GOERS Ungkap Pertumbuhan Positif Seiring Geliat Bisnis Pariwisata

Startup penyedia platform ticketing GOERS mengungkapkan pencapaian positif sepanjang tahun 2022. Meski perusahaan hanya membeberkan angka berdasarkan pertumbuhan saja, diungkapkan peningkatan pendapatan hingga 1,5x lipat, total nilai transaksi naik 2x lipat.

Kemudian, tercatat ada tiga juta pengguna yang terhubung ke aplikasi, dengan satu juta di antaranya adalah pengguna aktif.  Basis pengguna tersebut juga berhasil  memproses hingga 5 juta tiket.

“Targetnya di tahun 2023, kami akan mempertahankan pendapatan bersih positif selama tiga tahun berturut-turut dan menaikkan laba bersih sebanyak dua kali lipat,” ungkap Co-founder dan CEO GOERS Sammy Ramadhan dalam keterangan resmi, Jumat (10/3).

Menurutnya, dorongan dari Presiden Joko Widodo yang mengajak masyarakat untuk kembali menonton konser dan menghadiri event, adalah stimulus dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dorongan tersebut tentunya berdampak positif bagi GOERS, didukung dengan ragam kemudahan, seperti cicilan, cashback, hingga diskon untuk pembelian tiket melalui aplikasi dan situs.

Sejak didirikan di 2015, GOERS memfokuskan diri sebagai marketplace tiket event, destinasi, dan aktivitas; sistem pemesanan dan reservasi, dan manajemen kunjungan di lokasi. Diklaim GOERS telah menjadi mitra digitalisasi dari sekitar 1.000 event organizers dan venue atraksi, seperti Taman Impian Jaya Ancol, The Lodge Maribaya, Solo Safari by Taman Safari Indonesia, dan Formula E 2022.

Perusahaan akan terus perbanyak kemitraan dengan sejumlah partner agar penjualan tiket event dan venue atraksi menjadi lebih mudah, terautomasi, dan praktis. Kabar teranyar, perusahaan menggaet Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (DPP PUTRI) agar dapat mendigitalisasi taman rekreasi yang berada di bawah naungan perhimpunan ini.

DPP PUTRI saat ini menjadi rumah bagi sejumlah destinasi wisata unggulan Indonesia, seperti The Lodge Maribaya, Lombok Wildlife Park, Taman Impian Jaya Ancol, Jawa Timur Park, Merapi Park, dan Solo Safari. Disebutkan saat ini GOERS kembali dipercaya sebagai official ticketing partner bagi sejumlah konser dan festival, di antaranya Pasar Malem by Narasi TV, Donasi Slankers X Millenial Gamelan, dan Ungu Disini Untukmu 26th Anniversary.

Di Indonesia, Goers bersaing langsung dengan Loket sebagai sesama perusahaan lokal. Di samping itu, irisan bisnis (khususnya bisnis penjualan tiket) juga digarap oleh pemain OTA dan e-commerce, di antaranya Traveloka, Tiket.com, dan Tokopedia.

Angkat Arya Setiadharma

Sammy melanjutkan, bergabungnya terkait kehadira Arya Setiadharma sebagai komisaris diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas GOERS dalam mendorong inovasi di industri hiburan hingga pariwisata.

Tak hanya Arya, sebelumnya jajaran Komisaris juga diisi oleh Kenneth Li (MDI Ventures Singapura) dan Rudi Laksmana (Mahaka Media). Sebagai catatan, Prasetia Dwidharma merupakan jajaran investor di GOERS, bersama MDI Ventures dan Mahaka Media.

Mengenai tanggapannya menjadi komisaris, Arya mengatakan bahwa teknologi ticketing yang dikembangkan GOERS terbukti memberikan sumbangsih dalam mendigialkan lanskap pariwisata Indonesia, terutama di venue wisata dan event.

“Sektor pariwisata menjadi indikator kuat perkembangan ekonomi suatu bangsa. Apalagi Indonesia tengah digadang-gadang sebagai destinasi yang mulai diperhitungkan oleh pasar wisata internasional dengan diadakannyaevent berskala dunia di negara kita. Maka dari itu, pemanfaatkan teknologi dalam venue wisata dan event sangat penting,” kata Arya.

