Yang Perlu Diketahui dari Smartphone Google Pixel 6, 6 Pro, dan Chip Tensor

Google akhirnya resmi mengumumkan smartphone Pixel 6 dan Pixel 6 Pro. Keduanya sudah menjalankan sistem operasi Android 12 dan ditenagai oleh chip Tensor yang dikembangkan sendiri oleh Google.

Google Tensor adalah SoC yang dibangun pada teknologi proses 5nm. Ia mengemas CPU octa-core dengan arsitektur tri-cluster yang mencakup dua core berperforma tinggi berbasis ARM Cortex-X1 2.80 GHz, dua core Cortex-A76 2.25 GHz, dan empat core hemat daya Cortex-A55 1.80 GHz.

Google Tensor

Sebagai informasi, chipset paling mutakhir dari Qualcomm yakni Snapdragon 888 series memiliki satu prosesor yang berbasis Cortex-X1 dengan clock speed sedikit lebih tinggi yakni 3 GHz pada Snapdragon 888+. Untuk olah grafis, Tensor mengandalkan GPU ARM Mali-G78.

Google mengatakan bahwa Tensor dirancang bersama Google Research yang memungkinkannya membangun platform AI/ML yang sesuai untuk masa depan. Tensor membuka pengalaman baru yang memerlukan ML canggih seperti Motion Mode, Face Unblur, Speech enhancement mode untuk video, dan menerapkan HDRnet ke video hingga resolus 4K 60 fps.

Google Tensor

Selain itu, Tensor dilengkapi chip keamanan Titan M2 bawaan untuk melindungi data sensitif milik pengguna. Google juga menjanjikan pembaruan keamanan hingga 5 tahun.

Google Pixel 6 Pro

Google Pixel 6 Pro

Pixel 6 tersedia dalam opsi warna cloudy white, sorta sunny, dan stormy black. Ia tampil cukup berbeda, terutama desain bingkai kamera belakangnya – persegi panjang dari tepi ke tepi dengan tiga kamera dan satu LED flash yang disusun secara horizontal.

Kamera utamanya 50 MP f/1.85 menggunakan sensor Samsung ISOCELL GN1 1/1.31 inci dan piksel 1.2 μm. Kedua 12 MP f/2.2 dengan lensa ultrawide 114 derajat dan piksel 1.25 μm.

Ketiga kamera 48 MP f/3.5 menggunakan sensor 1/2 inci dan piksel 0.8 μm dengan lensa telephoto yang memberikan kemampuan 4x optical zoom dan hingga 20x Super Res Zoom.

Berkat image processor khusus pada Tensor, Pixel 6 series membawa fotografi komputasional ke tingkat yang baru. Fitur barunya seperti Magic Eraser yang dapat secara otomatis menghilangkan gangguan pada foto dan Face Unblur yang akan mengambil wajah tajam dari sekumpulan foto dan menempelkannya ke bidikan aksi.

Fitur kamera lain pada Pixel 6 series termasuk Motion Mode, Real Tone, Panorama, Manual white balancing, Locked Folder, Night Sight, Top Shot, Portrait Mode, Portrait Light, Super Res Zoom, Motion autofocus, Frequent Faces, Dual exposure controls, dan Live HDR+.

Beralih ke bagian depan, tersemat kamera 11.1 MP f/2.2 dengan piksel 1.22 μm pada layar LTPO OLED yang punya variable refresh rate hingga 120 Hz. Ukurannya 6,7 inci ditopang resolusi tinggi QHD+ dengan kerapatan piksel mencapai 512 ppi dalam aspek rasio 19.5:9 dan permukaannya diproteksi Corning Gorilla Glass Victus.

Google Pixel 6

Google-Pixel-6

Pixel 6 juga tersedia dalam tiga opsi warna yakni sorta seafoam, kinda coral, dan stormy black. Dibanding saudaranya, ukuran layar Pixel 6 lebih kecil yakni OLED 90Hz 6,4 inci FHD+ (411 ppi) dalam rasio 20:9 dan juga diproteksi Gorilla Glass Victus.

