Kebiasaan Baik Ini Membantu Selesaikan “Deadline” Pekerjaan

Sebagai seorang profesional menyikapi deadline harus dengan bijak. Bagaimana pun menyelesaikan pekerjaan sebelum deadline merupakan sebuah prestasi dan sesuatu yang positif. Bagi sebuah pebisnis menyelesaikan tugas sebelum deadline itu artinya meringkas waktu dan membuka peluang untuk melakukan lebih banyak hal.

Bagi Anda yang sering bermasalah dengan deadline, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menyikapi deadline dengan baik.

Jangan mengandalkan mental catatan

Dikejar deadline bukan sebuah kondisi yang diharapkan banyak pebisnis. Pekerjaan yang datang serentak memaksa pikiran, tenaga, dan konsentrasi terpecah. Untuk memaksimalakan kinerja dalam kondisi banyak deadline mulai dari hal yang sederhana seperti menghindari untuk mengingat daftar catatan tentang apa yang harus Anda kerjakan. Mental catatan harus ditinggalkan.

Gunakan pikiran Anda untuk memikirkan hal-hal yang lebih penting dan layak untuk dipikirkan. Serahkan tugas mengingat kepada aplikasi pengingat atau aplikasi to do list yang sudah banyak dikembangkan. Dengan memanfaatkan mereka, Anda mengurangi satu beban kecil dari pikiran Anda untuk mengingat agenda-agenda.

Sekarang adalah saat yang tepat

Salah satu momok atau hantu paling besar dalam deadline adalah kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Jika Anda ingin menjadi pekerja yang akrab dengan deadline, usahakan berdamai dengan mereka dengan cara tidak menunda pekerjaan. Sekarang adalah saat yang tepat untuk mengerjakan, bukan satu jam lagi, nanti sore, atau bahkan esok hari. Kebiasaan sederhana ini bisa menjadi pondasi yang kuat untuk menumbuhkan budaya tepat deadline.

Break down setiap pekerjaan

Deadline sering menjadi sesuatu yang berat, beban karena kita tidak tahu bagaimana memulai untuk menyelesaikan hal tersebut. Untuk memudahkan dalam pekerjaan dengan deadline ketat salah satu kebiasaan yang bisa dilakukan adalah mem-break down, mengubah sebuah pekerjaan besar menjadi bagian-bagian kecil yang disusun berdasarkan urgensi. Kepingan-kepingan pekerjaan tersebut diselesaikan satu per satu.

Jauhkan dari pengganggu

Masalah selanjutnya yang sering menyebabkan melesetnya sebuah pekerjaan dari deadline adalah pengganggu. Beberapa hal yang masuk kategori penganggu ini adalah janji, pekerjaan, atau hal lain yang muncul di sela-sela proses mengerjakan pekerjaan deadline. Ritme kerja terganggu, fokus terpecah, dan lain sebagainya. Untuk menghindarinya cukup sederhana. Dewasa dalam menentukan prioritas pekerjaan dan berani menolak hal-hal yang sekiranya menganggu ritme kerja.

Empat Poin yang Wajib Diperhatikan Saat Melakukan Perekrutan Tim Startup

Dalam sebuah startup, semua kegiatan yang ada bergantung kepada anggota tim yang ada. Untuk itu menjadi hal yang penting bagi pemilik startup untuk mencari anggota tim dengan alasan yang tepat. Hindari melakukan proses perekrutan secara singkat dan tergesa-gesa demi memenuhi kuota tenaga kerja untuk menyelesaikan produk atau pekerjaan.

Mencari dan mengumpulkan anggota tim yang tepat merupakan kegiatan yang paling sulit dalam startup, namun juga paling krusial. Jika startup gagal menemukan anggota tim yang tepat, bisa berisiko startup terhambat untuk tumbuh dan berakhir gagal.

Artikel berikut ini akan mengupas 4 hal yang perlu dicermati saat melakukan perekrutan, agar Anda pemilik startup bisa menemukan tim yang tepat.

Nilai dan integritas

Mencari kandidat yang memiliki kemampuan dan kecerdasan untuk berbagai bidang bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana Anda bisa menemukan anggota tim yang memiliki integritas dan nilai yang baik. Anda, sebagai pemilik startup, harus bisa melihat visi dan misi kandidat tersebut, yang selaras dengan tujuan Anda membangun startup.

