Sennheiser CX Plus True Wireless Hadirkan ANC di Harga yang Lebih Terjangkau

Sennheiser punya TWS baru. Namanya CX Plus True Wireless, dan ia terkesan lebih menarik ketimbang CX 400BT True Wireless yang dirilis tahun lalu. Pasalnya, CX Plus punya banderol yang lebih terjangkau, tapi ia justru sudah dilengkapi dengan fitur active noise cancellation (ANC).

Di harga $180, CX Plus lebih murah $20 ketimbang CX 400BT saat pertama diluncurkan. Ia memang bukan TWS paling murah yang Sennheiser tawarkan sejauh ini — titel tersebut jatuh pada CX True Wireless yang dihargai $130 — akan tetapi ia jelas jauh lebih terjangkau daripada Momentum True Wireless 2 yang dibanderol seharga $300.

ANC tidak akan lengkap tanpa dibarengi oleh fitur transparency mode yang cara kerjanya berkebalikan, dan itu pun tersedia di sini. Jadi saat butuh ketenangan, pengguna tinggal mengaktifkan ANC. Sebaliknya, saat perlu mendengar suara di sekitarnya, mereka tinggal menyalakan transparency mode, tidak perlu melepas perangkat dari telinga.

Terkait kinerja audionya, CX Plus mengandalkan sebuah dynamic driver berdiameter 7 mm pada masing-masing earpiece-nya. Layaknya sebuah earphone premium, ia menjanjikan “bass yang mantap, mid yang jernih dan natural, serta treble yang mendetail”. Di tiap earpiece-nya, pengguna juga dapat menemukan dua buah mikrofon.

Dari segi konektivitas, CX Plus sudah mengadopsi versi terbaru Bluetooth 5.2, lengkap dengan dukungan atas codec SBC, AAC, aptX, dan aptX Adaptive. Perangkat dapat digunakan secara terpisah antara unit sebelah kiri dan kanannya, dan ia juga dibekali fitur Smart Pause yang akan menghentikan jalannya audio secara otomatis ketika perangkat dilepas dari telinga, lalu memutarnya lagi saat perangkat kembali dikenakan.

Secara desain, CX Plus kelihatan mirip seperti CX True Wireless. Bodinya secara keseluruhan tahan air dengan sertifikasi IPX4, dan sisi luar masing-masing earpiece-nya telah dibekali panel sentuh kapasitif untuk memudahkan pengoperasian.

Total daya tahan baterai CX Plus bersama charging case-nya diklaim bisa mencapai angka 24 jam. Sayang sekali Sennheiser tidak merincikan seberapa lama TWS-nya sendiri bisa bertahan dalam sekali pengisian. Sebagai konteks, CX True Wireless yang tidak dibekali ANC menawarkan daya tahan hingga 9 jam per charge, atau total 27 jam.

Seperti yang sudah disebutkan, Sennheiser CX Plus True Wireless akan dijual seharga $180. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai 28 September, dan konsumen dapat memilih antara warna hitam dan putih.

Sumber: Sennheiser.

Jabra Luncurkan Trio TWS Baru: Jabra Elite 7 Pro, Elite 7 Active, dan Elite 3

Portofolio TWS Jabra terus bertambah lengkap. Yang terbaru, pabrikan asal Denmark tersebut memperkenalkan tiga TWS sekaligus: Elite 7 Pro, Elite 7 Active, dan Elite 3. Ketiganya disiapkan sebagai pengganti seri Elite 65t dan Elite 75t (yang bakal stop dijual pada akhir 2021), sementara Elite 85t masih akan terus dipasarkan seperti biasa.

Di posisi teratas, ada Jabra Elite 7 Pro yang ditargetkan untuk konsumen yang rutin berkomunikasi via telepon. Keunggulan utamanya terletak pada teknologi yang Jabra sebut dengan istilah MultiSensor Voice, yang menandemkan empat buah mikrofon dengan sensor bone conduction dan algoritma cerdas untuk menangkap suara pengguna sejernih mungkin, bahkan di tempat yang paling sibuk sekalipun.

