Situs Travel Flamingo Diperbarui, Fokus ke User Experience

Situs travel Flamingo yang baru diluncurkan kurang lebih sebulan yang lalu telah mengalami pembaruan. Fokus pembaruannya ditujukan ke area User Experience, di mana kini pengguna lebih mudah menemukan jadwal perjalanan yang waktunya terdekat ataupun yang diinginkan. Selain itu, Flamingo juga memberikan fitur live chat di halaman depan untuk memudahkan pengguna berbicara di perwakilan Flamingo soal paket-paket perjalanan yang diminati.

Continue reading Situs Travel Flamingo Diperbarui, Fokus ke User Experience

Yang Terlewat: Bahasa

Menakjubkan. Sebuah video di Youtube yang sudah beredar di Facebook tahun lalu, tiba-tiba tahun ini beredar lagi dan sampai membanjiri tiga situs media sosial yang saya ikuti. Video itu tampaknya diunduh oleh seseorang atau institusi di Indonesia yang kemudian menambah subtitle bahasa Indonesia. Hasilnya? Viral.

Mengapa? Karena pemahaman. Tanpa bahasa yang sesuai, tak mungkin suatu informasi menjadi menarik. Apalagi informasi yang mengandung unsur emosi seperti video tersebut. Di sini emosi menciptakan pengalaman dalam penggunaan produk: User eXperience.

Saat ini, pengguna internet di Indonesia bukan lagi orang-orang berpendidikan tinggi saja. Akses internet yang mudah tanpa perlu kepemilikan komputer pun memungkinkan siapapun mengaksesnya. Apalagi di era Web 2.0 ini, di mana pengguna ikut menciptakan pengalaman bagi pengguna lain, situs-situs berbahasa Indonesialah yang populer. Detik contohnya, adalah situs berita pertama yang memungkinkan pembaca berkomentar di situ. Lalu Kompasiana, menyediakan wadah bagi pembaca untuk menayangkan beritanya sendiri.

Continue reading Yang Terlewat: Bahasa

[Guest Post] Usability

Artikel tentang User Experience (UX) ini ditulis oleh Qonita Shahab, peneliti UX yang pernah bekerja di bidang TI. Ketertarikannya akan musik dan fotografi membantunya dalam mendesain prototipe sistem interaktif. Sejak mulai melakukan penelitian di bidang teknologi persuasif, Qonita belajar banyak tentang psikologi sosial dan penggunaan komunal atas teknologi. Anda bisa follow akun Twitter-nya di @uxqonita.

Kemarin adalah World Usability Day, yang diperingati setiap hari Kamis kedua di bulan November. Menariknya, saya menemukan artikel Rama Mamuaya di Dailysocial tentang UI/UX yang sebetulnya membahas tentang Usability. Usability adalah kegunaan, bagaimana suatu produk bisa berguna, dan dapat dengan mudah (dan baik) dipergunakan. Lalu UI dan UX itu apa?

Sejak menulis tentang UX untuk Dailysocial, saya belum pernah dapat permintaan khusus atau pertanyaan tentang apakah yang menjadi masalah dalam bidang UX di kalangan tech-startup Indonesia. Sehingga, saya memulai dengan menulis perkenalan tentang UX untuk menjabarkan bahwa UX itu sangat luas, dan bisa diuraikan satu persatu bidang-bidang pendukungnya.

Continue reading [Guest Post] Usability

Seperti Apakah UI/UX Yang Bagus?

Di banyak artikel di Dailysocial, kami banyak sekali menekankan pentingnya UI dan UX sebagai bagian yang penting sebagai pertimbangan kami menilai sebuah startup. Dan di tulisan opini ini, saya ingin mencoba mengambil kesimpulan berdasarkan pengalaman saya menggunakan layanan-layanan berbasis web.