Gali lebih dalam kepribadian kandidat

Cara lain yang bisa dilakukan untuk menemukan kandidat yang tepat adalah dilihat dari kepribadian dan hubungan keluarga kandidat. Tanyakan hubungan kandidat dengan orang tua. Cari tahu referensi teman kandidat atau tempat bekerja sebelumnya. Lakukan wawancara kandidat tersebut dengan rekan Anda di perusahaan. Jika Anda memiliki keyakinan bahwa kandidat tersebut adalah pilihan yang tepat, percayakan insting Anda.

Berikan skenario pekerjaan yang terburuk

Dinamika startup kerap berubah, apakah itu terkait dengan model bisnis, strategi, target pasar dan lainnya. Berikan skenario terburuk kepada kandidat, ketika startup gagal untuk menarik perhatian target pasar dan beberapa investor mulai ragu dengan model bisnis yang dimiliki. Strategi apa yang akan diambil oleh kandidat tersebut dan cari tahu bagaimana solusi terbaik untuk keluar dari masalah.

Pemikiran kritis

Sebagai pemilik startup Anda harus bisa menerima kritikan, masukan dari semua anggota tim. Untuk itu akan menjadi nilai tambah jika kandidat bisa memberikan alasan yang masuk akal terhadap rencana yang bakal Anda terapkan. Semakin kritis pemikiran dari anggota tim, semakin baik Anda sebagai pemilik startup beradaptasi dengan perubahan yang kerap terjadi dalam startup.

Lima Cara Menjadi Pemimpin Startup yang Tegas Tanpa Perlu Menuntut

Bersikap tegas dalam lingkungan kerja adalah bakat yang tidak bisa dikuasai oleh banyak orang, sebab ketegasan memiliki garis yang sangat tipis antara rasa ingin mendorong atau menuntut ketika rekan kerja Anda tidak mendengarkan arahan dari Anda.

Agar dapat membedakan dua sikap tersebut, lebih baik Anda pelajari lagi definisi dari keduanya. Bersikap tegas berarti Anda menyatakan pendapatan dengan cara yang tenang dan santai, sekaligus menjaga pintu tetap terbuka untuk oposisi dan diskusi. Fokus utama di sini adalah tidak peka terhadap pemikiran orang lain, sementara Anda juga memastikan pemikiran Anda sendiri terwakili dengan jelas.

Bersikap tegas memberikan dampak komunikasi yang sehat, mendorong rekan kerja untuk berpartisipasi. Di sisi lain, bersikap agresif yang cenderung menuntut berdampak pendapat jadi tetap terdengar juga, namun sangat nyaring sehingga membuat orang lain jadi merasa terancam untuk diacuhkan.

Tidak ada kesepakatan atau diskusi bersama ketika Anda bersikap menuntut, sebab pendapat orang lain Anda abaikan sama sekali. Tentunya, ini akan menyebabkan lingkungan kerja jadi tidak sehat karena hubungan kerja jadi canggung dan tidak mudah percaya.

Lalu, Anda pun juga mengambil keuntungan mengingat posisi Anda adalah tertinggi dengan “memaksa” rekan kerja untuk sepakat dengan pendapat Anda. Apakah sikap seperti ini akan membantu Anda dalam jangka panjang? Jawabannya tentu saja tidak.

Artikel ini akan lebih jauh membahas cara apa saja yang perlu dilakukan seorang pemimpin yang tegas tanpa perlu menuntut.

Banyak mendengar

Menjadi pendengar yang baik adalah sifat penting yang perlu dikuasai oleh setiap pemimpin. Biarkan tim Anda tahu bahwa mereka memiliki suara dan menyadari suara mereka penting bagi perusahaan, namun pastikan Anda tidak membiarkan suara Anda sendiri tidak tenggelam.

Untuk itu lakukanlah sesi brainstorming secara berkala, saat Anda duduk bersama tim dan mencoba untuk menangkis gagasan pro dan kontra yang muncul di sana. Langkah ini tidak hanya memberi Anda kesempatan untuk berbagi pemikiran dan pendapat sendiri, tapi membiarkan tim mengetahui bahwa pendapat mereka itu ternyata dipertimbangkan oleh Anda.

Mengajukan permintaan

Langkah kedua, bagaimana Anda mendekati tim kerja ketika ingin membicarakan tugas yang harus mereka selesaikan. Lalu bagaimana sikap seperti apa yang bisa mengkategorikan Anda sebagai atasan yang tegas atau banyak menuntut?.