Arya memiliki lebih dari satu dekade sebagai entrepreneur dan investor. Melalui PT Prasetia Dwidharma, ia disebut-sebut berhasil membangun portofolio dan mendanai 100 startup tahap awal di Asia Tengara, India, dan Amerika, seperti Cakap, Mekari, dan Lummo. Kemudian pada 2021 masuk ke dalam daftar salah satu orang yang paling berpengaruh di Asia oleh Majalah Tatler.

Application Information Will Show Up Here

TIX ID Survives Amid the Pandemic, Returning with Improved Productivity

TIX ID was launched in 2018 as a cinema ticket sales platform. It is the only third party with access to sell tickets from this country’s market leader, XXI cinema network. Other than that, the platform also partners with CGV and Cinepolis.

During the last two years, the business has experienced difficulties due to the pandemic and all the limitations applied by the government. This directly impacts TIX ID. The company was forced to restructure its employees for survival. Also, selling vouchers for various online streaming platforms in order to adapt to the current situation.

In 2022, they return along with the rise of the cinema industry.

DailySocial.id got the chance to speak directly with TIX ID’s CEO, Sean Kim on the company’s latest business. Amidst the work flexibility trend, Sean (and family) have been working from Bali for some time now.

He said, during the pandemic, TIX ID never had any intention to pivot.

“From the beginning, I was quite sure not to pivot. TIX ID used the gap for maintenance mode. There are many plans that remain in the pipeline that we haven’t launched. In the meantime, we are also starting to try to get additional income,” Sean added.

Since going to the cinema was not really a basic necessity for some people, Sean and his team wished that the applications installed will remain on their phones. In order to maintain engagement, through its application, TIX ID presents information related to film developments.

In addition, they also collaborate with OTT platforms to sell vouchers for on-demand video services and drive traffic to each platform. The initiative for a drive-in theater was also an option. However, with all the considerations, the plan should be canceled.

BEP milestone

“Entering 2021, the Hollywood film industry is seemed to start recovering. However, the delta variant arrived, and the government re-applied PSBB,” Sean said.

Although the pandemic has not been fully handled, several films such as Shang-Chi, Eternals, and Spider-Man have appeared to encourage the public’s enthusiasm for the cinema. With quite great numbers, apparently, the excitement is still insufficient.

It was not until the release of the horror movie “KKN di Desa Penari” not long after, which actually draw massive public attention — cinemas in various cities were filled with audiences.

This phenomenon turned out to have a positive influence on TIX ID. It was claimed due to the long queues, many people are using TIX ID app, and that becomes the moment for thousands of new users.

Sean also said that the KKN film plays a role in taking the TIX ID app to the first position on Google Play, as the most downloaded application by Indonesians.

In fact, this increasing trend has boosted the company’s revenue. Sean announces that the business has reached BEP (Break Even Point) and is on its way to positive cashflow.

The shifting in people’s behavior also has an impact. In the early days of TIX ID, its adoption was limited to the urban class. Meanwhile, with the current digital pace, it is getting evenly distributed, and users in tier-2 and 3 cities have started to adapt to app-based ticket purchasing instead of queuing up at the cinema.

“Before the pandemic, we projected to sell around 15-20% tickets. Today, we can sell around 40%. This is all due to the changes in consumer habits,” Sean said.

TIX ID is said to be the only platform that serves around 90% of cinemas in Indonesia. Even though other giant techs such as Traveloka, Gojek, and others have started to provide cinema ticket purchasing — it is said to cover only around 20%.

As a platform that dominates online cinema ticket sales, offline purchasing is considered to be TIX ID’s only competitor.

“When we first launched, we did a lot of promotional activities. However, we are starting to tune down these activities and the organic growth is getting better. It is not only from the number of users but also from business growth,” Sean said.

The platform remains to rely on DANA as the main payment option, Sean also said this strategic collaboration provides benefits for them. It is proven by DANA’s business growth among the younger generation.

Acquisition plan

TIX ID has many plans to carry out this year, one of which is the acquisition initiative to increase the ticket options for attractions and offline activities through the platform.

This plan is yet to be detailed. However, from our observation, TIX ID was involved in PouchNATION’s series B funding round in 2020, which is an event management system developer — complete with software and an RFID wristband.

