Wifkain Paparkan Tren Pasar Tekstil, Ekspansi, dan Digitalisasi Manufaktur

Sejak awal tahun ini, Wifkain mulai menggencarkan transformasinya menjadi platform Manufacturing-as-a-Service (MaaS). Sebelumnya, startup ini berawal sebagai marketplace untuk bahan baku tekstil yang berdiri sejak 2020.

Saat berbincang dengan DailySocial.id, Co-Founder dan CEO Wifkain Sara Sofyan mengatakan ada banyak proses manufaktur yang dapat diberdayakan melalui platform MaaS. Dalam menjalankan platform ini, Wifkain menggandeng sejumlah pabrikan di berbagai segmen, kapasitas produksi, dan lokasi di Indonesia.

Selain itu, secara bisnis, platform MaaS juga dinilai dapat menghasilkan gross margin lebih tinggi, yakni 7-8 kali lebih tinggi dibandingkan hanya menyuplai bahan baku saja. “Karena MaaS punya margin bagus, path to profitability kami cukup jelas. Kalau hanya suplai raw material, yang mana masuk komoditas, pricing tidak terlalu bagus. Margin menjadi tidak sehat,” tutur Sara.

Sara menyebut transaksi dari layanan MaaS belum berkontribusi signifikan saat ini. Namun, pihaknya tengah mendorong MaaS sejalan dengan upayanya mendorong realisasi keuntungan pada tahun depan.

Wifkain sempat mendapat pendanaan awal dipimpin oleh Insignia Ventures Partners dengan nominal yang tidak disebutkan pada 2022.

Adapun, sebesar 90% pendapatannya disumbang dari pasar domestik. Namun, sejak beberapa bulan terakhir, Wifkain telah melebarkan permintaan pasar ke Uni Emirat Arab (UEA) dan Malaysia yang telah berkontribusi terhadap total pendapatan sebesar 10%. “Ke depannya, kami ingin dorong ekspor, termasuk ke Australia dan Taiwan.”

Perubahan perilaku pasar

Lebih lanjut, Sara mengungkap industri rantai pasok tekstil pasca-pandemi mengalami perubahan selama tiga tahun terakhir. Ia melihat pelaku bisnis atau pemilik merek fesyen yang biasanya impor bahan dari Tiongkok, kini mulai beralih ke manufaktur terdekat/domestik.

Wifkain disebut baru mengantongi traksi nyata pada 2021 meski sudah berdiri secara legal sejak 2020. Hal ini dikarenakan Wifkain sempat kesulitan mengakuisisi pengguna akibat pembatasan sosial selama pandemi.

Baginya, perubahan tren ini berdampak terhadap pertumbuhan organik Wifkain karena pemilik bisnis mulai mengalihkan manufakturnya ke Indonesia dan Vietnam. “Manufaktur Tiongkok menguasai 50% dari pangsa manufaktur global. Pandemi membuat ketidakjelasan di sisi logistik sehingga manufaktur terdekat (nearshoring) menjadi opsi yang jelas dan fleksibel bagi mereka,” ujarnya.

Kemudian, mitra manufaktur dan pelaku bisnis yang terbiasa dengan cara konvensional sebelum pandemi, kini disebut sudah mulai mengadopsi proses kerja secara digital. Menurut Sara, ada banyak proses manufaktur yang dapat ditekan hingga 80% dengan memberdayakan teknologi.

Wifkain melayani pemilik bisnis fesyen skala menengah dengan klaim omset Rp2 miliar ke atas termasuk korporasi skala menengah ke atas yang memiliki kebutuhan pengadaan pada merchandise.

Peningkatan fitur

Dalam upayanya memenuhi kebutuhan rantai pasok tekstil, Sara mengaku tengah meningkatkan kemampuan platformnya lewat pengembangan sejumlah fitur baru pada dashboard mitra manufaktur maupun customer.

Fitur ini dapat memungkinkan mitra manufaktur untuk menginput target dan output produksi secara harian. Dengan demikian, Wifkain dapat memantau mitra yang kinerjanya agar dapat menjaga kecepatan produksi dan pengiriman barang tepat waktu.

Selain itu, Wifkain juga berupaya menekan penggunaan bahan baku dengan memberdayakan beberapa proses dengan teknologi. Salah satunya adalah pembuatan pola berbasis digital (digital pattern). Fitur ini diharapkan juga dapat menekan biaya dan menghemat waktu.