Untuk menjawab ini, Anda disarankan untuk mengajukan permintaan. Misalnya, bertanya “Apakah kamu bisa selesaikan tugas ini sampai Jumat?” dan tunggu respon dari mereka. Jika mereka menerima tugas tersebut, maka tugas Anda berikutnya adalah memonitor kemajuan mereka dari waktu ke waktu.

Jika mereka mengatakan tidak, tanyakan apa alasannya dan coba cari cara untuk menyelesaikannya tepat waktu. Mungkin bentuk kalimat pertanyaan yang bisa Anda lemparkan kepada tim bisa seperti ini, “Kita harus selesaikan tugas sampai Jumat pekan ini. Saya tahu ini sulit, namun adakah cara untuk melakukannya?”.

Lemparkan pertanyaan

Naluri pertama ketika Anda menghadapi situasi yang kurang menguntungkan adalah menuduh, mengarahkan jari, mencari pelaku, dan meminta penjelasannya. Bagaimana kalau tindakan seperti itu dihilangkan, ganti dengan pertanyaan “Ada apa ini, mengapa ini terjadi?” ke hadapan orang yang bertanggung jawab. Kemudian, Anda juga bisa bersama-sama dengan pihak yang bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi tanpa perlu menunjukkan sikap memberontak sama sekali.

Banyak mengamati

Kunci menuju kesuksesan adalah Anda kenal audiens sendiri. Untuk itu, Anda perlu belajar mengamati dan bermain dengan kecerdasan emosional. Lihat apa yang sesuai untuk tim Anda, bagaimana reaksinya terhadap skenario pengujian dan improvisasinya dari sana.

Memotivasi dan memimpin

Sangat mudah untuk mendelegasikan dan menghilangkannya dari skenario cara kepemimpinan Anda. Tapi ini tidak akan membantu Anda dalam jangka panjang. Bersikap tegas berarti Anda ingin menyelesaikan sesuatu dengan cara yang benar sesuai keinginan. Jadi pastikan Anda menemui satu-satu tim Anda demi memberi dorongan kepada mereka ke arah yang benar. Beri apresiasi atas pencapaian mereka, pantau pertumbuhan, dan biarkan mereka belajar dari kesalahan sendiri.

Lima Hal yang Wajib Dicermati Agar Startup Tidak Berakhir Gagal

Saat ini sudah banyak teori, hasil hingga akibat dari tidak suksesnya startup menjalankan bisnis. Berbagai pengalaman serta suka dan duka pun sudah banyak dibagikan oleh pemilik startup yang tidak sukses. Namun demikian masih banyak juga startup baru bermunculan, menawarkan berbagai ide, produk serta layanan yang diklaim berbeda dan berpotensi.

Artikel berikut ini kembali akan membahas 5 alasan mengapa startup berakhir gagal, berdasarkan survei serta pengamatan berikut.

Tidak ada pasar untuk produk / layanan

Dalam riset yang dilakukan oleh Marc Andreessen, sebanyak 49% startup gagal akibat kurangnya minat serta permintaan dari pasar. Artinya disini adalah, layanan yang diberikan belum berhasil menjaring cukup banyak konsumen yang tepat. Survei tersebut juga menyebutkan, untuk startup yang menyasar bisnis B2B dan B2C, kerap kesulitan mendapatkan konsumen, meskipun telah memiliki tim dan produk yang baik.

Pastikan Anda sebagai pemilik startup mengetahui dengan benar siapa target pasar dan apakah mereka bersedia menggunakan produk atau layanan yang bakal Anda hadirkan.

Tidak sustainable

Dari survei tersebut juga terungkap, untuk startup yang menyasar bisnis B2B diperkirakan bakal berakhir gagal dalam waktu 4 tahun ke depan, jika tidak bisa mendapatkan profit dan konsumen. Sementara untuk startup yang menyasar bisnis B2C, diperkirakan hanya bisa bertahan kurang lebih dalam waktu 3 tahun. Intinya adalah menjadi tantangan yang cukup berat bagi masing-masing startup untuk bertahan, jika tidak bisa mendatangkan uang dan konsumen sejak awal.

Menghiraukan model bisnis dan validasi

Alasan lain mengapa startup berakhir gagal adalah, kurangnya penerapan model bisnis dan validasi atas layanan atau produk yang bakal dihadirkan. Untuk terhindar dari kesalahan tersebut, lakukan validasi dan pastikan model bisnis yang dimiliki, bisa berfungsi dengan baik dan pastinya mendatangkan profit.