Jabra Elite 7 Pro / Jabra

Sebagai TWS premium, Elite 7 Pro tentu turut dibekali active noise cancellation (ANC) dan transparency mode, tidak ketinggalan pula fitur multipoint pairing. Daya tahan baterainya mampu mencapai angka 9 jam nonstop (dengan ANC), atau sampai 35 jam kalau digabung dengan total daya milik charging case-nya. Hebatnya lagi, semua itu dikemas dalam bodi yang 16% lebih ringkas ketimbang Elite 75.

Beralih ke Jabra Elite 7 Active, dari namanya sudah jelas kalau model ini ditujukan untuk mereka yang rajin berolahraga. Yang unik dari Elite 7 Active adalah coating khusus bertajuk ShakeGrip, yang dirancang agar ia bisa stabil dan tidak mudah terlepas dari telinga tanpa perlu mengandalkan komponen sirip ekstra yang kerap kita jumpai pada mayoritas TWS sporty lain.

Jabra Elite 7 Active / Jabra

Terkait kinerja dan fiturnya, Elite 7 Active menjanjikan pengalaman yang hampir setara dengan Elite 7 Pro. Kecuali sistem MultiSensor Voice itu tadi, semua keunggulan yang Elite 7 Pro tawarkan — mulai dari ANC, multipoint pairing, sampai baterai yang begitu awet — juga dapat konsumen jumpai di Elite 7 Active.

Itulah mengapa banderol harga kedua TWS ini tidak terpaut terlalu jauh: Elite 7 Pro dibanderol $199, sedangkan Elite 7 Active dibanderol $179. Keduanya dijadwalkan masuk ke pasaran mulai 1 Oktober 2021.

Jabra Elite 3 / Jabra

Kalau duo Elite 7 itu dirasa kemahalan, maka konsumen bisa melirik Jabra Elite 3. Dengan harga jual resmi $79, Elite 3 adalah TWS paling murah yang pernah Jabra rilis selama ini. Perangkat mengandalkan sepasang driver 6 mm dan empat buah mikrofon, lengkap beserta dukungan atas codec aptX HD.

Elite 3 tidak dibekali ANC maupun multipoint pairing, tapi uniknya ia masih dilengkapi transparency mode. Dalam sekali pengisian, baterai Elite 3 kuat sampai 7 jam pemakaian, sementara charging case-nya sanggup mengisi ulang perangkat sampai sebanyak tiga kali (total daya tahan 28 jam). Dengan sertifikasi IP55, Elite 3 siap digunakan di tengah hujan deras.

Jabra Elite 3 sudah bisa dibeli mulai sekarang. Namun yang menarik, Jabra ternyata masih punya niatan untuk merilis TWS yang lebih terjangkau lagi, yakni Elite 2, di sejumlah negara terpilih. Seberapa murah harganya masih belum diketahui, tapi yang pasti perbedaannya mencakup jumlah mikrofon (cuma dua) dan kapasitas charging case-nya (cuma bisa mengisi sebanyak dua kali).

Sumber: CNET dan Jabra.

TWS Jabra Enhance Plus Dirancang untuk Penderita Gangguan Pendengaran Tingkat Ringan Sampai Sedang

Hampir semua TWS yang dibekali fitur active noise cancellation (ANC) turut menawarkan fitur transparency mode, atau biasa juga dikenal dengan nama ambient mode. Cara kerjanya justru berkebalikan dengan ANC, sehingga memungkinkan pengguna untuk mendengar suara-suara di sekitarnya tanpa perlu melepas perangkat dari telinga.

Di titik itu, transparency mode pada dasarnya telah menambah fungsi TWS sebagai alat bantu dengar (hearing aid). Memang bukan yang memenuhi standar medis, tapi setidaknya sudah bisa membantu mereka yang menderita gangguan pendengaran tingkat ringan sampai sedang.

