DOKU Perkenalkan Fitur eRetail, Mudahkan Merchant Punya Aplikasi Sendiri

DOKU mengumumkan kehadiran fitur eRetail, platform untuk permudah merchant memiliki aplikasi sendiri tanpa harus bangun dari awal. Dalam peluncuran ini, DOKU dibantu oleh mitra strategis Kaddra, perusahaan teknologi berbasis di Singapura sebagai mesinnya.

DOKU memilih Kaddra sebagai mitra lantaran perusahaan tersebut mengklaim telah memenangkan berbagai penghargaan dalam menyediakan solusi loyalitas pelanggan, mobile commerce, dan remarketing bagi merek-merek ritel dan konsumen.

Aplikasi tersebut dirancang dengan fasilitas belanja online, selayaknya aplikasi e-commerce pada umumnya dengan antarmuka yang sederhana. Juga, melakukan pembelian dan mendapatkan hadiah dari program loyalitas yang disediakan. DOKU menjadi mesin untuk transaksi pembayaran yang seamless, sementara Kaddra menjadi mesin penyedia program loyalitas.

Penawaran ini hadir untuk menyasar para merchant, baik itu UKM ataupun korporasi, yang ingin memberikan nilai tambah buat para konsumennya dalam bentuk aplikasi tersendiri. Kelebihan yang ditawarkan adalah fitur eRetail, memungkinkan para merchant tidak perlu investasi dari nol untuk memiliki aplikasi sendiri. Mereka hanya perlu membayar biaya berlangganan per bulan dengan biaya mulai dari $59 (sekitar Rp845 ribu) untuk paket Starter.

Terkait kemitraan dengan Kaddra, dalam keterangan resmi, Co-founder & COO DOKU Nabilah Alsagoff menjelaskan pihaknya menyambut baik sinergi bersama Kaddra yang menggabungkan teknologi pembayaran dengan inovasi mobile commerce untuk menghadirkan pengalaman berbelanja yang baik bagi para merchant DOKU dan pelanggan mereka.

“Fitur eRetail mendukung segala kebutuhan bisnis masa kini, yang memungkinkan para merchant untuk memperluas kehadiran mereka yang berbasis web ke dalam aplikasi seluler untuk manajemen toko lebih gesit,” ucapnya, Kamis (10/2).

Industri mobile-commerce di Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan hingga 70% pada paruh pertama 2021. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai pasar aplikasi e-commerce terbesar ketiga di dunia. Fitur eRetail akan membantu mendorong bisnis lokal Indonesia ke lini depan di tengah tren mobile commerce, dengan menawarkan layanan terintegrasi bagi para merchant untuk memperoleh dan mempertahankan pelanggan.

“Indonesia berada tepat di tengah episentrum e-commerce yang berkembang pesat di Asia Tenggara, dan kami merasa tidak ada mitra yang lebih baik daripada DOKU, yang mengutamakan sistem pembayaran dalam setiap bisnis lokal. Dalam kolaborasi erat dengan DOKU, kami sangat senang membantu para merchant lokal untuk membentuk masa depan mobile commerce dalam beberapa bulan mendatang,” tambah Co-founder & CEO Kaddra Quentin Chiarugi.

Inovasi pembayaran DOKU lainnya

Di luar eRetail, DOKU termasuk gencar dalam menggarap berbagai kerja sama untuk mengutilisasi bisnis utamanya yang bergerak di bisnis gerbang pembayaran dan e-wallet. Menjelang akhir tahun lalu, perusahaan mengumumkan kerja sama dengan BSS Parking, operator parkir yang berkantor pusat di Makassar dan memiliki cabang operasional di Bali, untuk menghadirkan QRIS Dynamic yang sudah terintegrasi dengan sistem miliki BSS.

SVP Business Expansion and Regional Sales DOKU Irfan Burhan menjelaskan, bisnis parkir kendaraan di Indonesia identik dengan pembayaran tunai dan cenderung tidak tercatat. Melalui kolaborasi dengan BSS Parking, DOKU ingin membantu proses digitalisasi transaksi di industri perparkiran, sehingga pembayarannya dapat dilakukan lebih cepat, tercatat, dan aman.