Dalam studi dan riset yang dilakukan terungkap sebanyak 17% startup berakhir gagal, karena melewati proses validasi dan tidak memiliki model bisnis. Intinya adalah jangan hanya terlalu fokus kepada solusi, namun juga kepada masalah yang ada.

Tidak mempelajari consumer behavior

Faktanya, meskipun Anda sudah cukup yakin layanan atau produk startup telah memiliki target pasar yang tepat, tidak begitu saja produk dan layanan Anda bakal digunakan langsung dan secara rutin oleh konsumen. Untuk itu pastikan terlebih dahulu Anda mengetahui dengan jelas seperti apa consumer behavior target pasar Anda dengan melakukan survei, mengumpulkan feedback, dan hal-hal terkait lainnya.

Kurangnya kegiatan pemasaran

Hal selanjutnya yang menjadi krusial dan menjadi salah satu faktor penentu mengapa akhirnya startup Anda berakhir gagal adalah kurangnya melakukan kegiatan pemasaran. Hal tersebut kerap dialami startup yang menyasar bisnis B2C. Idealnya kegiatan pemasaran wajib dilakukan untuk kegiatan promosi dan penjualan produk/layanan startup Anda.

Cara Efektif Menjalankan Bisnis Jadi Lebih Baik

Menjalankan bisnis selalu punya cerita masing-masing. Proses jatuh bangun yang dilewati selalu menghasilkan sebuah tips yang bisa diulangi untuk kejadian selanjutnya atau dibagikan untuk membantu bisnis lain yang mengalami permasalahan serupa.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk lebih baik dalam menjalankan bisnis.

Berpikir layaknya remaja

Bisa dibilang usia remaja adalah jenjang pertama manusia paham mengenai masalah. Di usia ini manusia mulai belajar mencari solusi dari permasalahan tersebut dari beberapa sumber. Semangat ini bisa ditiru dan terapkan dalam pengelolaan bisnis. Selalu penasaran dalam mencari hal-hal baru salah satu semangat muda yang bisa diterapkan.

Selain itu usia remaja adalah usia paling aktif dalam menjalin pertemanan. Mereka butuh untuk saling terhubung satu sama lain untuk tahu apa yang terjadi dan dipikirkan masing-masing. Dalam perusahaan semangat ini penting untuk meningkatkan interaksi dengan pengguna. Membaur dan berkomunikasi layaknya dua orang yang saling membutuhkan sangat penting. Hal ini bisa dipelajari dari bagaimana pola remaja berinteraksi.

Secara keseluruhan berpikir layaknya remaja bisa membantu bisnis untuk lebih bisa beradaptasi dengan perubahan. Selain itu berpikir layaknya remaja juga bisa membantu bisnis memahami para remaja, salah satu pasar potensial untuk bisnis digital.

Learning by doing

Menjalankan bisnis harus selalu dibarengi dengan proses belajar. Jatuh bangun dalam proses harus dijadikan catatan dan pengalaman untuk mengatasi masalah-masalah di kemudian hari. Pengalaman akan melatih insting dan prediksi yang sangat membantu dalam mengambil keputusan-keputusan krusial.

Sebagai pemimpin, pengalaman dalam menjalankan bisnis juga menjadi modal kuat untuk menajamkan intuisi dan kepekaan terhadap permasalahan dan peluang.

Customer-centric dimulai dari employee-centric

Menjadi tugas utama setiap bisnis untuk memahami kebutuhan pelanggan mereka. Jauh sebelum itu, sebelum bergerak untuk bisa memahami setiap kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap bisnis harus dibangun dari tim yang di dalamnya. Memperhatikan kebutuhan dan ide-ide yang dituangkan oleh setiap tim.

Memberikan kesempatan setiap anggota tim untuk bertanya tentang apa yang mereka khawatirkan, memberikan mereka kesempatan untuk mengkritik dan memberikan masukan, dan membantu mereka bangkit ketika mendapatkan masalah adalah beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan untuk memulai bisnis yang baik dari tim.

Tips Menjalankan Layanan Mobile Commerce

Industri e-commerce di Indonesia perlahan mulai mengerucut ke beberapa pemain. Tak sedikit nama-nama startup di sektor e-commerce gulung tikar. Kemungkinan besar mereka gagal bersaing. Salah satu inovasi untuk memanfaatkan tren belanja online adalah model bisnis mobile commerce. Berbelanja melalui aplikasi mobile, sesuatu yang melonjak beriringan semakin canggihnya teknologi perangkat mobile dan makin banyak pengguna.