“Proses di manufaktur itu panjang sekali, kami enable pada bagian tertentu. Pola yang biasanya dibuat konvensional kini melalui digital di mana bisa plotting penempatannya. Ini dapat mengurangi penggunaan raw material hingga 20%,” ujarnya.

Untuk menjaga kualitas barang, Wifkain menetapkan standar quality checking (QC) sesuai SOP di internasional. Sara juga menyebut ada beberapa produk yang melalui pengecekan kualitas lebih ketat agar dapat mencapai batas tolerasi (rectification level) di level tertentu. Klaimnya, Wifkain memiliki rectification level sebesar 0,5% dari rata-rata tingkat global 3% per September 2023.

Bagaimana Industri Tekstil dan Manufaktur Mengadopsi Teknologi Digital

Dalam acara ITMF (International Textile Manufacturers Federation) Annual Conference 2017, yang berlangsung di Bali akhir pekan lalu, para pakar dan pelaku industri tekstil dan manufaktur meramaikan kegiatan tersebut untuk berbagi informasi, pengalaman dan kegiatan terkini seputar industri tekstil dan manufaktur secara global.

Hal menarik di acara tersebut adalah ajakan dan inisiatif untuk membawa industri tekstil dan manufaktur menuju Go Digital.

“Dibandingkan dengan industri yang lain, tekstil dan manufaktur terbilang paling ketinggalan. Masih banyak pemilik usaha yang menjalankan bisnis dengan cara konvensional,” kata Edwin Keh dari HKRITA.

Luasnya aspek pendukung untuk menghasilkan sebuah produk garmen dan tekstil, merupakan salah satu kendala mengapa selama ini manufaktur masih enggan untuk mengadopsi teknologi. Masih betah dengan lingkungan yang sama secara rutin merupakan alasan masih rendahnya awareness penerapan teknologi di kalangan tersebut.

Menurut Edwin sudah waktunya para manufaktur untuk merubah mindset yang ada. Jangan hanya melihat perkembangan teknologi yang terjadi di industri lainnya, sudah waktunya industri tekstil untuk menjadi bagian perkembangan teknologi.

Strategi Amazon “mengganggu” industri

Kehadiran Amazon di Amerika Serikat sudah menggantikan mesin pencari Google untuk pencarian informasi fesyen, produk, dan material tekstil. Teknologi dan layanan digital juga sudah menggantikan cara konvensional orang untuk melakukan transaksi. Tidak lagi mengunjungi toko fisik, namun sudah terbiasa melakukan pembelian secara online.

“Saat ini kalangan millennial sudah mendominasi pembelian secara online dan enggan untuk datang secara langsung untuk membeli ke toko fisik. Banyaknya tawaran dan kemudahan saat ini juga sudah memberikan alternatif baru kepada mereka untuk meminjam baju dan tidak harus membeli,” kata Edward Gribbin dari Alvanon.

Strategi Amazon pun tidak hanya sebatas sebagai penyedia lengkap produk fesyen berkualitas dan terkini. Saat ini Amazon diklaim sudah memiliki private label yang terbilang sukses, meskipun di masa awal sempat mengalami kesulitan untuk membaca consumer behavior.

Penerapan tepat omni channel

Meskipun saat ini tercatat 88% penggiat ritel, toko pakaian, dan layanan e-commerce mengklaim telah menerapkan skema omni channel, namun faktanya hanya sekitar 20% yang benar-benar telah menerapkan kegiatan tersebut.

Menurut Jorge Martin dari Euromonitor, masih banyak pelaku usaha yang kurang mengerti dengan baik apa itu omni channel dan bagaimana cara kerjanya. Bukan hanya memiliki toko dan cabang yang banyak, namun omni channel lebih kepada integrasi.

“Idealnya omni channel itu adalah informasi yang didapatkan secara online juga offline, itu adalah penerapan omni channel yang tepat.”

Peranan software mendukung bisnis

Salah satu manfaat yang bisa diperoleh dari teknologi adalah kemampuan untuk melihat data dan memprediksi behavior pengguna memanfaatkan software hingga big data. CEO 88Spares Hartmut Molzahn menyebutkan sudah saatnya perusahaan tekstil dan manufaktur memiliki jajaran C-Level yang mengerti dan memiliki visi dan misi yang baik terkait penerapan teknologi.

