Twitter : Spam dan Scam

Inilah resiko ketika sebuah layanan sudah menjadi sebuah media mainstream, saya pikir Twitter bukanlah satu-satunya yang menghadapi masalah ini. Blog yang merupakan sebuah revolusi media-pun sampai sekarang masih terus bekerja keras melawan spamming dan scamming menggunakan platform blogging.

Kurang lebih ini juga-lah yang sedang dialami Twitter dalam masa kejayaannya sekarang-sekarang ini. Kelebihan Twitter dibandingkan dengan layanan microblogging lainnya adalah Twitter telah berevolusi menjadi sebuah media real-time dengan jutaan data dan informasi, tentunya target nikmat bagi para spammer dan scammer. Trending Topic di Twitter adalah sebuah fitur yang krusial bagi Twitter untuk mendukung real-time topic dan kemudahan mencari informasi di Twitter menggunakan hash-tag, namun fitur ini seringkali dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Lihat contoh kasus worm Mikeyy beberapa waktu lalu dimana worm ini justru menggunakan kekuatan Twitter (kecepatan penyebaran informasi) untuk menyebarkan diri, dan juga kasus terbaru yang menimpa Twitter adalah kasus #TwitterPornNames (gambar diatas).

TwitterPornNames hari ini (Selasa, 12 Mei 2009) merupakan topik paling populer di Twitter bahkan mampu mengalahkan Star Trek yang juga sedang menjadi topik hangat. Namun ternyata topik ini diklaim beberapa pihak merupakan tipuan sejenis social engineering untuk menebak password, yang saya pribadi pikir tidak masuk akal. Belum lagi kasus spamming yang saat ini juga ada di Twitter yaitu untuk hashtag #hiring yang jika anda lihat ternyata hampir 90% berasal dari beberapa user dengan posting lowongan pekerjaan yang sangat banyak dengan hashtag #hiring.

Masalah-masalah seperti ini harus segera ditangani secara serius oleh Twitter karena penggunanya sudah memiliki trust yang kuat mengenai relevansi hasil dari real-time search result milik Twitter yang tentunya akan dinodai oleh noise-noise seperti ini. Kalau memang Twitter ingin menjadi platform besar dan kuat, masalah-masalah seperti ini hampir tidak mungkin menghilang 100%, tapi setidaknya ada sistem preventif yang siap sedia menjaga relevansi data di Twitter.

Twitter Tajamkan Mesin Pencari

Twitter sepertinya sudah mulai menemukan jalannya di dunia maya. Ketika Evan Williams dkk memutuskan untuk mengakuisisi Summize tahun lalu tim Twitter sudah memprediksi bahwa search engine adalah salah satu fitur yang mampu diunggulkan oleh Twitter. Sampai beberapa bulan lalu, Twitter mulai mengimplementasikan real-time search dan mulai mengarahkan Twitter ke arah yang benar.

Dengan bantuan eksposure yang makin besar dari para selebritis yang menggunakan Twitter makin membuat Twitter menjadi populer dan mainstream, bahkan sepertinya pengguna Twitter di Indonesia juga semakin banyak. Dengan banyaknya pengguna dan ribuan tweet per menit membuat Twitter sebagai gudang data yang sangat-sangat besar, dimana sebuah mesin pencari sangat lah dibutuhkan dan fitur real-time menjadi sangat penting. Akses informasi real-time inilah yang mulai dikembangkan oleh Twitter.

Santosh Jayaram, VP of Operations Twitter (mantan VP Search Quality Google) dalam wawancaranya dengan CNET mengumumkan bahwa Twitter akan menambahkan 2 fitur ke dalam search engine Twitter. Fitur yang ditambahkan antara lain robot crawler dan menambahkan reputasi user ke dalam perhitungan rank search result.

Layaknya crawler milik Google Search, robot crawler milik Twitter ini nantinya akan mengindeks tautan yang dikandung di dalam tweet. Pemutakhiran search engine ini merupakan terobosan besar bagi Twitter yang dengan dirilisnya fitur ini akan mengangkat Twitter ke posisi yang cukup mengancam Google sebagai search engine terbesar di dunia. Kenapa? Karena Google search belum real time, sedangkan kekuatan utama Twitter justru terletak di real-time search. Tapi meskipun belum diimplementasikan, sudah ada beberapa pihak yang skeptis.

