Sesi Live Audio Twitter Spaces Kini Dapat Didengarkan Tanpa Perlu Login

Sesi diskusi yang Anda helat di Twitter Spaces bakal kedatangan lebih banyak audiens. Pasalnya, Twitter baru saja meluncurkan fitur yang memungkinkan siapapun untuk ikut menjadi pendengar, bahkan yang tidak punya akun Twitter sekalipun.

Jadi tanpa perlu login atau mendaftar akun, siapapun kini bisa mengklik tautan menuju ke suatu sesi Spaces dan langsung mendengarkan obrolan yang berlangsung via Twitter versi web. Namun tentu ada batasan yang Twitter tetapkan. Utamanya, audiens tanpa akun ini hanya bisa mendengarkan saja.

Kebetulan semua sesi Spaces sifatnya publik, jadi kebijakan baru ini pun pada akhirnya terdengar cukup masuk akal. Di saat yang sama, kebijakan ini juga sejalan dengan fitur Spaces Recording yang tengah Twitter persiapkan.

Jadi sebelum memulai suatu sesi Spaces, sang host bisa mengaktifkan opsi untuk merekam seluruh sesinya, dan setelahnya hasil rekamannya bisa dibagikan untuk didengarkan kapan saja. Ini berarti yang dapat didengarkan oleh publik bukan cuma suatu sesi live saja, melainkan juga sesi yang sudah berlalu.

Kebijakan ini secara langsung memberikan pengguna Twitter Spaces kemudahan untuk menjangkau lebih banyak pendengar. Namun menurut saya akan lebih ideal seandainya Twitter juga memberikan opsi yang sebaliknya, yakni opsi untuk menciptakan Spaces yang sifatnya private, macam fitur private room yang ada di Clubhouse.

Pasalnya, kalau berdasarkan penjelasan Twitter sendiri, host punya opsi untuk memblokir partisipan sehingga mereka tidak bisa mengikuti sesi Spaces-nya lagi. Dengan adanya fitur baru ini, apa berarti partisipan yang sudah diblokir itu dapat mengikuti kembali sesinya usai logout dari akunnya?

Jujur saya tidak punya jawabannya, tapi semoga saja ini bisa memicu Twitter untuk mempertimbangkan opsi private Spaces itu tadi. Twitter sudah menawarkan Spaces berbayar, jadi tidak semua Spaces memang harus terbuka untuk umum.

Via: TechCrunch.

Clubhouse Luncurkan Tiga Fitur Baru, Dua di Antaranya untuk Merekam Percakapan

Clubhouse resmi meninggalkan fase beta pada bulan Juli lalu, dan sejak saat itu, mereka rajin merilis pembaruan besar setiap satu atau dua minggu. Pekan lalu, mereka memperkenalkan fitur bernama Wave yang dirancang untuk semakin memudahkan interaksi antar pengguna. Sekarang, mereka langsung tancap gas dengan tiga fitur anyar.

Ketiga fitur baru ini pada dasarnya punya tujuan untuk menyempurnakan aspek discovery konten di dalam Clubhouse. Fitur yang pertama adalah Universal Search, yang memungkinkan pengguna untuk mencari orang, club, live room, maupun deretan event yang akan datang.

Universal Search saat ini sudah mulai tersedia di Clubhouse versi iOS maupun Android. Untuk sekarang, Universal Search baru bisa diakses melalui tab Explore, tapi dalam satu atau dua minggu ke depan, pengguna dapat langsung mengaksesnya melalui halaman utama aplikasi.

Berikutnya, ada fitur bernama Clip. Fitur ini dirancang agar pengguna bisa membagikan klip atau potongan audio berdurasi 30 detik dari sebuah public room yang dikunjunginya ke berbagai platform macam Instagram, Twitter, Facebook, iMessage, atau WhatsApp.

Clip hanya akan tersedia di public room, bukan di private maupun club room. Fitur ini akan aktif secara default, tapi kita tetap bisa menonaktifkannya kapan saja. Kalau diaktifkan, maka semua partisipan di dalam room akan melihat ikon baru berlambang gunting (✄).