Selain lebih praktis, metode pembayaran cashless ini juga mendukung upaya pemerintah untuk memutus rantai Covid-19 dengan menerapkan berbagai jenis pembatasan melalui protokol kesehatan yang diberlakukan. Untuk saat ini sistem BSS Parking telah diimplementasikan di 6 titik parkir di Bali, dengan cakupan area seperti pusat perbelanjaan, rumah sakit, pertokoan, tempat wisata dan fasilitas pelayanan umum.

Masyarakat yang ingin memarkir kendaraan cukup melakukan scan QRIS melalui ponsel mereka, saldo dalam aplikasi e-wallet maupun mobile banking mereka terdebit dan seketika gerbang parkir akan terbuka.

Direktur BSS Parking Felix Panjaitan menuturkan, “Dengan adanya digitalisasi transaksi parkir ini, kami mengharapkan semua transaksi parkir baik parkir di area parkir kawasan, gedung, maupun area parkir bahu jalan sudah dapat dilakukan secara digital non-tunai (cashless). Sehingga selain lebih praktis metode ini juga dapat meminimalisir terjadinya kebocoran pungutan parkir. Dengan demikian pendapatan pengelola ataupun Pemerintah Daerah setempat pun dapat lebih dimaksimalkan.”

Tingkatkan proposisi nilai

Sebagai fintech yang memberikan layanan payment gateway, DOKU memang dituntut untuk terus menelurkan inovasi yang memudahkan ekosistem merchant mereka. Tidak dimungkiri, kompetisi pasar untuk produk tersebut saat ini cukup ketat di Indonesia.

Midtrans adalah salah satu kompetitor utama DOKU. Saat ini Midtrans telah menjadi bagian dari GoTo Group, bahkan secara khusus memiliki integrasi dengan ekosistem merchant Gojek. Pesaing lainnya adalah Xendit yang tahun lalu baru kokohkan diri sebagai unicorn. Selain produk fintech, kini mereka mulai masuk ke ranah produk SaaS untuk bantu digitalisasi UMKM.

Sale Stock Hadirkan Layanan “Fitting” di Rumah

Sale Stock, startup mobile commerce khusus fesyen, meluncurkan inovasi terbaru “Coba di Rumah” sebagai salah satu cara meningkatkan pengalaman berbelanja. Layanan ini diklaim sebagai pertama kalinya hadir di Asia Tenggara.

Lewat layanan “Coba di Rumah”, pembeli dapat memesan produk dan mencobanya atau fitting ketika kurir datang mengantarkannya. Untuk menikmati pengalaman ini, pembeli hanya memerlukan proses belanja online seperti biasa dengan menggunakan metode pembayaran yang sudah disediakan, misalnya metode pembayaran di rumah (COD).

Ketika paket sampai, kurir akan mempersilakan pembeli untuk mencoba baju yang sudah mereka beli. Apabila mereka suka, dapat langsung membayar produk apabila metode yang dipilih adalah COD. Bila tidak suka, dapat langsung mengembalikan pada saat itu juga. Layanan ini tidak dipungut biaya tambahan.

“Kami berharap lewat layanan ini, para perempuan di Indonesia tidak lagi merasa cemas atau khawatir ketika berbelanja online. Setiap pembelian yang sudah dilakukan, ketika sampai dapat dicoba terlebih dahulu dan dapat dikembalikan saat itu juga,” terang CEO dan Co-Founder Sale Stock Indonesia Lingga Madu dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Sale Stock Hadirkan Layanan "Fitting" di Rumah / Sale Stock
Sale Stock Hadirkan Layanan “Fitting” di Rumah / Sale Stock

Untuk sementara, layanan “Coba di Rumah” baru dapat dinikmati konsumen yang berlokasi di Jabodetabek. Nantinya layanan akan digulirkan secara nasional.

Sebelum meluncurkan inovasi ini, Sale Stock melakukan kemitraan dengan BBM untuk layanan berbelanja lewat antar muka percakapan channel BBM memanfaatkan fitur BBM Chat API. Inovasi ini memungkinkan pelaku bisnis dan pemilik merek melakukan interaksi dua arah dengan pelanggan.

Sale Stock juga baru mendapatkan kucuran investasi seri B+ dari Meranti ASEAN Growth Fund oleh Gobi Partners senilai US$27 juta (setara dengan 360 miliar Rupiah).

