Esports Apex Legends Rambah Indonesia, Supreme League Gelar Turnamen Pertama

Semoga Anda tidak bosan mengunjungi Hybrid karena belakangan ini kontennya tentang Apex Legends terus-menerus. Mau bagaimana lagi? Apex Legends adalah fenomena global yang sangat dahsyat, bahkan digadang-gadang sebagai “pembunuh Fortnite”. Ditambah lagi hampir setiap hari selalu ada hal menarik terjadi di sekitarnya. Lama-kelamaan hype Apex Legends pasti akan menurun, tapi untuk sementara nikmati saja tren ini.

Dengan lebih dari 25 juta pemain dalam satu minggu pertama, hanya soal waktu sebelum Apex Legends menjadi cabang esports. Malah sebetulnya sudah. Tengah Februari lalu Respawn Entertainment telah bekerja sama dengan Twitch untuk menghadirkan Twitch Rivals Apex Legends Challenge, sebuah kompetisi berhadiah US$200.000 khusus untuk para streamer. Dan kini, para pelaku esports di Indonesia tampaknya tak mau ketinggalan.

Supreme League menjadi organizer pertama yang mengadakan turnamen Apex Legends di Indonesia. Baru saja diumumkan pada tanggal 20 Februari kemarin, kompetisi yang disebut Apex Legends Supreme League ini adalah turnamen terbuka dengan hadiah Rp25.000.000. Turnamen ini tidak dipungut biaya apa pun, namun slot peserta dibatasi hanya 200 tim saja. Anda dapat melakukan pendaftaran langsung di situs resmi Supreme League, paling lambat tanggal 24 Februari. Sementara turnamennya sendiri akan berlangsung pada tanggal 25 Februari – 9 Maret 2019.

Apex Legends Supreme League
Sumber: Supreme League

Sayangnya saat ini Apex Legends masih belum memiliki fitur yang sangat krusial untuk sebuah turnamen, yaitu Lobby. Oleh karena itu turnamen Apex Legends Supreme League akan menggunakan format yang sama dengan turnamen Twitch Rivals kemarin. Pemenang ditentukan dengan menggunakan sistem skor, dengan kill bernilai 1 poin dan perolehan Champion bernilai 5 poin.

Selain itu setiap tim juga harus memiliki minimal satu channel YouTube yang dapat digunakan untuk melakukan streaming selama pertandingan. Video streaming dan rekamannya inilah yang akan menjadi dasar penghitungan skor. Sedikit rumit memang, tetapi selagi belum ada fitur Lobby, saya rasa memang tidak ada pilihan lain. Semoga saja Respawn cepat merilis fitur tersebut, supaya Apex Legends dapat berkembang lebih pesat sebagai esports.

Beberapa organisasi esports juga sudah mulai melakukan perekrutan untuk divisi Apex Legends. Di luar negeri misalnya, ada Counter Logic Gaming yang telah membuka lowongan terbuka. Para pemain dari NRG Esports seperti Dizzy (Coby Meadows) dan King Richard (Richard Nelson) juga aktif mengikuti turnamen Apex Legends walaupun masih belum membentuk divisi tersendiri.

Alter Ego e-Sports - Apex Legends Recruitment
Sumber: Alter Ego e-Sports

Geliat serupa di Indonesia juga mulai terlihat, salah satunya yang kini membuka lowongan yaitu Alter Ego e-Sports. Alter Ego selama ini sudah menaungi bermacam-macam game, termasuk Mobile Legends: Bang Bang, Point Blank, hingga Tekken 7. Mudah-mudahan saja Apex Legends bisa menjadi esports yang besar dan mendunia, karena game ini benar-benar berkualitas tinggi dan layak mendapatkan kesuksesan.

Sumber: Supreme League, Alter Ego e-Sports

Antara Sponsor, Tim, dan Event Esports: Sebuah Pengantar

Jika sebelumnya saya telah berbincang-bincang dengan salah satu pemilik organisasi esports Indonesia, BOOM ID (Gary Ongko), tentang pengalamannya membesarkan organisasi tersebut; saya ingin melanjutkan perbincangan seputar membangun tim esports dengan mengajak tiga stakeholders berbeda untuk memberikan pandangannya.

Kali ini, ada 3 narasumber dari 3 perspektif yang berbeda yang telah diundang untuk berbagi cerita.

Adalah Bambang Tirtawijaya sebagai Product Manager untuk Corsair dari Digital Pitstop (DTG), Aerastio Taufiq Akbar sebagai Creative Director dari Supreme League, dan Yansen Wijaya yang merupakan Brand Manager untuk EVOS Esports yang jadi narasumber kita kali ini.