Klik ikon tersebut, maka aplikasi akan menyimpan klip audio dari 30 detik terakhir, dan pengguna bebas membagikannya ke platformplatform yang sudah disebutkan tadi. Daripada sekadar menuliskan Tweet tentang sebuah room yang kita kunjungi, kenapa tidak sekalian kita berikan preview-nya saja?

Di saat yang sama, fitur ini tentu juga sangat berguna untuk mengabadikan momen berkenang yang baru saja terjadi. Clip sejauh ini masih berstatus beta, dan baru akan tersedia untuk sekelompok kecil kreator saja.

Terakhir, Clubhouse juga akan meluncurkan fitur bernama Replay dalam beberapa minggu ke depan. Sesuai namanya, Replay dibuat agar konten audio di Clubhouse bisa didengarkan di lain waktu, bukan cuma ketika sedang tayang secara live.

Seperti Clip, Replay juga bersifat opsional, dan kita bisa memilih untuk mengaktifkannya setiap kali hendak membuka suatu public room. Kalau diaktifkan, maka room tersebut bakal eksis di Clubhouse selama yang pengguna inginkan. Juga sama seperti Clip, Replay dapat diunduh sepenuhnya ke perangkat.

Berhubung bisa di-download, itu berarti sesi-sesi publik di Clubhouse dapat dikemas ulang menjadi podcast jika mau. Sebagai informasi, fitur untuk merekam sesi live ini sudah tersedia sejak lama di dua kompetitor Clubhouse, yaitu Twitter Spaces dan Spotify Greenroom.

Dalam kesempatan yang sama, Clubhouse juga mengumumkan bahwa aplikasi Android-nya kini sudah mendukung fitur spatial audio. Fitur ini pertama diluncurkan pada akhir Agustus lalu di iOS, dan fungsinya adalah untuk membuat percakapan jadi terasa lebih hidup.

Sumber: Clubhouse.

Clubhouse Luncurkan Wave, Cara Cepat untuk Memulai Sesi Audio Chat Bersama Teman

Clubhouse meluncurkan fitur baru bernama Wave. Sesuai namanya, fitur ini dirancang agar pengguna bisa saling berinteraksi semudah melambaikan tangannya.

Dari perspektif sederhana, Wave merupakan cara cepat untuk memulai sesi audio chat bersama teman. Jadi dari halaman utama aplikasi, Anda bisa melihat daftar teman yang sedang online, lalu mengklik icon bergambar tangan melambai untuk memanggil mereka.

Mereka kemudian bakal menerima notifikasi bahwa Anda telah mengundangnya untuk berbicara. Lalu kalau mereka menerima, Anda bersama teman-teman Anda tersebut bakal langsung dibawa ke sebuah private room untuk mulai bercengkerama.

Selagi menunggu respon dari teman-teman yang dipanggil, Anda masih bisa menggunakan aplikasi Clubhouse seperti biasa. Sebuah indikator akan muncul untuk mengingatkan bahwa Anda sedang memanggil teman untuk berbicara, dan Anda bisa membatalkannya kapan saja jika mau. Lalu seandainya Anda keluar dari aplikasi, panggilan tersebut akan di-pause secara otomatis.

Selain untuk memudahkan komunikasi dalam sebuah lingkaran sosial, Clubhouse juga percaya fitur ini bakal sangat berguna untuk saling mengenalkan teman-teman dari kelompok yang berbeda. Kalau mau, sesi ngobrol privat tersebut juga bisa dibuka untuk publik kapan saja diinginkan.

Wave saat ini sudah tersedia di aplikasi Clubhouse versi iOS maupun Android. Anda cuma perlu meng-update aplikasinya ke versi yang paling baru untuk mulai menggunakannya.