Application Information Will Show Up Here

Tips Menjalankan Layanan Mobile Commerce

Industri e-commerce di Indonesia perlahan mulai mengerucut ke beberapa pemain. Tak sedikit nama-nama startup di sektor e-commerce gulung tikar. Kemungkinan besar mereka gagal bersaing. Salah satu inovasi untuk memanfaatkan tren belanja online adalah model bisnis mobile commerce. Berbelanja melalui aplikasi mobile, sesuatu yang melonjak beriringan semakin canggihnya teknologi perangkat mobile dan makin banyak pengguna.

Berikut beberapa tips untuk bisnis yang mencoba masuk dalam segmen mobile commerce.

Cari pasarnya, sebelum memasarkan

Ini mungkin anjuran paling sering didengar dan paling banyak diberikan. Tetapi karena posisinya sebagai salah satu hal mendasar tips ini tidak bisa dihilangkan. Salah satu komponen kunci dari mobile commerce adalah menemukan pasar. Sebagai negara dengan industri digital yang digadang-gadang sebagai yang terbesar di Asia Tenggara mungkin tidak susah menemukan para pengguna perangkat mobile yang gemar berbelanja, masalah selanjutnya adalah seperti apa konsep dan nilai yang ditawarkan.

Taruhlah sebuah bisnis mobile commerce datang dari layanan e-commerce yang ingin menjangkau lebih banyak pengguna dan memudahkan mereka dengan fitur dari aplikasi mobile. Tanpa sesuatu yang berbeda, tanpa penawaran yang menguntungkan, tentu hal ini sebuah risiko.

Salah satu cara paling sederhana adalah dengan mencari tahu apa yang diinginkan pengguna saat memakai aplikasi mobile commerce. Cashback, diskon, dan penawaran lainnya bisa dicoba. Yang paling penting, cari tahu siapa pasarnya dan apa yang mereka inginkan.

Diawali kebutuhan dan berkembang dari masukan

Memulai layanan bisnis mobile commerce juga harus mendengarkan apa yang diinginkan pengguna, baik dari feedback atau pun data-data yang didapat. Misalnya permintaan tampilan yang lebih baik, performa yang lebih baik, hingga optimasi memori agar aplikasi tidak menjadi pengganggu ketika dijalankan.

Aplikasi yang buruk, baik dari segi tampilan atau performa, sangat mungkin menjadi alasan utama pengguna menghapusnya. Menghindari hal demikian, optimasi membangun aplikasi mobile harus diperhatikan dari awal.

Pemasaran yang optimal

Untuk bisa menyukseskan sebuah layanan mobile commerce, pemasaran yang tepat menjadi salah satu hal kunci. Beberapa alternatif bisa dilakukan untuk membantu meningkatkan brand awareness dan jumlah unduhan. Media sosial dan konten kreatif bisa digunakan, baik itu konten video atau artikel. Selanjutnya juga bisa bekerja sama dengan dengan influencer untuk mengenalkan aplikasi kepada khalayak umum.

Tren Belanja Online dan Rencana Shopee di Indonesia Tahun Ini

Persaingan e-commerce di Indonesia semakin ramai. Shopee, salah satu bisnis e-commerce yang memiliki konsep marketplace, memandang bahwa persaingan yang terjadi di pasar Indonesia saat ini merupakan upaya bisnis e-commerce mengambil kesempatan pasar Indonesia yang sedang tumbuh. Shopee telah merencanakan sejumlah strategi untuk mengarungi tahun 2017.

Sebagai marketplace yang mengandalkan pendekatan mobile, Shopee melihat ketatnya kompetisi bisnis e-commerce di Indonesia saat ini sebagai pendorong untuk secara konsisten menghadirkan solusi terbaik untuk masyarakat. Salah satu yang ditawarkan Shopee adalah menghadirkan fitur media sosial yang sudah dekat dengan masyarakat untuk mengambil peluang dari tingginya penetrasi penggunaan perangkat mobile di Indonesia.

Selain itu Shopee, yang didukung Garena yang berbasis di Singapura, juga percaya bahwa hadirnya roadmap e-commerce yang dikeluarkan pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun lalu akan memberikan dampak positif bagi industri e-commerce secara nasional. Utamanya untuk menguatkan industri e-commerce dan mengatur industri yang sedang berkembang ini.

“Shopee percaya bahwa industri e-commerce di Indonesia akan mendapatkan perhatian yang lebih luas lagi di tahun 2017, khususnya dengan diperkenalkannya E-Commerce Roadmap Nasional melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi tahun lalu. Dengan adanya peraturan pemerintah tersebut, diharapkan struktur ekosistem industri ini dapat lebih kuat dan teratur, guna mendukung bisnis perusahaan e-commerce di Indonesia,” ujar Regional Managing Director Shopee Rainal Lu kepada DailySocial.