Fitur kedua yang ditambahkan adalah peningkatan relevansi dari search result yang ditampilkan dengan menambahkan reputasi dari pengguna yang memberikan tweet. Belum jelas apakah reputasi ini dihitung berdasarkan jumlah follower atau jumlah re-tweet, atau ada faktor lain yang dimasukkan sebagai variabel. Meskipun begitu telah banyak perdebatan mengenai reputasi seorang pengguna Twitter yang dinilai dari banyaknya follower, saya pribadi menilainya sebagai hal yang tidak masuk akal. Kualitas tweet anda tentu tidak ada hubungannya dengan jumlah follower anda, meskipun saya tahu pasti ada beberapa pengguna Twitter yang tidak setuju dengan pendapat saya.

Dari kedua fitur yang ditambahkan ini nampak jelas bahwa Twitter sudah mulai memposisikan dirinya sebagai sumber informasi atau gudang informasi dimana pengguna bisa mencari informasi yang dibutuhkan secara real-time dari sumber yang bisa dipercaya. Dan pesaingnya tentu makin jauh tertinggal, membuat Twitter menjadi sasaran akuisisi yang sangat menarik untuk pemain-pemain besar seperti Microsoft, Google, Apple, dan Amazon.

Untuk anda yang menggunakan Twitter, jangan lupa untuk follow DailySocial di Twitter dan di account Twitter pribadi saya.

Facebook Akan Mulai Membuka Diri

Selama ini, Facebook sudah cukup berbaik hati dengan mengijinkan para pengembang pihak ketiga untuk mengakses beberapa data user yang dibuka oleh Facebook. Platform ini kemudian dikenal dengan nama Facebook Connect, dan langsung menerima banyak respon positif maupun negatif. Banyak respon positif karena banyak pula yang mengaplikasikan dukungan Facebook Connect, namun tidak sedikit pula yang mendapat masalah karena tidak mengaplikasikannya.Hal yang kurang lebih sama dilakukan pula oleh Google dengan Google Friend Connect, sebuah platform layanan yang masih kalah populer dibandingkan dengan Facebook Connect.

Sayangnya, kedua platform layanan ini masih sama-sama menutup diri dan seperti “memaksa” pengguna untuk menggunakan kedua aplikasi ini secara berbeda dan terpisah.

Namun, hal ini agaknya akan berubah dalam waktu dekat. Rumor beredar bahwa besok Facebook akan mengumumkan mengenai dibukanya data pengguna tambahan untuk diakses oleh pengembang aplikasi pihak ketiga via Facebook Connect. Menurut laporan dari Wall Street Journal, pengembang pihak ketiga nantinya akan mendapat akses ke foto dan video yang diupload oleh pengguna, bahkan bisa membuat sebuah situs sendiri dari data-data tersebut. Facebook juga akan menggunakan dukungan transportasi data yang lebih standard (Open standard) agar memudahkan lebih banyak pengembang untuk menggunakan fasilitas Facebook Connect.

Hal ini tentu saja akan semakin menguatkan posisi Facebook sebagai jejaring sosial teratas dan juga mulai berlari meninggalkan Twitter yang terus mengejar dengan API-nya. Kekuatan terbesar dari Facebook tentu saja 200 juat penggunanya dan data-data yang mereka miliki (foto, video, link, dll) yang tentu saja akan menjadi senjata bagi Facebook.

sumber:techcrunch

Featured in TemanMacet.com

Beberapa hari lalu saya bertemu dengan Ronald Widha, seorang praktisi IT Indonesia yang sekarang bekerja di Dubai sebagai Team Lead di sebuah perusahaan IT milik AS. Ronald saat itu memfollow saya di Twitter dan juga berkorespondensi via email dan komentar di Daily Social. Saat itu juga Ronald mengajak saya dalam sebuah program audio podcast bernama Teman Macet (i like the name) dan akhirnya kami pun berbincang lewat Skype untuk sesi pertamax dari podcast ini. Berarti ini adalah pertamax yang keduax setelah saya juga tampil perdana di NotSoGeeky.

