Tinggalkan Status Beta, Steam Remote Play Together Kini Juga Mendukung Platform Android dan iOS

Tepat sebulan yang lalu, Valve meluncurkan versi beta dari Steam Remote Play Together. Fitur ini dirancang untuk mewujudkan sesi multiplayer secara lokal walau masing-masing partisipannya terpisah dan hanya terhubung secara online, dan Valve rupanya tidak butuh waktu lama untuk meluluskan fitur ini dari status beta.

Satu bagian paling menarik dari Remote Play Together adalah, game yang hendak dimainkan hanya perlu dibeli oleh satu orang saja yang berperan sebagai host. Tiga pemain sisanya (atau bisa lebih dalam kondisi tertentu) tidak perlu ikut membeli untuk bisa bergabung dalam sesi gaming bersama tersebut.

Ya, tiga pemain lain itu pada dasarnya mengakses game via metode streaming, dan itu berarti mereka tidak perlu menggunakan perangkat yang spesifikasinya sesuai standar gaming; MacBook atau laptop yang menjalankan OS Linux pun juga bisa dipakai untuk ikut bermain dalam sesi Remote Play Together.

Steam Remote Play Together

Lebih menarik lagi, peluncuran resmi Remote Play Together ini turut mendatangkan dukungan terhadap dua platform lain, yakni Android dan iOS dengan bantuan aplikasi Steam Link dan Steam Chat. Ya, sesi gaming bersama ini sekarang juga bisa diikuti oleh mereka yang hanya memiliki smartphone atau tablet saja.

Tentunya tidak semua game bisa kita mainkan di smartphone atau tablet, melainkan yang sudah mendukung kontrol virtual via layar sentuh. Valve bilang jumlah game yang kompatibel sudah mencapai ratusan, dan kabar baiknya, Valve juga sedang menghelat Steam Sale khusus untuk gamegame yang mendukung Remote Play Together.

Steam Remote Play Together sale

Saya melihat sejumlah judul lawas yang saya ingat betul begitu asyik dimainkan bersama-sama secara lokal. Favorit saya yang paling utama adalah Castle Crashers, yang selama sale ini bisa didapat seharga Rp 19 ribu saja. Selanjutnya, tidak afdal membahas multiplayer lokal tanpa melibatkan Overcooked!, yang bisa didapat seharga Rp 35 ribu saja.

Sekuelnya, Overcooked! 2, juga ikut didiskon menjadi Rp 72 ribu. Namun seandainya saya belum pernah punya seri Overcooked!, saya akan lebih memilih membeli bundel game pertama sekaligus keduanya seharga Rp 96 ribu saja.

Buat penggemar game fighting, ada Injustice 2 yang dihargai Rp 63 ribu saja. Lalu untuk penggemar game RPG, saya kira tidak ada deal yang lebih menarik ketimbang Divinity: Original Sin 2 – Definitive Edition, yang bisa dibeli seharga Rp 185 ribu selama sale, dan tentu saja sudah mendukung Remote Play Together.

Steam Remote Play Together Sale ini dijadwalkan berlangsung sampai dengan 26 November 2019 pukul 01.00 WIB. Jangan lupa, yang perlu memiliki game-nya cuma satu orang saja, jadi Anda dan teman-teman bisa saling sepakat membeli game yang berbeda untuk dimainkan bersama-sama.

Sumber: PC Gamer.

Steam Helat Singles’ Day Sale Perdananya

Meski tidak diakui secara resmi, 11 November 1993 tercatat sebagai tanggal kelahiran perayaan Singles’ Day di Tiongkok. Kombinasi tanggal dan bulan itu (11.11) dipilih karena angka “1” dianggap menggambarkan status jomblo, namun sekarang mayoritas lebih mengenal 11 November sebagai hari yang tepat untuk berbelanja.

Ini dikarenakan sederet perusahaan e-commerce kompak menghadirkan diskon besar-besaran pada platform-nya masing-masing. Tahun demi tahun, partisipannya terus bertambah, dan tahun ini ada Steam yang menghelat Singles’ Day Sale perdananya.

