Layanan Tutor Online Hong Kong SnapAsk Optimis Masuki Pasar Indonesia

Seminggu yang lalu, Kejora Ventures mengumumkan penambahan portofolio dengan berpartisipasi di pendanaan Pra-Seri A senilai total lebih dari 65 miliar Rupiah untuk startup teknologi pendidikan Hong Kong SnapAsk. DailySocial berkesempatan bertemu langsung dengan pendiri dan CEO SnapAsk Timothy Yu dan berdiskusi tentang bagaimana rencananya berekspansi di pasar Indonesia.

Kepada DailySocial, Managing Partner Kejora Ventures Eri Reksoprodjo menjelaskan bahwa pihaknya memiliki “niat mulia” dengan berinvestasi di ranah pendidikan dengan harapan bisa membantu pemerintah meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan ke seluruh pelosok negeri. Khusus soal investasinya, SnapAsk dianggap sebagai startup yang tepat untuk menjawab soal isu scalability.

SnapAsk sudah tersedia di Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan dengan ambisius ingin berada di 30 negara yang terletak di 5 benua pada tahun 2020.

SnapAsk sendiri adalah layanan tutor online, dalam bentuk aplikasi mobile berbasis messaging, yang membantu siswa menyelesaikan permasalahan soal-soal pendidikan yang dihadapinya. Seperti layaknya berkomunikasi menggunakan platform messaging, pengguna dapat menggunakan SnapAsk untuk memilih tutor dan meminta mereka membantu memecahkan soal-soal sekolah yang dihadapi. Berdasarkan data yang mereka miliki, diklaim bahwa setiap pertanyaan bakal mendapatkan respon jawaban dalam waktu 8 detik.

Timothy yakin terhadap platform-nya karena biasanya di kelas siswa Asia cenderung malu untuk bertanya. Mereka bakal lebih nyaman untuk bertanya soal hal yang tidak dimengerti karena pengalaman one-on-one yang diberikan, layaknya chatting dan berdiskusi dengan teman.

Strategi ekspansi ke Indonesia

Meskipun belum mengenal pasar Indonesia, SnapAsk yakin produknya diterima siswa Indonesia. Kejora Ventures, sebagai bagian dari investasinya, membantu SnapAsk mengembangkan layanan dan tim lokal di sini.

Setelah memulainya dengan bertemu stakeholder penting, SnapAsk akan fokus merekrut tutor terverifikasi sebanyak-banyaknya. Diharapkan dalam 2-3 bulan ke depan SnapAsk bisa digunakan di sini.

Indonesia jelas merupakan pasar penting karena populasinya yang besar. Menurut data Kemendikbud, data siswa SMA (yang menjadi sasaran utama SnapAsk) adalah lebih dari 4 juta siswa. Secara berangsur-angsur mereka akan meningkatkan layanan dengan menjangkau siswa SMP.

Di Indonesia target SnapAsk adalah mendapatkan pengguna sebanyak-banyaknya. Mereka memiliki konsep langganan freemium, dengan disebutkan pelanggan berbayar saat ini mencapai 4% dari total pengguna di musim tertentu (terutama saat ujian).

SnapAsk bersama dengan sejumlah startup teknologi pendidikan lokal diharapkan bisa membantu meningkatkan taraf pendidikan nasional yang relatif masih tertinggal dibanding negara tetangga. Menurut data PISA tahun 2015, Indonesia berada di ranking 62 dari 72 negara yang disurvei. Sebagai perbandingan, di metrik yang sama Singapura berada di posisi puncak.

Tak sekedar platform tutor

SnapAsk memahami platform-nya bisa dimanfaatkan tidak hanya sekedar sebagai platform tanya jawab bersama tutor. Data yang dikumpulkan bisa menjadi evaluasi bagi guru, sekolah, dan di skala besar Kementerian Pendidikan untuk memahami permasalahan riil yang dihadapi siswa.

Kejora Ventures Suntik Pendanaan, Startup Edtech Hong Kong SnapAsk Segera Masuk Pasar Indonesia

Startup penyedia layanan pendidikan, atau edtech, asal Hong Kong SnapAsk mengumumkan raihan pendanaan sebesar $5 juta dalam putaran Pra-Seri A yang dipimpin Kejora Ventures. Dengan pendanaan ini SnapAsk mencoba melirik pasar baru, yakni Asia Tenggara, Australia, dan Inggris.

SnapAsk merupakan layanan yang menggabungkan teknologi kecerdasan buatan dengan layanan on-demand pendidikan. Layanan ini memberikan kemudahan bagi para penggunanya dalam belajar dan memecahkan persoalan dalam pelajaran. Sejak kuartal keempat tahun lalu, SnapAsk mengalami lonjakan pengguna. Disebutkan saat ini SnapAsk sudah bisa menjaring 300.000 pengguna di seluruh Hong Kong, Singapura, dan Taiwan.

“Saat ini kami fokus untuk ekspansi ke pasar Asia Tenggara termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Kami harap untuk bisa memberikan layanan kami kepada empat juta siswa di wilayah Asia Tenggara di kuartal kedua dan untuk Australia dan Inggris di kuartal ketiga. Saat membangun pasar baru kami bersikeras untuk merekrut tim lokal karena mereka yang lebih baik memahami pasar lokal. Modal segar akan digunakan untuk mengakuisisi bakat lokal,” terang CEO SnapAsk Timothy Yu.

Nantinya di Indonesia SnapAsk akan berhadapan dengan layanan edtech lain seperti RuangGuru, HarukaEdu, Kelase, dan lain sebagainya. Pasar edtech sendiri diperkirakan cukup besar meski masih banyak tantangan di sana sini. Edtech pada tahun 2020 mendatang nilainya diperkirakan mencapai $252 miliar secara global. Nilai investasi di sektor edtech tiga tahun terakhir yang mencapai $55 miliar.