Inilah premis utama yang ditawarkan oleh Jabra Enhance Plus. Kalau kita lihat bentuknya, ia memang tampak lebih mirip seperti TWS pada umumnya ketimbang alat bantu dengar konvensional. Dimensinya pun ringkas, sekitar 50 persen lebih kecil daripada Jabra Elite 75t, yang sendirinya sudah termasuk cukup compact.

Terlepas dari wujudnya yang menipu, ia mengemas empat buah mikrofon sekaligus algoritma noise reduction untuk menangkap suara obrolan secara jernih. Caranya menangkap suara pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan; apakah pengguna ingin mic-nya fokus menangkap suara-suara di dekatnya, semisal ketika sedang mengobrol bersama seseorang; atau malah menangkap lebih banyak suara di sekitar, seperti ketika sedang berada di bandara misalnya.

Selebihnya, Enhance Plus tentu dapat berfungsi layaknya TWS biasa, baik itu untuk mendengarkan musik ataupun menelepon. Sisi luarnya mengemas tombol kontrol seperti mayoritas TWS lain, dan fisiknya secara keseluruhan diklaim tahan air dan debu dengan sertifikasi IP52. Paket penjualannya pun turut mencakup eartip cadangan dengan ukuran yang berbeda-beda.

Dalam posisi baterai terisi penuh, Enhance Plus diyakini mampu beroperasi selama 10 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya sanggup mengisi ulang sampai penuh sebanyak dua kali.

Di Amerika Serikat, Jabra Enhance Plus rencananya akan dijual mulai akhir tahun ini, akan tetapi sejauh ini belum ada informasi terkait harganya. Yang pasti lebih murah dari Jabra Enhance Pro ($1.800), yang memang masuk kategori hearing aid yang memenuhi standar medis.

Sumber: Engadget.

TWS Baru Yamaha Unggulkan Fitur untuk Membantu Mengurangi Risiko Gangguan Pendengaran

Dengan begitu banyaknya produk baru yang bermunculan, TWS merupakan sub-kategori produk audio yang paling populer saat ini. Tampil berbeda, baik dari segi fitur maupun penampilan fisik, merupakan salah satu cara untuk mendapat sorotan ekstra di tengah lautan TWS, dan itulah yang ingin dilakukan Yamaha.

TWS barunya, Yamaha TW-E3B, sepintas memang kelihatan biasa saja. Namun ia menyimpan satu fitur istimewa bernama Listening Care. Fitur ini Yamaha rancang untuk menjaga konsistensi dynamic range yang dihasilkan pada berbagai tingkatan volume. Dengan kata lain, mau volumenya pelan atau keras, pengguna bakal bisa mendengarkan tingkat detail yang sama baiknya.

Berkat Listening Care, pengguna TW-E3B pada dasarnya tidak perlu menyetel musik keras-keras agar dapat mendengarkan seluruh detail dengan baik. Yamaha berharap ini bisa membantu mengurangi peluang terjadinya gangguan pendengaran pada pengguna. Yamaha pun merujuk pada data WHO, yang mengestimasikan lebih dari satu miliar generasi muda punya risiko kehilangan pendengaran karena terlalu sering menyetel musik keras-keras.

Sayang sekali ia tidak punya active noise cancellation (ANC). Padahal, sering kali yang menjadi alasan untuk menyetel musik keras-keras adalah karena lingkungan di sekitarnya cukup berisik. Kalau memang ingin menikmati perpaduan Listening Care dan ANC, konsumen harus melirik produk lain, yakni headphone Yamaha YH-L700A yang juga belum lama ini diluncurkan.

Dari segi fisik, TW-E3B tergolong ringkas dengan bobot 5 gram per earpiece, dan bodinya pun tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5. Tiap-tiap earpiece dibekali driver berdiameter 6 mm, sedangkan konektivitasnya mengandalkan Bluetooth 5.0, lengkap dengan dukungan codec aptX.