Berikut beberapa tips untuk bisnis yang mencoba masuk dalam segmen mobile commerce.

Cari pasarnya, sebelum memasarkan

Ini mungkin anjuran paling sering didengar dan paling banyak diberikan. Tetapi karena posisinya sebagai salah satu hal mendasar tips ini tidak bisa dihilangkan. Salah satu komponen kunci dari mobile commerce adalah menemukan pasar. Sebagai negara dengan industri digital yang digadang-gadang sebagai yang terbesar di Asia Tenggara mungkin tidak susah menemukan para pengguna perangkat mobile yang gemar berbelanja, masalah selanjutnya adalah seperti apa konsep dan nilai yang ditawarkan.

Taruhlah sebuah bisnis mobile commerce datang dari layanan e-commerce yang ingin menjangkau lebih banyak pengguna dan memudahkan mereka dengan fitur dari aplikasi mobile. Tanpa sesuatu yang berbeda, tanpa penawaran yang menguntungkan, tentu hal ini sebuah risiko.

Salah satu cara paling sederhana adalah dengan mencari tahu apa yang diinginkan pengguna saat memakai aplikasi mobile commerce. Cashback, diskon, dan penawaran lainnya bisa dicoba. Yang paling penting, cari tahu siapa pasarnya dan apa yang mereka inginkan.

Diawali kebutuhan dan berkembang dari masukan

Memulai layanan bisnis mobile commerce juga harus mendengarkan apa yang diinginkan pengguna, baik dari feedback atau pun data-data yang didapat. Misalnya permintaan tampilan yang lebih baik, performa yang lebih baik, hingga optimasi memori agar aplikasi tidak menjadi pengganggu ketika dijalankan.

Aplikasi yang buruk, baik dari segi tampilan atau performa, sangat mungkin menjadi alasan utama pengguna menghapusnya. Menghindari hal demikian, optimasi membangun aplikasi mobile harus diperhatikan dari awal.

Pemasaran yang optimal

Untuk bisa menyukseskan sebuah layanan mobile commerce, pemasaran yang tepat menjadi salah satu hal kunci. Beberapa alternatif bisa dilakukan untuk membantu meningkatkan brand awareness dan jumlah unduhan. Media sosial dan konten kreatif bisa digunakan, baik itu konten video atau artikel. Selanjutnya juga bisa bekerja sama dengan dengan influencer untuk mengenalkan aplikasi kepada khalayak umum.

Lima Cara Tepat Membuat Investor Menyukai Startup Anda

Saat ini ide bisnis yang menarik dan berpotensi untuk berkembang belum cukup untuk dijadikan alasan yang tepat bagi investor menyalurkan dananya ke startup. Diperlukan strategi dan pendekatan yang baik agar startup Anda bisa mendapatkan pendanaan dari investor yang diincar.

Artikel berikut ini akan membahas 5 hal yang wajib dilakukan oleh pemilik startup, saat bersiap untuk melakukan penggalangan dana kepada investor, belajar dari seorang entrepreneur yang saat ini telah menjadi seorang investor.

Minta nasihat dan masukan dari investor

Jika saat ini Anda belum berkenalan dengan cukup banyak investor dan belum memiliki undangan untuk pitching, awali kegiatan tersebut dengan networking dan mintalah nasihat kepada mereka investor. Sampaikan produk atau layanan yang Anda miliki, tawarkan ide tersebut kepada investor. Jika investor mulai tertarik dengan startup Anda, undangan untuk pitching pun akan tiba. Manfaatkan kegiatan seminar, eksibisi dan konferensi untuk melakukan networking kepada investor.

Buat desain pitch deck yang menarik

Bukan hanya sarat dengan informasi yang lengkap, namun pitch deck yang menarik baiknya juga dilengkapi dengan gambar atau tampilan yang bisa langsung dimengerti oleh investor. Manfaatkan waktu satu jam presentasi Anda dengan pitch deck yang singkat namun langsung ke tujuan atau ide yang ingin disampaikan.

Awali presentasi dengan memaparkan masalah yang ada

Agar pitch deck Anda terlihat menarik dan memiliki potensi, awali presentasi Anda dengan menyampaikan masalah yang ada saat ini di sekitar dan dikeluhkan oleh orang banyak. Menjadi hal yang penting dan wajib dicermati oleh investor, ketika Anda pemilik startup bisa membuat produk yang relevan dengan kebutuhan sehari-hari dan masih belum ada saat ini untuk orang banyak.