Rencana Shopee di tahun 2017

Di tahun 2017 Shopee melihat peluang cukup menjanjikan di sektor e-commerce, utamanya mobile-first. Segmen mobile selama ini coba dieksplorasi Shopee dengan pendekatan fitur atau layanan yang diberikan. Shopee memperkirakan pengguna perangkat mobile di Indoensia akan terus berkembang dan tren e-commerce lambat laun akan mengarah ke mobile commerce.

Dari hasil internal Shopee disebutkan bahwa tak kurang dari 70% pengguna Shopee lebih memilih melakukan transaksi via mobile app karena kemudahan dan fleksibilitas yang ditawarkan. Dengan semakin membudaya belanja online via mobile app ini, Shopee berharap bisa meningkatkan jumlah transaksi yang ada.

Mengenai inovasi di tahun ini, tidak banyak yang bisa dibagikan Shopee. Yang jelas Shopee merencanakan perbaikan kualitas layanan mulai dari menambahkan metode pembayaran yang ada, kerja sama dengan brand, dan mempermudah mekanisme pendaftaran. Termasuk memperkuat jaringan e-commerce degan menjalin kerja sama dengan penyedia logistik third-party. Selain itu peningkatan pengalaman pengguna juga tak luput dari fokus Shopee tahun ini, meski belum dijelaskan secara rinci.

“Shopee secara konsisten berupaya untuk menghadirkan beragam solusi untuk memastikan pengguna kami mendapatkan pengalaman berbelanja menggunakan ponsel yang nyaman dan menyenangkan. Di masa mendatang, kami berkomitmen untuk secara konsisten melaksanakan beberapa program yang kami rasa memberikan keuntungan langsung bagi pengguna,” ujar Lu.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Lyke 2.0 Diluncurkan, Sajikan Ragam Pembaruan Fitur

Lyke salah satu aplikasi yang dikenal sebagai platform belanja mobile atau mobile commerce baru-baru ini mengumumkan beberapa pembaruan. Bahkan Lyke menyebutnya sebagai Lyke 2.0, karena ada pembaruan yang cukup signifikan, terutama dari segi tampilan dan performa aplikasi. Pembaruan ini merupakan bukti nyata bahwa Lyke tidak main-main di industri mobile commerce untuk segmen fashion dan kecantikan.

Lyke 2.0 ini seolah berusaha memberikan pengalaman belanja terbaik bagi para penggunanya. Di pembaruan kali ini Lyke meluncurkan “Shopping Bag”, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna berbelanja beberapa item sekaligus, termasuk menghemat ongkos kirim jika berbelanja dari toko yang sama.

Dengan pembaruan tersebut Lyke bukan tidak menghilangkan ciri khas kemudahan checkout yang selama ini ada di Lyke. Pihak Lyke menghadirkan fitur Shopping Bag lebih untuk memberikan alternatif cara membayar atau dengan kata lain menyediakan pengalaman lain berbelanja menggunakan Lyke. Melalui fitur Checkout yang selama ini ada atau menaruhnya terlebih dahulu di Shopping Bag dan melanjutkan berbelanja.

Pembaruan lain yang hadir di Lyke adalah fitur Filter. Lazimnya fitur Filter di aplikasi lain, fitur Filter di Lyke juga didesain untuk memudahkan pengguna menemukan produk yang diinginkan mulai dari jenis barang, warna, diskon, hingga produk-produk tertentu.

Dari segi metode pembayaran Lyke juga mengenalkan metode baru, yakni metode pembayaran Cash on Delivery (COD). Metode ini juga melengkapi metode pembayaran yang sudah ada di Lyke sebelumnya untuk memberikan pilihan lebih banyak kepada pengguna.

Selain itu Lyke yang sudah mencatatkan unduhan lebih dari satu juta kali tahun ini melakukan pembaruan dari segi performa aplikasi. Aplikasi Lyke terbaru diklaim lebih irit dan hemar memori sehingga pengguna bisa dengan nyaman menyimpan dan menggunakan aplikasi Lyke di perangkat tanpa harus terbebani dengan memori yang digunakan.