Dan banyak pihak yang bertanya-tanya, seperti apakah UI/UX yang bagus? Tentu saja anda bisa mulai membaca beberapa artikel dari Qonita Shahab di DailySocial mengenai UI dan UX untuk layanan berbasis web, namun saya akan mencoba memaparkan cara yang lebih disederhanakan untuk mengerti mengenai UI dan UX layanan berbasis web.

Continue reading Seperti Apakah UI/UX Yang Bagus?

Pengguna Memang dan Harus Mengeluh

Artikel berseri tentang User Experience (UX) ini ditulis oleh Qonita Shahab, peneliti UX yang pernah bekerja di bidang TI. Ketertarikannya akan musik dan fotografi membantunya dalam mendesain prototipe sistem interaktif. Sejak mulai melakukan penelitian di bidang teknologi persuasif, Qonita belajar banyak tentang psikologi sosial dan penggunaan komunal atas teknologi. Anda bisa follow akun Twitter-nya di @uxqonita.

Pernahkah Anda mendengar tentang seruan seperti ini, “Stop complaining about Facebook’s changes, it’s free for God sake!”? Apakah Anda pernah dicap sebagai tukang mengeluh hanya dengan berbicara tentang hal ini? Saya ada di antara mereka yang berbicara tentang itu, tapi saya tidak peduli dengan label tukang keluh. Lagi pula, apa yang saya lakukan adalah memberi mereka (Facebook) masukan yang berharga.

Selain itu, saya juga tidak setuju kalau Facebook adalah sebuah layanan gratis. Tentu saja secara finansial kita tidak membayar apapun ke Facebook, namun pendekatan ini telah dijalankan secara praktis dalam waktu yang terlalu lama: memberikan akses gratis ke produk (sebagian dari produk tersebut) untuk memperkecil hambatan bagi pengguna dalam mengadopsi produk. Kita mungkin bertanya-tanya, sampai kapan Facebook tetap menjadi layanan gratis? Akankah di masa depan Facebook tiba-tiba menerapkan biaya atas layanan mereka?

Continue reading Pengguna Memang dan Harus Mengeluh

Users Do and Have to Complain

The series of User Experience (UX) posts is brought to you by Qonita Shahab, a researcher in UX who used to work in IT. Her interest in music and photography helps her in designing interactive system prototypes. Since she started research in the field of persuasive technology, Qonita studied more about social psychology and the communal use of technology. Follow her on Twitter @uxqonita.

Have you heard of “Stop complaining about Facebook’s changes, it’s free for God sake!”? Have you been labeled as whiner just by talking about it? I’m among those who talked about it, but I didn’t buy the whiner label. After all, what I did was giving them valuable inputs.

Besides, I also don’t agree that Facebook is free. Of course financially we don’t pay anything to Facebook, but this approach has been in practice for too long: giving free access to a product (of parts of it) lowers the barrier to adopt the product. We may wonder, until when will Facebook keep being free? Will in the future Facebook suddenly charge us something?

Continue reading Users Do and Have to Complain

[Guest Post] Siapa Saja Yang Berpartisipasi Dalam UX?

Editor’s Note: Artikel kali ini adalah bagian dari seri tulisan tentang User Experience (UX), yang merupakan unsur penting dalam proses pengenalan produk ke pengguna. Kali ini penulis akan membahas tentang siapa yang perlu berpartisipasi dalam proses UX dan tingkatan partipasinya.

Seorang desainer User Experience (UX) pada dasarnya adalah seorang yang memiliki keahlian general. Keterampilan utama yang harus dimiliki adalah keterampilan komunikasi. Seorang desainer UX dibutuhkan untuk mengkomunikasikan -antara satu dengan yang lain- dari kebutuhan pengguna, keinginan stakeholder, dan keterbatasan pengembang. Sifat yang paling penting adalah bahwa ia harus memiliki kemampuan untuk berempati. Seorang desainer UX harus mampu memaparkan gambaran besar dari produk dalam bahasa pengguna, stakeholder, dan pengembang.

