Startup penyedia platform ticketing GOERS mengungkapkan pencapaian positif sepanjang tahun 2022. Meski perusahaan hanya membeberkan angka berdasarkan pertumbuhan saja, diungkapkan peningkatan pendapatan hingga 1,5x lipat, total nilai transaksi naik 2x lipat.
Kemudian, tercatat ada tiga juta pengguna yang terhubung ke aplikasi, dengan satu juta di antaranya adalah pengguna aktif. Basis pengguna tersebut juga berhasil memproses hingga 5 juta tiket.
“Targetnya di tahun 2023, kami akan mempertahankan pendapatan bersih positif selama tiga tahun berturut-turut dan menaikkan laba bersih sebanyak dua kali lipat,” ungkap Co-founder dan CEO GOERS Sammy Ramadhan dalam keterangan resmi, Jumat (10/3).
Menurutnya, dorongan dari Presiden Joko Widodo yang mengajak masyarakat untuk kembali menonton konser dan menghadiri event, adalah stimulus dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dorongan tersebut tentunya berdampak positif bagi GOERS, didukung dengan ragam kemudahan, seperti cicilan, cashback, hingga diskon untuk pembelian tiket melalui aplikasi dan situs.
Sejak didirikan di 2015, GOERS memfokuskan diri sebagai marketplace tiket event, destinasi, dan aktivitas; sistem pemesanan dan reservasi, dan manajemen kunjungan di lokasi. Diklaim GOERS telah menjadi mitra digitalisasi dari sekitar 1.000 event organizers dan venue atraksi, seperti Taman Impian Jaya Ancol, The Lodge Maribaya, Solo Safari by Taman Safari Indonesia, dan Formula E 2022.
Perusahaan akan terus perbanyak kemitraan dengan sejumlah partner agar penjualan tiket event dan venue atraksi menjadi lebih mudah, terautomasi, dan praktis. Kabar teranyar, perusahaan menggaet Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (DPP PUTRI) agar dapat mendigitalisasi taman rekreasi yang berada di bawah naungan perhimpunan ini.
DPP PUTRI saat ini menjadi rumah bagi sejumlah destinasi wisata unggulan Indonesia, seperti The Lodge Maribaya, Lombok Wildlife Park, Taman Impian Jaya Ancol, Jawa Timur Park, Merapi Park, dan Solo Safari. Disebutkan saat ini GOERS kembali dipercaya sebagai official ticketing partner bagi sejumlah konser dan festival, di antaranya Pasar Malem by Narasi TV, Donasi Slankers X Millenial Gamelan, dan Ungu Disini Untukmu 26th Anniversary.
Di Indonesia, Goers bersaing langsung dengan Loket sebagai sesama perusahaan lokal. Di samping itu, irisan bisnis (khususnya bisnis penjualan tiket) juga digarap oleh pemain OTA dan e-commerce, di antaranya Traveloka, Tiket.com, dan Tokopedia.
Angkat Arya Setiadharma
Sammy melanjutkan, bergabungnya terkait kehadira Arya Setiadharma sebagai komisaris diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas GOERS dalam mendorong inovasi di industri hiburan hingga pariwisata.
Tak hanya Arya, sebelumnya jajaran Komisaris juga diisi oleh Kenneth Li (MDI Ventures Singapura) dan Rudi Laksmana (Mahaka Media). Sebagai catatan, Prasetia Dwidharma merupakan jajaran investor di GOERS, bersama MDI Ventures dan Mahaka Media.
Mengenai tanggapannya menjadi komisaris, Arya mengatakan bahwa teknologi ticketing yang dikembangkan GOERS terbukti memberikan sumbangsih dalam mendigialkan lanskap pariwisata Indonesia, terutama di venue wisata dan event.
“Sektor pariwisata menjadi indikator kuat perkembangan ekonomi suatu bangsa. Apalagi Indonesia tengah digadang-gadang sebagai destinasi yang mulai diperhitungkan oleh pasar wisata internasional dengan diadakannyaevent berskala dunia di negara kita. Maka dari itu, pemanfaatkan teknologi dalam venue wisata dan event sangat penting,” kata Arya.
Arya memiliki lebih dari satu dekade sebagai entrepreneur dan investor. Melalui PT Prasetia Dwidharma, ia disebut-sebut berhasil membangun portofolio dan mendanai 100 startup tahap awal di Asia Tengara, India, dan Amerika, seperti Cakap, Mekari, dan Lummo. Kemudian pada 2021 masuk ke dalam daftar salah satu orang yang paling berpengaruh di Asia oleh Majalah Tatler.
Hari ini (13/2), pengembang platform digital untuk pembelian tiket bioskop TIX ID mengumumkan keterlibatannya dalam putaran pendanaan seri B PouchNATION. Tidak diinfokan mengenai besaran investasi, yang jelas aksi korporasi ini menjadi pembuka kerja sama strategis kedua perusahaan. Nantinya teknologi yang dikembangkan startup berbasis di Singapura tersebut akan digunakan TIX ID untuk mendukung kegiatan off-air.
Salah satu produk unggulan PouchNATION adalah perangkat berbasis NFC (Near-field Communication) yang diaplikasikan untuk memudahkan penyelenggara acara mengelola mobilitas peserta. Penerapan paling umum, ketika mengikuti sebuah acara peserta akan mendapatkan gelang yang dilengkapi dengan sensor NFC. Panitia dapat mendata dengan menempel gelang tersebut ke alat scanner atau ponsel, saat peserta masuk atau keluar dari venue.