Belum lama ini, Clubhouse meluncurkan fitur spatial audio dengan tujuan untuk membuat percakapan jadi terasa lebih hidup. Ditambah fitur Wave sekarang, Clubhouse jadi semakin ideal untuk mewadahi momen-momen privat bersama teman dan keluarga.

Clubhouse bilang saat ini ada lebih dari 700.000 room yang dibuat di platform-nya setiap harinya. Sebagian besar memang merupakan sesi komunal yang berisikan sejumlah pembicara dan lusinan atau bahkan ratusan pendengar, tapi tidak jarang juga Clubhouse digunakan untuk sesi ngobrol random dalam sebuah pertemanan, apalagi berkat kemudahan yang ditawarkan oleh fitur Wave itu tadi.

Sumber: Clubhouse.

Twitter Spaces Kedatangan Fitur Co-hosting untuk Membantu Memudahkan Moderasi

Twitter resmi menghapus fitur Fleet pada tanggal 3 Agustus kemarin karena sepi pengguna. Nasib yang berbeda justru dialami Spaces. Fitur live audio yang Twitter hadirkan untuk menyaingi Clubhouse ini justru konsisten menerima pembaruan meski baru eksis selama beberapa bulan.

Yang terbaru, Twitter menambahkan fitur co-hosting pada Spaces. Jadi sekarang setiap host dari suatu Space dapat menunjuk dua orang lain (yang sudah tergabung dalam Space tersebut) untuk menjadi co-host. Tujuannya tentu supaya para co-host ini dapat membantu dalam hal moderasi, apalagi mengingat Twitter sama sekali tidak membatasi jumlah partisipan yang bisa dimiliki suatu Space.

Masing-masing co-host dapat membantu mengundang partisipan untuk menjadi pembicara. Mereka juga bisa menerima atau menolak request, menyematkan cuitan (pin Tweet), serta menendang partisipan seandainya diperlukan.

Yang tidak bisa dilakukan oleh co-host adalah mengundang atau menendang co-host lain. Para co-host juga tidak bisa menyetop suatu Space. Hak ini sepenuhnya dipegang oleh yang membuat Space. Namun jika host aslinya keluar tanpa menghentikan sesinya lebih dulu, maka admin privilege-nya bakal ditransfer ke co-host yang pertama ditunjuk.

Kehadiran peran co-host secara langsung menambah jumlah maksimum pembicara yang dapat ditampung suatu Space. Kalau sebelumnya Twitter membatasi cuma sepuluh pembicara saja, sekarang setiap Space bisa memiliki satu host, dua co-host, dan sepuluh pembicara sekaligus — total 13 orang.

Penyempurnaan demi penyempurnaan yang dihadirkan untuk Spaces pada dasarnya bisa menjadi indikasi kepentingannya di mata Twitter. Kita tidak perlu terkejut seandainya Twitter kian rutin menghadirkan update untuk Spaces, terutama mengingat Clubhouse — yang baru-baru ini sudah resmi meninggalkan status beta — juga berkomitmen untuk merilis update besar setiap satu atau dua minggu.

Sumber: TechCrunch. Gambar header: Depositphotos.com.

Resmi Tinggalkan Status Beta, Clubhouse Kini Dapat Langsung Digunakan Tanpa Undangan

Clubhouse resmi meninggalkan fase beta. Setelah sekitar satu tahun lebih, Clubhouse akhirnya tidak lagi menggunakan sistem invite-only. Artinya, mulai hari ini Anda bisa mengunduh aplikasi Clubhouse di iOS atau Android, lalu langsung menggunakannya tanpa harus menunggu antrean maupun undangan dari teman yang sudah lebih dulu memakainya.

Dalam pengumumannya, Clubhouse menjelaskan bahwa sistem invite ini merupakan bagian penting dari sejarah mereka. Kesannya memang seperti sok eksklusif, tapi mekanisme ini sejatinya Clubhouse manfaatkan untuk meminimalkan problem yang kerap muncul ketika jutaan pengguna baru tiba-tiba muncul secara bersamaan karena efek viral.