Lyke yang menaruh Indonesia dan Asia Tenggara sebagai salah satu sasaran pasar mereka memang aktif dalam beberapa bulan terakhir. Tercatat di Indonesia Lyke sudah bekerja sama dengan banyak situs e-commerce untuk menampilkan produk-produk fashion dan kecantikan di sistem mereka.

Application Information Will Show Up Here

Riset Facebook tentang Mobile Commerce di Indonesia

Menurut laporan Criteo, dalam State of Mobile Commerce Q2 2015, mobile commerce berkontribusi sebesar 27% dari total transaksi e-commerce di negara-negara Asia yang disurvei. Indonesia masih berada di urutan pertama yang kerap menggunakan aplikasi mobile untuk melihat dan akhirnya membeli produk yang dijual layanan e-commerce. Data tersebut diungkapkan Facebook saat acara Mobile Moves Commerce Indonesia, hari ini di Jakarta.

Sebagai platform yang memiliki komitmen untuk mendorong pertumbuhan UMKM di Indonesia, Facebook mengalami pertumbuhan bukan hanya di Indonesia namun juga secara global. Disebutkan lebih dari 88 juta orang Indonesia berada di Facebook, dengan lebih dari 48 juta orang Indonesia kembali ke Facebook setiap hari. Data selanjutnya menyebutkan lebih dari 84 juta orang Indonesia mengakses Facebook setiap bulan di mobile dan lebih dari 46 juta orang Indonesia mengakses Facebook setiap hari di mobile.

Facebook juga mengklaim 39% orang Indonesia secara aktif mencari informasi di Facebook, 24% orang Indonesia bertanya atau mendapatkan rekomendasi di Facebook, 54% orang Indonesia di Facebook menemukan produk dan brand di platform Facebook, dan 1 di antara 4 orang Indonesia melakukan pembelian setelah menemukan sesuatu di Facebook.

Semakin terjangkaunya harga smartphone saat ini juga pilihan kuota untuk data internet yang bisa dengan mudah di dapatkan oleh pengguna, menjadi alasan utama mengapa akhirnya kebanyakan pengguna di Indonesia lebih memilih menjelajahi e-commerce melalui smartphone dibandingkan melalui desktop.

Disebutkan juga aplikasi mobile e-commerce yang paling banyak diunduh di Indonesia berdasarkan survei yang dilakukan Facebook adalah Lazada dengan 7,6 juta unduhan, Tokopedia dengan 7,2 juta unduhan, Tokobagus (OLX) sebanyak 6,7 juta, Bukalapak 6,1 juta, Shopee 3,7 juta, dan Blibli 2,2 juta unduhan.

Insight dari Lazada dan Zalora

Co-CEO Lazada Indonesia Florian Holm

Dalam kesempatan tersebut, Co-CEO Lazada Indonesia Florian Holm memberikan presentasi terkait dengan kegiatan pemasaran yang efektif memanfaatkan Facebook. Saat ini, dengan 3 juta produk yang ada di Lazada, Lazada diklaim sebagai layanan e-commerce terbesar di Asia Tenggara. Untuk Indonesia sendiri Florian melakukan kegiatan pemasaran yang sedikit berbeda dengan negara lainnya, yaitu fokus lokasi yang ternyata memiliki peranan penting untuk pengguna di Indonesia melakukan pembelian.

“Di Jakarta semua orang bisa dengan mudah melakukan pembelian di toko-toko fisik hingga online, hal tersebut tidak berlaku untuk orang-orang yang tinggal di luar Jakarta seperti Sulawesi dan lainnya. Orang-orang itulah yang kemudian menjadi target pasar Lazada,” kata Florian.

Ditambahkan Florian, kebanyakan orang memutuskan untuk membeli produk secara online karena keterbatasan memilih dan membeli produk. Belum lagi dengan kesulitan koneksi internet melalui desktop. Di situlah peranan mobile menjadi penting untuk dilancarkan.

“Makin banyaknya smartphone murah membuat mobile menjadi platform favorit untuk sekedar melihat hingga akhirnya membeli bagi orang-orang di luar kota Jakarta,” kata Florian.

Dari hasil survei yang telah dilakukan, Florian mencatat waktu melihat produk e-commerce lebih banyak dihabiskan di aplikasi mobile, disusul dengan conversion rate dan repurchase rate yang semua menunjukkan aplikasi mobile lebih banyak dipilih dibandingkan dengan desktop.

