Indosat dan Mastercard Resmikan Pusat Keunggulan Keamanan Siber di Indonesia

Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) dan Mastercard telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk meluncurkan Pusat Keunggulan Keamanan Siber (Cybersecurity Center of Excellence) di Indonesia. Acara pengumuman ini dihadiri oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi dan CEO Mastercard Michael Miebach.

Pusat keunggulan ini bertujuan melindungi dan memperkuat ekonomi digital Indonesia. Fokus utama meliputi peningkatan pendidikan keamanan siber, penelitian inovatif di bidang keamanan digital, dan kolaborasi industri untuk mendeteksi serta mengurangi penipuan.

Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha menyatakan keyakinannya bahwa inisiatif ini akan mendorong bakat siber Indonesia ke depan. Sementara itu, Presiden Divisi Asia Tenggara Mastercard Safdar Khan, menekankan pentingnya membangun kepercayaan dalam ekonomi digital melalui kolaborasi dan inovasi.

Kemitraan ini juga sejalan dengan visi “Indonesia Emas 2045” yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai ekonomi terbesar keempat di dunia. Dengan memanfaatkan keahlian global dan lokal, Pusat Keunggulan Keamanan Siber Indosat-Mastercard diharapkan dapat memperkuat ekosistem keamanan siber Indonesia dan menjadikannya pemimpin digital global.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Ayoconnect dan Mastercard Kembangkan Inovasi Berbasis Rekening Bank dan “Open Finance”

Platform open finance API Ayoconnect mengumumkan kemitraan strategis dengan Mastercard, perusahaan teknologi global di industri pembayaran. Kemitraan ini bertujuan memodernisasi pembayaran berbasis rekening bank dan bersama-sama mengembangkan solusi open finance di Indonesia.

Sebelumnya, Ayoconnect juga berperan menjembatani kerja sama antara Mastercard dengan lima platform e-commerce dan dompet digital melalui jaringan open banking.

Kedua perusahaan tengah mengembangkan solusi baru yang memungkinkan debet langsung dari rekening bank konsumen dengan metode yang lebih sederhana dan aman. Kemitraan ini memanfaatkan konektivitas Ayoconnect ke API open banking dari bank-bank terbesar di Indonesia.

Tahun lalu, Ayoconnect telah meluncurkan solusi direct debit bekerja sama dengan tujuh bank besar di Indonesia, yaitu BRI, Bank Mandiri, CIMB Niaga, BNI, Danamon, Bank Syariah Indonesia, dan Bank Neo Commerce untuk menyediakan direct debit yang dapat diakses melalui 1 API.

Di tahun yang sama, Ayoconnect juga telah mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia. Disebutkan Ayoconnect adalah satu-satunya pemain Open Finance di Indonesia yang memiliki lisensi tersebut.

Founder & CEO Ayoconnect Jakob Rost mengungkapkan, kunci untuk mempercepat ekosistem pembayaran Indonesia adalah kolaborasi antara semua sektor, industri, dan pemangku kepentingan.

“Mendapatkan kepercayaan dari Mastercard adalah wujud komitmen kami dalam membangun lapisan infrastruktur yang memungkinkan interoperabilitas ekosistem open finance untuk memberikan pengalaman pembayaran digital yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih aman,” ungkap Jakob dalam keterangan resmi.

Selain solusi pembayaran, Ayoconnect dan Mastercard juga akan berkolaborasi dalam membangun solusi open finance yang dapat menghasilkan keputusan kredit yang lebih baik dan mendorong inklusi keuangan. Solusi ini akan menggabungkan kapabilitas Open Banking dan Data & Services Mastercard dengan konektivitas Ayoconnect.

Didirikan pada tahun 2016, Ayoconnect telah berkembang menjadi ekosistem API terbesar di Indonesia. Mereka mengembangkan lebih dari 4 ribu produk finansial yang telah di-embed dengan sekitar 200 mitra institusi.

Semua akan fintech pada waktunya

Salah satu dampak dari “tech winter” di Indonesia adalah setiap perusahaan semakin berfikir keras untuk bisa mendulang profit. Perusahaan harus bisa memanfaatkan layanan keuangan untuk melayani pelanggan dengan lebih baik, mempertahankan mereka, serta mendorong lebih banyak diversifikasi bisnis perusahaan.

Jakob, melalui pemaparannya terkait pertumbuhan bisnis Ayoconnect juga mengungkapkan bahwa Ia percaya pada akhirnya semua perusahaan akan menjadi perusahaan fintech. Ayoconnect juga tengah agresif memperluas jangkauan pasarnya.

“Ke depannya, kami ingin segera memperluas segmen konsumen di pasar yang lebih spesifik seperti agritech,” ungkapnya.