Hindari mempromosikan fitur, teknologi terkini serta target pasar diawal pitch deck, namun coba sajikan kendala dan masalah yang dihadapi setiap harinya oleh orang, dan bagaimana startup Anda bisa menjawab permasalahan tersebut.

Kuasai sesi tanya jawab

Usai menyampaikan presentasi, biasanya pemilik startup diberikan kesempatan untuk menjawab semua pertanyaan dari investor. Apakah itu terkait dengan jumlah tim saat ini, apa target dari startup Anda, hingga rencana monetisasi. Siapkan jawaban yang singkat dan tepat untuk semua pertanyaan yang diajukan oleh investor saat sesi tanya jawab berlangsung. Jika Anda ragu atau tidak bisa memberikan jawaban yang tepat, bisa mengurangi penilaian investor kepada Anda.

Jujur saat meyampaikan informasi

Jika saat ini Anda telah memiliki layanan atau produk yang diyakini bakal berhasil, namun belum bisa menentukan model bisnis, target pasar atau rencana monetisasi, sampaikan dengan jujur saat pitching berlangsung. Jangan memberikan janji atau gambaran yang terkesan fantastis namun faktanya tidak bakal bisa diterapkan.

Yang perlu diingat adalah investor telah memiliki pengalaman cukup dan lebih banyak dari Anda. Jangan sepelekan mereka dengan presentasi yang tidak masuk akal.

Lima Kesalahan Millennial saat Mengatur Finansial di Dunia Startup

Membangun perusahaan startup itu bukan perkara mudah. Hanya sebagian kecil startup yang didirikan tiap tahunnya bisa bertahan maksimal lima tahun. Sedikit pula jumlah startup yang dirintis oleh anak muda. Pengusaha yang sudah banyak makan asam garam cenderung lebih mudah mengelola manajemen startup daripada anak muda, terutama kalangan millennial.

Meski demikian, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat kalangan milenial ketika mereka merintis startup, misalnya, ide yang lebih kaya, bersemangat, dan sangat inovatif. Ketiga contoh tersebut adalah beberapa faktor yang dibutuhkan dalam membangun perusahaan yang sukses. Hanya saja, millennial perlu pahami bahwa sekitar 24% startup gagal berdiri karena kehabisan uang.

Artikel ini akan membahas lebih jauh mengenai kesalahan millenial dalam mengatur finansial di dunia startup. Tujuannya agar startup Anda tidak menjadi korban berikutnya. Berikut detilnya:

1. Kelola manajemen yang buruk

Uang tunai yang masuk dan keluar dari catatan kas perusahaan perlu dikelola dengan sangat baik, terutama sejak perusahaan baru berdiri. Menurut hasil riset, sebanyak 82% bisnis gagal karena tidak memperhatikan arus kas. Hal ini terjadi di kalangan milenial yang tidak paham dengan dunia manajemen finansial.

Untuk menghindari kesalahan, Anda hanya perlu memperhatikan apa yang terjadi dengan keuangan perusahaan. Lihat dari mana asal semua pendapatan dan bagaimana habisnya. Kemudian siapkan sistem sederhana akuntasi seperti Excel untuk melacak semuanya.

Jika tidak melakukan ini, Anda menutup diri terhadap isu-isu seperti asal margin keuntungan, tidak ada catatan yang diperlukan untuk mendapatkan investor, bahkan potensi pencurian tanpa disadari.

2. Penggalangan dana terlalu banyak dan cepat

Bagi perusahaan startup, sangat mudah menghabiskan waktu untuk merencanakan bagaimana mengumpulkan uang dari investor dan perusahaan modal ventura. Banyak pengusaha muda menganggap jumlah kebutuhan dana yang dinaikkan setiap penggalangan dana adalah ukuran dari kesuksesan. Pola pikir demikian sangat berbahaya dan berdampak buruk bagi bisnis.

Menghabiskan waktu demi menggalang dana segar secara lambat laun akan mengalihkan fokus Anda pada tugas penting lainnya. Misalnya, menyiapkan strategi bisnis yang solid, merencanakan rencana pemasaran secara menyeluruh, dan lainnya.

Pola pikir yang seharusnya Anda tanamkan adalah dengan perencanaan yang tepat, maka bisnis akan menghasilkan uang. Jika bisnis sudah menghasilkan uang, Anda bisa menjalankan startup tanpa kontrol yang maksimal. Hal ini tentunya jauh lebih berharga daripada mendapat uang tunai di saku celana Anda saat perusahaan baru berdiri.