Ya, Steam sang pedagang game PC itu yang saya maksud. Mungkin mereka merasa ini sebagai momen yang pas untuk mempersilakan para jomblo menghabiskan waktunya di depan PC sembari menikmati sederet game yang mereka beli dengan murah. Saya tidak tahu alasan mereka, tapi yang pasti Singles’ Day Sale di Steam terbuka untuk semua konsumen, bukan kalangan tidak berpasangan saja.

Gamegame yang didiskon cukup beragam, dan beberapa terkesan terlalu menarik untuk dilewatkan. Penggemar genre RPG misalnya, bisa membeli Divinity: Original Sin 2 dengan potongan harga 45%, kemudian bagi fans berat Batman, bundel adventure garapan Telltale bisa didapat dengan membayar hanya sepertiga harga aslinya.

Untuk para peminat genre simulasi, ada Cities: Skyline dan Planet Coaster yang masing-masing didiskon 75% dan 70%. Lalu seandainya ada empat jomblo berkumpul dan hendak menghabiskan waktunya bersama, Overcooked! 2 yang didiskon 40% adalah game yang tepat.

Steam Singles’ Day Sale akan berlangsung sampai tanggal 12 November pukul 23.00 WIB. Selamat berbelanja.

Sumber: PC Gamer.

Ada Indikasi Valve Tengah Mengembangkan Layanan Cloud Gaming Steam

Meski pada dasarnya masing-masing platform game streaming mengusung penyajian hampir serupa, mereka punya konsep serta premis berbeda. Stadia mencoba memberi solusi cloud gaming menyeluruh, ditopang oleh studio game first-party Google, sedangkan Microsoft xCloud dirancang sebagai pelengkap layanan Xbox – didukung oleh tidak kurang dari 54 data center Azure yang tersebar di seluruh dunia.

Berkecimpungnya dua raksasa teknologi itu di segmen gaming on demand menunjukkan pada kita ke arah sanalah industri ini bergerak. Namun dapatkah Anda bayangkan ketatnya persaingan yang nanti terjadi jika pemilik platform distribusi digital terbesar di dunia turut berpartisipasi di ranah ini? Kabarnya, ada indikasi Valve tengah mengembangkan layanan cloud gaming khusus untuk Steam. Bisa menikmati permainan Steam tanpa perlu PC berspesifikasi tinggi? Sangat menarik!

Steam Database – tool third-party yang secara aktif menganalisis segala macam update dan perubahan di Steam – mendeteksi kode baru di situs Steam yang isinya meminta para mitra setuju dengan ‘Steam Cloud Gaming Addendum’. Kode ini bisa Anda lihat sendiri di GitHub SteamDB (atau via tampilan JavaScript website Steam, lalu cari keywordSteam Cloud Gaming Addendum‘). Penemuan ini diumumkan oleh Steam Database via akun Twitter resmi mereka.

Saat ini, kita hanya memperoleh nama: Steam Cloud Gaming. Selain tim  developer, tak ada yang tahu detail teknisnya, bagaimana Valve akan menyuguhkannya, apakah fitur cloud berlaku untuk seluruh permainan di Steam dan kapan mereka berencana meluncurkannya. Tapi ada satu hal yang pasti. Untuk mengoperasikan layanan gaming on demand, Valve perlu memperbarui perjanjian distribusi konten dengan pihak pengembang.

Valve sendiri cukup familier dengan penyediaan teknologi streaming. Mereka menggarap Remote Play yang memperkenankan kita bermain game di PC non-gaming, lalu terdapat pula Steam Link buat menikmati permainan video via smartphone ataupun tablet Android (penyuguhannya diperluas oleh Steam Link Anywhere). Dan berbekal metode stream, Valve belum lama ini meluncurkan Remote Play Together yang mempersilakan Anda dan kawan mengakses mode multiplayer lokal secara online.