Pembayaran digital menyediakan layanan yang dapat diterima konsumen untuk mengakses layanan dan transaksi keuangan, dan berbagai perusahaan rintisan dan entitas teknologi keuangan lainnya mendorong pertumbuhan perbankan elektronik. Metode ini telah menjadi salah satu penggerak sejumlah sektor bisnis dengan keunggulan seperti kecepatan, akurasi, dan akses yang mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat

Berdasarkan data Mastercard New Payments Index 2022, konsumen di kawasan Asia Pasifik termasuk sebagai pengguna pembayaran digital paling antusias di dunia. Hal ini ditunjukkan dengan 69 persen dari populasi menambah penggunaan setidaknya satu metode pembayaran digital dalam setahun terakhir.

Riset terbaru Statista juga menunjukkan bahwa peningkatan transaksi pembayaran digital di Indonesia menggambarkan peningkatan literasi keuangan digital masyarakat. Riset tersebut juga memperkirakan jumlah pengguna pembayaran digital di Indonesia akan terus tumbuh, dengan e-commerce dan mobile payment meningkat masing-masing lebih dari 45 persen dan 18 persen dari tahun 2022 hingga 2027.

Application Information Will Show Up Here

Platform Kripto “Fasset” Gaet Mastercard untuk Ekspansi ke Indonesia

Platform kripto asal Timur Tengah “Fasset” mengumumkan kerja sama dengan Mastercard untuk masuk memperluas layanannya di Indonesia. Kolaborasi ini bertujuan untuk memperluas inklusi keuangan di negara ini dan memperluas peluang ekonomi lokalnya.

Saat ini ada lebih dari 92 juta orang Indonesia yang tidak memiliki rekening bank dan celah ini akan dijembatani oleh kedua perusahaan untuk menghadirkan akses layanan keuangan digital yang lebih baik. Kemitraan antara kedua perusahaan ini berambisi ingin menurunkan hambatan keuangan digital dan mendorong peluang yang lebih besar untuk mendapatkan manfaat dari penggunaan layanan keuangan yang sedang berkembang.

“Kepemilikan aset adalah cara terkuat untuk memperkuat mata pencaharian dan ekonomi yang sehat. Koridor remitansi berbasis aset digital dapat melepaskan gelombang baru kemakmuran sosial ekonomi melalui penawaran produk unik yang sedang kami bangun,” kata Country Director Fasset Indonesia Hendra Suryakusuma dalam pernyataan resmi seperti dikutip dari Cointelegraph.

Ia juga percaya bahwa adopsi kripto di negara-negara seperti Indonesia akan berdampak signifikan pada ekosistem kripto yang lebih luas. Hal itu akan menjadi acuan bagi negara lain untuk mengejar kemajuan dan mengubah laju pertumbuhan ekonomi. “Implikasinya pada industri adalah legitimasi aset kripto yang lebih besar, kasus penggunaannya, dan area aplikasinya,” jelasnya lebih lanjut.

Fasset memungkinkan pengguna untuk membeli, menjual, mengirim, dan menyimpan aset dan token digital. Startup ini berhasil mengumpulkan pendanaan Seri A sebesar $22 juta yang dipimpin oleh Liberty City Ventures dan Fatima Gobi Ventures pada bulan April tahun ini. Sejak itu, Fasset berambisi untuk memperluas penawarannya ke Indonesia dan Pakistan.

Indonesia saat ini memimpin dalam kepemilikan mata uang kripto di seluruh dunia dalam hal persentase adopsi. Menurut laporan Global State of Crypto Gemini 2022, sebanyak 41% peserta yang disurvei di Indonesia memiliki aset digital. Negara kepulauan ini juga memimpin dalam adopsi kripto di kalangan wanita, yang merupakan lebih dari setengah investor kripto di negara tersebut.

“Dengan semakin banyaknya orang yang mengandalkan aset dan teknologi digital untuk menjadi tangguh, ada kebutuhan bagi pemain kunci di sektor publik dan swasta untuk bersama-sama menciptakan solusi yang dapat mengarah pada peluang dan solusi baru untuk inklusi keuangan yang lebih luas,” tambah Country Manager Mastercard Indonesia Navin Jain.

Mastercard telah secara aktif memperluas layanannya di ruang kripto. Selain Web3, baru-baru ini mengumumkan peluncuran The Belle Block, sebuah kelompok komunitas yang berfokus pada pemberdayaan wanita dan individu non-biner untuk menggunakan teknologi Web3 dan mata uang kripto. Juga, bermitra dengan berbagai pasar NFT untuk memungkinkan pemegang kartu membeli NFT secara langsung dengan mata uang fiat, menghilangkan kebutuhan untuk membeli mata uang kripto sebelum melakukan pembelian NFT.