Dalam sekali charge, baterainya bisa tahan sampai 6 jam. Charging case-nya mampu mengisi ulang perangkat sampai sebanyak tiga kali, memberikan total daya tahan selama 24 jam. Pada charging case-nya, ada indikator LED untuk mengecek sisa baterainya.

Di dataran Eropa, Yahama TW-E3B kabarnya akan dijual seharga 139 euro (± 2,35 jutaan rupiah) mulai bulan September mendatang. Pilihan warna yang tersedia ada enam: hitam, ungu, hijau, abu-abu, biru, dan pink.

Sumber: What Hi-Fi.

Diciptakan untuk Era WFH, Logitech Zone True Wireless Datang dengan Sertifikasi Zoom, Teams, dan Google Meet

Lewat sederet webcam yang dijualnya, Logitech pada dasarnya ingin kita semua selalu tampil prima selama masa WFH. Sekarang, Logitech rupanya juga ingin kita tidak terlihat seperti sedang bekerja di sebuah call center lewat TWS baru bernama Logitech Zone True Wireless.

Apa yang membedakan Zone dari seabrek TWS lain di pasaran dalam konteks video conferencing? Jawabannya adalah sertifikasi resmi dari tiga platform video conference yang paling banyak digunakan saat ini: Zoom, Microsoft Teams, dan Google Meet. Dengan kata lain, Zone mampu memenuhi berbagai standar kualitas yang ditetapkan oleh masing-masing platform.

Bisa kita asumsikan salah satu standarnya berkaitan dengan kinerja mikrofon, dan di sini Logitech telah membekali Zone dengan tiga buah mikrofon noise cancelling di setiap earpiece-nya untuk menangkap suara pengguna secara jelas, bahkan di lingkungan yang berisik. Tentu saja Logitech juga tidak lupa membekalinya dengan tombol khusus untuk mute.

Sebagai perangkat yang diciptakan untuk mendampingi penggunanya bekerja, Zone turut dilengkapi fitur active noise cancellation (ANC) untuk memblokir suara-suara yang mengganggu di sekitar. Sebaliknya, fitur transparency mode juga tersedia sehingga, ketika dibutuhkan, pengguna dapat mendengarkan suara-suara di sekitarnya tanpa perlu melepas perangkat dari telinga.

Zone mengandalkan driver berdiameter 12 mm untuk menghasilkan suara. Untuk koneksinya, pengguna dapat memilih antara Bluetooth 5.0 atau wireless via dongle USB. Kalau mau, Anda juga bisa menyambungkan Zone ke dua perangkat sekaligus (smartphone via Bluetooth, laptop via dongle USB) supaya bisa menggunakannya secara bergantian di kedua perangkat.

Dari segi estetika, Zone mengadopsi bahasa desain yang minimalis sekaligus modern, dengan pilihan warna hitam atau pink. Bodinya secara keseluruhan tahan air dengan sertifikasi IP68. Charging case-nya pun juga tidak keberatan berbasah-basahan meski hanya dibekali sertifikasi IP54.

Dalam sekali pengisian, Zone bisa bertahan hingga 6 jam waktu bicara atau 9 jam waktu mendengar dengan ANC menyala. Kalau ANC-nya dimatikan, waktu bicaranya naik menjadi 6,5 jam, sedangkan waktu mendengarnya menjadi 12 jam. Charging case-nya punya daya yang cukup untuk mengisi perangkat sebanyak 2,5 kali, dan ia sendiri dapat diisi ulang menggunakan kabel USB-C ataupun Qi wireless charger.

Logitech Zone Wired Earbuds / Logitech

Di Amerika Serikat, Logitech Zone True Wireless kabarnya akan dijual dengan harga $299. Bagi yang memerlukan alternatif yang lebih terjangkau, Logitech juga bakal menghadirkan Zone Wired Earbuds dengan banderol $99.