Bagi Anda yang kurang akrab dengan cloud gaming atau gaming on demand: layanan ini memungkinkan kita menikmati permainan video kapan pun dan di mana pun cukup berbekal perangkat dengan sambungan internet. Semua proses pengolahan data dan grafis di lakukan di sisi server, kemudian kontennya di-stream langsung ke device Anda. Lewat metode ini, cloud gaming tidak membebani hardware, tetapi biasanya menuntut koneksi internet yang cepat dan stabil.

Via The Verge.

Tak Mau Kalah dari Steam, Epic Store Tambahkan Fitur Wishlist dan Integrasi OpenCritic

Minggu ini merupakan waktu menggembirakan bagi pengguna Steam karena update library yang ditunggu-tunggu tiba untuk semua orang. UI yang tadinya terlihat padat kini jadi lebih atraktif, informatif serta ringkas. Steam juga memperkenankan kita mengumpulkan game-game favorit ke satu tempat, membuat akses jadi lebih simpel. Detail mengenai desain Steam library baru bisa Anda simak di sini.

Dengan bertambahnya fitur Steam, ada banyak hal yang harus dilakukan kompetitor demi mengejar ketinggalan mereka. Sejak meluncur di penghujung tahun lalu, Epic Games Store mengambil sejumlah langkah agresif: menawarkan pembagian keuntungan lebih besar ke developer hingga melakukan kesepakatan-kesepakatan eksklusif. Epic juga terus memperkaya kapabilitas platform distribusinya. Saat ini mereka tengah fokus pada pembaruan desain, penambahan fungsi wishlist serta integrasi ke situs OpenCritic.

Epic Store 1

Di versi terbaru Epic Games Store, developer merombak penampilan storefront. Anda dapat segera melihat judul-judul yang sedang tren serta mem-filter game berdasarkan genre. Daftar permainan juga dibagi berdasarkan kategori seperti ‘rilis terbaru’, ‘penjualan terlaris’, ‘yang akan hadir’, ‘sedang diskon’, ‘terpopuler’ dan lain-lain. Selanjutnya, permainan gratis dapat segera Anda dilhat di bagian Free Game Every Week.

Epic Store Update 3

Ke depannya, Epic Games berencana untuk membubuhkan wishlist. Fungsinya sama seperti wishlist di Steam, yaitu menotifikasi Anda begitu permainan yang diinginkan sedang dijual di harga lebih murah. Dan tak mau kalah dari Steam, Epic punya agenda buat memperbarui penampakan library. Nantinya, grid view akan jadi lebih rapi dan padat. Saat ini, gambar/poster permainan masih memakan ruang. Dengan koleksi game yang mulai bertambah banyak, banyak orang mau tak mau memanfaatkan list view.

Epic Store Update 2

Bagi saya, aspek paling menarik dari update Epic Store adalah upaya developer mengintegrasi layanan OpenCritic ke layanannya. Beroperasi lebih transparan dari Metacritic, OpenCritic ialah situs agregat review khusus permainan video. Ke depan, Anda bisa langsung melihat rata-rata skor sebuah game berdasarkan ulasan dari media. Fitur ini sangat unik karena melaluinya, Epic mencoba menyaingi integrasi skor Metacritic di Steam library (dapat diakses via menu Sort By).

Epic Store Update 1

Semua ini terdengar menjanjikan, tapi sejujurnya, Epic Games Store masih menyimpan banyak kendala teknis. Hal ini yang seharusnya jadi fokus utama developer.

Terkadang, software client Epic Store sangat lambat dalam memuat gambar dan informasi. Lalu saya perlu melewati proses yang cukup kompleks untuk mendapatkan versi terkini Epic Store. Karena software client tak kunjung ter-update, saya mengunduh file installer dari website dan mencoba menghapus Epic Store terlebih dulu dari Windows.