Sebelum kita masuk ke topik pembicaraannya, mari kita berkenalan sejenak dengan masing-masing brand yang diwakili oleh ketiga narasumber kita di atas.

Sumber: Corsair
Sumber: Corsair

Corsair, siapakah yang tidak kenal brand yang satu ini? Corsair memang mengawali perjalanannya sebagai produsen memori (RAM) papan atas. Seiring waktu, mereka mengembangkan sayapnya ke berbagai produk lainnya; termasuk gaming peripheral. Terlalu banyak produk dan hal yang bisa dibahas dari Corsair yang mungkin bisa jadi novel 500 halaman sendiri jika ingin dikupas detail namun, satu hal yang pasti, build quality adalah keunggulan utama dari brand yang satu ini. Di Indonesia, Corsair juga menjadi sponsor salah satu tim esports besar, yaitu Bigetron Esports. Di luar negeri, di tingkat global, Corsair juga menjadi sponsor Team Secret, Invictus Gaming, Counter Logic Gaming, dan yang lainnya.

Sumber: EVOS Esports
Sumber: EVOS Esports

Sedangkan EVOS Esports adalah salah satu organisasi esports besar yang bisa dibilang juara dalam hal exposure. Mereka punya banyak divisi game, mulai dari Dota 2, Mobile Legends, Arena of Valor, Point Blank, FIFA, PUBG Mobile, dan yang lain-lainnya. Buat Anda yang mengikuti perkembangan ekosistem esports dalam negeri, keterlaluan rasanya jika Anda belum pernah mendengar nama EVOS. Divisi Dota 2 EVOS Esports sempat juga turut bertanding di ajang kompetitif Dota 2 bergengsi tingkat internasional di Jerman, di ESL One Hamburg 2018. Divisi Mobile Legends mereka juga baru saja menjadi juara kedua di gelaran MPL ID Season 2.

Sumber: Supreme League
Sumber: Supreme League

Supreme League mungkin adalah nama yang paling minim exposure jika dibanding 2 nama tadi. Namun demikian, Supreme League merupakan salah satu organizer event esports besar di Indonesia yang telah menjalankan berbagai kompetisi berskala nasional. Namanya mungkin memang minim exposure karena posisi mereka juga sebagai organizer. Namun buat orang-orang yang sudah malang melintang di belakang layar dunia esports Indonesia, Supreme League sudah tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Proyek terakhir mereka adalah Ultimo Hombre, yang digelar di Jakarta dan Surabaya.

Proses Tim Menggaet Sponsor

Sumber: Mercedez-Benz
Sumber: Mercedez-Benz

Kenapa sebenarnya Corsair tertarik untuk menjadi sponsor tim esports? 

Bambang pun menjelaskan bahwa kompetitif gamer itu butuh perangkat yang bisa diandalkan. “Jadi, bagi Corsair, ketertarikan ini memang sudah seperti yang biasa mereka lakukan.” Dengan menjadi sponsor tim, selain bisa dijadikan standar perangkat untuk gamer kompetitif, mereka juga bisa mendapatkan masukkan tentang pengembangan produk yang cocok untuk gamer seperti apa.

Sedangkan Yansen dari EVOS yang sekarang telah menggaet banyak sponsor seperti Lenovo, Tokopedia, Gojek, Traveloka, dan NimoTV pun bercerita bagaimana klub esports ini bisa menggandeng begitu banyak sponsor. Menurut ceritanya, awalnya masih banyak sponsor yang belum tahu esports itu apa dan bagaimana masa depannya. Jadi, merekalah yang harus menjelaskan dan meyakinkan ke para calon sponsor ini tentang potensi esports. Yansen juga mengatakan bahwa menaruh iklan di YouTube atau di esports itu juga lebih efektif daripada menaruh iklan di jalan.

Sumber: EVOS Esports
Sumber: EVOS Esports

Bagaimana dengan sebaliknya? Apakah yang sebenarnya dicari sponsor dari tim esports? Bagaimana mereka menentukan pilihan tim seperti apa yang bisa disponsori? Apa sajakah takarannya?

Bambang pun mengatakan bahwa ada beberapa hal yang biasanya dilihat sponsor. “Kita ingin melihat rekam jejak dari satu tim sih.” Prestasi mungkin bisa jadi takaran meski memang tak terlalu kaku berkisar di sana. Manajemen organisasi yang bagus yang lebih besar kemungkinannya mendatangkan ketertarikan sponsor. Sentimen positif tentang tim esports itu, yang bisa terlihat di media sosial, juga dapat berpengaruh pada ketertarikan sponsor.

Sayangnya, ia juga bercerita bahwa masih banyak tim di Indonesia yang memiliki kekurangan di aspek manajemen organisasi.