Perbincangan seru seputar tentang emerging microblogging trend di Indonesia. Dari twitter sampai koprol, ( yang ternyata Ronald juga mengira saya adalah salah satu tim pendiri Koprol :p ) Dan pertanyaan yang terpenting : Apakah microblogging cuma sekedar bubble?

Tertarik untuk mendengarkan dan ikut diskusi? Silahkan dengarkan perbincangan saya dengan Ronald di Teman Macet. Jangan lupa untuk pengguna Twitter bisa follow Teman Macet dan Ronald untuk mengikuti updatesnya.

Oprah Mulai Gunakan Twitter

Twitter, layanan microblogging yang sensasional itu berhasil mencuri perhatian semua orang di seluruh dunia, tak terkecuali para selebritis. Mulai dari Britney Spears, Shaquile O’Neal, Jimmy Fallon, Ashton Kutcher, Demi Moore, John Mayer, dan yang terbaru kali ini adalah seorang ratu talk show yang populer di seluruh dunia, Oprah Winfrey. Evan Williams dalam sebuah tweetnya mengatakan bahwa besok adalah hari yang besar, dimana besok pula-lah Oprah akan mulai menggunakan Twitter secara online dan on-air ketika acara The Oprah Show berlangsung di studionya di Chicago, Illinois.

Hal ini merupakan efek rainman yang terbukti sangat efektif, terlihat ketika Oprah menggunakan Amazon Kindle di salah satu acaranya, penjualan Amazon Kindle langsung melejit bahkan hingga sold out di toko-toko retail di Chicago. Tidak percaya? Tanya Ivan @ Navinot. Dalam acara talk show besok, Oprah juga mengundang beberapa bintang tamu antara lain Ashton Kutcher yang sedang berlomba mencapai 1juta follower dengan CNN. Oprah sendiri saat ini sudah memiliki 30.000 follower meskipun belum ada satu tweet-pun yang terupdate.

Mungkin para penyedia layanan-layanan lokal yang sedang bertumbuh juga bisa menggunakan strategi ini sebagai dongrak kepopuleran, seperti Detik yang juga mengundang para selebritis untuk blogging di blog-hostnya, Blog Detik, dan juga Farhan yang sudah bergabung di Koprol.

@CNNbrk Diakuisisi @CNN

Ternyata akuisisi tidak hanya terjadi pada perusahaan ataupun website, terbukti dengan diakuisisinya account @CNNBrk (CNN Breaking News) oleh @CNN. Ternyata selama ini @cnnbrk bukan dijalankan oleh perwakilan resmi dari @CNN melainkan oleh James Cox. CNN sendiri selama ini merasa tidak asing dengan James yang rupanya sering membantu CNN menjalankan bisnis CNN melalui social media, hampir seperti konsultan tidak resmi. Tidak diketahui berapa jumlah biaya yang dikeluarkan CNN untuk akuisisi ini, namun dengan 950.000 follower pastinya cukup banyak untuk dibayar dengan harga yang pantas.

Belakangan memang Twitter sedang heboh oleh “pertarungan” antara Ashton Kutcher dengan CNN yang berlomba mendapatkan 1 juta follower paling cepat. Sebuah lomba yang menurut saya sangat tidak penting dan merusak esensi dari social networking, terutama di Twitter dimana culturenya lebih strict karena para twitter user dan follower banyak yang tidak saling mengenal.

Video : Twitter HQ dan Interview @ev dan @biz

Kara Swisher dari BoomTown datang ke San Fransisco, untuk melihat2 markas Twitter dan juga untuk mewawancarai kedua foundernya Evan Williams (CEO) dan Biz Stone. Diskusi ini membahas *lagi-lagi* soal metode monetisasi Twitter, dan tanggapan kedua foundernya atas keinginan Google membeli Twitter.

Ingin tahu seperti apa rasanya bekerja di Twitter?? Ya, tidak tahu sih. Tapi at least you can view Twitter’s headquarter here 🙂

sumber:allthingsd

Twitter Diserang Worm Bertubi-tubi *UPDATED*

Semakin tinggi suatu pohon, semakin kencang anginnya. Geek Translation -> Semakin populer suatu layanan, maka semakin banyak spam, cracks, dan worms yang menyertai. Twitter, sebuah layanan mikroblogging yang menjadi fenomena ini mulai merasakan dampak negatif dari kepopulerannya. Serangan-serangan ke Twitter ini dimulai Februari lalu dengan sebuah viral worm “Dont Click” yang menipu jutaan pengguna Twitter, bahkan yang advanced-user sekaliber Scoble, Zeldman dan Guy Kawasaki pun terkena imbasnya.

