Wild Rift Pentaboom Dari Kacamata Para Shoutcaster Bahasa Indonesia

Akhir pekan lalu kita akhirnya bisa menyaksikan keseruan Wild Rift di dalam kompetisi esports yang sengit untuk pertama kalinya. Diselenggarakan tanggal 12 sampai 13 Desember 2020 lalu, Wild Rift Pentaboom merupakan showmatch League of Legends Wild Rift perdana yang diikuti oleh sejumlahh selebritas gaming di kawasan Asia Tenggara. Ada 8 negara Asia Tenggara yang mengikuti pertandingan tersebut. Negara tersebut ialah Kamboja, Myanmar, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Dalam pertandingan tersebut, Indonesia yang diwakili oleh JessNoLimit, DylandPros, Gogogoy, VY Gaming, dan Cindy Gulla berhasil menampilkan permainan yang memukau. Walau begitu, sayangnya Vietnam terbukti bermain dengan lebih baik dan solid. Alhasil tim Indonesia yang diberi nama Team Inspire pun harus puas menerima gelar runner-up setelah dilibas 0-3 oleh tim Vietnam yang diberi nama Team Volley. Ada banyak hal menarik yang bisa dipelajari, dinikmati, atau disorot dari Showmatch kemarin. Apa kata para shoutcaster bahasa Indonesia terkait pertandingan kemarin? Berikut komentar dari Pratama “Atoy” Indraputra, Adji “Sven”, Bella “Heartfire”, dan Audi “Auday” Eka Prasetyo.

 

Pratama “Yota” Indraputra

Wild Rift Pentaboom Shoutcasters Indonesia - atoy

Kata Yota Soal Permainan Tim Indonesia: Menurut gue tim Indonesia bermain dengan hebat dan sangat di luar ekspektasi gue sendiri. Pada sisi lain, sesuai dugaan gue juga bahwa Vietnam dan Malaysia adalah 2 tim yang solid. Salah satu yang membuat gue salut sama tim Indonesia adalah pada pertandingan semi-final ketika melawan Malaysia. Ketika itu mereka berhasil melakukan comeback play, walau keadaan sedang sangat sengit ketika itu.

Pemain Paling Bersinar Menurut Yota: MVP secara keseluruhan bagi tim Indonesia tentu saja JessNoLimit. Tetapi selain itu gue merasa DylandPros juga patut menjadi honorable mention berkat Baron steal yang ia lakukan pada pertandingan melawan Malaysia. Kalau bicara MVP keseluruhan turnamen, gue agak bingung harus pilih Dang YM atau Be Chanh dari Vietnam. Penyebabnya adalah karena kedua pemain tersebut menunjukkan mekanik yang jauh di atas rata-rata pemain lainnya.

Meta Wild Rift Dari Pertandingan Pentaboom Menurut Yota: Kita sudah melihat meta snowball di Pentaboom Showdown. Pada pertandingan Pentaboom kita bisa melihat betapa pentingnya kekuatan laning dan early game pressure. Karena hal tersebut Champion seperti Lee Sin, Zed, Akali, maupun Jhin akhirnya menjadi power pick yang kuat. Harapan gue sih  Wild Rift sudah ada observer mode dan juga sistem ban di tahun 2021. Satu sampai dua champion per tim pun sebenarnya sudah cukup, supaya draft jadi lebih dinamis antara power pick maupun comfort pick.

 

Adji “Sven”

Wild Rift Pentaboom Shoutcasters Indonesia - Adji

Kata Adji “Sven” Soal Permainan Tim Indonesia: Gue melihat tim Indonesia sudah memberikan yang terbaik selama pertandingan kemarin. Tetapi menurut gue, Indonesia memang terbilang kurang melakukan eksplorasi dari segi drafting. Terlepas dari hal tersebut, gue merasa mereka punya alasan tersendiri dan menurut gue alasan tersebut sangatlah worth it. Jujur, gue enggak menyangka tim Indonesia bisa lolos sampai final dengan draft seperti itu. Dari hal tersebut, kita bisa melihat bahwa mereka paham betul letak kekuatan dari draft yang mereka mainkan.