“Untuk itu harus dimulai dari organisasi di perusahaan. Jangan hanya menggunakan teknologi untuk pendukung saja (IT Support), namun manfaatkan teknologi untuk mengamati, mencari tahu dan melakukan prediksi untuk kemajuan perusahaan.”

Ke depannya diharapkan industri tekstil dan manufaktur secara global bisa dengan cepat mengejar ketinggalan, terkait adopsi teknologi, dan bisa melakukan perubahan yang signifikan saat memanfaatkannya.

Fokus 88Spares Menjadi Layanan “Niche” Procurement B2B Tekstil dan Garmen

Setelah soft launching pada bulan April 2017 lalu, layanan e-commerce B2B industri tekstil dan garmen 88Spares saat ini sudah masuk dalam versi Beta dan siap diresmikan pada kuartal pertama tahun 2018 mendatang. Mereka masih fokus akuisisi lebih banyak vendor yang pada umumnya adalah pemilik usaha mesin, bahan, hingga material pendukung industri tekstil di Indonesia.

Kepada media, CEO 88Spares Hartmut Molzahn dalam gelaran acara ITMF Annual Conference 2017 mengungkapkan saat ini 88Spares sudah memiliki sekitar 700 vendor yang masuk dalam proses penyeleksian dari berbagai layanan terkait. Menyadari besarnya industri garmen dan tekstil saat ini secara global, 88Spares hanya ingin fokus kepada layanan “niche” terlebih dahulu. Nantinya jika sudah mulai berkembang akan dibuka kategori lainnya.

“Saat ini masih banyak pemilik usaha keluarga yang belum mengadopsi teknologi dan masih menggunakan cara-cara paling dasar dan konvensional untuk menjalankan bisnis. Dengan platform yang kami miliki kami ingin membantu pemilik bisnis mulai menggunakan teknologi,” kata Hartmut.

Mengklaim memiliki layanan hingga teknologi berbeda dengan layanan procurement B2B serupa, seperti Bizzy dan Mbiz, layanan produk tekstil dan garmen yang dihadirkan 88Spares saat ini masih cukup langka dan belum ada startup lokal yang memberikan layanan tersebut.

“Tidak hanya dari sisi teknologi, tapi pendekatan dan rencana scale up kami ke depan sangat berbeda. Harapannya 88Spares bisa menjadi yang terdepan dalam hal penyediaan kebutuhan industri garmen dan tekstil secara global,” kata CMO 88Spares Rosari Soendjoto.

Menjembatani pembeli dan vendor

Fokus kepada pemilik usaha dan vendor di Indonesia, saat ini sebagian besar vendor yang terdaftar di 88Spares merupakan pemilik bisnis asal Indonesia. Besarnya potensi industri garmen dan tekstil, membuat tim 88Spares ingin membantu pemilik bisnis di Indonesia yang selama ini masih menjalankan bisnis dengan cara lama mulai memanfaatkan teknologi untuk mendorong pertumbuhan.

88Spares memiliki visi dan misi mempermudah proses procurement di industri tersebut, sekaligus membantu pemerintah menciptakan ekonomi yang lebih baik.

“Tujuan kami adalah ingin menjadi yang terbaik dalam industri “niche” dan empower SME untuk memanfaatkan teknologi lebih optimal,” kata Rosari.

Sebagai pihak yang bakal menjembatani kebutuhan para pembeli dan para vendor secara langsung, 88Spares bakal “mengganggu” proses yang selama ini tergolong panjang dan berliku. Menyadari tantangan yang ada, 88Spares berkomitmen terus membantu pembeli dan pemilik bisnis mendapatkan produk yang diinginkan dengan harga yang terjangkau.

“Selama berkarier di industri tekstil dan garmen, saya kerap menemukan case di mana pembeli kesulitan untuk menemukan garmen atau bahan yang mereka butuhkan, padahal saat ini banyak sekali vendor di Indonesia yang bisa meng-cater kebutuhan tersebut,” kata Hartmut.

Terkait strategi monetisasi yang bakal dilancarkan, 88Spares akan mendapatkan komisi dari setiap transaksi yang sukses. Jumlahnya bervariasi tergantung kontrak dan berapa banyak produk yang dibeli buyer.