The next plan to be intensified is for TIX ID to be more involved in the film production process. This agenda is yet to be further detailed.

In addition, to encourage sustainable growth, the company will optimize the use of big data to maximize ticket sales and help cinemas determine movie placement in their studios.

TIX ID also intends to strengthen strategic cooperation with OTT players, and other cinema operators in Indonesia to expand its network.

“Our advantages are user-base, data, and behavior. We still see an issue for movie theater owners to manage studios and find the right way to distribute films and fill the seats,” Sean said.

By utilizing this data, they will be able to predict and measure the movie’s potential before it is released, therefore maximizing profits.

TIX ID also aims to be a space for users who want to find new to old movies, which will be redirected to OTT partner platforms and various existing studios.

“In the future, we aim to not only be an online cinema ticket sales platform but also to transform the cinema industry to grow faster after the pandemic, as the situation gets better,” Sean said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bertahan di Tengah Pandemi, TIX ID Kembali dengan Produktivitas yang Semakin Baik

TIX ID meluncur di tahun 2018 sebagai platform penjualan tiket bioskop. Ia menjadi satu-satunya pihak ketiga yang memiliki akses menjual tiket di jaringan bioskop XXI, pemimpin pasar di negeri ini. Selain dengan XXI, mereka juga bermitra dengan CGV dan Cinepolis.

Selama pandemi dua tahun terakhir, bisnis bioskop mengalami kesulitan karena sektor ini sempat tidak boleh beroperasi bersamaan dengan berbagai pembatasan yang diterapkan pemerintah. Hal ini secara langsung berdampak bagi TIX ID. Mereka terpaksa melakukan restrukturisasi jumlah pegawai untuk bertahan. Perusahaan lalu beradaptasi menjual beragam voucher platform online streaming. 

Di tahun 2022, mereka kembali bangkit, seiring dengan bangkitnya industri bioskop.

DailySocial.id mendapat kesempatan berbincang langsung dengan CEO TIX ID Sean Kim, tentang perkembangan terbaru perusahaan yang dipimpinnya ini. Di tengah tren fleksibilitas bekerja, Sean (dan keluarga) telah bekerja dari Bali selama beberapa waktu terakhir.

Sean mengatakan, selama pandemi, TIX ID tidak terbersit ide untuk melakukan pivot.

“Sejak awal saya yakin tidak mau melakukan pivot. Momen tersebut  dimanfaatkan [TIX ID] untuk maintenance mode. Masih banyak rencana yang masuk dalam pipeline yang belum kami lancarkan. Di saat yang sama kami juga mulai mencoba mendapatkan pendapatan tambahan,” kata Sean.

Menyadari bahwa kegiatan masyarakat untuk mengunjungi bioskop bukanlah menjadi prioritas, Sean dan tim berharap aplikasi yang sudah banyak digunakan pengguna tetap bertahan di ponsel mereka. Demi bisa mempertahankan engagement, lewat aplikasinya TIX ID menghadirkan suguhan informasi terkait perkembangan film.

Selain itu mereka juga menjalin kolaborasi dengan platform OTT untuk bisa menjual voucher layanan video on-demand dan mendorong trafik ke masing-masing platform. Rencana untuk menghadirkan pilihan drive in theater juga sempat ingin diwujudkan. Namun melihat kondisi yang ada, rencana tersebut tidak jadi mereka kembangkan.

Telah mencapai BEP

“Memasuki tahun 2021, saya melihat industri film Hollywood sudah mulai pulih. Namun kemudian varian delta datang dan mengharuskan pemerintah untuk melakukan PSBB kembali,” kata Sean.

Terlepas dari Covid-19 yang belum sepenuhnya terkendali, beberapa film seperti Shang-Chi, Eternals, hingga Spider-Man muncul membangkitkan kembali semangat masyarakat untuk menikmati film di bioskop. Kendati menggeliat, namun minat menonton di bioskop belum maksimal.

Hingga akhirnya dirilis film horor “KKN di Desa Penari” tidak lama kemudian, yang justru mendapatkan atensi luar biasa dari masyarakat — bioskop di berbagai kota dipenuhi penonton.

Fenomena tersebut ternyata memberikan pengaruh positif kepada TIX ID. Tercatat karena tingginya antrean, aplikasi TIX ID kembali banyak digunakan, bahkan juga menjadi momentum hadirnya ribuan pengguna baru.