Kalau bicara lawan-lawannya, gue sebenarnya cukup enggak menyangka tim Thailand tidak lolos. Padahal tim mereka punya ADC dengan kemampuan main yang sangat baik. Lalu bicara soal Malaysia, menurut gue mereka sangat mengerti caranya bermain, layaknya tim Vietnam. Bedanya adalah, Vietnam lebih kuat dan bermain secara objektif ketika melawan Indonesia kemarin. Makanya permainan mereka terbilang hampir tak bercelah pada pertandingan babak final.

Pemain Paling Bersinar Menurut Adji “Sven”: Kalau ngomongin MVP tim Indonesia bingung nih gue, antara JessNoLimit atau DyalndPros. Tapi mungkin lebih ke arah JessNoLimit sih. Gue jadi bingung gara-gara ada momen steal Baron yang apik banget dari DylandPros. Kalau MVP dari sang juara, sudah pasti Lee Sin yang dimainkan oleh DangYM.

Meta Wild Rift Dari Pertandingan Pentaboom Menurut Adji “Sven”: Menurut gue meta di Wild Rift kurang lebih masih mirip dengan LoL di PC yaitu berpusat kepada early jungle pressure. Bedanya, Wild Rift punya waktu yang lebih singkat dan gold income yang lebih mudah. Jadi menurut gue mungkin bakal lebih fokus kepada matchup jungle di early game supaya bisa menciptakan momen pressure kepada Jungle musuh dengan map control yang bisa dilakukan dengan Ward ataupun mendapatkan Rift Scuttle. Dengan map control, Jungle jadi punya keleluasaan untuk melihat potensi gank pada suatu lane.

 

Audipras

Wild Rift Pentaboom Shoutcasters Indonesia - Auday

Kata Audipras Soal Permainan Tim Indonesia: Menurut opini gue, permainan tim Indonesia sih udah kompak banget ya. Masing-masing pemain mengerti soal perannya dan terlihat sudah satu komando. Kalau dibanding dengan tim lain, Indonesia masih jauh lebih baik. Walau demikian, gue melihat Indonesia memang masih sedikit kalah dibanding Vietnam dan Malaysia. Tapi memang salah satu alasannya menurut gue adalah karena ekosistem League of Legends/Wild Rift di Indonesia tergolong masih muda. Beda jauh dibanding dengan Vietnam yang ekosistem League of Legends-nya masih aktif dan bahkan masih sangat kompetitif hingga saat ioni.

Pemain Paling Bersinar Menurut Audipras: MVP Indonsesia sih JessNoLimit. Menurut gue, dia hampir bisa memenangkan midlane ketika melawan semua negara. Bahkan dia juga bisa menahan imbang Msuong dari Vietnam. Berkat kemampuan individual tersebut, gue merasa JessNoLimit berperan besar membuat pemain lane lain jadi lebih tenang karena yakin dengan permainan Jess sendiri. MVP dari negara lain sih menurut gue Dang YM dari Vietnam. Dang YM menunjukkan pergerakan jungling yang efisien dan efektif. Setiap kali pindah/gank suatu lane, ia hampir selalu mendapatkan suatu objektif; mencuri buff, kill, ataupun harass. Karena itu Dang YM jadi MVP menurut pandangan gue.

Meta Wild Rift Dari Pertandingan Pentaboom Menurut Audipras: Gue merasa champ pool di Wild Rift, terutama untuk pemain Jungle dan Support masih kurang banyak sih. Permainan masih didominasi Lee Sin seorang diri dan meta mid-lane masih berpusat kepada Zed. Untuk masa depan, harapannya semoga lebih banyak champion rilis untuk Junggle, Support, dan Mid.