Namun prosedurnya jadi rumit karena software berjalan di background, dan selama masih beroperasi, app tidak bisa dihapus. Akhirnya, saya terpaksa menonaktifkannya via Task Manager. Baru setelah itu, instalasi bersih dapat dilakukan. Itu juga, instalasi tetap tidak bebas dari masalah. Saya sempat menemui pesan error ketika software tengah melakukan update dan mesti mengulang beberapa tahapan…

Sumber: Epic Games.

Tersedia Untuk Semua Orang, Bagian Library di Steam Kini Tampil Lebih Atraktif

Melimpahnya konten, kemudahan pemakaian, beragam opsi transaksi, lokalisasi harga, lengkapnya fitur, integrasi ke platform kompetitor, serta program-program diskon ialah sejumlah hal yang membuat pengguna sulit berpaling dari Steam. Namun ditakar dari faktor estetika, Steam memang bukanlah layanan dengan UI paling atraktif. Begitu banyak fitur membuat menunya terlihat tumpang tindih.

Valve sudah lama menyadari kelemahan di layanan distribusi digital mereka itu. Sejak bulan September kemarin, developer meluncurkan program beta dalam upaya mendesain ulang salah satu bagian terpenting di sana: library. Sebelumnya, Steam library tampak sangat padat. Kolom kiri menampilkan daftar permainan, lalu kolom kanan memperlihatkan beragam info dan update mengenainya. Tapi mulai hari ini, setiap orang bisa menikmati Steam library versi baru yang jauh lebih cantik.

Saat log-in ke software Steam, beberapa dari Anda mungkin belum bisa segera menjumpai ‘all new‘ Steam library. Mungkin itu disebabkan oleh belum ter-update Steam, atau proses pembaruan masih berjalan. Jangan cemas. Yang perlu Anda lakukan adalah membuka menu ‘Steam‘ di pojok kiri atas, lalu pilih ‘Check for Steam client updates…‘ Saat tadi bagian ini saya buka, Steam ternyata masih mengunduh pembaruan.

Selanjutnya, Steam akan meminta Anda untuk me-restart client. Ikuti saja, kemudian log-in ulang. Silakan klik ‘library‘ dan Anda segera disuguhkan tampilan anyar.

Steam Library 1

Valve tidak banyak mengubah layout dari library. Sisi kiri tetap memperlihatkan game list (plus logo), tapi ada yang berbeda dari bagian tengah. Di sana, developer menyajikan beberapa zona berbeda. Area paling atas diisi oleh What’s New, yaitu update terkait Steam serta permainan-permainan milik Anda. Di bawahnya ada Recent Games, yakni game-game yang baru dibeli atau baru masuk ke library. Setelahnya, Steam menjabarkan seluruh koleksi Anda lengkap dengan poster mini.

Steam Library 2

Gerakan kursor mouse ke salah satu gambar/poster game dan Anda dapat mengetahui seberapa banyak waktu yang telah dihabiskan buat memainkannya. Steam library anyar juga menyajikan fitur add shelf (menambahkan rak custom), memperkenankan Anda mengumpulkan judul-jadul favorit di satu tempat – atau untuk memamerkannya. Metode kustomisasinya sangat sederhana, via drag and drop.

Steam Library 4

Klik salah satu game di library dan Anda akan dibawa ke laman baru yang didedikasikan ke permainan tersebut. Di sana Anda disajikan link ke Store Page, Community Hub, Discussions, Workshop, bagian Support, serta menggunakan fitur Find Groups. Seperti biasa, terdapat pula kolom news update, Achievements, Trading Cards, screenshot serta informasi mengenai teman-teman Anda yang juga memainkan game tersebut.

Steam Library 3

Tampilan baru library merupakan tambahan manis untuk layanan digital yang jadi favorit jutaan gamer tersebut. Namun bagi saya pribadi, update library ini memberikan dampak negatif. Ia menyadarkan saya mengenai begitu banyaknya permainan yang sama sekali belum saya sentuh dan dampak buruk dari ketidakmampuan saya menahan diri saat Steam sale berlangsung…

Via Steam.