3. Mengontrol terlalu banyak isu

Sangat umum bagi pengusaha startup usia muda yang mencoba untuk mengendalikan semua hal dalam perusahaannya. Sebab, mereka merasa satu-satunya orang yang mengetahui produk, layanan, dan rencana bisnis perusahaan secara luar dan dalam.

Maka dari itu, solusi yang bisa dilakukan adalah memberikan kepercayaan kepada orang yang lebih ahli dari kapasitas kemampuan Anda. Misal, meminta saran dan masukan mengenai strategi keuangan dari seorang akuntan, perencana keuangan, atau pelaku tetangga yang paham dengan finansial. Langkah ini untuk meminimalisir potensi kesalahan keputusan keuangan yang tidak disarankan bagi startup Anda.

4. Salah rekrut orang

Penting untuk merekrut tim yang akan menjadi tulang punggung perusahaan Anda. Namun salah rekrut orang justru hanya akan menghabiskan uang Anda untuk membayar gaji mereka, sekaligus merusak perusahaan. Untuk itu, Anda harus sadar siapa yang Anda rekrut, apa saja aset dan kewajiban yang mereka bawa.

Terlalu banyak biaya yang harus dikeluarkan ketika Anda salah merekrut orang. Investasi yang Anda tuangkan untuk mereka akan jadi sia-sia ketika mereka tidak bisa menghasilkan apa yang perusahaan butuhkan.

Dengan adanya risiko ini, jangan pernah Anda tergoda untuk merekrut orang yang rela di gaji murah dan mempekerjakan konsultan yang palsu.

5. Menghabiskan uang di tempat yang salah

Milenial itu adalah generasi yang idealis. Secara negatif hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan, misalnya terlalu banyak menghabiskan uang untuk mengembangkan produk atau layana baru. Akibatnya dana untuk pemasaran jadi tidak cukup, hasilnya jadi kurang maksimal dengan ekspektasi.

Jika Anda menghabiskan uang dan waktu untuk menyempurnakan prototipe tanpa keluar lapangan untuk menjualnya, Anda akan kehilangan kesempatan untuk bertemu calon pelanggan, pengguna, dan akuisisi. Tujuannya menciptakan interaksi dan mempelajari apa yang sebenarnya orang-orang inginkan.

Penggunaan Hipotesis untuk Menguji Ide Bisnis

Menjalankan startup bisa berawal dari banyak hal. Seperti pengalaman pribadi, pengalaman orang-orang di sekitar hingga pengamatan tentang masalah-masalah di sekitar. Setelah mendapatkan permasalahan biasanya dituangkan menjadi sebuah ide sebelum divalidasi dan akhirnya dilanjutkan eksekusi untuk menjadi sebuah bisnis.

Untuk menambah referensi dalam menguji ide bisnis, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan.

Ganti asumsi dengan hipotesis

Langkah pertama untuk mengubah asumsi menjadi hipotesis adalah dengan mendaftar semua asumsi yang dipikirkan mengenai ide bisnis jika sudah memiliki pelanggan. Mulai dari harga, permasalahan, dan hal lainnya. Setelah itu coba sedikit ubah bagaimana susunan asumsi tersebut. Misalnya ketika muncul asumsi pelanggan akan membeli lebih banyak produk ketika harga berada di titik terendah, kalimat tersebut bisa diubah ke bentuk jika harga diturunkan, pelanggan akan lebih banyak membeli produk.

Terdengar sederhana memang, mengubah kalimat, tapi ini penting untuk  langkah selanjutnya, validasi ide.

Menguji hipotesis

Setelah mendaftar dapat hipotesis selanjutnya adalah pengujian. Siapkan beberapa strategi untuk menguji ide ada. Misalnya dengan melakukan wawancara langsung ke target pasar tentang hipotesis-hipotesis yang dibuat. Pastikan narasumber adalah target calon pembeli atau pengguna dan tidak memiliki hubungan dengan Anda. Hal ini untuk menghindari bias.

Pengujian hipotesis ini harus benar-benar valid, karena hasil hipotesis bisa dijadikan acuan untuk melangkah ke tahap selanjutnya. Bisa mulai langsung merancang dan mengembangkan produk sekaligus menggambar bagaimana penerimaan ide.