Sean mengklaim karena film KKN jugalah yang menempatkan aplikasi TIX ID sempat bertengger nomor satu di Google Play, sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh oleh masyarakat Indonesia.

Bahkan tren peningkatan ini turut mendongkrak revenue perusahaan, Sean mengklaim bahwa bisnisnya telah berhasil mencapai BEP (Break Even Point) dan tengah menuju cashflow positif.

Perubahan perilaku masyarakat juga memberikan pengaruh. Di awal berdirinya TIX ID, adopsinya masih terbatas di kalangan perkotaan. Sementara sekarang, dengan laju digital yang makin merata, pengguna di kota tier-2 dan 3 juga sudah mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru untuk membeli tiket via aplikasi, alih-alih mengantre di bioskop.

“Sebelum pandemi kami memprediksi dapat menjual tiket sekitar 15-20%, saat ini kami dapat menjual sekitar 40%. Hal ini terjadi karena adanya perubahan kebiasaan dari konsumen,” kata Sean.

TIX ID mengklaim sebagai satu-satunya platform yang melayani sekitar 90% gedung bioskop di Indonesia. Meskipun platform seperti Traveloka, Gojek, dan lainnya sudah mulai memberikan pilihan membeli tiket bioskop — dinilai baru merangkul sekitar 20% saja.

Sebagai platform yang cukup mendominasi penjualan tiket bioskop secara online, pembelian tiket langsung ke bioskop dinilai menjadi satu-satunya kompetitor TIX ID.

“Saat awal meluncur kami banyak melakukan kegiatan promosi. Namun saat ini kami mulai meminimalisir kegiatan tersebut dan secara organik pertumbuhan semakin membaik. Bukan hanya dari jumlah pengguna namun pertumbuhan bisnis,” kata Sean.

Masih mengandalkan DANA sebagai pilihan pembayaran utama di TIX ID, menurut Sean kerja sama strategis ini memberikan keuntungan bagi mereka. Hal ini dilihat dari pertumbuhan bisnis DANA yang semakin baik di kalangan generasi muda.

Rencana akuisisi platform event

Tahun ini banyak rencana yang ingin dilancarkan oleh TIX ID, salah satunya adalah melakukan akuisisi yang bertujuan untuk menambah pilihan pembelian tiket atraksi dan kegiatan offline melalui platform.

Belum ada informasi mendetail terkait rencana ini. Namun satu hal yang bisa dikaitkan, pada tahun 2020 lalu TIX ID sempat terlibat dalam putaran pendanaan seri B PouchNATION, yakni sebuah startup pengembang sistem manajemen event — lengkap dengan perangkat lunak dan RFID wristband.

Rencana berikutnya yang ingin digencarkan, TIX ID ingin mulai terlibat lebih dalam pada proses produksi film. Agenda ini juga belum bisa dijabarkan detailnya.

Selain itu, untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan, akan ada optimasi penggunaan big data untuk bisa mengoptimalkan penjualan tiket dan membantu bioskop menentukan penempatan film di studio yang dimiliki.

TIX ID juga ingin mempererat kerja sama strategis dengan pemain OTT, dan pengelola bioskop lainnya di Indonesia untuk memperluas jangkauan.

“Keuntungan kami adalah user-base, data, dan behaviour. Kami melihat di bisnis ini masih sulit bagi pemilik gedung bioskop untuk mengelola studio dan menemukan cara yang tepat untuk mendistribusikan film serta mengisi jumlah bangku yang dijual,” kata Sean.

Dengan pemanfaatan data tadi, mereka akan mampu untuk memprediksi dan mengukur potensi film sebelum dirilis, sehingga dapat memaksimalkan profit.

TIX ID juga ingin menjadi platform rekomendasi bagi pengguna yang ingin mencari dan menikmati film baru hingga film lawas yang kemudian bisa di arahkan ke platform mitra OTT hingga berbagai studio yang ada.

“Ke depannya kita tidak hanya ingin menjadi platform penjualan tiket bioskop online, namun ingin mengubah industri sinema tumbuh lebih cepat pasca-pandemi, dengan semakin membaiknya kondisi saat ini,” kata Sean.

Application Information Will Show Up Here