Ayo Kita Cari Penawaran Terbaik Di Steam Halloween Sale 2019

Di antara sejumlah layanan distribusi digital, Steam hingga kini tetap jadi favorit banyak orang karena beragam alasan: banyaknya pilihan konten, lengkapnya fitur, adanya integrasi ke layanan lain, lokalisasi harga dan kemudahan bertransaksi, serta program diskon yang dilakukan secara konsisten. Faktanya, Steam sale merupakan hal yang paling ditunggu konsumen karena di momen ini game-game dijual sangat murah.

Sejak tanggal 28 Oktober kemarin, Valve resmi menggelar The Steam Halloween Sale. Sedikit berbeda dari program Steam sale sejenis, Halloween Sale 2019 berlangsung cukup singkat, hanya sampai tanggal 1 November. Dan karena mengangkat tema Halloween, ajang ini didedikasikan pada permainan bertema horor serta judul yang melangsungkan event Halloween. Lewat artikel ini, saya akan mencoba membantu Anda untuk menemukan penawaran terbaik.

Yang pertama kali Anda perlu lakukan adalah berkunjung ke situs Steam atau log-in di software client-nya. Anda akan segera disuguhkan banner bertuliskan The Steam Halloween Sale plus Events. Tinggal klik saja. Bagian teratas Steam Halloween Sale diisi oleh broadcasting live dari developer. Silakan dinikmati, atau geser sedikit ke bawah untuk menemukan deretan game berdiskon.

Steam 1

Seperti biasa, Valve membagi game sale dalam kategori berbeda dan kemungkinan akan terus mengubah daftar highlight secara berkala. Sebagai pembuka, Steam menawarkan rentetan permainaan horor terlaris dengan potongan harga 20 sampai 66 persen. Jangan buang-buang kesempatan, remake Resident Evil 2 yang merupakan kandidat kuat Game of the Year dijajakan cuma Rp 250 ribu. Anda juga tak akan rugi jika membeli Hunt Showdown (Rp 223 ribu), Prey (Rp 200 ribu) dan The Forest (Rp 65 ribu).

Steam 3

Tepat di bawahnya terdapat kategori ‘horror games‘ pertama. Tak ada judul yang betul-betul baru di sana, tetapi perhatian saya tertuju pada permainan survival horror Visage (Rp 96 ribu) dan We Happy Few (Rp 344 ribu). Observer (Rp 50 ribu) sendiri belum lama ini dibagikan gratis di Epic Games Store. Jika melewatkannya, ini ialah kesempatan Anda membelinya di harga ekonomis.

Steam 2

Turun lebih jauh, dan Steam mencoba mengingatkan kita mengenai game-game yang turut merayakan Halloween. Tak semua permainan di sini mendapatkan potongan harga. Dari judul-judul yang tersedia, saya merekomendasikan Rainbow Six Siege (Rp 92 ribu) dan Monster Hunter: World (Rp 250 ribu). Rencananya, expansion pack Iceborne akan tiba di MHW versi PC pada bulan Januari 2020 nanti, jadi sebaiknya Anda bersiap-siap menyambutnya.

Steam 4

Di bawahnya, Valve sudah menyiapkan sejumlah judul khusus bagi mereka yang bisa menahan takut lebih lama dari manusia normal: permainan horor virtual reality (sempurna jika Anda kebetulan mempunyai unit Oculus Rift atau HTC Vive). Sejujurnya, saya belum pernah menjajal satu pun judul tersebut, namun hampir semua permainan djajakan di harga sangat murah – kurang dari Rp 100 ribu setelah diskon.

Steam 5

Selanjutnya, Steam kembali membubuhkan kolom-kolom ‘horror games‘ dan ‘more Halloween events‘ terpisah. Mereka tak lupa menyertakan kategori ‘horror free to play‘. Silakan scroll lebih jauh untuk menjumpai bagian ‘new and upcoming horror‘. Ada beberapa permainan di sana yang cukup menarik, misalnya Secret Neighbor (Rp 98 ribu), Sea Salt (Rp 80 ribu) Moons of Madness (Rp 96 ribu), dan Man of Medan (Rp 146 ribu).