Membuka diri ke publik secara luas pada dasarnya merupakan langkah alami yang harus Clubhouse ambil, terutama mengingat jumlah pesaingnya yang terus bertambah. Banyak yang menilai Clubhouse agak terlambat soal ini, tapi saya berpikir Clubhouse sepertinya sengaja memilih rute yang bertahap supaya terus diberitakan dari waktu ke waktu — viral di bulan-bulan pertama 2021, lalu kembali jadi sorotan di bulan Mei seiring dengan peluncurannya di Android, dan sekarang lagi-lagi jadi bahan pembicaraan publik karena akhirnya sudah terbuka untuk semua.

Clubhouse juga memberi gambaran seberapa jauh mereka bertumbuh sejak awal tahun. Jumlah timnya bertambah dari 8 orang menjadi 58 orang. Jumlah room yang dibuat pengguna setiap harinya naik dari 50 ribu menjadi 500 ribu. Sejak versi Android-nya dirilis, Clubhouse juga sudah menampung sekitar 10 juta pengguna baru.

Pekan lalu, Clubhouse juga baru meluncurkan fitur messaging bernama Backchannel, dan sejauh ini sudah ada sekitar 90 juta pesan yang terkirim. Kalau dirata-rata, pengguna menghabiskan waktu bercengkerama di Clubhouse selama lebih dari satu jam setiap harinya. Guna merayakan itu semua, Clubhouse pun menyingkap logo baru beserta situs baru.

Ke depannya, Clubhouse berniat untuk menghadirkan update besar setiap satu atau dua minggu. Mereka sepertinya juga tengah giat menyajikan konten eksklusif dengan berkolaborasi bersama sejumlah pihak. Baru-baru ini misalnya, mereka menggandeng TED untuk menyiarkan konten-konten eksklusif di Clubhouse.

Sumber: Clubhouse.

TED Bakal Hadirkan Konten Eksklusif di Clubhouse

Format ‘podcast interaktif’ yang Clubhouse populerkan sudah tidak bisa lagi dikatakan eksklusif. Pesaing aplikasi social audio tersebut bukan cuma satu sekarang, melainkan tiga sekaligus, dan semuanya berasal dari perusahaan besar: Twitter Spaces, Spotify Greenroom, dan Facebook Live Audio Room.

Di titik ini, Clubhouse pada dasarnya butuh amunisi baru untuk tetap relevan. Salah satu yang sudah mereka siapkan adalah konten eksklusif. Bukan dari sembarang kreator, melainkan yang disajikan oleh TED. Baru-baru ini, kedua perusahaan rupanya telah meneken kontrak kerja sama supaya TED bisa menghadirkan konten audio eksklusif di Clubhouse.

Konten yang pertama adalah “Thank Your Ass Off”, yang akan disiarkan seminggu sekali setiap hari Senin pukul 22.00 WIB mulai tanggal 12 Juli ini juga. Konten-konten lainnya bakal segera menyusul ke depannya, dan semuanya tentu bakal dihadirkan melalui akun resmi TED sendiri di Clubhouse.

Kepada The Verge, perwakilan Clubhouse menjelaskan bahwa TED bebas menjual iklan atau sponsorship pada kontennya, dan Clubhouse sama sekali tidak akan mengambil untung dari situ. Nama besar dan popularitas TED boleh dibilang sudah cukup menguntungkan bagi Clubhouse di tengah panasnya persaing platform social audio.

Sebagai perspektif, TED meluncurkan jaringan podcast-nya pada bulan Februari lalu, dan mereka mengklaim koleksi kontennya diunduh sebanyak 1,65 juta kali setiap harinya oleh pengguna di seluruh dunia. Di Spotify, TED Talks Daily merupakan podcast terpopuler kedua setelah The Joe Rogan Experience di sepanjang tahun 2020.