Pedagang fisik aset kripto berlisensi

Di Indonesia sendiri, animo meningkatnya jumlah investor kripto mendorong bermunculannya perusahaan baru. Menurut data Bappebti, ada 24 perusahaan yang sudah mengantongi lisensi dari Bappebti. Mereka adalah:

1 PT Tumbuh Bersama Nano Nanovest
2 PT Kagum Teknologi Indonesia Ajaib
3 PT Aset Digital Berkat Tokocrypto
4 PT Aset Digital Indonesia Incrypto
5 PT Bumi Santosa Cemerlang Pluang
6 PT Cipta Koin Digital Koinku.id
7 PT Coinbit Digital Indonesia Coinbit.id
8 PT Galad Koin Indonesia Galad.id
9 PT Gudang Kripto Indonesia GudangKripto.id
10 PT Indodax Nasional Indonesia Indodax
11 PT Indonesia Digital Exchange Digital Exchange
12 PT Kripto Maksima Koin Kripto Maksima
13 PT Luno Indonesia LTD Luno
14 PT Mitra Kripto Sukses Kripto Sukses
15 PT Pantheras Teknologi Internasional Pantheras
16 PT Pedagang Aset Kripto Pedagang Aset Kripto
17 PT Pintu Kemana Saja Pintu
18 PT Rekeningku Dotcom Indonesia Rekeningku
19 PT Tiga Inti Utama Triv
20 PT Triniti Investama Berkat Bitocto
21 PT Upbit Exchange Indonesia Upbit
22 PT Utama Aset Digital Indonesia Bittime
23 PT Ventura Koin Nusantara Vonix
24 PT Zipmex Exchange Indonesia Zipmex

Gandeng Mastercard dan BNI, Kredivo Luncurkan Pinjaman Digital “Infinite Card”

PT FinAccel Finance Indonesia melalui Kredivo tengah gencar memperluas akses kredit digital lewat sejumlah kerja sama. Kali ini, Kredivo meluncurkan “Infinite Card” dengan menggandeng penyedia jaringan pembayaran elektronik global MasterCard.

Infinite Card merupakan kartu kredit virtual yang dapat digunakan untuk bertransaksi di semua e-commerce dan platform online yang termasuk dalam jaringan mitra merchant. Kredivo bekerja sama dengan BNI sebagai mitra pinjaman di Infinite Card.

Pengguna dapat bertransaksi dengan Infinite Card menggunakan limit pinjaman Kredivo yang memiliki plafon maksimal hingga 30 juta Rupiah. Pengguna juga tinggal memasukkan beberapa detail kartu (credential) ketika melakukan pembayaran di merchant online.

Bunga yang dikenakan pada transaksi Infinite Card sama dengan bunga Kredivo, antara lain 0% untuk tenor 30 hari dan 3 bulan; dan bunga 2,6% per bulan untuk cicilan 6-12 bulan. Beberapa merchant yang telah menerima Infinite Card, seperti Gojek, Grab, Shopee, dan Traveloka. 

Menurut Krishnadas VP Business Development FinAccel, kerja sama ini memiliki nilai tambah yang kuat mengingat MasterCard memiliki acceptance luas dengan posisinya sebagai pemimpin pembayaran teknologi di dunia. MasterCard juga telah bermitra dengan jutaan merchant.

“Maka itu, kami juga dapat menghadirkan pinjaman digital dengan acceptance point yang tidak terhingga untuk mengakomodasi kebutuhan 5 juta pengguna kami,” tutur Krishnadas dalam acara peluncuran virtual.

Tujuan utama Kredivo adalah dapat menjangkau masyarakat di berbagai level sebagai penyedia metode pembayaran open-loop, terutama di sektor ritel yang selama ini menjadi kekuatan dari layanan kredit digitalnya di Indonesia. 

Sementara, Country Manager Mastercard Indonesia Navin Jain menambahkan bahwa kolaborasi ini sekaligus untuk mendukung agenda pemerintah meningkatkan inklusi keuangan dan mendorong penetrasi cashless di Tanah Air.

Layanan co-branding Kredivo

Sebelum ini, Kredivo telah melakukan strategi co-branding PayLater lewat kolaborasi dengan PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) untuk menghadirkan Flexi Card. Berbeda dengan Infinite Card, kartu paylater ini berbentuk fisik dan dapat dipakai bertransaksi secara offline melalu jaringan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). 

Namun, seluruh aktivitas transaksi Infinite Card dan Flexi Card sama-sama dapat dipantau melalui aplikasi Kredivo. Skema bunga yang dikenakan juga sama seperti bunga yang ditawarkan Kredivo.

Strategi co-branding sebetulnya telah banyak dimanfaatkan oleh sejumlah platform penyedia pinjaman dan perbankan. Keuntungannya, kedua belah pihak dapat saling memanfaatkan ekosistem yang dimiliki untuk menjangkau basis pelanggan atau segmen pasar baru.