Selamat berbelanja.

Game-Game EA Resmi Kembali ke Steam, Dimulai dari Star Wars Jedi: Fallen Order

Hal yang paling menyebalkan dari kondisi tersebut adalah ketika masing-masing layanan menawarkan game secara eksklusif dan tidak memperkenankan integrasi ke platform lain. Itu sebabnya kabar mengenai rencana kembalinya permainan-permainan Electronic Arts di Steam terdengar menggembirakan; karena sejak peluncuran Origin di tahun 2011, sang publisher menarik hampir seluruh game mereka dari layanan milik Valve itu.

Dan beberapa jam lalu, momen yang ditunggu-tunggu itu akhirnya tiba. Secara resmi, EA memulai kembali kemitraan mereka dengan Steam dan mereka  memutuskan buat tidak melakukannya secara tanggung. EA memilih salah satu judul blockbuster sebagai permainan pertama (dalam waktu delapan tahun) yang nanti dapat dinikmati di Steam. Game tersebut ialah Star Wars Jedi: Fallen Order.

Menjawab pertanyaan saya di artikel sebelumnya, EA tampaknya mencoba membawa permainan-permainan mereka ke Steam secara berangsur-angsur. Dalam beberapa bulan, The Sim 4 dan Unravel 2 dijadwalkan untuk hadir di Steam. Kemudian di tahun depan, rencananya Apex Legends, FIFA 20 dan Battlefield 5 juga akan tiba di sana. Dan yang terpenting, gamer di Steam dan Origin dipersilakan bermain bersama tanpa ada tirai pemisah.

Sedikit membahas Star Wars Jedi: Fallen Order, saat ini kita telah diperkenankan buat melakukan pre-order via Steam (gerbang pre-order juga sudah terbuka di EA Origin). Game siap meluncur di tanggal 15 November 2019.

Selain menyajikan lagi game-game mereka di Steam, Electronic Arts juga punya agenda untuk menghidangkan EA Access di sana. Dengan begini, EA Access menjadi layanan berlangganan game pertama yang hadir di Steam. Steam sendiri merupakan platform keempat yang didatangi EA Access, setelah PlayStation 4, Xbox One dan Origin.

Kepada GamesIndustry, senior vice president EA Mike Blank menjelaskan bahwa yang mereka lakukan ini ialah upaya untuk meminimalkan ‘gesekan’ bagi gamer yang ingin menikmati permainan baik lewat Steam maupun Origin. Caranya adalah dengan menghubungkan akun di kedua layanan serta membebaskan gamer memilih platform tempat mereka bermain.

Menyajikan game di Steam tampaknya jadi tren di kalangan publisher raksasa belakangan ini. Anda mungkin sudah tahu, Xbox Game Studios turut menghidangkan permainan terbaru mereka – Gears 5 – di layanan punya Valve itu.

Via Eurogamer.

Betulkah Game-Game EA Akan Kembali Hadir di Steam?

Saat ini hampir seluruh publisher game mempunyai platform distribusi sekaligus d-nya sendiri. Beberapa – seperti Uplay dan Rockstar Games Launcher – telah terintegrasi ke layanan Steam. Namun mungkin karena terdorong oleh rivalitas, sejumlah nama semisal EA Origin, Battle.net dan Epic Store lebih memilih eksklusivitas dan memastikan game mereka tak tersedia di platform lain.

Electronic Arts sendiri sempat menjalin kerja sama dengan Steam bertahun-tahun silam. Sayangnya, kolaborasi mereka berakhir di tahun 2011 ketika EA meluncurkan Battlefield 3 secara eksklusif melalui Origin. Waktu itu, sang publisher juga mengambil langkah yang cukup mengejutkan, yaitu menarik sejumlah permainan mereka dari Steam (salah satunya Crysis 2, tersaji kembali di Steam satu tahun setelahnya).

