Clubhouse Luncurkan Tiga Fitur Baru, Dua di Antaranya untuk Merekam Percakapan

Clubhouse resmi meninggalkan fase beta pada bulan Juli lalu, dan sejak saat itu, mereka rajin merilis pembaruan besar setiap satu atau dua minggu. Pekan lalu, mereka memperkenalkan fitur bernama Wave yang dirancang untuk semakin memudahkan interaksi antar pengguna. Sekarang, mereka langsung tancap gas dengan tiga fitur anyar.

Ketiga fitur baru ini pada dasarnya punya tujuan untuk menyempurnakan aspek discovery konten di dalam Clubhouse. Fitur yang pertama adalah Universal Search, yang memungkinkan pengguna untuk mencari orang, club, live room, maupun deretan event yang akan datang.

Universal Search saat ini sudah mulai tersedia di Clubhouse versi iOS maupun Android. Untuk sekarang, Universal Search baru bisa diakses melalui tab Explore, tapi dalam satu atau dua minggu ke depan, pengguna dapat langsung mengaksesnya melalui halaman utama aplikasi.

Berikutnya, ada fitur bernama Clip. Fitur ini dirancang agar pengguna bisa membagikan klip atau potongan audio berdurasi 30 detik dari sebuah public room yang dikunjunginya ke berbagai platform macam Instagram, Twitter, Facebook, iMessage, atau WhatsApp.

Clip hanya akan tersedia di public room, bukan di private maupun club room. Fitur ini akan aktif secara default, tapi kita tetap bisa menonaktifkannya kapan saja. Kalau diaktifkan, maka semua partisipan di dalam room akan melihat ikon baru berlambang gunting (✄).

Klik ikon tersebut, maka aplikasi akan menyimpan klip audio dari 30 detik terakhir, dan pengguna bebas membagikannya ke platformplatform yang sudah disebutkan tadi. Daripada sekadar menuliskan Tweet tentang sebuah room yang kita kunjungi, kenapa tidak sekalian kita berikan preview-nya saja?

Di saat yang sama, fitur ini tentu juga sangat berguna untuk mengabadikan momen berkenang yang baru saja terjadi. Clip sejauh ini masih berstatus beta, dan baru akan tersedia untuk sekelompok kecil kreator saja.

Terakhir, Clubhouse juga akan meluncurkan fitur bernama Replay dalam beberapa minggu ke depan. Sesuai namanya, Replay dibuat agar konten audio di Clubhouse bisa didengarkan di lain waktu, bukan cuma ketika sedang tayang secara live.

Seperti Clip, Replay juga bersifat opsional, dan kita bisa memilih untuk mengaktifkannya setiap kali hendak membuka suatu public room. Kalau diaktifkan, maka room tersebut bakal eksis di Clubhouse selama yang pengguna inginkan. Juga sama seperti Clip, Replay dapat diunduh sepenuhnya ke perangkat.

Berhubung bisa di-download, itu berarti sesi-sesi publik di Clubhouse dapat dikemas ulang menjadi podcast jika mau. Sebagai informasi, fitur untuk merekam sesi live ini sudah tersedia sejak lama di dua kompetitor Clubhouse, yaitu Twitter Spaces dan Spotify Greenroom.

Dalam kesempatan yang sama, Clubhouse juga mengumumkan bahwa aplikasi Android-nya kini sudah mendukung fitur spatial audio. Fitur ini pertama diluncurkan pada akhir Agustus lalu di iOS, dan fungsinya adalah untuk membuat percakapan jadi terasa lebih hidup.

Sumber: Clubhouse.

Clubhouse Luncurkan Dukungan Spatial Audio, Buat Percakapan Jadi Terasa Lebih Hidup

Spatial audio, atau yang juga dikenal dengan istilah 3D audio, terus menjadi tren yang kian populer di industri audio. Platform demi platform secara bergantian menghadirkan dukungan terhadap fitur ini. Setelah Apple Music, kini giliran Clubhouse yang mengadopsi teknologi spatial audio.