Beberapa platform digital juga meluncurkan inisiasi serupa dengan menggandeng perbankan selaku pemberi fasilitas pinjaman. Contohnya, kartu kredit PayLater Card Traveloka bersama BRI. Produk ini menawarkan keunggulan proses verifikasi yang hanya memerlukan waktu maksimal 1 hari. Traveloka juga menggandeng Mandiri untuk produk serupa.

Kemudian, ada juga kolaborasi co-branding kartu kredit antara Blibli dan BCA. Kolaborasi ini ditujukan untuk meningkatkan transaksi belanja online di platform e-commerce.

Berdasarkan survei Mastercard New Payment Index 2021, konsumen mengalami peningkatan ekspektasi seiring dengan semakin mudahnya transaksi pembayaran berbasis teknologi. Karena ini, pelaku bisnis dituntut untuk dapat menghadirkan berbagai opsi pembayaran dan pembelian. 

MasterCard melaporkan sebanyak 80% responden setuju untuk lebih memilih berbelanja di toko yang punya kehadiran offline dan online, 69% suka berbelanja di toko ritel yang menawarkan opsi pembayaran terbaru, dan 60% di antaranya menghindari merchant yang tidak menerima opsi pembayaran elektronik.

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Dana Baru, Digiasia Bios Berusaha Perkuat Posisi Perusahaan

Perusahaan fintech Indonesia, Digiasia Bios (Digiasia), mengumumkan perolehan pendanaan Seri B yang dipimpin Mastercard yang tidak disebutkan nilainya. Pendanaan baru ini berupa modal dan dukungan strategis untuk memperkuat posisi perusahaan.

“Dengan masuknya Mastercard, kami mendapat dukungan dari salah satu expert di bidang digital commerce. Kami menantikan kerja sama selanjutnya untuk memperluas jangkauan kami di Indonesia dan mengembangkan layanan keuangan yang kuat untuk segala macam kalangan,” tutur Co-Founder dan CEO Alexander Rusli dalam keterangan resminya.

Tak hanya modal dan akses strategis yang disediakan Mastercard, disebutkan juga bahwa Digiasia mendapatkan akses memperkuat layanannya dengan me-leverage jaringan bisnis dan perbankan, serta teknologi keamanan siber milik Mastercard.

Digiasia didirikan oleh mantan petinggi Indosat Ooredoo, yakni Alexander Rusli (mantan CEO) dan Prashant Gokarn (mantan Chief Digital & Service Officer) pada 2018 lalu.

Perusahaan merupakan holding company dari layanan e-wallet KasPro, platform P2P lending KreditPro, dan layanan remitansi dengan channel digital dan jaringan offline RemitPro. Ketiganya berada di bawah naungan PT Solusi Pasti Indonesia, PT Tri Digi Fin, dan PT Reyhan Putra Mandiri.

Sebelumnya, anak usahanya PT Solusi Pasti Indonesia sempat mengambil alih layanan dompet digital Dompetku milik Indosat Ooredoo. Layanan ini kemudian dilebur menjadi PayPro di 2017. Tidak jelas bagaimana kelanjutan nasib bisnis PayPro hingga saat ini.

Dari sisi partnership, Digiasia telah bermitra dengan sejumlah perusahaan transportasi untuk menyediakan kemudahaan bertransaksi, seperti kerja sama KasPro dengan Damri untuk rute tertentu di Bandung. Di sisi lain, penjualan produk B2B dari Metrodata difasilitasi KreditPro.

Peta persaingan dan peluang pasar fintech

Digiasia sebetulnya saat ini memiliki portfolio yang cukup untuk memperkuat ekosistem produk ke depan. Perusahaan menggunakan pendekatan B2B2C dengan mengembangkan layanan di bidang digital payment, P2P lending, dan remitansi.

Meskipun demikian, belum banyak yang dapat terbaca dari pergerakan strategi Digiasia dengan sinergi strategis ini.

Dengan dukungan Mastercard, Digiasia memiliki peluang mendongkrak pangsa pasar KasPro, KreditPro, dan RemitPro di Indonesia dan luar negeri. Ditambah dukungan 25.000 jaringan institusi keuangan di dunia yang dimiliki Mastercard akan mempermudah Digiasia untuk memperluas merchant dan menambah jumlah penggunanya.

Head of Corporate Communications Digiasia Bios Andy Muhammad Salidin  mengonfirmasi kemungkinan tersebut. “Betul untuk ketiga produk ini dan ada beberapa project [baru] lain yang belum bisa kami sebutkan,” paparnya dalam pesan singkat kepada DailySocial.