Buat TED sendiri, Clubhouse tentunya bisa menjadi wadah alternatif untuk menyajikan konten audio yang lebih interaktif, seperti misalnya sesi live Q&A, yang tentunya mustahil diwujudkan lewat format podcast tradisional. Kebetulan Clubhouse juga cukup sering dibanding-bandingkan dengan TED sehubungan dengan banyaknya sesi live yang inspiratif.

Pada akhirnya, kedua pihak bakal sama-sama diuntungkan berkat kerja sama ini, dan kita sebagai pengguna juga pasti tidak akan menolak adanya konten-konten ekstra yang berkualitas. Apakah platform pesaing Clubhouse juga bakal mengambil langkah serupa dan menghadirkan konten eksklusif ke depannya? Kita tunggu saja.

Sumber: The Verge. Gambar header: Depositphotos.com.

Spotify Greenroom Resmi Dirilis, Siap Tantang Clubhouse dan Twitter Spaces

Kategori aplikasi live audio resmi kedatangan penantang baru, yakni Spotify Greenroom. Seperti halnya Clubhouse, Twitter Spaces, dan sederet kompetitor lainnya, Greenroom dirancang sebagai wadah untuk berdiskusi lisan secara virtual dan secara langsung (live).

Secara teknis, Spotify Greenroom sebenarnya tidak bisa dibilang 100% baru. Aplikasi ini sebelumnya sudah eksis lebih dulu menggunakan nama Locker Room, sebelum akhirnya diakuisisi dan dirombak oleh Spotify pada bulan Maret 2021.

Yang dirombak bukan sebatas branding-nya saja, sebab Locker Room pada awalnya cuma berperan sebagai Clubhouse-nya para penggila olahraga. Sebagai Greenroom, topik bahasannya kini jelas meluas secara drastis, apalagi mengingat aplikasinya sudah tersedia di lebih dari 135 negara.

Dalam Greenroom, siapapun bebas memulai sesi live-nya sendiri. Kita tidak perlu menjadi pelanggan Spotify Premium untuk dapat menciptakan room di Greenroom — kita bahkan tidak memerlukan akun Spotify sama sekali untuk bisa menggunakan Greenroom. Meski begitu, seandainya kita sudah punya akun Spotify, kita tentu dapat memakainya untuk login di Greenroom.

Di setiap room, kita bisa menemukan tiga jenis partisipan: host, pembicara, dan pendengar. Host adalah yang menciptakan room tersebut, dan mereka punya kontrol penuh atas siapa saja yang berhak berbicara selama sesi berlangsung. Host juga dapat mengaktifkan atau menonaktifkan fungsi chat di masing-masing room.

Sistem like di Greenroom diwakili oleh Gem. Klik dua kali icon seorang pembicara atau host, maka mereka bakal mendapatkan sebuah Gem. Total Gem yang pernah diterima akan ditampilkan di seluruh profil pengguna di Greenroom. Anggap saja Gem sebagai indikator popularitas di kalangan pengguna Spotify Greenroom, namun bukan tidak mungkin seandainya fitur ini bakal dimonetisasi ke depannya.

Spotify sejauh ini memang belum menawarkan opsi monetisasi apapun kepada pengguna Greenroom. Untuk sekarang, satu-satunya cara pengguna Greenroom mendapatkan uang adalah dengan mendaftarkan diri di program Spotify Greenroom Creator Fund, yang sayangnya cuma tersedia di Amerika Serikat saja.

Satu hal unik yang Greenroom tawarkan adalah kemudahan bagi host untuk merekam sesi perbincangan yang berlangsung di room-nya, yang kemudian dapat dikemas dan didistribusikan sebagai episode podcast jika mau. Kita tidak perlu terkejut seandainya nanti Spotify menambahkan tombol ekstra yang memungkinkan host untuk langsung menyunting file audio-nya di Anchor, yang tidak lain merupakan platform kreasi podcast milik Spotify.

Spotify Greenroom saat ini sudah tersedia dan bisa diunduh di perangkat Android maupun iOS.

Sumber: Spotify.