Sesuai namanya, Zone Wired masih sepenuhnya mengandalkan kabel, tapi colokannya dapat diganti-ganti sesuai kebutuhan antara 3,5 mm, USB-A, ataupun USB-C. Lagi-lagi yang jadi bahan jualan utama di sini adalah mikrofon noise-cancelling dengan sertifikasi dari tiga platform video conference itu tadi.

Sumber: What Hi-Fi dan Logitech.

Cuma $20, TWS JLab Go Air Pop Unggulkan Fitur yang Lengkap dan Baterai yang Awet

Sejak pertama kali didirikan di tahun 2005, JLab sudah dikenal sebagai produsen earphone dengan harga terjangkau. Lalu ketika era TWS tiba, JLab pun memutuskan untuk menerapkan formula yang sama di segmen tersebut. Hasilnya, tahun lalu konsumen disuguhi TWS seharga $29 bernama JLab Go Air.

Apakah $29 adalah batas terendah yang mampu dicapai oleh brand asal Amerika Serikat tersebut? Tentu tidak, dan itu mereka buktikan lewat TWS terbarunya, JLab Go Air Pop. Harganya? $20 saja. Namun yang lebih mengejutkan adalah bagaimana JLab justru dapat menyempurnakan sejumlah aspek selagi semakin menekan harga jualnya lebih jauh lagi.

Dari aspek fisik misalnya, Go Air Pop memiliki dimensi 15 persen lebih ringkas dan bobot 40 persen lebih ringan ketimbang Go Air. Di saat yang sama, Go Air Pop tetap mengusung sertifikasi ketahanan air IPX4 yang sama, dan daya tahan baterainya justru lebih awet meskipun ukurannya lebih mungil.

Dalam sekali charge, Go Air Pop diklaim mampu beroperasi selama 8 jam nonstop. Charging case-nya dapat mengisi ulang perangkat sebanyak tiga kali, memberikan total daya tahan baterai hingga sekitar 32 jam. Case milik Go Air Pop ini juga memiliki kabel USB terintegrasi seperti milik Go Air, akan tetapi bagian atasnya sudah dilengkapi penutup.

Harga jual serendah itu juga tidak mencegah JLab menyematkan kontrol sentuh pada Go Air Pop. Ini mengesankan mengingat Skullcandy Dime yang dihargai $25 saja tidak punya kontrol sentuh. Di Go Air Pop, kontrol sentuhnya dapat dipakai untuk play/pause, mengatur volume, menerima panggilan telepon, memanggil asisten virtual di smartphone, maupun memilih satu dari tiga preset equalizer yang tersedia.

Di balik masing-masing earpiece-nya bernaung driver dengan diameter 6 mm, sedangkan konektivitasnya mengandalkan Bluetooth versi 5.1. Fitur Dual Connect memungkinkan kedua earpiece-nya untuk digunakan secara terpisah maupun bersamaan.

JLab Go Air Pop rencananya bakal dipasarkan mulai akhir Agustus mendatang, tapi sejauh ini belum ada informasi kapan ia bakal masuk ke pasar tanah air. Selain warna hitam, tersedia pula warna lilac, merah, abu-abu, dan teal.

Sumber: Engadget.

Unik, Klipsch T5 II True Wireless ANC Dapat Dikendalikan dengan Gestur Kepala

Sekitar dua setengah tahun setelah memulai debutnya di ranah true wireless stereo, Klipsch akhirnya menyingkap TWS pertamanya yang dibekali teknologi active noise cancellation alias ANC. Dinamai Klipsch T5 II True Wireless ANC, penampilan fisiknya nyaris menyerupai T5 II biasa yang dirilis setahun lalu.

Cara kerja fitur ANC-nya cukup standar, yakni dengan melibatkan sepasang mikrofon pada masing-masing earpiece untuk menangkap sekaligus memblokir sebanyak mungkin suara di sekitar pengguna. Juga sudah menjadi standar di kalangan TWS premium adalah kehadiran fitur transparency mode yang punya cara kerja bertolak belakang dengan ANC.