Pelaporan dilakukan secara otomatis, karena data yang berhasil terekam akan tersinkronisasi ke server dan dianalisis melalui dasbor yang disediakan. Selain untuk akses keluar-masuk acara, produk tersebut juga bisa didesain sebagai sistem pembayaran cashless menunjang transaksi di acara.
“Kolaborasi ini akan memudahkan pengelolaan sebuah acara menjadi sangat efektif, dimulai dari pembelian tiket secara online melalui platform TIX ID, hingga pengelolaan massa, kontrol akses dan kegiatan aktivasi sebuah brand melalui platform PouchNATION,” terang Managing Director TIX ID Sean Kim.
Sementara itu CEO PouchNATION Ilya Kravtsov mengatakan, “Investasi ini sesuai dengan tujuan PouchNATION untuk menajamkan posisi bisnis, bukan hanya di area acara, namun juga di area bisnis lokasi pelaksanaan acara. Kami melihat TIX ID yang memiliki jangkauan lebih dari 80% bisnis bioskop di Indonesia sebagai partner strategis yang tepat untuk visi PouchNATION.”
TIX ID terasosiasi dengan grup korporasi EMTEK, dengan kepemilikan saham 30%. Saat ini perusahaan mengklaim telah memiliki sekitar 5 juta pengguna aktif. Di bulan Maret 2020, cakupan platform akan diperluas, tidak hanya jual tiket bioskop, namun juga tiket ke berbagai acara. Selain itu akan turut membantu promotor melakukan pengelolaan acara off-air secara lebih efektif dengan teknologi.
Di Indonesia, TIX ID bersaing langsung dengan beberapa perusahaan. Misalnya dengan decacorn Gojek yang telah miliki layanan pemesanan tiket bioskop GoTix dan platform penjualan tiket acara Loket. Selain itu ada beberapa pemain seperti Goers yang juga berada di lini bisnis serupa.
Putaran pendanaan dipimpin Traveloka
Putaran pendanaan seri B PouchNATION telah dimulai sejak Juni 2019, waktu itu Traveloka membuka sekaligus memimpin pendanaan, didukung SPH Ventures. Investasi tersebut diberikan setelah Traveloka mulai fokus kembangan lini bisnis Xperience, diharapkan teknologi NFC yang dikembangkan dapat mendukung posisi perusahaan sebagai “discovery platform”.
PouchNATION telah menangani rata-rata $5 juta nilai transaksi bulanan dari beragam jenis acara. Persebaran produknya sudah meliputi pasar Singapura, Filipina, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Di Indonesia, mereka bernaung di bawah PT Easy Touch Group yang belokasi di Jakarta.
DailySocial continues to provide recommendations for investors regarding potential early-stage startups. This startup selection is based on several criteria. In the process, each nominee asked to submit extensive information about the team and the traction. The coverage will be limited, as an overview and public notice. The explanations are written directly by each founder.
Ivenframe (Yogyakarta)
Vertical, Platform & Year of Founded: Event Ticketing, Website, 2013
Company Description
Ivenframe (formerly Loketics) is a tech company that focuses on entertainment and ticketing solution. They have three main products and services: event platform, ticketing management services, and e-ticketing solution. Ivenframe has an attractive traction in their platform, and the founder believes that entertainment industry is a big business in the future. Having a deal with entertainment industry as early as possible right now is the best choice due to current developing country like Indonesia.
In early 2018, they sold more than 40 thousand tickets to 21 thousand users and facilitated more than 250 events. Rebranding is accompanied by an expansion of the business model. They not only sell tickets but provide end-to-end facilities for event organizers. In addition to helping sell tickets online, Ivenframe also produces tickets, the committee team, gate-entry management, marketing, and advertising.
Tractions
User Growth
Monthly Revenue
5000 per month
US$7000
Planning
How much do you expect to raise?
How much equity are you willing to give away for this round?
US$500.000
5%
With the funding, they plan to expand their development team to provide solution for e-Ticketing Management Services (for MICE and big event) and e-ticketing solution (for attraction site).
If you are an investor or part of the venture capital, we have a special newsletter of complete information about the recommendations, including pitch deck and traction. However, have you had any intention to connect with the related founder, we’d be willing to help. For further information, please contact [email protected].
Aplikasi pemesanan tiket bus asal India, RedBus, bakal mengembangkan lebih banyak solusi atas permasalahan yang terjadi di industri transportasi khususnya bus. Hal itu dilakukan pasca perusahaan meresmikan kehadirannya di Indonesia. Disebutkan isu pembayaran online dan edukasi operator bus jadi kendala utama yang akan dihadapi.
Country Head RedBus Indonesia Danan Christados menuturkan, sistem pembayaran online di Indonesia lebih kompleks dibandingkan negara lainnya yang sudah dihadiri perusahaannya. Oleh karena itu, mengintegrasikan banyak opsi pembayaran menjadi hal utama yang perlu dilakukan agar pengguna semakin nyaman.