“Diperkirakan hingga tahun 2025 tren dan kenaikan pertumbuhan e-commerce akan makin meningkat. Untuk itu fokus utama Lazada adalah melakukan kegiatan pemasaran di mobile dan mobile app download,” kata Florian.

Dalam kesempatan tersebut Florian juga mengadakan survei kepada peserta acara dan menanyakan hal apa yang paling diinginkan dari layanan e-commerce. Kebanyakan peserta memilih pengiriman yang cepat hingga koneksi internet yang stabil dan cepat.

CEO Zalora Anthony Fung

Sementara itu CEO Zalora Anthony Fung turut memberikan pengalaman dan informasi khususnya kepada perusahaan teknologi dan startup asing yang berencana untuk masuk ke pasar Indonesia. Dalam kesempatan tersebut Anthony menegaskan pentingnya melakukan pelokalan dari sisi bahasa dan layanan pelanggan.

“Saat ini masih banyak startup asing yang masuk ke Indonesia masih menggunakan bahasa Inggris di situs, aplikasi, hingga layanan pelanggan. Hal tersebut merupakan pendekatan yang kurang tepat untuk pasar di Indonesia,” kata Anthony.

Ditambahkan juga oleh Anthony, penting untuk memperhatikan mobile site dan aplikasi mobile, mencermati logistik, pembayaran, dan layanan pelanggan. Aplikasi mobile yang lancar dan mudah untuk digunakan bakal mendapatkan respon yang lebih baik dibandingkan dengan aplikasi mobile yang kurang user friendly.

“Hal lain yang harus diperhatikan terkait dengan aplikasi mobile adalah konten yang menarik, engagement dengan pelanggan, pilihan discovery dan personalisasi,” tutup Anthony.

Lyke Akan Tampilkan Produk Fashion Terpilih dari MatahariMall

Lyke, salah satu penyedia layanan mobile commerce (m-commerce) pekan lalu mengumumkan kerja samanya dengan MatahariMall. Dengan kerja sama ini, Lyke akan menampilkan kurang lebih 10.000 produk terpilih dari MatahariMall yang terkait fashion, seperti baju, sepatu,dan tas dengan menjanjikan harga yang lebih terjangkau.

Di Indonesia dengan akses perangkat mobile yang cukup tinggi layanan mobile commerce memang menjadi salah satu solusi belanja yang praktis. Seperti di awal kemunculannya, Lyke juga menjanjikan kemudahan dan kepraktisan dalam berbelanja melalui layanannya.

“Lyke hadir untuk menjawab keresahan pembeli terkait dengan cara pembayaran serta proses pendaftaran yang dinilai terlalu rumit, lama dan menyulitkan. Lyke memiliki proses check-out yang seamless untuk pembeli yang pastinya memudahkan dan juga menyenangkan untuk digunakan,” kata CMO Lyke Bastian Purrer kala itu.

Ini bukan kerja sama pertama Lyke dengan pemain e-commerce. Sebelumnya beberapa waktu lalu kami sempat memberitakan bahwa Lyke juga telah menggandeng fashion e-commerce seperti BarryBenka, LocalBrand, bobobobo dan beberapa pemegang brand lain. Kerja sama yang dilakukan terkait menampilkan produk beberapa pihak tersebut dalam layanan Lyke. Kolaborasi yang menguntungkan dua belah pihak.

Sejauh ini, sejak pertama kali meluncur di periode Februari 2016 Lyke telah memiliki lebih dari 120.000 produk pilihan untuk ditawarkan. Produk-produk tersebut didapat dari 100 toko online di Indonesia.

Sementara untuk pihak MatahariMall tampaknya kerja sama ini merupakan salah satu strategi untuk semakin banyak mengakuisisi pengguna. Sebelumnya untuk meningkatkan kualitas dan tentu untuk mendapatkan banyak pengguna MatahariMall telah menambahkan layanan asuransi bekerja sama dengan LippoInsurance dan memberikan cicilan tanpa kartu kredit bekerja sama dengan AEON.

Application Information Will Show Up Here

Pertumbuhan Tren Mobile Commerce di Indonesia Tinggi, tapi Belum Sedrastis Itu

Pertengahan bulan Februari lalu, pengamat e-commerce Institut Teknologi Bandung (ITB) Kun Arief Cahyantoro memperkirakan peningkatan pembelian online dengan melalu perangkat mobile akan mencapai 172,8% di tahun 2017. Namun laporan dari MasterCard beberapa waktu ini berujar lain. Peningkatan dari tahun 2014 ke 2015 hanyalah sekitar 0,6%. Menjadikan angka 172,8% di tahun 2017 mendatang sedikit kurang nyata.