Menurut data Google, Temasek, dan Bain & Company 2019, sebanyak 92 juta masyarakat di Indonesia belum terpapar layanan keuangan (unbankable). Maka itu, kehadiran layanan fintech dianggap menjadi salah satu solusi untuk mengakselerasi layanan keuangan.

Di Indonesia, awareness terhadap produk fintech dan ekosistemnya di Indonesia sudah mulai terbangun. Berdasarkan Fintech Report 2019, awareness tertinggi berasal dari layanan Digital Wallet (82,7%), diikuti Investment (62,4%), PayLater (56,7%), Online Multifinance (40%), Insurtech (39,1%), P2P Business Lending (21,5%), Crowdfunding (17,3%), dan Remittance (6,9%).

Sementara pemakaian (usage) layanan fintech tertinggi berasal dari Digital Wallet (79,9%), diikuti Investment (31,5%), PayLater (30,9%), Online Multifinance (12%), Insurtech (11,8%), Crowdfunding (8,2%), P2P Business Lending (6,2%), dan Remittance (2,4%).

Ini menandakan ekosistem layanan pembayaran digital di Indonesia mulai terbentuk dan adopsinya jauh lebih cepat dibandingkan produk lainnya. Situasi ini bisa juga menjadi tantangan bagi Digiasia yang bermain di digital payment mengingat ketatnya persaingan yang mengarah pada adu kuat strategi bakar uang demi mengejar traction lebih besar–tapi belum tentu profitable.

Peluang di P2P lending juga masih terbuka lebar di Indonesia terutama dari sektor produktif. Masih ada 52 juta pelaku usaha mikro dan kecil menengah (UMKM) di Indonesia sebagai target potensial. Tak hanya itu, pertumbuhan P2P lending di Indonesia juga tak lepas dengan mulai masuknya investor institusi/korporasi yang dapat memberikan jangkauan pinjaman lebih luas.

Pertumbuhan baru dari layanan remitansi online

Salah satu portofolio menarik dari Digiasia adalah layanan remitansi online. Sinergi strategis dengan Mastercard dapat menjadi penguatan layanan RemitPro atau chapter baru untuk menjadikan satu ekosistem dari seluruh produk existing Digiasia.

Menurut perusahaan, RemitPro sudah tersedia di 60 negara dengan dukungan 200 agen pembayaran. RemitPro juga bekerja sama dengan PT Eka Bakti Amerta Yoga sebagai mitra penyelenggara transfer dana remitansi, yang memungkinkan pencairan dana di 4.800 kantor pos dan 10.000 cabang BRI di Indonesia.

Secara umum, industri fintech di Indonesia memang didorong untuk tidak hanya tumbuh dari beberapa jenis layanan saja, seperti digital payment, investment, dan P2P lending. Maka itu, layanan remitansi online cukup dilirik karena memiliki peluang yang besar.

Mengutip CNN Indonesia, Bank Indonesia (BI) mencatat nilai pengiriman uang antar-negara dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri pada 2018 mencapai $10,8 miliar atau sekitar Rp151 triliun. Saat ini jumlah TKI di luar negeri mencapai 3,65 juta orang.

Jelang Final LWC 2019, G2 Esports Umumkan Kerja Sama dengan Mastercard

G2 Esports dan Mastercard mengumumkan kerja sama tepat sebelum pertandingan final League of Legends World Championship yang akan diadakan pada akhir pekan ini. Dalam pertandingan final yang diadakan di Paris, Prancis, G2 Esports akan bertanding melawan tim asal Tiongkok, FunPlus Phoenix. Dalam satu tahun belakangan, G2 Esports berhasil menorehkan berbagai prestasi. Mereka sukses memenangkan turnamen untuk kawasan Eropa, League of Legends European Championship (LEC) pada musim semi dan musim panas. Tak hanya itu, mereka juga menjuarai Mid-Season Invitational 2019 dan membawa pulang US$400 ribu setelah mengalahkan Team Liquid di babak final. Jika G2 Esports berhasil menjadi juara LWC, maka organisasi esports asal Jerman itu akan menjadi tim Eropa pertama yang membawa pulang Summoner’s Cup. Tak hanya itu, mereka juga akan menjadi tim pertama yang menjuarai empat turnamen premier dalam satu tahun.

Di situs resminya, G2 Esports mengatakan bahwa tujuan dari kerja sama mereka dengan Mastercard adalah untuk mendekatkan diri dengan fans, salah satunya dengan mengadakan meet-and-greet. Selain itu, Mastercard juga akan mendapatkan akses ke fasilitas G2 Esports, sehingga mereka bisa membuat konten “behind the scene” terkait kegiatan anggota tim G2, seperti pertandingan G2 sepanjang LEC. Tak hanya itu, Mastercard juga mensponsori pembuatan konten digital “Priceless Moments” yang akan disiarkan setiap minggu.

