak siar pada media, penjualan tiket, serta merchandise.

Sekarang, Overwatch League ingin membantu para tim untuk mendapatkan sumber pendapatan ekstra dari sponsor. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan eksposur sponsor saat pertandingan disiarkan.

Menurut Esports Observer, beberapa narasumber yang tahu tentang hal ini menyebutkan bahwa salah satu cara yang tengah dipertimbangkan adalah membuat agar logo para sponsor tampil lebih lama dalam siaran. Dengan begitu, tim di Overwatch League akan dapat mencari sponsor lokal.

Cara lain yang dipertimbangkan oleh Overwatch League adalah berhenti menawarkan eksklusivitas di salah satu kategori sponsorship. Menurut BizFluent, ada empat jenis sponsorship: sponsor finansial, sponsor media, rekan promosi, dan sponsor yang menyediakan layanan saat sebuah acara berlangsung.

Overwatch League tidak menjelaskan kategori apa yang akan mereka buka. Sejauh ini, beberapa rekan mereka adalah Bud Light, Coca-Cola, Intel, Omen by HP, T-Mobile, Toyota, dan State Farm.

Meski sering disebut sebagai industri besar yang tengah berkembang pesat, masih belum ada cara pasti bagi pelaku esports untuk mendapatkan keuntungan yang sustainable. Menarik untuk melihat bagaimana turnamen esports menggunakan cara yang berbeda-beda untuk mendapatkan pendapatan.

Sumber: Esports Observer, Fortune