“Tantangan besar lainnya adalah meyakinkan operator bus konvensional dan shuttle untuk mendigitalkan investaris mereka dan membuat mereka sadar bagaimana transformasi bisnis ke online benar-benar dapat mengubah bisnis,” ucapnya kepada DailySocial.
Tantangan inilah yang membuat RedBus baru meresmikan kehadirannya, meski secara operasional sudah dimulai sejak tahun lalu. Perusahaan akan terus berinovasi dan memberikan solusi yang relevan dari bisnis RedBus di luar negeri untuk pasar Indonesia. Pada saat yang bersama fitur spesifik akan dibuat untuk melayani Indonesia.
Ia mencontohkan fitur yang masih digodok oleh tim adalah navigasi ke terminal boarding dan melacak lokasi bus secara real time lewat GPS. RedBus juga menyiapkan platform analisis pasar dan permintaan, serta solusi manajemen bagi hasil buat para operator bus.
“Dilihat dari conversion rate, sekarang kami yakin untuk memberikan pengalaman terbaik kepada pelanggan. Oleh karena itu kami sudah selesai melewati tahap beta dan mengumumkan peluncuran penuh kami di Indonesia.”
Danan memastikan salah satu layanan RedBus yang sudah hadir di luar negeri, yakni Red:Hotel, bakal diboyong ke Indonesia dalam waktu dekat. Red:Hotel adalah layanan OTA untuk pemesanan hotel secara online. Selain Red:Hotel, unit bisnis RedBus lainnya yang sudah ada di luar negeri adalah Red Hire untuk rental bus dan Pilgrimages untuk paket tur.
“Kami sepenuhnya berkomitmen untuk mengubah ekosistem bus di Indonesia. Kami ingin mengembangkan pasar Indonesia dengan pola pikir seperti itu.”
Layanan RedBus di Indonesia
RedBus
Danan menyebut RedBus telah bermitra dengan lebih dari 110 operator bus dan shuttle seperti Sinar Jaya, Nusantara, PO San, Agra Mas, Putera Mulya, Alloy, dan NPM. Dengan kemitraan ini, RedBus dapat melayani permintaan pengguna yang sebagian besar dari Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Tidak hanya rute jarak panjang, ada minat yang besar dari rute pendek seperti Jabodetabek ke Bandung serta Joglo Semar (Yogyakarta, Solo, Semarang). Secara total ada 1400 rute unik yang menghubungkan lebih dari 150 kota di Indonesia.
Ditargetkan sampai akhir tahun depan, RedBus dapat melipatgandakan jumlah mitra menjadi sekitar 200 operator bus. Dari angka itu, diperkirakan perusahaan dapat menjual 200 ribu kursi setiap harinya dari saat ini hanya 70 ribu kursi.
“Lebih dari 50% penjualan kami datang dari aplikasi RedBus versi Android. Semangat kami sampai sekarang adalah fokus perbanyak inventaris sebanyak mungkin dan menyempurnakan produk demi memenuhi kebutuhan pengguna.”
Pembayaran tiket di RedBus dapat dilakukan lewat transfer bank, GoPay, dan Alfamart. Disediakan pula opsi kartu kredit dan debit, namun peminatnya masih minim. Setelah melunasi pembayaran, pengguna dapat memperoleh tiket bus melalui SMS tanpa perlu mencetaknya ketika naik bus.
RedBus beroperasi di enam negara termasuk India, Kolombia, Malaysia, Peru, dan Singapura. Aplikasi telah diunduh lebih dari 32 juta kali dan melayani lebih dari 18 juta pelanggan di seluruh dunia. Diklaim Redbus telah menjual lebih dari 170 juta tiket bus.
“Dari berbagai dukungan dari mitra operator dan pemerintah terhadap industri moda bus, juga pemain seperti RedBus, kami meyakini Indonesia akan jadi pasar terbesar dalam dua tahun ke depan,” tutupnya.
Mister Aladin introduces flight booking feature. They’re now entering the OTA crowds with this feature. Other that specific OTA services, some marketplace, like Tokopedia and JD.id, also provide this feature.
According to Mister Aladin‘s internal data, the soft launching of Mister Aladin’s flight booking feature has an impact on the hotel booking by 63% in the first quarter of 2018. Of the total booking, domestic travel is still a priority.
“We currently have more than 100,000 hotel inventories and targeting 200% increase by the end of 2018. To fulfill consumer’s demand and accommodate booking trend for the domestic route in Lebaran, we decided to launch flight booking feature focusing on domestic routes,” Veranika Gunawan, CEO of Mister Aladin, explained.
The flight booking feature should be Mister Aladin’s innovation to keep on track with the competitors. In addition, they have to be consistent in creating innovation and features for user’s demand.
In the same occasion, Mister Aladin also introduces Personal Travel Assistant feature in the app. It is expected to give a personal touch in its services. It also allows consumers to experience personal assistant service managed by the experts.
“We’ve seen a themed travel trend, such as backpacker, foodie, road trip, traveling for a marathon, and many others in the current travel class. As the best travel companions, it’s easy for us to create those stuff through Personal Travel Assistant,” Nitha Sudewo, COO of Mister Aladin, said.
Personal Travel Assistant feature and capability for personalized service by Mister Aladin are claimed to be the unique feature to stay competitive among other OTAs.
“I believe the uniqueness will be a leading feature of Mister Aladin in Indonesia’s market,” she explained.
– Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Mister Aladin memperkenalkan fitur baru mereka untuk pemesanan tiket pesawat. Dengan fitur baru ini Mister Aladin akan meramaikan sektor OTA di Indonesia di tengah persaingan pasar yang makin ramai –seperti diketahui sebelumnya, layanan e-commerce seperti Tokopedia dan JD.id juga melayani pemesanan tiket pesawat.
Dari data internal Mister Aladin, selepas acara soft-launching fitur tiket pesawat berimplikasi pada peningkatan pemesanan hotel sebesar 63% di kuartal pertama tahun 2018. Dari total pemesanan tersebut liburan di dalam negeri masih menjadi prioritas.
“Saat ini kami memiliki lebih dari 100.000 inventory hotel dan kami ke depannya menargetkan peningkatan inventory sebesar 200% di akhir 2018 ini. Untuk memenuhi permintaan konsumen sekaligus mengakomodasi tren pemesanan dalam negeri saat libur lebaran nanti, kami memutuskan untuk meluncurkan fitur pemesanan tiket pesawat dan berfokus pada rute domestik terlebih dulu,” terang CEO Mister Aladin Veranika Gunawan.
Fitur pemesanan tiket pesawat ini memang sudah seharusnya menjadi inovasi dari Mister Aladin jika tidak ingin tertinggal dari para pesaing lainnya. Selain itu Mister Aladin juga harus tetap konsisten dalam menghadirkan inovasi dan fitur yang dibutuhkan pengguna.
Dalam kesempatan yang sama Mister Aladin juga menghadirkan fitur Personal Travel Assistant pada aplikasi mereka. Fitur ini diharapkan mampu memberikan sentuhan personal ke dalam layanannya. Fitur ini memungkinkan konsumen menikmati layanan asistem pribadi yang dikelola oleh travel experts pilihan setiap saat.
“Kami melihat adanya tren themed travel seperti perjalanan backpacker, foodie, road trip, traveling untuk marathon dan sebagainya di kalangan travellers masa kini. Sebagai teman travel terbaik para travellers, mudah bagi kami untuk mewujudkan hal tersebut melalui Personal Travel Assitant,” terang Chief Operating Officer Mister Aladin Nitha Sudewo.
Fitur Personal Travel Assistent dan kemampuan memberikan layanan personalisasi milik Mister Aladin ini diklaim menjadi pembeda dan keunikan sehingga bisa tetap bersaing dengan OTA lainnya.
“Saya percaya keunikan ini akan tetap menjadi salah satu keunggulan Mister Aladin di pasar Indonesia,” terang Nitha.
Saat ini hampir semua pembelian tiket transportasi umum bisa dilakukan dengan secara online. Salah satu yang ambil peran di dalamnya adalah Bosbis. Di tahun 2018 ini Bosbis ingin mengembangkan bisnisnya dalam bentuk e-ticketing solution dan membuka API Bus Integration System (B.I.S) untuk memudahkan masyarakat mendapatkan tiket bus.
Nucky Djatmiko, Founder dan CEO Bosbis, kepada DailySocial mengklaim bahwa pihaknya saat ini sudah menjadi online bus ticketing terbesar di Indonesia. Dari sisi jumlah, operator yang telah bergabung tercatat ada 300, lebih dari 140 kota keberangkatan, lebih dari 300 kota tujuan, dan lebih dari 5000 trayek. Bosbis saat ini juga dipercaya sebagai exclusive tech partner Organda untuk menerapkan e-ticketing system untuk 140 terminal bus tipe A di Indonesia.
“Sesuai dengan Instruksi Menteri Perhubungan No. 11 tahun 2017, Kemenhub memberikan mandat kepada Organda untuk segera melakukan implementasi e-ticketing solution untuk semua Terminal Bus Tipe A di Indonesia dan juga untuk seluruh operator. Bosbis adalah satu-satunya exclusive tech partner dari Organda. Peluang sekaligus tantangan yang kami hadapi untuk 5 tahun ke depan sangat luar biasa. B.I.S diposisikan sebagai ‘rumah besar’ e-ticketing solution untuk industri bus AKAP dan AKDP di Indonesia,” terang Nucky.
Ia melanjutkan tugas Bosbis, Organda, dan sejumlah partner lainnya adalah untuk memastikan bahwa e-ticketing harus selesai diimplementasikan dalam jangka waktu beberapa tahun mendatang.
“Target kami dalam tiga tahun sudah selesai. Kami juga berharap bahwa sebanyak mungkin operator juga akan menggunakan sistem B.I.S kami,” imbuhnya.
Inovasi di tahun 2018
Di awal tahun ini Bosbis bermitra dengan DOKU untuk menambah ragam solusi pembayaran dan Adira Insurance untuk penyediaan asuransi kecelakaan diri.
“DOKU memberikan opsi metode pembayaran beragam, sehingga calon penumpang dapat memilih metode pembayaran yang paling nyaman untuk mereka,” terang Chief Marketing Officer DOKU Himelda Renuat mengomentari kerja sama dengan Bosbis.
Sistem Bosbis saat ini sudah terkoneksi ke Bus Integration System (B.I.S) yang digunakan oleh Perusahaan Otobus (PO) untuk melakukan manajemen armada, harga, penjatahan kursi, keagenan tiket dan lain-lain. Kondisi ini memudahkan penumpang untuk bisa memesan tiket, memilih kursi dan membayar hanya dalam hitungan detik.