“Peningkatannya diperkirakan akan mencapai 172,8 persen,” kata Kun, dikutip dari pemberitaan Tempo. Tertulis bahwa angka tersebut diproyeksikan berdasarkan pembelian online secara mobile pada tahun 2015 yang meningkat 155% ketimbang tahun sebelumnya. Kun berasumsi tahun 2017 kenaikannya mencapai 172.8%.

Peningkatan tren belanja online di mobile mungkin memang benar demikian adanya. Tercermin dari turut hadirnya pemain-pemain baru yang mengiringi industri e-commerce Indonesia secara langsung maupun tak langsung (marketplace ataupun payment gateway/fintech). Hari ini saja, mobile marketplace dan social commerce Coral diperkenalkan untuk bersaing dengan para kompetitornya seperti Shopee, Carousell, dan Lyke. Dimo Pay turut diluncurkan sebagai solusi pembayaran mobile untuk masyarakat.

Fakta tersebut cukup diperkuat dengan laporan terbaru MasterCard dalam tajuk Mobile Shopping Survey. Hanya saja angka yang muncul tidak mendukung pertumbuhan yang signifikan. Hasil laporan diambil dari 8.500 responden berumur kisaran 18-64 tahun yang tersebar di 14 negara dalam wilayah Asia-Pasifik sepanjang bulan Oktober hingga Desember 2015. Di tahun 2015, 55,5% responden mengatakan melakukan pembelanjaan online melalui smartphone-nya. Sementara di tahun 2014, angka tersebut terpaut tidak signifikan, yakni 54,9%. Ini menandakan pertumbuhan yang hanya 0,6% saja.

Penemuan lain dari laporan Mobile Shopping Survey turut membuka perilaku konsumen di Asia Pasifik mulai mengadopsi dompet digital. Sebanyak 19.5% mengaku menggunakan teknologi tersebut, meningkat nyaris 10% jika dibandingkan dua tahun sebelumnya (9,7%). Menariknya, pasar Indonesia justru mengalami penurunan sebesar 4,5% dari tahun 2014 (15,6%) ke tahun 2015 (11,1%).

Kepastian pertumbuhan tren mobile commerce memang di depan mata. Lagu lama tentang menjangkau konsumen di area rural untuk mendapatkan akses finansial pun perlahan direalisasikan oleh operator telekomunikasi dan startup fintech. Jika saja perbankan dan OJK [melalui regulasinya] mampu memberikan solusi yang lebih nyata, tentu angka 172.8% terdengar lebih masuk akal.

GoSwiff dan Ooredoo Group Kerja Sama Sajikan Solusi mPOS di Indonesia

Platform penyedia layanan pembayaran mobile asal Singapura GoSwiff menandatangani kerja sama dengan Ooredoo Group untuk mengimplementasikan mobile Point of Sales (mPOS) di sembilan negara termasuk Indonesia hari ini (22/12). Indosat Ooredoo akan menjadi ujung tombak kerja sama ini di Indonesia.

GoSwiff akan memberikan solusi multi-pembayaran yang terintegrasi, termasuk mPOS, mobile money dan airtime top-up untuk klien pedagang Ooredoo. Value-added service yang ditawarkan juga termasuk serangkaian program loyalitas untuk mendorong volume transaksi yang lebih besar, dan lebih intim dengan pelanggan. Di Indonesia sendiri, GoSwiff telah menancapkan kukunya dengan kemitraan bersama Bank Mandiri sejak tahun lalu dan BNI dua tahun sebelumnya.

“Dengan berbagai layanan komprehensif dan pengalaman internasional, GoSwiff adalah mitra kuat yang dapat membantu Ooredoo membangun platform mPOS. Dikombinasikan dengan pengalaman global dan kemampuan yang luas dalam penyebaran jasa outsource, akuisisi pengusaha dan pedagang di pasar negara berkembang, kami yakin bahwa kemitraan kami dengan GoSwiff akan memungkinkan kita untuk memperluas penawaran kami dan terlibat lebih efektif dengan pelanggan kami,” kata CEO Group Ooredoo HE Sheikh Saud Bin Nasser Al Thani.