Twitter Spaces Kini Dapat Diakses Lewat Browser

Di saat Clubhouse sudah tersedia di Android tapi masih mempertahankan sistem invite-only, Twitter justru semakin membuka lebar pintu akses ke Spaces, fitur live audio yang mereka buat untuk menyaingi Clubhouse. Awalnya cuma tersedia di aplikasi Twitter versi iOS, Spaces lanjut merambah ke Android tidak lama kemudian, dan sekarang fitur ini pun akhirnya hadir di Twitter versi web.

Ya, Twitter Spaces sekarang sudah bisa diakses melalui browser di perangkat desktop maupun mobile. Setiap kali Anda mengklik suatu Space, Twitter akan menampilkan jendela preview-nya terlebih dulu, sehingga Anda dapat melihat siapa saja pembicara dan partisipan yang hadir beserta topik yang dibahas, sebelum akhirnya ikut bergabung.

Selagi bergabung di dalam suatu Space, Anda tetap bisa lanjut memantau linimasa. Di perangkat desktop, tampilan Space-nya akan diperkecil dan ditempatkan di sebelah kanan, menutupi porsi yang biasanya dihuni oleh daftar trending topic.

Partisipan juga memiliki opsi untuk mengaktifkan fitur transcription, dan seperti yang bisa dilihat pada gambar di atas, teksnya pun akan ikut ditampilkan di jendela kecil tadi sehingga partisipan tetap bisa mengikuti percakapan walaupun speaker-nya mati. Tentu saja fitur ini juga Twitter siapkan untuk mengakomodasi pengguna yang memiliki gangguan pendengaran.

Belum lama ini, Twitter memang sempat membeberkan rencananya agar Spaces dapat lebih mudah diakses oleh kaum difabel. Selain faktor accessibility, Twitter pun tidak lupa berfokus pada fitur-fitur lain yang tak kalah penting, seperti misalnya fitur reminder untuk Space yang dijadwalkan tayang di waktu tertentu, serta tampilan antarmuka yang bisa beradaptasi dengan baik dengan ukuran layar perangkat.

Sekadar informasi, semua pengguna Twitter tanpa terkecuali dapat bergabung dalam suatu Space, akan tetapi yang bisa menjadi host hanyalah yang mempunyai paling tidak 600 follower. Dalam setiap Space, jumlah maksimum pembicara yang didukung adalah 11 (termasuk host), namun jumlah pendengarnya sama sekali tidak dibatasi.

Sumber: Engadget dan Twitter.

Clubhouse Akhirnya Tersedia Secara Resmi di Android

Setelah lebih dari satu tahun membangun reputasinya sebagai platform sosial khusus untuk para pengguna perangkat iOS, Clubhouse akhirnya tersedia di Android secara resmi. Aplikasinya sekarang sudah bisa kita temukan di Google Play Store, akan tetapi statusnya sejauh ini masih beta, dan baru bisa digunakan oleh para pengguna di Amerika Serikat saja.

Lebih penting lagi, Clubhouse versi Android rupanya masih akan tetap mempertahankan sistem invite-only yang diterapkan selama ini pada versi iOS-nya. Ini berarti agar bisa mendaftarkan akun, Anda harus menerima undangan dari pengguna lain terlebih dulu. Menurut pengembangnya, hal ini diperlukan demi menjaga pertumbuhannya tetap terukur, memastikan server-nya tidak kewalahan akibat adanya peningkatan jumlah pengguna secara drastis.

Dalam beberapa minggu ke depan, tim pengembang Clubhouse berniat untuk mengumpulkan feedback dari komunitas pengguna Android-nya, sekaligus memperbaiki problem-problem yang muncul dan menambahkan sejumlah fitur. Perilisannya di negara-negara lain disebut bakal berlangsung secara perlahan, dimulai dari negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris terlebih dulu.

Untuk sekarang, Clubhouse versi Android memang masih setengah matang, alias belum semua fiturnya tersedia. Di antaranya adalah fitur untuk mengikuti topik-topik tertentu, fitur untuk menyambungkan akun Twitter maupun Instagram, serta fitur Send Money yang baru diluncurkan bulan April kemarin.