“Untuk scale up sendiri sebenarnya bukan prioritas kami. Dengan banyaknya faktor pendukung yang ada di industri garmen dan tekstil, semua kebutuhan bisa kami jadikan potensi untuk mengembangkan bisnis ke depannya,” kata Hartmut.

Rencana fundraising dan menjadi platform digital terdepan

Masih fokus kepada pengembangan bisnis dan terus melakukan kurasi vendor yang terbaik untuk dipromosikan secara global, 88Spares saat ini belum memiliki rencana untuk melakukan fundraising. Meskipun demikian, untuk mengembangkan teknologi dan merekrut tim, 88Spares membuka kesempatan ke investor yang tepat untuk urusan pendanaan segar.

“Selama ini kami cukup mampu menjalankan bisnis secara bootstrapping. Namun demikian untuk mengembangkan bisnis lebih baik lagi, fundraising akan masuk dalam rencana kami selanjutnya,” kata Rosari.

Marketplace B2B 88spares Resmi Meluncur, Sasar Pegiat Tekstil dan Garmen

Dengan semangat ingin mempermudah transaksi jual beli suku cadang mesin dan kebutuhan industri khususnya yang bergerak di industri tekstil dan garmen, 88spares hadir meramaikan pasar e-commerce B2B di Indonesia.

88spares secara resmi didirikan pada akhir tahun lalu oleh Hartmut Molzahn selaku Co-Founder dan CEO. Dia melihat Indonesia adalah negara strategis untuk meluncurkan bisnis marketplace khusus industri tekstil dan garmen.

Molzahn mengutip data Kementerian Perindustrian yang menyebutkan kontribusi Indonesia dari tekstil dan produk tekstil (TPT) sebesar 2% untuk pasokan global. TPT memberi kontribusi 6,65% dari PDB Indonesia di 2016.

“Kami sangat antusias untuk memberikan nilai lebih dan menyusun standar baru bagi e-commerce B2B di Indonesia melalui 88spares. Sebagai permulaan, kami akan terus membangun fitur terkait yang dibutuhkan, seperti product support, payments, shipping, dan pricing,” kata Molzahn.

Untuk model bisnisnya, 88spares bekerja sama dengan para penyuplai yang bertindak sebagai merchant dalam pengadaan produk. Merchant menyediakan produk yang dapat langsung diakses oleh calon pembeli. Nantinya setiap transaksi yang berhasil, pihak 88spares akan menerima komisi.

“Untuk memenuhi kebutuhan industri, procurement-nya itu panjang sekali, harus ke sana ke mari. Ambil contoh, setiap pengusaha yang ingin membeli satu jenis tinta atau spare part untuk jarum tenun, mereka tidak perlu mengeceknya satu per satu ke setiap vendor. Tinggal masukan barang yang mereka butuhkan, langung bisa diproses,” terang CMO 88spares Rosari Soendjoto saat dihubungi DailySocial.

Dia menambahkan, “Pengguna dapat secara mudah memotong biaya pengeluaran mereka dengan membeli dan menjual suku cadang mesin tekstil di 88spares. Dalam platform kami dilengkapi dengan smart features untuk membantu mengoptimalisasi produktivitas pengguna. Dengan demikian, manufaktur tekstil dapat memperluas pasar ekspor mereka.”

Rosari mengklaim 88spares telah menampung sekitar 720 merchant dengan total 1.800 SKU di dalam platformnya yang berkomitmen akan berjualan. Targetnya dalam setahun ke depan, pihaknya dapat menjaring kurang lebih 15 ribu SKU dalam platform 88spares.

“Dengan target 15 ribu SKU, akan membuat kami jadi cukup optimis menjadikan 88spares sebagai marketplace yang menyediakan perlengkapan industri TPT terlengkap.”

Saat ini, situs 88spares masih berupa versi alpha. Rencananya, pada akhir Juli 2017 mendatang pengguna sudah bisa menggunakan versi beta.

Selain Molzahn dan Rosari, 88spares juga digawangi Uung Bhuwono (CTO) dan Leo Grunstein (Co-Founder). Jumlah talenta yang dimiliki 88spares saat ini mencapai 18 orang. Mendanai operasional bisnis, 88spares masih menggunakan kocek sendiri (bootstrap).