“Target utama [untuk tahun ini] adalah roll out eticketing solution untuk sekitar 10 terminal bus tipe A di Indonesia sesuai dengan rencana Kemenhub. Target yang kedua adalah untuk memastikan bahwa Open API B.I.S bisa tersebar seluas-luasnya sehingga nantinya penumpang bus akan semakin mudah untuk beli tiket bus di mana saja. Selain bisa beli dari website atau aplikasi Bosbis, juga bisa dibeli di Alfamart, jutaan agen PPOB, 300.000 lebih agen BRILink, dan marketplace atau e-commerce yang terkenal di Indonesia,” tutup Nucky
Sejak diluncurkan pada tahun 2013, nama Loketics semakin banyak dirujuk saat konsumen ingin membeli tiket suatu pertunjukan. Startup yang berbasis di Yogyakarta ini dikenal sebagai platform online yang menjual beraneka ragam jenis tiket, mulai dari konser musik, seminar, konferensi, kompetisi, pameran, dan berbagai jenis acara lainnya. Sampai saat ini tercatat lebih dari 40 ribu tiket terjual ke 21 ribu pengguna dan memfasilitasi sekitar 250 acara dari berbagai latar belakang.
Nama baru, semangat baru
Visi Loketics adalah menghadirkan platform industri event dengan sistem terintegrasi. Pihaknya percaya, bahwa sinergi antara teknologi dan konsumen (target utama millennials) yang memadai dapat membantu penyelenggara event mendapatkan keuntungan yang lebih maksimal. Tidak berhenti di situ, Loketics ingin mengawali transformasi bisnis secara berkelanjutan dengan mematangkan dirinya sebagai “one stop event platform“.
Transformasi ini diawali dengan pemilihan nama baru, dari Loketics menjadi Ivenframe, merujuk pada nama legal perusahaan PT Ivenframe Teknologi Nusantara. Dengan pengubahan nama tersebut, pihaknya ingin mengubah pandangan yang ada di masyarakat bahwa Ivenframe tidak hanya menyediakan layanan distribusi tiket, tetapi juga layanan lain, meliputi persiapan pre-event, during event dan post-event. Penggantian nama ini bertepatan dengan peresmian kantor barunya di seputar Sleman, Yogyakarta, pertengahan Februari lalu.
“Masyarakat lebih mengenal Loketics hanya sebagai ticket box atau gampangnya sebagai perantara penyelenggara event dengan pembeli, sedangkan layanan kami tidak hanya itu. Sebenarnya kami menangani pre-event, during event dan post-event. Ticket box adalah salah satu layanan kami yang ada di pre-event itu. Maka dari itu, kita berganti nama menjadi Ivenframe,” sambut CEO Ivenframe Hasan Imaduddin.
Ivenframe sendiri memiliki makna yang cukup menarik, yaitu ‘I’ yang berarti “aku, Indonesia, internet”, kemudian “Ven” diambil dari kata “Event”, dan “Frame” yaitu bingkai. Diharapkan solusi yang diberikan mampu mencakup dan menjadi rangka yang kuat dalam berbagai event.
Pengajawantahan konsentrasi bisnis ini menjadi tiga solusi produk, yakni cloud eventplatform, event campaign, dan support services. Selain membantu menjual tiket secara online, Ivenframe turut menyediakan layanan lain, seperti produksi tiket, tim kepanitiaan, manajemen gate-entry, bahkan pemasaran/iklan acara.
Berbagai layanan yang diusung Ivenframe / Ivenframe
Bersiap ekspansi ke Filipina dan Hong Kong
Bersama dengan penggantian nama ini, Ivenframe berkomitmen terus melakukan inovasi dan perluasan pangsa pasar. Disampaikan Anindyo Susjanarko, Chief Commercial Officer and Global Expansion Ivenframe, saat ini perluasan kemitraan menjadi agenda utama Ivenframe.
Selain menguatkan basis bisnis di Indonesia, Ivenframe merencanakan untuk melakukan ekspansi ke Filipina dan Hong Kong. Ekspansi tersebut diharapkan menjadi awal penguatan basis bisnis Ivenframe di Asia Tenggara.
“Dengan mengubah nama menjadi Ivenframe sekaligus mengembangkan beberapa solusi yang lebih inovatif dan mengadopsi proses otomasi penjualan, harapan kita bisa lebih mampu meng-capture beberapa peluang yang ada di pasar kita. Bahkan kita juga tengah mencoba menjalin kemitraan strategis di negara-negara lain, yaitu Filipina dan Hong Kong,” ujar Anindyo.
Cerita tentang liku-liku founder startup Indonesia di balik kesuksesannya selalu menarik untuk disimak. Di tengah persaingan segmen bisnis Online Travel Agency (OTA), nama Indonesia Flight menjadi salah satu pengusung layanan yang kini patut diperhitungkan.
Startup di bawah naungan PT Globalnet Aplikasi Indotravel ini lahir dari sebuah proses belajar yang unik oleh founder sekaligus CEO-nya, Marcella Einsteins. Kariernya dimulai dari keterlibatannya dalam berbagai job desc di salah satu startup pemimpin OTA saat ini, Tiket.com. Mulai dari menjadi quality assurance (QA), copywriter, tim event, media sosial, partnership, fraud analyst hingga customer service pernah ia kerjakan.