Sumber: Supreme League
Sumber: Supreme League

Lalu bagaimana soal turnamen? Turnamen esports memang faktanya adalah bagian yang tak dapat dilepaskan dari ekosistem esports. Tanpa turnamen, tim-tim esports tak punya ruang untuk berkompetisi. Namun apakah ada lagi fungsi lain dari turnamen?

Tio dari Supreme League pun mengatakan bahwa turnamen juga berfungsi sebagai ruang exposure buat tim itu juga. Tio pun kembali menegaskan bahwa, sampai kapan pun, esports selalu akan ada turnamennya karena turnamen memberikan sebuah tolak ukur akan sebuah capaian, prestasi, dan exposure dari tim esports.

Masalah yang Dihadapi oleh Tim Esports

Meski bergantung satu sama lainnya, antara turnamen dan tim, tentu saja pernah atau bahkan sering terjadi gesekan antara keduanya. Apa saja yang pernah dialami oleh Supreme League tentang hal ini? Tio pun bercerita bahwa pemain-pemain yang sudah cukup populer memang tak jarang sulit diatur walaupun memang ia mengakui mentalitas orang itu berbeda-beda. Kedisiplinan para pemain itu adalah masalah yang paling sering ia temui saat menggarap event esports.

Sumber: Supreme League
Sumber: Supreme League

Bambang pun menambahkan cerita menarik yang pernah ia rasakan sendiri tentang masalah profesionalisme pemain. “Satu kali pernah ada pemain yang datang untuk tanda tangan kontrak. Namun kala itu, dia datang dengan mengenakan kaos kompetitor. Hahaha…” Katanya sambil tertawa. Ia pun tak serta merta menyalahkan sang pemain di kasus tadi namun justru menilai manajemennya yang tak sigap dalam mengatur pemainnya.

Bagaimana tanggapan Yansen sebagai bagian dari manajemen tim esports mengenai profesionalisme pemain? Solusi apa yang diterapkan di EVOS untuk masalah tersebut?

Yansen pun mengatakan bahwa sebenarnya memang setiap divisi memiliki personality-nya masing-masing dan, meski manajemen telah menekankan nilai-nilai kedisiplinan, tetap saja ada satu dua pemain yang kadang-kadang tidak disiplin. Ia juga mengakui bahwa masalah ini masih menjadi PR buat EVOS. Ia juga tidak bisa mengatakan bahwa tim EVOS itu lebih disiplin dari organisasi lainnya.

EVOS Esports | Dota 2 Team
Tim Dota 2 EVOS Esports | Sumber: ESL

Lalu bagaimana soal tantangan dari tim sendiri soal prestasi?

“Setiap hari sih tantangan ya… Hahaha…” Ujarnya Yansen tertawa. “Tim kita sekarang sudah ada bootcamp. Bangunin mereka saja itu sebenarnya sudah tantangan tersendiri.”

Sedangkan untuk soal prestasi, menurut Yansen, kembali lagi ke masing-masing pemain dan visi mereka. “Kalaupun mereka belum bisa menyumbang prestasi, mereka mungkin hanya belum beruntung.” Ia pun kembali menyebutkan yang sebelumnya dikatakan oleh Bambang di atas bahwa prestasi itu sebenarnya bisa dicari sambil berjalan, yang penting adalah bagaimana manajemennya.

“Kita ga terlalu result-oriented sih. Yang penting proses dalam mencapai prestasi itu yang kelihatan.” Katanya.

Kelebihan dan Kekurangan Maraknya Turnamen Esports

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

Tahun 2018 ini, ada banyak gelaran esports setiap bulannya. Meski memang menjadi bagian integral dari ekosistem, terlalu banyak turnamen juga memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bagaimana narasumber kita di sini melihat hal ini?

“Negatifnya, karena sponsorship itu jadi bagian dari perencanaan perusahaan, kalau turnamen terlalu sporadis itu kita jadi susah juga dari sisi budgeting. Apalagi kalau levelnya besar ya. Itu pertama. Kedua, menciptakan image turnamen itu juga lebih sulit. Misalnya, tim-tim yang bermain di sini sama yang di sana itu setingkat kah?” Kata Bambang.

Dengan kata lain, menciptakan turnamen yang berkesan jadi lebih tinggi tantangannya karena narasi/cerita masing-masing turnamen bisa saling mengaburkan atau membingungkan.

Sumber: PUBG Mobile
Sumber: PUBG Mobile

Namun sisi positifnya, buat sponsor, mereka bisa lebih punya banyak exposure; lebih banyak ruang untuk beriklan. Selain itu, sponsor juga punya lebih banyak pilihan turnamen mana yang ingin dikejar.

Lalu bagaimana dari sisi klub esports? Apa plus dan minusnya?