Namun Klipsch tentu tidak akan puas dengan itu saja, apalagi mengingat TWS ini mereka luncurkan bersamaan dengan perayaan ulang tahunnya yang ke-75. Selain ANC, Klipsch turut mengintegrasikan teknologi optimasi audio Dirac HD Sound demi semakin menyempurnakan kualitas suara yang dihasilkannya. Kebetulan juga dynamic driver yang tertanam di T5 II ANC sedikit lebih besar diameternya di angka 5,8 mm.

Juga unik pada TWS ini adalah integrasi teknologi AI besutan Bragi, salah satu pelopor kategori TWS yang sejak tahun 2019 memutuskan untuk berfokus di bidang software dan AI. Bragi pada dasarnya telah merancang sebuah sistem operasi berfitur lengkap untuk TWS, dan Klipsch merupakan salah satu pabrikan pertama yang melisensikan teknologinya.

Salah satu fitur yang paling menarik adalah Bragi Moves, yang memungkinkan pengguna untuk mengendalikan TWS menggunakan gestur kepala, semisal mengangguk untuk menerima panggilan telepon, atau menggeleng untuk menolak panggilan telepon sekaligus untuk lompat ke track berikutnya.

Selanjutnya, ada fitur bernama Sidekicks yang dapat bekerja sesuai konteks, seperti misalnya mengaktifkan fitur transparency mode secara otomatis setiap kali panggilan telepon berlangsung. Namanya sistem operasi, fitur-fiturnya bisa terus ditambah lagi ke depannya melalui update demi update.

Terkait baterainya, Klipsch mengklaim daya tahan hingga 5 jam per charge, atau sampai 7 jam kalau ANC-nya dimatikan. Charging case-nya sendiri mampu mengisi ulang perangkat sebanyak dua kali, yang berarti total daya tahan baterai yang didapat adalah 15 jam dengan ANC, atau 21 jam tanpa ANC. Selain via kabel USB-C, charging case-nya juga dapat diisi ulang menggunakan wireless charger.

Di Amerika Serikat, Klipsch T5 II True Wireless ANC saat ini sudah dipasarkan dengan harga $299. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: copper, gunmetal, dan silver. Alternatifnya, konsumen juga bisa menggaet edisi khusus McLaren yang dihargai $349.

Selisih harga $50 ini bukan sebatas ongkos untuk membubuhkan logo McLaren saja, melainkan juga untuk menebus sejumlah fitur ekstra, macam material serat karbon asli dan dukungan teknologi wireless charging NuCurrent. Dibandingkan teknologi Qi wireless charging biasa, NuCurrent diklaim mampu mengisi ulang perangkat dua kali lebih cepat.

Sumber: What Hi-Fi dan Klipsch.

Nothing Ear (1) Adalah TWS Premium Seharga $99 dari Mantan Bos OnePlus

Nothing, perusahaan anyar yang didirikan oleh mantan bos OnePlus, Carl Pei, baru saja meluncurkan produk perdananya, yakni sebuah TWS premium bernama Nothing Ear (1). Perangkat ini rencananya bakal dipasarkan mulai 17 Agustus mendatang dengan banderol $99.

Harga tersebut termasuk cukup terjangkau jika melihat fitur-fitur yang ditawarkan. Apa yang biasa kita jumpai di TWS premium juga hadir di sini, mulai dari active noise cancellation (ANC) dan ambient mode, kendali gesture yang customizable, sertifikasi ketahanan air IPX4, sampai charging case yang dapat diisi ulang secara wireless.

Secara estetika, Ear (1) juga bakal tampil mencolok di antara banyak TWS lain berkat desain tangkainya yang transparan, yang memungkinkan pengguna untuk melihat sebagian jeroannya. Indikator kiri dan kanannya diwakili oleh lingkaran dengan warna yang berbeda; merah untuk sebelah kanan, dan putih untuk sebelah kiri.