Pada laman FAQ-nya, Clubhouse juga menegaskan bahwa aplikasi Android resminya hanya bisa didapatkan lewat Google Play Store. Di luar itu adalah versi yang tidak resmi kalau menurut pengembangnya sendiri, dan mereka tidak bisa menjamin keamanan akun masing-masing pengguna yang memakai versi tidak resmi tersebut.

Di bulan-bulan mendatang, Clubhouse berencana untuk membuka platform-nya lebih jauh lagi. Agendanya mencakup memberikan akses ke jutaan pengguna iOS yang sudah tergabung dalam waitlist, menambahkan dukungan bahasa, serta menghadirkan lebih banyak fitur-fitur terkait aksesibilitas.

Sementara itu, di luar sana hampir semua platform sosial juga tengah sibuk menyiapkan rival Clubhouse-nya masing-masing. Twitter adalah yang pertama menyusul jejak Clubhouse, diikuti oleh Discord, Reddit, dan dalam waktu dekat, Facebook. Bahkan Spotify yang serius di bidang podcast pun tidak mau kehilangan kesempatan di tengah tren live audio ini.

Sumber: Clubhouse. Gambar header: Depositphotos.com.

Bos Spotify: Semua Platform Sosial Bakal Punya Fitur Live Audio

Live audio, social audio, apapun itu namanya, sedang menjadi topik hangat semenjak popularitas Clubhouse mencuat secara drastis. Satu demi satu platform sosial menyerukan rencananya untuk ikut ambil bagian dalam tren baru ini. Mulai dari yang sebesar Facebook, sampai yang niche seperti LinkedIn maupun Reddit, semuanya sedang sibuk menyiapkan kompetitor Clubhouse.

Begitu populernya tren live audio belakangan ini, ada kemungkinan bagi live audio untuk menyusul jejak Stories ke depannya. Ini bukan pendapat saya, melainkan pendapat CEO Spotify, Daniel Ek, yang ia sampaikan pada episode terbaru podcast Spotify: For the Record.

Daniel memprediksi semua platform ke depannya bakal memiliki fitur live audio, kurang lebih sama seperti ketika demam Stories sedang melanda. Seperti yang kita tahu, Stories awalnya cuma ada Snapchat, namun popularitas format video ephemeral tersebut langsung melambung tinggi sejak dijiplak oleh Instagram. Sekarang pun Stories sudah menjadi fitur umum yang dimiliki banyak platform sosial sebagai salah satu cara berinteraksi antar sesama penggunanya.

Tanpa perlu terkejut, Spotify sendiri tentu juga sedang menyiapkan kompetitor Clubhouse. Pada akhir bulan Maret lalu, Spotify mengakuisisi Betty Labs, pengembang aplikasi live audio khusus segmen olahraga bernama Locker Room. Spotify saat ini sedang dalam proses merombak aplikasi tersebut, yang nantinya bakal dinamai Spotify Greenroom ketika sudah siap dirilis ke publik.

Greenroom bakal jadi aplikasi yang terpisah dari Spotify. Seperti halnya Clubhouse, Greenroom bakal menjadi medium yang dapat dipakai untuk berdiskusi, berdebat, maupun untuk mengadakan sesi tanya-jawab secara live. Topiknya tentu tidak lagi terbatas untuk bidang olahraga saja.

Spotify memang belum merincikan terlalu banyak detail mengenai Greenroom, tapi mereka sudah punya gambaran yang cukup jelas terkait fitur-fitur menarik yang bakal diintegrasikan. Salah satunya adalah fitur untuk menyulap sesi live audio di Greenroom menjadi podcast di Spotify. Mereka juga bereksperimen dengan fitur-fitur monetisasi, dan salah satu opsi yang terpikirkan adalah mempersilakan kreator untuk menarik biaya masuk ke masing-masing room-nya.

Sumber: Engadget. Gambar header: Depositphotos.com.