Kemarin pun, babak baru serangan Twitter pun dimulai kembali dengan munculnya worm dari StalkDaily dimana worm ini akan menginfeksi semua pengguna Twitter yang berkunjung ke situs StalkDaily, lalu secara otomatis mengirimkan tweet berupa spam menggunakan session Twitter anda. Tweet spam ini berisi ajakan untuk mengunjungi website StalkDaily ke semua follower anda, yang tentu saja akan terinfeksi juga setelah masuk ke situs STalkDaily. Dan disinilah efek spam/viral menyebar sangat cepat untuk para pengguna Twitter yang terinfeksi, dan bahkan beberapa pengguna yang terinfeksi juga tidak dapat melakukan login karena worm tersebut telah mengganti password mereka secara otomatis. Twitter pun langsung menghimbau para pengguna yang terinfeksi dianjurkan segera mengganti password Twitter mereka atau melakukan reset password untuk pengguna yang tidak dapat login sampai akhirnya isu ini di-fix oleh Twitter hari minggu pagi.

Namun sayangnya, staff engineering di Twitter belum bisa bernafas lega, karena serangan baru langsung muncul menyusul StalkDaily. Minggu malam pengguna Twitter sedang heboh dengan worm terbaru yang dikabarkan dibuat oleh orang yang sama dengan yang membuat worm StalkDaily, yaitu worm Mikeyy. Metode yang digunakan pun kurang lebih sama dengan worm STalkDaily, yaitu dengan mempost tweet yang berisikan kata-kata dari sang pembuat : Mikeey. Namun tak lama berselang, staff twitter langsung secara sigap menutup akses untuk worm Mikeyy dan memblok penyebarannya di Twitter.

*UPDATE*

Senin sore ternyata worm Mikeyy makin merajalela dan mulai menginfeksi banyak pengguna Twitter, dan bahkan menjadi Trend topic di Twitter. Tips agar anda terhindar dari worm ini :

1. Jangan membuka link seperti gambar ini

2. Jangan melihat user profile dari pengguna lain untuk sementara, karena worm ini mengubah user profile korbannya dengan sebuah script yang dapat menginfeksi anda

3. Jika anda terinfeksi, segera ubah password anda dan user profile anda.

4. Untuk sementara gunakanlah aplikasi twitter yang non-web seperti TweetDeck, Twhirl, DestroyTwitter, dkk.

update : techcrunch post on Mikeyy

Facebook Ikut Sarankan Teman

Nampaknya Facebook lagi-lagi mendapat ilham dari Twitter, yaitu fitur “Suggested users” milik Twitter. Yap, sekarang Facebook mulai memasukkan brand dan orang-orang ternama ke daftar “Suggestions“, seperti Jack Johnson, Sarah Lacy, Sheryl Crow, Carmen Electra, dan lain-lain. Metode ini terbukti sukses, Sarah Lacy misalnya, mendapat 3000 fans baru hanya dalam 48 jam terdaftar di Suggested Friend di Facebook. Tentunya fitur ini akan menarik banyak brand dan selebriti mengingat mulai banyak pengguna dari kalangan tersebut yang mulai memasuki dunia Facebook.

Sayangnya fitur ini justru keluar saat pemilu telah selesai. Saya membayangkan akan banyak public figure artis dan politisi yang akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menjalin banyak pengguna Facebook demi kepopuleran mereka. Meskipun begitu, fitur ini masih baru diluncurkan dan hasil yang keluar pun belum terlalu variatif (semua masih positif) dan tentunya seiring dengan waktu akan terlihat seberapa besar efektivitas fitur ini untuk mendongkrak popularitas dari sebuah brand.

Bagaimana menurut anda, apakah fitur ini benar-benar bisa mendongkrak sebuah brand? Atau ini hanya akan menjadi sebuah fitur plagiat yang terbengkalai?