Perempuan lulusan jurusan Teknik Informatika Binus, yang mengambil spesialisasi Artificial Intelligence, dari awal mengenyam karier sudah merasa dan bertekad bahwa menjadi entrepreneur adalah tujuan kariernya. Keyakinan tersebut juga pada akhirnya yang mengantarkannya untuk memilih bekerja di startup, ketimbang di korporasi layaknya teman-teman seangkatannya kala itu. Bagi Marcella, memilih bekerja di startup bukan tanpa alasan. Banyak hal yang melandasi dan menjadi perhitungan, mulai dari produk, visi misi yang jelas, lingkungan kerja, hingga founder.
“Kepribadian pemimpin atau founder dapat memberikan impact positif dan menjadikan saya pribadi yang berkarakter, bukan hanya dalam professional kerja, namun juga dalam kehidupan saya sehari-hari.”
Dari menjadi Quality Assurance hingga Product Manager
Bercerita kepada DailySocial, alasan Marcella menjadi QA di Tiket.com karena lowongan tersebut satu-satunya yang tersedia kala itu di luar job desc yang mengharuskannya coding. Ia merasa kurang nyaman untuk coding, karena lebih suka menjadi “kutu loncat” mencoba segala sesuatu sembari mencari jati diri. Baginya QA hanya sebuah jabatan. Selama di Tiket.com ia mencoba dan mencicipi beragam jenis pekerjaan, hingga pada akhirnya dipercaya untuk menjadi manajer produk untuk sebuah divisi baru.
“Uniknya saya mengenal CEO Tiket.com ketika itu dari game online DOTA, jauh sebelum Tiket.com dibangun […] Di bulan ke delapan bekerja, saya baru mendirikan Indonesia Flight, dengan memanfaatkan peluang penggunaan API Tiket.com dengan dibekali restu dari para founder-nya.”
Intuisi yang memberinya keyakinan bahwa Indonesia Flight akan mampu berdiri survive kendati pasar Online Travel Agency sudah sangat riuh, setidaknya sudah sangat jelas pemimpin pasarnya di Indonesia. Tahun 2012, di saat platform BlackBerry sedang berada di puncak kejayaan, Marcella justru melihat peluang lain untuk mengembangkan aplikasi di platform Android yang masih sedikit sekali peminatnya, pun demikian dengan ekosistem aplikasi lokal di dalamnya, masih sangat minim.
Berbekal belajar otodidak dan bantuan partner bisnisnya, Marcella mengembangkan aplikasi Indonesia Flight, sebagai aplikasi lokal pertama yang mampu memfasilitasi pemesanan pesawat untuk beragam maskapai di Google Play. Setahun kemudian, platform iOS segera disinggahi. Dari awal traksi pengguna menunjukkan angka yang fantastis, dalam guraunya Marcella mengatakan ketika 5 bulan setelah peluncuran pertamanya, komisi yang didapat dari penjualan tiket di Indonesia Flight sudah mampu melebihi gajinya di Tiket.com kala itu.
“Lalu apakah saya keluar dari Tiket.com? Tidak. Karena saya tahu, saya masih belum cukup berpengalaman untuk menjalankan perusahaan saya sendiri, dan dari saya sendiri pun ingin memberikan nilai lebih di Tiket.com, agar tidak menjadi seperti kacang lupa kulitnya,” ungkap Marcella.
Baru setelah 2 tahun Indonesia Flight berdiri, Marcella memutuskan untuk keluar dar Tiket.com, di saat banyak feedback dan permintaan pelanggan yang menuntut Indonesia Flight memacu inovasi dan layanannya. Seiring dengan peningkatan angka pengguna dan kualitas layanan, beberapa investor mulai melirik dan membincangkan investasi di Indonesia Flight. Hal mengejutkan, 2 bulan pasca aplikasi dirilis, jumlah unduhan aplikasi mencapai 10.000 lebih dan semuanya organic download.
Traksi dan capaian Indonesia Flight dan target ke depannya
Dalam menggerakkan roda bisnis, Marcela menekankan pada pemahaman behaviour dari pelanggan dan target pangsa pasarnya. Hal tersebut terbukti dari survei yang pernah ia buat, kendati price sensitive masih menjadi faktor pertama penentu OTA di kalangan konsumen, faktor lain yang mendominasi adalah tentang pilihan favorit, kenyamanan pelanggan dalam melakukan pembelian.
Pemesanan melalui kanal web kini juga dilayani di Indonesia Flight
“Meski sudah ada raksasa pemain OTA, toh masih banyak pelanggan yang memilih membeli tiket di Indonesia Flight, bahkan kadang mereka membeli tanpa menggunakan kode promo. Demi pelanggan setia itu, membuat saya menjadi lebih semangat melanjutkan bisnis ini,” sahut Marcella menjelaskan prinsipnya dalam berbisnis.
Di bulan ke 9 bisnisnya berjalan, penjualan mencapai angka Rp 65 miliar. Angka yang sangat tinggi, mengingat kala itu Marcella mengelola platform tersebut di waktu luangnya bekerja, 2-3 jam di sela-sela waktu istirahat. Ia membalas feedback dan email sampai batas waktu jam 12 malam untuk menjaga kestabilan fokus keesokan harinya.