Lewat siaran pers, Clubhouse menjelaskan bahwa fitur spatial audio ini dirancang supaya para pengguna bisa merasa lebih larut dalam percakapan, dan membuat pembicara di dalam ‘ruangan’ yang sedang kita singgahi seperti sedang berada di dekat kita. Alhasil, pengalaman mendengarkan yang didapat jadi terasa lebih hidup.

Dari perspektif sederhana, teknologi spatial audio bekerja dengan meniru cara manusia menangkap dan memproses suara ketika berada di ruangan yang sama. Clubhouse pun lanjut menjelaskan bagaimana otak manusia dapat bekerja ibarat instrumen luar biasa yang mampu memproses isyarat seperti jarak, frekuensi, dan getaran untuk lebih memahami dari mana suatu suara berasal.

Guna menciptakan pengalaman spatial audio ini, software rancangan Clubhouse pertama-tama akan menetapkan posisi setiap pembicara di sebuah ‘ruangan’, dan secara merata menetapkan posisi tersebut agar seluruh pengguna dapat merasakan pengalaman mendengarkan suara dengan lebih jelas dan maksimal.

Selanjutnya, software tersebut akan mengaktifkan HRTF (Head Related Transfer Function) dan beberapa pemroses suara tambahan untuk tiap suara agar suara pembicara dapat terdengar seakan-akan datang dari suatu posisi yang spesifik. Software ini bahkan bisa diaplikasikan ke sumber stereo, semisal musik, untuk kemudian memberikan pengalaman dan efek stereo layaknya di suatu lingkungan spasial.

Clubhouse percaya fitur spatial audio ini juga dapat membuka lebih banyak peluang bagi para kreator untuk bereksperimen. Clubhouse mencontohkan suatu room yang sedang menceritakan sebuah cerita horor. Berkat spatial audio, audiens dapat mendengar lebih jelas suara roh jahat yang sedang bergerak di sekitar rumah, atau bahkan yang berbisik di telinga mereka.

Lalu untuk pertunjukan musik atau komedi, audiens dapat mendengarkan suara tepuk tangan atau suara tawaan secara jelas dari orang-orang yang berada di room yang sama. Sekali lagi, tujuannya adalah memberikan pengalaman mendengarkan yang lebih hidup dan mendekati aslinya.

Fitur spatial audio ini sudah mulai tersedia di aplikasi Clubhouse versi iOS, sementara versi Android-nya dipastikan bakal secepatnya menyusul. Pengguna tidak diwajibkan memakai perangkat khusus untuk bisa menikmatinya, namun Clubhouse menyarankan penggunaan headphone atau earphone (wired maupun wireless) demi mendapat pengalaman yang terbaik.

Gambar header: Dmitry Mashkin via Unsplash.

Resmi Tinggalkan Status Beta, Clubhouse Kini Dapat Langsung Digunakan Tanpa Undangan

Clubhouse resmi meninggalkan fase beta. Setelah sekitar satu tahun lebih, Clubhouse akhirnya tidak lagi menggunakan sistem invite-only. Artinya, mulai hari ini Anda bisa mengunduh aplikasi Clubhouse di iOS atau Android, lalu langsung menggunakannya tanpa harus menunggu antrean maupun undangan dari teman yang sudah lebih dulu memakainya.

Dalam pengumumannya, Clubhouse menjelaskan bahwa sistem invite ini merupakan bagian penting dari sejarah mereka. Kesannya memang seperti sok eksklusif, tapi mekanisme ini sejatinya Clubhouse manfaatkan untuk meminimalkan problem yang kerap muncul ketika jutaan pengguna baru tiba-tiba muncul secara bersamaan karena efek viral.

Membuka diri ke publik secara luas pada dasarnya merupakan langkah alami yang harus Clubhouse ambil, terutama mengingat jumlah pesaingnya yang terus bertambah. Banyak yang menilai Clubhouse agak terlambat soal ini, tapi saya berpikir Clubhouse sepertinya sengaja memilih rute yang bertahap supaya terus diberitakan dari waktu ke waktu — viral di bulan-bulan pertama 2021, lalu kembali jadi sorotan di bulan Mei seiring dengan peluncurannya di Android, dan sekarang lagi-lagi jadi bahan pembicaraan publik karena akhirnya sudah terbuka untuk semua.