Tim League of Legends G2 Esporst | Sumber: Red Bull
Tim League of Legends G2 Esporst | Sumber: Red Bull

Menurut laporan The Esports Observer, konten Priceless Moments akan fokus pada Michael Winther, ayah dari Rasmus “Caps” Winther. Michael menjadi tenar di komunitas League of Legends karena dia sering mendatangi pertandingan dan menunjukkan dukungan pada anaknya. Mengingat umur atlet esports yang relatif sangat muda, biasanya orangtua memang memiliki peran penting. Christine Yankel, ibu dari pemain profesional Overwatch League menceritakan bahwa dia mencoba untuk memahami Overwatch agar dia bisa mengerti pekerjaan yang ditekuni sang anak.

“Ketika G2 mempersiapkan diri menghadapi babak final League of Legends World Championship, kami dengan bangga memberikan pengalaman eksklusif pada komunitas League of Legends untuk mendekatkan para fans dengan tim yang mereka kagumi,” kata Jeannette Lindo, SVP Marketing and Communications Europe, Mastercard, dikutip dari situs resmi G2 Esports. “Dengan bekerja sama dengan G2 Esports, kami bisa memperdalam keterlibatan kami dalam esports dan memperkuat visi kami untuk menyediakan konten dan pengalaman yang tak terlupakan pada para fans.” Mastercard sudah melibatkan diri dalam industri esports sejak cukup lama. Pada akhir Agustus lalu, mereka mengumumkan bahwa mereka akan menjadi rekan finansial eksklusif dari League of Legends Championship Series (LCS), liga League of Legends di kawasan Amerika Utara. Sementara sebelum itu, mereka juga telah menjadi sponsor dari berbagai turnamen League of Legends, seperti Mid-Season Invitational, All-Star Event, dan bahkan World Championship.

Mastercard Biometric Card Adalah Kartu Kredit dengan Sensor Sidik Jari Terintegrasi

Sidik jari dikenal sebagai fitur paling unik dari manusia. Begitu uniknya, bahkan pasangan kembar identik pun tidak mungkin sama sidik jarinya. Maka dari itu, wajar apabila sidik jari akhirnya dimanfaatkan sebagai pembukti identitas, dan kemajuan teknologi biometrik memungkinkan kita untuk mengamankan smartphone menggunakan sidik jari.

Potensi penggunaan sidik jari sebagai pembukti identitas sejatinya paling kelihatan saat membicarakan mengenai transaksi elektronik. Menempelkan ibu jari pada sensor jauh lebih praktis ketimbang menandatangani atau mencantumkan nomor PIN, dan di saat yang sama sidik jari juga jauh lebih aman.

Pandangan ini rupanya diamini oleh Mastercard. Saat ini mereka sedang menguji teknologi baru dimana kartu debit atau kartu kredit bisa ditanami sensor sidik jari. Tujuannya tidak lain dari memberikan kemudahan dalam melakukan otorisasi pembayaran ketimbang harus mencantumkan nomor PIN selagi menutupi tangan Anda dari lirikan-lirikan nakal di sekitar.

Dimensi Mastercard Biometric Card sama persis dan tidak lebih tebal dari kartu kredit biasa / Mastercard
Dimensi Mastercard Biometric Card sama persis dan tidak lebih tebal dari kartu kredit biasa / Mastercard

Dari luar Mastercard Biometric Card ini tidak ada bedanya dengan kartu kredit biasa. Dimensinya juga tidak lebih tebal, hanya saja di ujung kanan atasnya tampak kotak kecil tempat dimana sensor sidik jarinya tertanam. Satu kartu bisa menyimpan data untuk dua jari, tapi keduanya harus milik Anda seorang.

Menariknya, pemilik toko tidak memerlukan mesin khusus untuk bisa menerima pembayaran dengan Biometric Card. Asalkan mesinnya bukan yang model gesek, melainkan yang bisa dimasuki kartu dari bawahnya, pembeli bisa membayar dengan Biometric Card.

Menurut Engadget yang menyaksikan demonstrasinya, proses pembayaran menggunakan Biometric Card berlangsung secara instan; tidak ada delay saat kartu membaca sidik jari pemiliknya. Hal ini dikarenakan semua informasinya telah tersimpan dalam kartu, dan bukan dalam server bank terkait.

Mastercard berencana merilisnya secara global pada akhir 2017, tapi konsumen masih harus menunggu keputusan masing-masing banknya / Mastercard
Mastercard berencana merilisnya secara global pada akhir 2017, tapi konsumen masih harus menunggu keputusan masing-masing banknya / Mastercard

Pun demikian, proses untuk mendapatkan kartunya mungkin bakal lebih ribet, mengingat pengguna diwajibkan untuk datang ke bank guna merekam informasi sidik jarinya pada kartu sebelum kartu tersebut bisa digunakan di seluruh dunia.