Sejak saat itu, versi Windows dari game Electronic Arts hanya dirilis melalui Origin: The Sims, Battlefield, FIFA, Need for Speed hingga Apex Legends. Selain konten eksklusif, Origin juga menyediakan permain third-party contohnya Assassin’s Creed Odyssey, Final Fantasy XV Episode Ardyn sampai Darksiders III. Namun belum lama ini, ada indikasi EA berniat untuk kembali bermitra dengan Valve dan meluncurkan game mereka di Steam.

Isyarat pertama datang dari tweet yang di-posting Electronic Arts di tanggal 26 Oktober minggu lalu. Sang publisher mengunggah video sembilan detik yang menampilkan mug dengan logo EA berisi cairan panas beruap tanpa memberikan penjelasan apapun. Petunjuk kedua diungkap oleh pengguna Twitter bernama @RobotBrush beberapa hari sebelumnya. Ia menemukan uji coba aplikasi untuk menjalankan permainan Origin melalui Steam.

Jika benar begitu, maka Origin boleh jadi menggunakan pendekatan serupa Ubisoft lewat Uplay mereka. Ubisoft menjajakan hampir seluruh permainan mereka di Steam (Kecuali The Division 2 dan Ghost Recon Breakpoint. Khusus buat kedua judul ini, Ubisoft telah melakukan kesepakatakan dengan Epic Games). Tapi untuk menikmatinya, kita diwajibkan menginstal Uplay di PC dan log-in.

Pertanyaan terbesar terkait langkah Electronic Arts ini ialah, apakah game-game tersebut akan hadir secara masif, secara berangsur-angsur, atau pertama-tama diterapkan pada permainan lawas terlebih dahulu? Mayoritas gamer tentu saja berharap bisa segera bermain judul-judul multiplayer EA – misalnya Apex Legends – bersama teman-teman di Steam. Lalu bagaimana dengan permainan besar yang akan datang, seperti Star Wars Jedi: Fallen Order dan Need for Speed: Heat, akankah mereka nanti tersedia di Steam?

Saya juga ingin tahu pandangan EA terhadap Epic Store. Epic Games Store menawarkan pembagian keuntungan yang jauh lebih menggiurkan, tapi mengapa EA lebih tertarik merilis (kembali) game mereka di Steam? Apakah mereka belajar dari kegagalan Ghost Recon Breakpoint dan The Division 2 mencapai target penjualan terlepas dari kontrak eksklusif antara Ubisoft dan Epic Games?

Via Eurogamer.

Lewat Koov Trial Kit, Sony Ingin Lebih Banyak Anak Bisa Bermain Sekaligus Belajar Coding

Dua tahun lalu, Sony merilis Koov, permainan mirip Lego yang bisa diprogram sehingga dapat dijadikan sebagai medium untuk belajar coding. Koov bukanlah permainan yang murah; bundel standarnya dihargai $520. Ini cukup wajar mengingat Koov diciptakan sebagai solusi komprehensif untuk memupuk keahlian anak-anak di bidang STEAM (science, technology, engineering, art, math).

Kabar baiknya, Sony baru saja meluncurkan bundel Koov yang lebih terjangkau. Dinamai Koov Trial Kit, bundel ini dihargai $250 saja, jauh lebih murah selagi masih cukup untuk mengajarkan konsep-konsep dasar pemrograman maupun desain kalau menurut Sony, sehingga cocok untuk sesi belajar di sekolah maupun di rumah.

Sony Koov Trial Kit

Isinya tentu lebih sedikit daripada bundel standarnya. Selain mengemas komponen elektronik yang lebih sedikit, Koov Trial Kit juga cuma memiliki 86 blok saja yang bisa dirakit (standarnya 322 blok). Kendati demikian, Sony yakin bundel ini sudah cukup untuk dipakai bermain dan belajar oleh dua anak sekaligus.