Pertanyaan yang efektif

Dalam melakukan wawancara pastikan pertanyaan disusun dengan rapi dan penuh perhitungan. Dalam hal ini perhitungan mengenai validitas jawaban. Misalnya untuk kasus harga dan peluang pelanggan membeli dalam jumlah banyak atau berlangganan dalam jangka waktu yang panjang.

Alih-alih mempertanyakan jenis pertanyaan ya atau tidak, buat pertanyaan yang memancing jawaban yang lebih spesifik. Hindari jenis pertanyaan seperti “Apakah harga mempengaruhi Anda dalam berlangganan ?”, coba untuk ganti dengan pertanyaan, “Apa faktor terbesar yang membuat Anda tertarik untuk membeli atau berlangganan ?” atau “Apa pertimbangan Anda memutuskan untuk terus tetap berlangganan ?”.

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu bisa memunculkan jawaban yang spesifik dan berguna bagi keputusan selanjutnya.

Tiga Pelajaran dari Penutupan Layanan E-Commerce Cipika

Layanan e-commerce besutan Indosat Ooredoo, Cipika, mengumumkan penutupan layanannya 1 Juni mendatang. Ada yang menganggap hal ini sebagai lampu kuning dan menjadi sinyal kehati-hatian, ada yang menganggap hal ini sebagai bagian dinamika kompetisi sehat industri e-commerce di tanah air.

Apapun itu, kami mengidentifikasi tiga pelajaran penting yang bisa kami petik dari penutupan layanan yang hadir sejak tahun 2014 ini. Mereka adalah:

Struktur yang tidak mendukung

Berbeda dengan Blanja dan elevenia, dua anak perusahaan Telkomsel dan XL Axiata yang menyasar sektor yang sama, Cipika bukanlah perusahaan tersendiri. Cipika dibangun sebagai suatu unit bisnis di bawah Indosat Ooredoo Digital.

Struktur seperti ini menyulitkan Cipika untuk bergerak, mengambil keputusan, akuisisi mitra, mengatur budget, dan hal-hal lain yang lebih mudah dilakukan sebagai suatu entitas terpisah. Seorang Kepala Divisi tidak mudah mengatur semuanya sendirian, jika dibandingkan seorang CEO yang memiliki jajaran C-level dan VP di bawahnya.

Indosat Ooredoo melakukan spin off terhadap layanan pembayaran (PayPro) dan layanan mobile advertising (IMX), tapi sudah terlambat untuk Cipika.

Branding yang tidak tepat

Meski sudah hampir 3 tahun berdiri, tidak banyak kalangan masyarakat umum yang mengenal Cipika sebagai sebuah brand layanan e-commerce. Nama Cipika hampir tidak pernah muncul di berbagai survei soal top of mind layanan e-commerce di Indonesia atau peringkatnya selalu jauh di bawah dibanding layanan serupa.

Untuk kalangan early adopter, Cipika memiliki arahan yang terus berubah. Awalnya Cipika ingin menyasar pasar kuliner dan kerajinan tradisional, kemudian beralih ke penjualan produk gadget dan travel, yang terakhir menyasar konten digital, termasuk permainan dan buku digital.

Tahun ini mereka masih berupaya pivot ke arah penjualan grosir, tapi rencana tersebut tidak terlaksana tuntas.

Penting untuk memiliki keunikan, tetapi sebaiknya ciri khas tersebut tidak hilang seiring dengan evolusi layanan.

Untuk bertahan membutuhkan biaya (dan kepercayaan)

Lupakan Lazada, Tokopedia, atau Bukalapak yang sudah beberapa kali mendapatkan pendanaan dari investor. Meskipun sama-sama didukung perusahaan telekomunikasi besar, jika dibandingkan dengan Blanja atau elevenia, Cipika terkesan tidak mendapatkan dukungan dana cukup untuk bersaing dan tetap relevan.

Meskipun kita tidak tahu persis berapa dana yang disuntikkan oleh perusahaan untuk Cipika, Blanja dan elevenia mendapatkan kepercayaan diri ketika mengumumkan perolehan dana ratusan miliar Rupiah dari induk perusahaannya demi memastikan bisnisnya di sektor ini adalah prioritas. Cipika, di sisi lain, sayangnya tidak menyiratkan hal ini.

Sekali lagi ini bukan cuma soal uang, tetapi bukti keyakinan bahwa bisnis bakal tetap bertahan dan menjadi prioritas. Jika investor atau induk perusahaannya kurang percaya diri terhadap kelangsungan bisnisnya, hal ini akan berimbas pada kepercayaan konsumen.