Untuk sekarang, Mastercard baru mengujinya di Afrika Selatan guna mengambil kesimpulan apakah teknologi ini bisa meningkatkan kenyamanan sekaligus keamanan dalam bertranskaksi. Rencana ke depannya, Biometric Card bakal dirilis secara global pada akhir 2017, akan tetapi konsumen masih harus menunggu bank-nya masing-masing mengadopsi teknologi baru ini.

Sumber: Engadget dan Mastercard.

Hasil Temuan Mastercard tentang Ketertarikan Perempuan Berkarier di Bidang STEM

Mastercard kembali merilis laporan keduanya bertajuk “Girls in Tech”, kali ini memfokuskan pada kepuasan para pekerja perempuan di bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika). Salah satu simpulan menarik disebutkan bahwa 72 persen dari pekerja di bidang STEM di Indonesia sangat puas dengan karier mereka saat ini. Sementara itu tingkat partisipasi anak-anak perempuan di Indonesia (usia 15-19 tahun) di bidang STEM merupakan kedua tertinggi di wilayah Asia Pasifik.

Hasil yang didapat dalam penelitian ini berdasarkan pada wawancara yang berlangsung pada bulan Desember 2016 dengan jumlah responden sebanyak 2.270 perempuan berusia 12-25 tahun di enam negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia.

Di antara first jobber yang lulus kuliah dengan gelar STEM, sebanyak 84 persen memperoleh pekerjaan pertama kurang dari enam bulan, sementara 60 persen dari para lulusan tersebut sangat puas dengan pilihan pekerjaan yang mereka miliki setelah lulus.

Selain itu banyak 63 persen dari perempuan muda yang disurvei mengungkapkan bahwa mereka cenderung untuk bertahan di bidang yang terkait dengan STEM dalam karier. Banyaknya kesempatan untuk belajar, bertumbuh dan maju, serta passion mereka terhadap bidang STEM merupakan faktor utama yang dipilih responden untuk tetap bertahan berkarier di bidang STEM.

Kondisi peminat STEM di kalangan perempuan Indonesia

Di Indonesia, mayoritas dari lulusan STEM bekerja di bidang yang sesuai dengan gelar mereka (84 persen bekerja di bidang STEM). Mereka mengatakan bahwa passion (50 persen) dan tantangan (47 persen) merupakan alasan utama untuk bekerja di bidang STEM. Pemikiran mereka ketika memutuskan untuk memilih sebuah pekerjaan ialah upah yang tinggi (82 persen), bekerja dengan orang-orang yang cerdas (82 persen), keamanan dalam bekerja (79 persen) serta kesesuaian pekerjaan dengan ketertarikan mereka (79 persen).

Sementara itu walaupun partisipasi anak-anak perempuan berusia 12-19 tahun di bidang STEM merupakan salah satu yang tertinggi di wilayah Asia Pasifik, namun dibandingkan dengan negara lainnya Indonesia menjadi negara yang paling mendekati untuk menutup adanya kesenjangan gender (gender gap).  Hanya 26% dari anak-anak perempuan di Indonesia (dibandingkan dengan 39% rata-rata di wilayah tersebut) yang menyatakan bahwa anak-anak perempuan lebih cenderung untuk tidak memilih mata pelajaran STEM ketika melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki.

Kekhawatiran dan harapan perempuan di dunia kerja berbasis teknologi

Di antara para remaja perempuan yang disurvei, 30 persen dari mereka yang berusia 17-19 tahun mengatakan bahwa mereka tidak akan memilih pekerjaan di bidang STEM walaupun mereka mempelajari mata pelajaran bidang tersebut. Sementara itu, anak-anak perempuan berusia 12-19 tahun mengatakan mereka akan terus memegang persepsi bahwa mata pelajaran STEM itu sulit (39 persen) dan karier STEM merupakan karier yang bias gender, dengan dua dari lima anak perempuan percaya hanya sedikit anak perempuan yang memilih mata pelajaran STEM dikarenakan adanya persepsi bahwa pekerjaan STEM didominasi oleh laki-laki.

Ketika ditanyakan mengenai hal yang dapat menarik perhatian anak perempuan untuk mengejar karier di bidang STEM, anak-anak perempuan berusia 17-19 tahun menyatakan bahwa beasiswa (38 persen), wanita yang telah berhasil di bidang STEM dan menjadi panutan mereka (34 persen) serta dukungan kuat dari sekolah dan institusi (32 persen) sebagai tiga motivasi utama mereka. First jobber di bidang STEM merasa bahwa paparan sebelumnya mengenai karier STEM melalui kesempatan bersosialisasi atau networking (43 persen), magang (36 persen) dan pameran untuk karier (35 persen) akan membantu untuk mempersiapkan diri mereka lebih baik dari kondisi mereka saat ini.