Dalam posting saya sebelumnya, saya menyebutkan berbagai bidang yang pada akhirnya menunjukkan jumlah keseluruhan bidang UX. Anda dapat menjadi Designer Interaksi, Usability Analyst, spesialis Komunikasi/Pemasaran, atau spesialis di bidang Teknologi. Belum lagi bahwa untuk bidang Teknologi terdiri dari beberapa keterampilan, tergantung dari produk itu sendiri. Dalam kasus produk berupa situs web, bidang dari UX meliputi Graphic/User Interface (UI) Designer, Software Developer, dll.

Continue reading [Guest Post] Siapa Saja Yang Berpartisipasi Dalam UX?

[Guest Post] Who Participates in UX?

Editor’s note: This is part of series about in User Experience (UX) which is essential element of product introduction to its user. This time, the author is discussing about who need to participate in the process of UX and what level are they required.

A UX designer is basically a generalist. The most important skill that he/she must have is communication skill. A UX designer is needed for communicating the needs of users, the wants of stakeholders, and the limitations of developers, among each other. The most important trait that he/she must have is the ability to empathize. A UX designer should be able to describe the big picture of the product in the languages of users, stakeholders, and developers.

Continue reading [Guest Post] Who Participates in UX?

[Guest Post] UX: Perkenalan

Editor’s Note: Ini merupakan bagian seri tulisan tentang User Experience (UX) yang merupakan suatu bagian penting pengenalan suatu produk ke pengguna. Berikut dijelaskan apa itu UX dan pentingnya penerapan UX dalam suatu prototipe, produk ataupun aplikasi.

UX (User Experience) adalah sebuah bidang baru yang berangkat dari hubungan manusia dengan teknologi. Awalnya, hubungan antara manusia dan komputer dipelajari melalui bidang HCI (Human Computer Interaction). Ahli HCI mempelajari kemampuan komputer (pada umumnya: produk teknologi) dalam berinteraksi dengan manusia, sedangkan unsur kemampuan manusia dipelajari oleh para ahli bidang Psikologi Kognitif, maupun para ahli bidang Human Factors, yang berangkat dari bidang Teknik Industri.

Bidang-bidang ini bercampur menjadi suatu bidang baru bernama Interaction Design (IxD), di mana interaksi antara manusia dan teknologi didefinisikan dalam desain sebelum diimplementasikan. Ilmu desain inilah yang menekankan pentingnya suatu sistem diujicobakan terlebih dahulu dengan calon pengguna mulai dari bentuk yang sederhana (low fidelity prototype). Hasil interaksi para calon pengguna dengan prototipe inilah yang dijadikan masukan untuk mengembangkan sistem lebih lanjut sampai ke bentuk jadi (working prototype). Proses evaluasi dengan calon pengguna ini bisa berkali-kali (iteratif), sampai diperoleh desain yang paling cocok untuk pengguna.

Continue reading [Guest Post] UX: Perkenalan

[Guest Post] UX: Introduction

Editor’s Note: This is part of series about User Experience (UX) which is essential part of product introduction to its user. Here the writer tries to explain what is UX all about and the importance of  UX for a prototype, product or application.

UX (User Experience) is a new field that emerged from the relationship between human and technology. In the beginning, this relationship was studied under the name HCI (Human Computer Interaction). HCI experts study the ability of computers (general: technology products) in interacting with human, while the human ability is studied by Cognitive Psychology experts, also Human Factors experts coming from Industrial Engineering field.

These fields of knowledge combine into a new field called Interaction Design (IxD), where interaction between human and technology is defined in a design before the product is implemented. The Design knowledge emphasizes the importance of a system to be tested with expected users from its simple form (low fidelity prototype). The result of interaction between test-users and the prototype is taken into account for the purpose of developing the system further up to the final form (working prototype). The evaluation process with expected users can be performed several times (iterative) until an appropriate design is decided.

Continue reading [Guest Post] UX: Introduction