Selan itu, Pixel 6 hanya dibekali dua kamera belakang – kamera utama 50 MP dan kamera dengan lensa ultrawide 12 MP, tanpa kamera dengan lensa telephoto. Kamera depannya juga disesuaikan dengan 8 MP f/2.0 dengan piksel 1.12 μm.

Sekarang berapa harganya? Di pasar Amerika Serikat, Google Pixel 6 dibanderol mulai dari US$599 atau sekitar Rp8,4 jutaan dengan konfigurasi memori 8/128GB dan 8/256GB. Sementara, Pixel 6 Pro dijual mulai dari US$899 atau Rp12,7 jutaan dengan konfigurasi memori 12/128GB, 12/256GB, dan 12/512GB.

Sumber: GSMArena, Google

Berkat On-Device Machine Learning, Generasi Terbaru Google Nest Cam Bisa Lebih Fungsional Tanpa Subscription

Google meluncurkan generasi terbaru kamera pengawas dan bel pintu pintarnya. Total ada empat perangkat yang diperkenalkan: Google Nest Cam (Battery), Google Nest Cam with Floodlight, dan Google Nest Cam (Wired), dan Google Nest Doorbell.

Sebelum membahas fiturnya satu per satu, ada satu hal penting yang perlu kita soroti, yakni bagaimana Google mencoba mengubah model bisnis berbasis subscription yang umum kita jumpai di ranah produk smart home. Google pada dasarnya ingin kamera-kamera pengawas dan bel pintunya ini bisa jadi lebih berguna tanpa harus sepenuhnya bergantung pada layanan berlangganan yang opsional.

Yang paling utama adalah kemampuan perangkat untuk mendeteksi orang, hewan, kendaraan, dan paket kiriman dengan memanfaatkan on-device machine learning. Di generasi sebelumnya, fitur ini sepenuhnya mengandalkan pengolahan berbasis cloud, sehingga hanya bisa dinikmati jika pengguna membayar biaya berlangganan.

Fitur on-device machine learning ini dapat diwujudkan berkat penggunaan chip Tensor Processing Unit (TPU). Sebagai konteks, Google baru-baru ini juga mengumumkan bahwa smartphone Pixel 6 dan Pixel 6 Pro bakal menggunakan chip rancangannya sendiri yang bernama Tensor, dan salah satu tujuannya juga untuk menghadirkan kapabilitas on-device machine learning.

Dipadukan dengan komponen storage internal, keberadaan on-device machine learning pada dasarnya memungkinkan kamera-kamera pengawas baru ini untuk bekerja secara offline, sangat berguna seandainya listrik tiba-tiba mati. Lalu apakah itu berarti layanan subscription sudah tidak relevan lagi di kategori smart home?

Tidak juga, sebab pabrikan tentu masih bisa menawarkan fasilitas ekstra lewat layanan subscription. Dalam konteks Google Nest Cam, salah satu fasilitasnya adalah penyimpanan video hingga 30 atau 60 hari ke belakang, tergantung jenis paket berlangganannya. Tanpa subscription, yang bisa dipantau hanyalah rekaman dari tiga jam ke belakang.

Fasilitas lainnya adalah facial recognition, yang memungkinkan perangkat untuk membedakan mana wajah yang familier dan mana yang tidak, sehingga pada akhirnya dapat memberi peringatan yang lebih tepat sasaran.

Mayoritas produsen perangkat smart home memang tidak pernah mewajibkan layanan subscription, akan tetapi sering kali fungsi-fungsi perangkatnya jadi begitu terbatas. Yang Google lakukan di sini pada dasarnya cuma memperluas batasan tersebut, dan mereka tentu berharap bisa menarik minat lebih banyak konsumen dengan cara ini.