Keseriusannya dalam berbisnis membuahkan hasil manis, setiap tahun penjualan naik secara organik 200%, dan tahun 2016 penjualan sudah mencapai lebih dari Rp 432 miliar.
Sejak awal berdiri, Indonesia Flight sudah fokus pada profit. Di tahun pertama berdiri, berbagai kebutuhan operasional seperti membayar gaji karyawan, biaya pemasaran, dan berbagai keperluan lainnya sudah berhasil di-cover dari hasil penjualan tiket pesawat.
“Saat ini Indonesia Flight hanya fokus pada tiket penerbangan. Ke depannya kami akan melebarkan sayap ke hotel dan produk lainnya […]. Target kami tahun 2017 adalah 3x lipat (pertumbuhan) dari tahun sebelumnya.”
Juga mengembangkan aplikasi pemesanan tiket kereta api
Siapa sangka aplikasi Tiket Kereta Api yang sebelumnya banyak dikira sebagai aplikasi resmi PT Kereta Api Indonesia juga karya tim Indonesia Flight. Sampai dengan tulisan ini dibuat, aplikasi tersebut masih menjadi aplikasi #1 untuk reservasi tiket kereta di kategori Travel & Local platform Android. Jumlah unduhannya telah mencapai 2,5 juta dengan growth per tahun mencapai 200%.
“Sering dianggap sebagai aplikasi resmi dari PT KAI, terbukti dengan banyaknya email masuk yang meminta perhatian kami mengenai fasilitas kamar mandi ataupun tiket di stasiun, bahkan ada yang menanyakan nama penjaga loket karena ingin berkenalan dengan petugas wanita yang bekerja di sana.”
April 2016 lalu, aplikasi Tiket Kereta Api menjamah platform iOS. Dari pemaparan Marcella marketing cost yang dikeluarkan untuk pengelolaan aplikasi ini tidak pernah lebih dari Rp 10 juta per bulan, baik untuk digital marketing, paid channel maupun offline marketing.
Untuk pemasaran offline pun baru dilakukan akhir-akhir ini, setelah 3 tahun mengudara. Beberapa waktu lalu aplikasi mulai diperkenalkan melalui aktivitas kampanye di stasiun Pasar Senen.
Salah satu tampilan halaman aplikasi Tiket Kereta Api
Sebagai aplikasi yang tidak memiliki dan melayani pembelian di web, Tiket Kereta Api berhasil menjadi mitra terbaik kedua sebagai kanal penjual tiket berdasarkan data laporan penjualan mitra PT KAI per 8 Juni 2016.
Perencanaan matang dan keyakinan untuk tujuan cita-cita
Memilih untuk bekerja di startup dan mendirikan startup bukan hanya semata dengan pilihan melempar dadu, itulah keyakinan yang digenggam Marcella di awal kariernya. Keyakinan tersebut harus kokoh.
Di awal memulai pekerjaannya di Tiket.com, iming-iming bekerja di tempat berfasilitas bagus, insentif terjamin, dan tunjangan stabil dari lingkungan pertemanan sering terlihat menggiurkan.
Meskipun demikian ia selalu mengembalikan kepada fitrah hidup bahwa setiap manusia berhak untuk memilih jalannya. Dengan mengenali kepribadiannya sendiri tentang keinginan dan cita-citanya, Marcella selalu merasa kokoh dan yakin dengan pilihannya.
“Tanyakan kepada diri Anda, apakah siap menerima kondisi terburuk apabila startup yang kita dirikan atau startup tempat bekerja ternyata cuma bertahan seumur jagung? Di luar ketidakstabilan perjalanan startup yang ngeri-ngeri sedap, fleksibilitas dalam berinovasi dan peluang untuk menciptakan lapangan kerja bagi orang lain membuat saya memilih untuk bekerja dan membangun startup.”
PT. KCJ, selaku pengelola kereta Commuter Jakarta, menjalin kerjasama dengan tiga penyedia layanan telekomunikasi Indonesia yaitu XL Axiata, Indosat, serta Telkom, untuk melakukan pengisian saldo e-ticketing melalui pengisian saldo dompet elektronik operator telekomunikasi tersebut. KRL (Kereta Rel Listrik) Commuter Jabodetabek jelas telah menjadi sarana transportasi kaum urban sehari-hari bagi ratusan ribu penduduk Jakarta dan sekitarnya. Dalam rangka memperbaiki dan mempermudah layanan, kerjasama e-ticket dengan tiga operator tersebut diharapkan akan meningkatkan respon positif dari penggunanya.
Sejak diresmikan pada 1 Juli 2013 lalu seluruh pengguna jasa KRL Jabodetabek menggunakan tiket elektronik (e-ticket) untuk membayar ongkos perjalanan KRL. Tiket elektronik ini menerapkan sistem tarif progresif, dimana pengguna layanan KRL hanya membayar sesuai jarak perjalanannya.
Ppihak KCJ menerbitkan dua jenis tiket elektronik yaitu Kartu Multi Trip (KMT) dan Tiket Harian Berjaminan (THB) atau tiket satu kali pakai. Dengan menggunakan KMT yang memiliki saldo minimum tujuh ribu rupiah, pengguna jasa tidak perlu lagi antre di loket setiap akan melakukan perjalanan. Saldo akan dikurangi langsung tiap kali melakukan perjalanan.