Yansen mengatakan, “pertama, kita jadi punya lebih banyak exposure. EVOS di sini, EVOS di sana. Kalau menang, kita dapat prize pool lebih banyak juga. Namun, yang terutama adalah para pemain jadi lebih punya banyak pengalaman. Apalagi jika event offline. Karena di event offline, mereka harus nambah satu skill lagi yaitu mental.”

Sebaliknya, kekurangannya, terlalu banyak turnamen adalah kesulitan untuk mencari jadwalnya. Ia bercerita bahwa beberapa kali EVOS harus mengundurkan diri karena jadwal turnamen yang tabrakan. Pasalnya, para pemain ini juga harus mengatur jadwal kapan harus latihan, istirahat, ataupun kegiatan lainnya. Semakin padatnya jadwal turnamen, hal tersebut akan menyulitkan juga buat para pemain dan manajemen membagi waktu.

Tio dari Supreme League juga memberikan pendapatnya mengenai kelebihan dan kekurangan maraknya turnamen esports yang terjadi. Dari sisi EO, lebih banyak turnamen esports, positifnya kembali lagi lebih banyak exposure.

IGC 2018. Sumber: Dunia Games
IGC 2018. Sumber: Dunia Games

Menurutnya, hal ini juga akan membantu mengenalkan esports ke masyarakat awam. “Dengan esports dikenal di kalangan mainstream, hal ini dapat memudahkan mereka untuk menyadari bahwa esports itu adalah sebuah bisnis yang layak; yang menjanjikan.” Ujar Tio.

Sedangkan negatifnya, menurut Tio, terlalu banyak event juga akan membuatnya terlalu monoton buat para esports enthusiast ataupun mereka-mereka yang ada di belakang layar.

Itu perbincangan singkat saya bersama 3 narasumber tadi tentang sponsor, tim, dan event esports. Semoga hal ini berguna buat Anda yang berencana membangun tim esports ataupun menyelami industri/ekosistem esports lebih dalam.

Hadiri Diskusi Panel Esports Bersama Hybrid di Indocomtech, 3 November 2018

Pameran komputer akbar Indonesia, Indocomtech, saat ini tengah berlangsung di Jakarta Convention Center. Dengan 200.000 pengunjung, 300 perusahaan peserta pameran dan 100 media untuk meliput, Indocomtech berhasil menjadi tempat berkumpulnya brand dan produk-produk paling baru, paling inovatif, serta paling menarik di tahun 2017. Kali ini pun Indocomtech ingin mengulang keberhasilan serupa.

Tak ketinggalan, Hybrid pun turut berpartisipasi dalam acara tersebut sebagai salah satu pengisi booth. Dari tanggal 31 Oktober – 4 November 2018, Anda dapat mencoba berbagai macam produk di booth kami. Hybrid juga bekerja sama dengan Shinta VR untuk menyajikan berbagai game virtual reality untuk Anda nikmati. Ingat, lokasi booth Hybrid terletak di Jakarta Convention Center Hall B, Booth No. B26g – B26h.

Indocomtech 2018 | Hybrid Booth

Hybrid juga akan hadir di main stage untuk menggelar diskusi panel bertema pembentukan tim esports di Indonesia. Diskusi panel ini menghadirkan tiga pembicara yang sudah cukup senior di dunia game maupun esports. Mereka adalah Yansen Wijaya (Brand Manager EVOS eSports), Aerastio Taufiq Akbar (Creative Director Supreme League) dan Bambang Tirtawijaya (Product Manager Corsair).

Wawasan serta pengalaman yang akan mereka bagikan tentunya akan sangat bermanfaat bagi penggemar esports, terlebih lagi bila Anda profesional yang bergerak di bidang ini. Diskusi panel akan berlangsung pada tanggal 3 November 2018, pukul 18.30 – 19.30 WIB di Prefunction Hall, Jakarta Convention Center. Catat tanggalnya dan jangan sampai acara ini Anda lewatkan.

Indocomtech 2018 | Hybrid Panel Discussion

Esports di Indonesia saat ini sedang ada di masa yang cukup penting. Dengan jumlah pasar yang begitu besar, esports memiliki potensi untuk tumbuh menjadi industri raksasa di negara kita. Akan tetapi untuk mewujudkan hal itu jelas tidak mudah. Butuh kontribusi dari berbagai pihak, mulai penerbit game, pemilik brand, hingga para atlet esports itu sendiri. Mari kita bersama-sama bertukar pikiran untuk membuat industri esports Indonesia lebih maju sehingga tak kalah dengan esports di luar negeri.

Jangan lupa juga untuk terus mengikuti berita terbaru seputar esports, game, dan gaming gear, hanya di Hybrid. Maju terus esports Indonesia!