Google Nest Cam (Battery)

 

Google menjual kamera ini seharga $180. Di situsnya, Google mencantumkan kata “battery” pada namanya, sebab secara default perangkat ini memang dirancang untuk beroperasi menggunakan baterai rechargeable meski ditempatkan di luar.

Daya tahan baterainya sendiri bervariasi antara 1,5 bulan sampai 7 bulan per charge, tergantung seberapa sibuk ia mendeteksi pergerakan di area jangkauannya. Perangkat mengandalkan magnet agar bisa dilepas-pasang dari dudukannya dengan gampang untuk memudahkan charging, tapi ini juga berarti ia bisa jadi sasaran empuk para maling — sehingga jadi agak ironis karena ia sebetulnya bertugas untuk mengawasi keamanan rumah.

Itulah mengapa Google turut menawarkan sejumlah aksesori opsional, salah satunya kabel tether untuk mengamankan sang kamera. Alternatifnya, instalasi permanen menggunakan kabel juga dapat dilakukan.

Dari sisi teknis, kamera ini mengandalkan sensor 1/2,8 inci dan lensa dengan sudut pandang seluas 130° untuk merekam video beresolusi 1080p 30 fps. Google tidak lupa melengkapinya dengan dukungan fitur HDR dan night vision. Rangkanya yang tahan air (IP54) turut mengemas komponen-komponen esensial macam Wi-Fi, speaker, dan mikrofon.

Google Nest Cam with Floodlight

Dibanderol $280, kamera yang satu ini pada dasarnya adalah Google Nest Cam yang didampingi oleh sepasang lampu sorot dengan tingkat kecerahan maksimum 2.400 lumen. Ia tidak memiliki baterai dan membutuhkan instalasi permanen. Fisiknya tahan air dengan sertifikasi IP65.

Google Nest Cam (Wired)

Paling murah dengan harga $100, Nest Cam (Wired) tidak dibekali baterai maupun bodi tahan air seperti Nest Cam (Battery), akan tetapi kapabilitas kamera maupun kecerdasannya sama persis. Model ini dimaksudkan untuk pemakaian secara indoor, dan Google menawarkannya dalam empat pilihan warna sehingga dapat diselaraskan dengan interior rumah.

Google Nest Doorbell

Sama seperti Nest Cam (Battery), Nest Doorbell yang dibanderol $180 ini juga dibekali sertifikasi ketahanan air IP54 dan baterai rechargeable. Google bilang daya tahan baterainya berada di kisaran 2,5 bulan per charge, tapi sekali lagi ini sangat bergantung terhadap seberapa sibuk ‘lalu lintas’ di depan pintu rumah masing-masing pengguna.

Mengenai kameranya, Nest Doorbell menggunakan sensor 1/3 inci dan mampu merekam video beresolusi 960 x 1280 pixel di kecepatan 30 fps. Sudut pandang vertikalnya sangat luas di angka 145º, dan ini dimaksudkan supaya pengguna bisa melihat pengunjung dari kepala sampai kaki meski ia berdiri sedekat 8 inci dari pintu. Sama halnya seperti Nest Cam, night vision maupun HDR juga tersedia di sini.

Di Amerika Serikat, Google bakal memasarkan Nest Cam (Battery) dan Nest Doorbell mulai akhir Agustus, sedangkan Nest Cam with Floodlight dan Nest Cam (Wired) akan menyusul.

Sumber: 1, 2, 3.

Google Pixel 6 dan Pixel 6 Pro Adalah Smartphone Pertama dengan Chipset Rancangan Google Sendiri

Kira-kira bulan Oktober nanti, Google bakal meluncurkan Pixel 6 dan Pixel 6 Pro. Seri smartphone terbarunya ini sangat berbeda dari sebelum-sebelumnya, dan Google pada dasarnya ingin membangun hype terlebih dulu dengan mengumumkannya beberapa bulan lebih awal.