Seperti bundel standarnya, Koov Trial Kit juga datang bersama sejumlah ‘resep’ robot dan modul pembelajaran. Namun tentu saja lagi-lagi jumlahnya lebih sedikit, cuma 12 resep dan 6 modul saja, bandingkan dengan bundel standarnya yang dilengkapi 35 resep dan 23 modul.

Selebihnya, Koov Trial Kit identik dengan bundel standarnya. Aplikasi pendamping untuk menginput kode-kode pemrogramannya tetap bisa diakses lewat perangkat Windows, Chrome OS, Mac ataupun iOS (iPad). Khusus untuk perangkat Windows, robot Koov yang sudah dirakit dapat disambungkan via USB, sedangkan platform lainnya bisa dengan mengandalkan koneksi Bluetooth.

Sumber: PR Newswire.

Steam Remote Play Together Persilakan Kita Bermain Game Multiplayer Lokal Secara Online

Kehadiran Steam merombak penyajian game PC secara fundamental. Platform digital ini memang berjasa menyederhanakan distribusi konten, namun ada sejumlah efek negatif yang turut dibawa olehnya: pasar game bekas menghilang, lalu Steam juga pelan-pelan mendorong pengguna untuk meninggalkan mode multiplayer lokal. Dampaknya, semakin sedikit game baru yang memperkenankan kita bermain bersama di satu layar.

Valve menyadari bahwa minat gamer PC telah berubah. Kini ada lebih banyak orang yang mempunyai perangkat gaming-nya sendiri, dan banyak dari mereka tak punya waktu untuk berkunjung ke rumah kawan buat bermain bersama. Sebagai solusinya, developer memperkenalkan fitur Remote Play Together di Steam. Sederhananya, Remote Play Together memungkinkan kita mengakses mode multiplayer lokal secara online.

Multiplayer lokal yang Valve maksud adalah mode di mana Anda dan kawan dapat bermain bersama di satu sistem. Beberapa game (seperti Children of Morta dan River City Girls) mengedepankan gameplay kooperatif, sedangkan judul lain (Rocket League dan Divinity: Original Sin II) menyuguhkan fitur split screen. Lewat Remote Play Together, Anda bisa terus menikmati permainan dengan sabahat karib meski jarak memisahkan.

Pengoperasian Remote Play Together juga sangat simpel. Game yang ingin dinikmati bersama hanya perlu dimiliki salah satu orang saja, dan kawan-kawannya dapat mengakses permainan tersebut via teknologi streaming. Remote Play Together mendukung hingga empat orang pemain dan kapabilitas ini turut ditunjang oleh kemampuan cross-platform antara Windows, Mac dan Linux.

Untuk menggunakan Remote Play Together, Anda perlu bergabung ke program Steam Beta. Selanjutnya, pilih dan luncurkan game dengan mode multiplayer lokal. Buat mengundang teman, Anda hanya tinggal membuka daftar teman di overlay Steam dan klik tombol Remote Play Together. Demi menjaga privasi, hanya bagian permainan saja yang ditampilkan ke layar kawan Anda – bukan desktop. Namun jika mereka bisa dipercaya, Anda dipersilakan membuka akses kendali keyboard serta mouse.

Teknologi di belakang Remote Play Together terbilang canggih karena walau terpisah jarak, controller (atau unit kendali apapun yang dipilih) pemain seolah-olah terpasang langsung ke PC host. Remote Play Together tak hanya menampilkan konten ke user berbeda secara berbarengan, tetapi juga men-stream input, audio, serta suara sehingga Anda dan kawan dapat berkomunikasi secara natural.

Di fase uji coba ini, Valve mencurahkan perhatian mereka agar Remote Play Together tersaji secara stabil, terutama dari sisi jaringan. Kemudian developer turut mengusahakan supaya fitur ini kompatibel ke berbagai jenis hardware. Semua orang diperkenankan buat mengujinya dan Valve berharap para pengguna tak lupa memberikan saran serta masukan.