Ooredoo Group yang secara total mengklaim memiliki 115 juta pengguna akan menyediakan layanan manajemen mPOS untuk GoSwiff, termasuk di antaranya profiling dan berinteraksi dengan para merchant terdaftar dari berbagai vertikal industri.

“Kami bangga telah dipilih oleh Ooredoo Group sebagai mitra global dalam memperkenalkan layanan pembayaran via mobile untuk sembilan pasar yang menarik di seluruh Afrika Utara, Timur Tengah dan Asia Tenggara. Kita sebelumnya sudah hadir di daerah-daerah tersebut dan dengan kemitraan baru dengan Ooredoo, Kami berharap untuk dapat melayani pedagang lokal dengan lebih baik, ” ucap CEO GoSwiff Simone Ranucci Brandimarte.

Startup lokal yang menawarkan solusi serupa salah satunya adalah MokaPOS. Persaingan akan sedikit timpang jika melihat GoSwiff menggandeng berbagai perusahaan besar.

“Fokus kami adalah penciptaan nilai jangka panjang, menawarkan pengalaman transaksi yang mulus ke pelanggan, dan pelanggan akan diuntungkan oleh Ooredoo baik di layanan online ataupun di titik penjualan. Kami bergerak maju untuk mengembangkan layanan baru bersama-sama di masa depan dan membawa inovasi ke negara di mana kami beroperasi,” tutup COO GoSwiff Stefano Diemmi.

Membawa Konsep Belanja Sosial, Shopee Jalin Kemitraan Dengan Kincir

Mobile-first marketplace Shopee tak ingin menunggu terlalu untuk mendorong akuisisi pelanggan dan merchant-nya. Memanfaatkan momentum peluncuran resminya hari ini (1/12) mereka turut mengungkapkan skema kolaboratif dengan online fans club Kincir. Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2015 akan menjadi titik awal kemitraan Shopee dan Kincir yang menjalankan kampanye berbelanja online dari 12 selebtriti papan atas Indonesia.

Dalam rangka Harbolnas yang akan diselenggarakan pada 10-12 Desember 2015 nanti, Shopee siap menggelar serangkaian inisiatif dimulai dengan kegiatan 12 selebriti Indonesia yang akan membuka toko pribadi mereka dalam platformnya. Selebriti yang berpartisipasi adalah Giring, Raisa, Tulus, Ello, Endah n Rhesa, Ayushita, Saykoji, Teddy Aditya, Eva Celia, Midnight Quickie, Maliq & D’Essentials, dan Lala Karmela.

“Mengapa Kincir? Karena pada dasarnya hanya sekedar koneksi personal yang telah terjalin sebelumnya. Secara pribadi saya sendiri mengagumi konsep dan misi yang ditawarkan Kincir sebagai media sosial berbasis fans,” ucap Regional Managing Director Shopee Rainal Lu saat ditemui tim kami hari ini (1/12). Cara kerja Kincir yang memiliki interaksi sosial dianggap Lu menjadi sangat cocok dengan filosofi Shopee yang menganut social commerce.

Diinisiasi pada momen Harbolnas, ke depannya selebriti yang tergabung dalam platform Kincir bisa membuka toko online pribadi di platform Shopee. Akan ada tawaran spesial dan menarik pada waktu-waktu tertentu yang akan menjadi elemen kejutan untuk para fans dari idola mereka. Kemitraan ini akan berkelanjutan tanpa ada batas waktu yang ditentukan, begitu juga dengan target-target yang sejauh ini tidak menjadi perhatian menurut pandangan tim Shopee.

Mengenai model bisnisnya, sama seperti seluruh pengguna lain, para selebriti juga tidak dikenakan biaya apapun dalam proses jual-beli dalam layanan Shopee.

“Shopee menyatukan para individu yang mempunyai ketertarikan (passion) dalam jual-beli onine, dan mendukung interaksi antara mereka. […] Tim kami ingin menciptakan sebuah pengalaman C2C yang aman, menyenangkan, dan praktis dengan mengintegrasikan platform sosial,” tambah CEO Shopee Chris Feng dalam kesempatan yang sama.

Shopee, yang telah tersedia di enam negara Asia, yakni Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Taiwan, memproyeksikan Indonesia menjadi pasar terbesarnya. Disebutkan mereka telah mencatat 1,3 juta unduhan dan 700 listing di Indonesia sejauh ini.