Masing-masing earpiece-nya ditenagai oleh driver berdiameter 11,6 mm yang telah di-tune oleh produsen synthesizer asal Swedia, Teenage Engineering. Fun fact, meski lahir di Tiongkok, Carl Pei sebenarnya merupakan seseorang berkebangsaan Swedia. Selain berkontribusi terhadap hardware, Teenage Engineering juga disebut punya peranan dalam optimasi software Ear (1).

Meski mengusung driver yang cukup besar, Ear (1) masih termasuk ringan dengan bobot tiap earpiece cuma 4,7 gram. Perangkat mengandalkan konektivitas Bluetooth 5.2, lengkap dengan dukungan teknologi Google Fast Pair. Fitur in-ear detection juga tersedia, sehingga audio akan otomatis dihentikan ketika perangkat dilepas dari telinga, lalu kembali diputar ketika perangkat dikenakan.

Urusan baterai, Ear (1) diklaim mampu beroperasi selama 5,7 jam nonstop, atau total 34 jam jika disandingkan bersama charging case-nya, tapi ini dalam posisi ANC-nya dimatikan. Kalau dinyalakan, maka daya tahan baterainya turun menjadi 4 jam, atau 24 jam bersama case-nya.

Nothing Ear (1) kabarnya akan dijual di 45 negara, dan semestinya Indonesia termasuk salah satunya kalau melihat daftar negara yang tercantum dalam country selector di situs Nothing. Sebelum pemasaran resminya dimulai, Nothing bakal lebih dulu membuka penjualan secara terbatas di situsnya pada tanggal 31 Juli 2021.

Entah kebetulan atau tidak, OnePlus baru-baru ini juga meluncurkan TWS premium yang dibekali ANC bernama OnePlus Buds Pro.

Sumber: The Verge dan PR Newswire.

OnePlus Buds Pro Dirilis, Unggulkan ANC dan Dolby Atmos di Harga $150

Bersamaan dengan peluncuran OnePlus Nord 2, OnePlus turut menyingkap TWS baru bernama OnePlus Buds Pro. Seperti yang bisa kita lihat dari nama sekaligus wujudnya, perangkat ini dirancang untuk menjadi alternatif terhadap AirPods Pro.

Satu fitur yang paling membedakan OnePlus Buds Pro dari OnePlus Buds adalah active noise cancellation alias ANC. Memanfaatkan tiga mikrofon di tiap unitnya, Buds Pro dapat mengeliminasi suara di sekitar dalam tiga pilihan intensitas, dari yang paling rendah (25 dB) sampai yang paling tinggi (40 dB). Alternatifnya, pengguna juga bisa mengaktifkan mode Smart yang memungkinkan Buds Pro untuk mengatur sendiri tingkatan noise cancelling-nya.

Terkait performa audionya, Buds Pro mengandalkan sepasang driver berdiameter 11 mm yang mendukung teknologi Dolby Atmos (spatial audio). Pengguna juga dapat memanfaatkan fitur kalibrasi di aplikasi pendamping Buds Pro untuk menyesuaikan karakter suaranya dengan selera masing-masing.

Konektivitasnya sudah mengandalkan generasi yang terbaru, yakni Bluetooth 5.2, dan OnePlus tidak lupa menyematkan mode khusus gaming yang akan menekan latensi sampai serendah 94 milidetik ketika diaktifkan. Dukungan codec LHDC pun juga tersedia, yang berarti streaming via Bluetooth dapat dilakukan dengan bitrate maksimum 900 kbps demi kualitas suara yang lebih baik.