Clubhouse juga memberi gambaran seberapa jauh mereka bertumbuh sejak awal tahun. Jumlah timnya bertambah dari 8 orang menjadi 58 orang. Jumlah room yang dibuat pengguna setiap harinya naik dari 50 ribu menjadi 500 ribu. Sejak versi Android-nya dirilis, Clubhouse juga sudah menampung sekitar 10 juta pengguna baru.

Pekan lalu, Clubhouse juga baru meluncurkan fitur messaging bernama Backchannel, dan sejauh ini sudah ada sekitar 90 juta pesan yang terkirim. Kalau dirata-rata, pengguna menghabiskan waktu bercengkerama di Clubhouse selama lebih dari satu jam setiap harinya. Guna merayakan itu semua, Clubhouse pun menyingkap logo baru beserta situs baru.

Ke depannya, Clubhouse berniat untuk menghadirkan update besar setiap satu atau dua minggu. Mereka sepertinya juga tengah giat menyajikan konten eksklusif dengan berkolaborasi bersama sejumlah pihak. Baru-baru ini misalnya, mereka menggandeng TED untuk menyiarkan konten-konten eksklusif di Clubhouse.

Sumber: Clubhouse.

Fitur Monetisasi Perdana Clubhouse Mudahkan Pengguna Mengirim Uang ke Kreator Favoritnya

Perlahan tapi pasti, Clubhouse terus berkembang hingga menjadi sebuah platform yang mengayomi kalangan kreator. Setelah menggelar program akselerator pertamanya buat para kreator di bulan Maret kemarin, Clubhouse kini sedang dalam proses menghadirkan fitur monetisasi perdananya.

Berkat fitur baru ini, para pengguna Clubhouse dapat mengirimkan uang kepada kreator-kreator favoritnya sebagai bentuk apresiasi. Namun yang sangat menarik, Clubhouse sama sekali tidak mengambil untung dari situ. 100% uang yang dibayarkan benar-benar masuk ke kantong sang kreator.

Pun begitu, pengguna yang mengirimkan uang juga bakal dikenakan biaya penanganan kecil, yang selanjutnya akan dibayarkan ke Stripe selaku pihak yang menangani proses pembayarannya. Metode pembayarannya sendiri bisa menggunakan kartu kredit atau kartu debit.

Untuk mengirimkan uang di Clubhouse, pengguna hanya perlu membuka profil seorang kreator, lalu mengklik tombol “Send Money”, dengan catatan fitur tersebut memang sudah diaktifkan oleh sang kreator. Setelahnya, tinggal pilih jumlah uang yang ingin diberikan.

Clubhouse Payments

Tentunya ini merupakan kabar baik bagi para kreator, khususnya buat mereka yang belakangan ini mulai tergoda untuk hijrah ke platform lain. Seperti yang kita tahu, tidak sedikit platform sosial kenamaan yang latah dan menyalin format social audio yang Clubhouse populerkan. Selain Twitter, sejauh ini sudah ada Discord, bahkan LinkedIn pun juga dikabarkan bakal segera menyusul.

Agar bisa bertahan sekaligus konsisten di Clubhouse, kreator tentunya perlu insentif yang menarik, dan fitur pembayaran ini bisa dilihat sebagai awal yang bagus. Buat Clubhouse sendiri, mereka tentu masih harus memikirkan sistem monetisasi yang lain agar bisa bertumbuh menjadi bisnis yang sustainable dan tidak selamanya mengandalkan dana investor.

Dalam pengumumannya, Clubhouse juga sempat bilang bahwa ini baru satu dari banyak fitur yang bakal mereka siapkan supaya para kreator bisa menimba pemasukan dari platform-nya. Fitur pembayaran ini rencananya akan diluncurkan secara bertahap, dan Clubhouse saat ini juga baru mulai mengujinya bersama sekelompok kecil pengguna.

Sumber: TechCrunch dan Clubhouse. Gambar header: Depositphotos.com.