Ada beberapa alasan yang membuat Pixel 6 dan Pixel 6 Pro begitu berbeda dibanding pendahulu-pendahulunya, mulai dari desain yang amat premium, sampai chipset rancangan Google sendiri. Spesifikasi lengkapnya masih akan Google simpan sampai peluncuran resminya, tapi setidaknya kita sekarang sudah bisa punya gambaran sekompetitif apa Pixel 6 dan Pixel 6 Pro di ranah ponsel flagship bakalannya.

Desain premium

Google Pixel 6 / Google

Melihat gambar di atas, saya langsung teringat dengan Nexus 6P, smartphone terakhir Google sebelum mereka akhirnya beralih menggunakan branding Pixel. Ponsel yang diproduksi oleh Huawei tersebut punya tampilan belakang yang begitu khas, dengan tonjolan kamera yang memanjang dari ujung kiri ke kanan.

Google Pixel 6 Pro / Google

Spesifikasi kameranya sendiri masih dirahasiakan, namun yang pasti kamera utamanya dipastikan mampu menyerap 150 persen lebih banyak cahaya. Pada Pixel 6, kamera utama tersebut hanya ditemani oleh sebuah kamera ultra-wide, sedangkan pada Pixel 6 Pro, ada satu kamera tambahan lagi, yakni kamera telephoto dengan 4x optical zoom.

Beralih ke depan, pengguna Pixel 6 akan disambut oleh layar 6,4 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 90 Hz. Untuk Pixel 6 Pro, Google menyematkan layar 6,7 inci dengan resolusi QHD+ dan refresh rate 120 Hz. Layar milik Pixel 6 Pro juga agak melengkung di sisi kiri dan kanannya, sedangkan layar milik Pixel 6 benar-benar rata. Kedua ponsel sama-sama mengemas sensor sidik jari di balik layarnya.

Baik Pixel 6 maupun Pixel 6 Pro sama-sama menggunakan rangka bodi berbahan aluminium, namun jenis finish-nya berbeda; matte di Pixel 6, glossy di Pixel 6 Pro. Berdasarkan pengalaman hands-on yang dilaporkan The Verge dengan prototipenya, build quality-nya jauh lebih baik daripada seri-seri Pixel sebelumnya. Jadi jangan heran kalau harganya juga lebih premium ketimbang pendahulunya.

Tensor SoC

Pixel 6 dan Pixel 6 Pro bakal jadi smartphone pertama yang menggunakan chipset hasil racikan Google sendiri. Google menamainya Tensor SoC, dan fokus utamanya adalah untuk mendongkrak kinerja artificial intelligence (AI) sekaligus machine learning (ML) pada kedua smartphone.

Menurut Google, fokus pada AI dan ML ini penting karena keduanya memegang semakin banyak peran dalam fitur-fitur smartphone. Peran yang paling besar tentu adalah dalam hal computational photography. Selain mampu mewujudkan kualitas foto yang lebih baik dalam kondisi yang lebih menyulitkan, Tensor juga sanggup meningkatkan kualitas video yang dihasilkan secara drastis kalau berdasarkan demonstrasi yang disaksikan oleh The Verge.

Fitur-fitur yang sangat bergantung terhadap AI dan ML, seperti misalnya fitur speech recognition, juga bakal semakin responsif dan akurat berkat Tensor, dan itu direalisasikan tanpa mengandalkan bantuan koneksi internet sama sekali. Sederhananya, fitur-fitur yang tadinya hanya bisa diwujudkan dengan bantuan infrastruktur cloud kini dapat ditangani oleh perangkat secara offline berkat kehadiran Tensor SoC.

Yang belum banyak Google bicarakan adalah terkait performa CPU dan GPU yang ditawarkan oleh Tensor. Google juga tidak merincikan bagian mana saja dari chipset Tensor yang bukan merupakan rancangan mereka sendiri, semisal CPU dan GPU-nya. Tujuan utama yang hendak Google capai dengan Tensor adalah diferensiasi di bidang AI dan ML.

Sumber: Google.