 

Dari segi desain, Buds Pro memang kelihatan sangat mirip seperti AirPods Pro, akan tetapi separuh tangkainya yang berlapis krom tentu bisa memberikan kesan uniknya tersendiri. Pilihan warnanya sendiri ada dua: Matte Black dan Glossy White, masing-masing dengan finish yang berbeda sesuai namanya. Perangkat diklaim tahan air dengan sertifikasi IP55, sedangkan charging case-nya dengan sertifikasi IPX4.

Baterai juga menjadi daya tarik lain OnePlus Buds Pro. Dalam sekali pengisian, Buds Pro dapat beroperasi selama 5 jam nonstop dengan ANC aktif, atau sampai 7 jam jika ANC-nya dimatikan. Kalau digabungkan dengan charging case-nya, total daya tahan baterainya adalah 28 jam (dengan ANC), atau 38 jam (tanpa ANC). Case-nya bisa diisi ulang menggunakan kabel USB-C ataupun Qi wireless charger.

Rencananya, OnePlus Buds Pro bakal dijual mulai bulan Agustus 2021. Di Amerika Serikat, harganya dipatok $150, atau kurang lebih sekitar 2,2 jutaan rupiah.

Sumber: The Verge dan OnePlus.

TWS Urbanista Seoul Andalkan Fitur Gaming Mode untuk Perangkat Android Sekaligus iOS

Urbanista, pabrikan audio asal Swedia yang sempat mencuri perhatian belum lama ini lewat sebuah headphone bertenaga surya, baru saja merilis TWS yang cukup menarik bernama Seoul. Salah satu fitur unggulannya adalah mode khusus dengan latensi rendah untuk keperluan gaming.

Fitur “Gaming Mode” pada TWS jelas bukan barang baru. Fitur ini bekerja dengan menekan angka latensi sambungan Bluetooth sampai serendah 40 milidetik, sehingga pada akhirnya audio dan visual yang tersaji bisa berjalan secara sinkron. Yang berbeda pada Seoul adalah bagaimana fitur ini dapat diwujudkan tanpa perlu mengandalkan codec aptX.

Mayoritas TWS yang menawarkan fitur gaming mode menggunakan codec aptX sebagai salah satu syarat agar fiturnya bisa terwujud. Ini jelas bukan syarat yang sulit buat para pengguna perangkat Android mengingat sebagian besar smartphone dan tablet Android memang sudah mendukung codec aptX. Masalahnya muncul ketika Anda menggunakan iPhone atau iPad, sebab dari dulu sampai sekarang memang belum ada satu pun perangkat iOS yang kompatibel dengan codec besutan Qualcomm tersebut.

Berhubung tidak memerlukan aptX, fitur gaming mode yang ditawarkan Urbanista Seoul juga dapat dinikmati oleh para pengguna iPhone dan iPad. Saat diaktifkan, Seoul bakal menurunkan latensinya sampai sekitar 70 milidetik. Memang tidak serendah yang ditawarkan TWS lain, tapi menurut Urbanista sudah cukup untuk meminimalkan delay antara audio dan visual.

Dari segi desain, Seoul hadir dalam bentuk bertangkai yang sangat familier. Tangkai tersebut dilengkapi panel sentuh untuk memudahkan pengoperasian, dan fisiknya secara keseluruhan tahan air dengan sertifikasi IPX4. Di balik masing-masing unitnya bernaung dynamic driver berdiameter 10 mm, dan Urbanista pun tidak lupa menyematkan mikrofon berteknologi noise cancelling. Sayang tidak ada fitur ANC di sini.

Dalam sekali charge, Seoul dapat beroperasi sampai 8 jam nonstop. Charging case-nya diklaim bisa mengisi ulang sampai tiga kali, memberikan total daya tahan baterai hingga 32 jam. Cukup mengesankan kalau melihat wujud charging case-nya yang tampak tipis dan ringkas. Selain menggunakan kabel USB-C, charging case-nya juga dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger.

Saat ini Urbanista Seoul sudah dipasarkan dengan harga $90. Pilihan warna yang tersedia ada empat: hitam, putih, ungu, dan biru.

Sumber: Engadget.