Tiket elektronik KRL Jabodetabek sudah mencapai 600 ribu transaksi setiap harinya menurut siaran pers tang disampaikan ke DailySocial. Dari jumlah tersebut, lebih dari setengahnya, sekitar 55 persen, adalah pengguna KMT. Bila saldo KMT tersebut habis, pengguna tinggal mengisi melalui loket KRL.
Nah, dengan kerjasama tiga operator seluler ini pengguna tidak perlu antre lagi melakukan pengisian saldo, cukup mengaktifkan akun uang elektroniknya melalui Indosat Dompetku, XL Tunai, dan Telkom T-Money.
Saat mengisi ulang KMT, pengguna harus memasukkan 16 digit nomor kartu yang tertera di bagian belakang KMT. KMT yang telah diisi ulang kemudian harus diletakkan di vending machine stasiun untuk menuntaskan proses reload atau transfer dana dari uang elektronik provider telekomunikasi ke KMT.
Namun sayangnya saat ini vending machine baru tersedia di tiga stasiun: Sudirman, Bogor, dan Jakarta Kota. Bila tiga stasiun ini tidak menjadi daerah tujuan atau asal pengguna, sabar saja. Sebab rencananya akan dipasang di 20 stasiun KRL Jabodetabek lainnya. Ke depannya, mesin ini akan dipasang pada 66 stasiun KRL Jabodetabek.
Menurut Presiden Direktur XL, Hasnul Suhaimi dalam rilisnya, kerjasama ini merupakan salah satu bentuk dukungan XL terhadap kemajuan moda transportasi Indonesia. XL Tunai dapat digunakan untuk mengisi saldo KMT KRL Jabodetabek. Hasnul juga berharap, kerja sama ini akan semakin memudahkan masyarakat dalam bertransaksi dan semakin mendorong animo masyarakat, terutama dari kalangan pelanggan XL untuk menggunakan Commuterline sebagai moda transportasi utamanya, sehingga bisa mengurangi kemacetan di Jabodetabek.
Hasnul menambahkan, dalam pengisian melalui XL Tunai pelanggan diuntungkan karena tidak perlu mengantri. Namun pelanggan akan dikenakan biaya admin sebesar Rp 2.500 per transaksi isi saldo multi trip, dan Rp 350 untuk Tiket Harian Berjaminan (THB) nantinya. Keunggulan XL Tunai memang ada pada kemudahan dalam mengakses menu XL Tunai untuk pengisian KMT ini. Cukup tekan *123*120# dan pilih “Pembayaran”. Tidak ada pemotongan pulsa tambahan maupun pemotongan saldo XL Tunai.
Nada yang sama juga disampaikan President Director & CEO Indosat, Alexander Rusli yang menyatakan, hadirnya layanan uang elektronik untuk isi ulang KMT secara terintegrasi ini merupakan sebuah keharusan untuk memberikan kemudahan sistem pembayaran transportasi bagi pengguna KRL sekaligus pelanggan telekomunikasi. Plus kerjasama ini juga upaya mendukung program pemerintah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas sistem transportasi di Indonesia secara keseluruhan.
Khusus untuk isi ulang menggunakan layanan Dompetku, calon pengguna jasa cukup isi ulang melalui menu Dompetku di *789*2# dan melakukan konfirmasi update saldo kartu dengan tap KMT di vending machine yang disediakan di stasiun. Untuk setiap transaksi isi ulang KMT, calon penumpang akan dikenakan biaya Rp 2.500 per transaksi, sementara untuk kartu THB sebesar Rp 350. Apabila calon penumpang tidak melakukan konfirmasi atau update saldo divending machine hingga pkl 24.00 WIB di hari yang sama, maka saldo akan dikembalikan ke Dompetku calon penumpang.
Executive General Manager Solutions Convergence Division yang hadir mewakili Direktur Inovation & Strategic Portfolio Telkom, Achmad Sugiarto, menyampaikan bahwa setelah sukses membantu penyiapan e-ticketing KCJ dan dilanjutkan dengan vending machine untuk TopUp, Telkom juga menyediakan mobile apps TMoney yang dapat di download secara gratis di Google Play untuk melakukan isi ulang kartu multi trip (KMT).
Pengguna cukup klik menu TopUp KCJ kemudian mengisi 16 digit Nomor Kartu KCJ. Selanjutnya pemegang kartu melakukan konfirmasi di vending machine di area stasiun Commuterline. Untuk setiap transaksi TopUp KMT, pelanggan dikenakan biaya sesuai tarif KCJ sebesar Rp. 2,500 per transaksi. Info lebih lanjut mengenai TMoney, dapat diakses di sini
Tentu mempermudah sistem pembayaran tidak serta merta membebaskan KCJ dari berbagai permasalahan yang dirundungnya saat ini namun setidaknya merupakan langkah yang cukup signifikan dan akan berdampak kepada penyelarasan layanan secara umum. Selanjutnya, KCJ masih perlu memperbaiki berbagai hal seperti sistem sinyal, keterlambatan kereta, dan tentunya keamanan dan kenyamanan kereta Commuter bagi seluruh penggunanya.