Tiga dalam lima first jobber yang disurvei menyatakan bahwa kesesuaian pekerjaan bagi wanita merupakan sebuah kriteria ketika mereka mencari pekerjaan, sementara 46 persen percaya bahwa pada organisasi mereka saat ini, para pria dibayar lebih banyak dibandingkan perempuan untuk posisi yang sama.

Di antara first jobber STEM yang mempertimbangkan untuk bekerja di bidang non-STEM, kekhawatiran terhadap kurangnya eksposur terhadap hal-hal komersial (36 persen), jam kerja yang panjang (36 persen) dan kesesuaian untuk jenis kelamin/gender (33 persen) merupakan alasan utama yang mendorong mereka untuk melakukan hal tersebut.  42 persen dari first jobber STEM percaya bahwa kita butuh untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap STEM agar dapat menarik generasi perempuan selanjutnya untuk mengejar karier di bidang STEM.

Pertumbuhan Tren Mobile Commerce di Indonesia Tinggi, tapi Belum Sedrastis Itu

Pertengahan bulan Februari lalu, pengamat e-commerce Institut Teknologi Bandung (ITB) Kun Arief Cahyantoro memperkirakan peningkatan pembelian online dengan melalu perangkat mobile akan mencapai 172,8% di tahun 2017. Namun laporan dari MasterCard beberapa waktu ini berujar lain. Peningkatan dari tahun 2014 ke 2015 hanyalah sekitar 0,6%. Menjadikan angka 172,8% di tahun 2017 mendatang sedikit kurang nyata.

“Peningkatannya diperkirakan akan mencapai 172,8 persen,” kata Kun, dikutip dari pemberitaan Tempo. Tertulis bahwa angka tersebut diproyeksikan berdasarkan pembelian online secara mobile pada tahun 2015 yang meningkat 155% ketimbang tahun sebelumnya. Kun berasumsi tahun 2017 kenaikannya mencapai 172.8%.

Peningkatan tren belanja online di mobile mungkin memang benar demikian adanya. Tercermin dari turut hadirnya pemain-pemain baru yang mengiringi industri e-commerce Indonesia secara langsung maupun tak langsung (marketplace ataupun payment gateway/fintech). Hari ini saja, mobile marketplace dan social commerce Coral diperkenalkan untuk bersaing dengan para kompetitornya seperti Shopee, Carousell, dan Lyke. Dimo Pay turut diluncurkan sebagai solusi pembayaran mobile untuk masyarakat.

Fakta tersebut cukup diperkuat dengan laporan terbaru MasterCard dalam tajuk Mobile Shopping Survey. Hanya saja angka yang muncul tidak mendukung pertumbuhan yang signifikan. Hasil laporan diambil dari 8.500 responden berumur kisaran 18-64 tahun yang tersebar di 14 negara dalam wilayah Asia-Pasifik sepanjang bulan Oktober hingga Desember 2015. Di tahun 2015, 55,5% responden mengatakan melakukan pembelanjaan online melalui smartphone-nya. Sementara di tahun 2014, angka tersebut terpaut tidak signifikan, yakni 54,9%. Ini menandakan pertumbuhan yang hanya 0,6% saja.

Penemuan lain dari laporan Mobile Shopping Survey turut membuka perilaku konsumen di Asia Pasifik mulai mengadopsi dompet digital. Sebanyak 19.5% mengaku menggunakan teknologi tersebut, meningkat nyaris 10% jika dibandingkan dua tahun sebelumnya (9,7%). Menariknya, pasar Indonesia justru mengalami penurunan sebesar 4,5% dari tahun 2014 (15,6%) ke tahun 2015 (11,1%).

Kepastian pertumbuhan tren mobile commerce memang di depan mata. Lagu lama tentang menjangkau konsumen di area rural untuk mendapatkan akses finansial pun perlahan direalisasikan oleh operator telekomunikasi dan startup fintech. Jika saja perbankan dan OJK [melalui regulasinya] mampu memberikan solusi yang lebih nyata, tentu angka 172.8% terdengar lebih masuk akal.

MasterCard dan idEA Kembali Gelar Pesta Belanja Online Bertabur Diskon

Membeli barang secara online sedang digandrungi oleh masyarakat Indonesia. Di tahun 2014 saja MasterCard mencatat terdapat penetrasi belanja online sebesar 70,6%. Meningkat tajam ketimbang tahun sebelumnya di angka 55,8%.

Continue reading MasterCard dan idEA Kembali Gelar Pesta Belanja Online Bertabur Diskon