 

Bella “Heartfire”

Wild Rift Pentaboom Shoutcasters Indonesia - bella

Kata Bella Soal Permainan Tim Indonesia: Permainan tim Indonesia itu melebihi ekspektasi. Mereka membuktikan bahwa mereka punya niat dan latihannya membuahkan hasil. Ditambah, banyak juga kejadian-kejadian seru seperti momen Baron steal yang membuat pertandingan jadi semakin asyik dan seru. Lawan-lawannya juga membuktikan bahwa mereka betul-betul niat dan latihan. Paling utama tentunya Vietnam. Tak bisa dipungkiri mereka adalah salah satu region LoL PC yang kuat di Asia Tenggara. Pada pertandingan kemarin pun mereka menunjukkan permainan yang sangat hebat dari segi micro ataupun macro.

Pemain Paling Bersinar Menurut Bella: MVP versi aku adalah DylandPros. Menurut aku kalau Dyland tidak melakukan Baron steal saat lawan Malaysia di babak Semi Final, tim Indonesia mungkin enggak bisa masuk Grand Final.  Karena pada momen itu tim Malaysia sebenarnya sudah memimpin jauh di dalam pertandingan.

Meta Wild Rift Dari Pertandingan Pentaboom Menurut Bella: Kalau dari sisi meta, menurut aku Wild Rift sudah jelas berbeda dan lebih kompleks jika dibandingkan dengan MOBA mobile lainnya. Sementara itu kalau dibandingkan dengan LoL PC, menurut aku sih beda sekali karena map yang lebih kecil dan durasi permainan yang lebih singkat. Kalau bicara meta, menurut aku early jungle, team fight, dan objective gaming adalah meta di dalam Wild Rift. Early jungle rotation jadi penting juga meta karena taktik tersebut terbukti bisa memotong rotasi musuh sehingga mereka jadi kalah gold dan exp.

Monas dan Petronas Muncul di Wild Rift, Jumlah Pemain Cyberpunk 2077 Tembus 1 Juta Orang

Cyberpunk 2077 dari CD Projekt menjadi salah satu topik perbincangan hangat pada minggu lalu. Tak hanya itu, ada sejumlah pengumuman penting dalam The Game Awards, termasuk peluncuran trailer dari Dragon Age 4 oleh BioWare dan pengumuman Nintendo untuk memasukkan Sepiroth ke Super Smash Bros. Ultimate.

Monas dan Petronas Muncul di Wild Rift

Riot Games tampaknya serius dalam memasarkan Wild Rift di Asia Tenggara. Sejauh ini, mereka telah mengadakan turnamen dari mobile game itu dan menggandeng sejumlah influencer untuk memenangkan hati para gamer di Asia Tenggara. Tak sampai di situ, mereka juga menampilkan bangunan yang menyerupai Monas dan Petronas Twin Towers di halaman Launch Celebration Rift Rewards. Dengan ini, Riot tampaknya ingin menggubah rasa nasionalisme dari gamer di Indonesia dan Malaysia, menurut laporan Egg Network.

Monas dan Petronas Twin Towers di Wild Rift. | Sumber: Egg Network
Monas dan Petronas Twin Towers di Wild Rift. | Sumber: Egg Network

Among Us Diunduh Lebih dari 50 Juta Kali Selama November 2020

Selama tiga bulan berturut-turut, Among Us menjadi game dengan jumlah download paling banyak, baik di perangkat iOS maupun Android, menurut Sensor Tower. Pada November 2020, game buatan InnerSloth ini telah diunduh sebanyak 53,2 juta kali. Amerika Serikat menjadi negara kontributor paling besar, dengan kontribusi sebesar 15,8% dari total download. Sementara itu, Brasil menyumbangkan 9% dari total download.

Jika dibandingkan dengan total download pada Oktober 2020 — yang mencapai 74,8 juta — total download Among Us pada bulan lalu memang mengalami penurunan. Namun, sepreti yang disebutkan oleh Dot Esports, game ini telah memecahkan sejumlah rekor, termasuk memenangkan dua kategori di The Game Awards, yaitu Best Multiplayer Game dan Best Mobile Game.

Concurrent Players Cyberpunk 2077 Tembus 1 Juta Orang

Jumlah concurrent players dari Cyberpunk 2077 sempat mencapai lebih dari 1 juta orang pada minggu lalu. Dengan begitu, game buatan CD Projekt menjadi game ke-4 yang berhasil mencapai rekor itu. Satu hal yang menarik, Cyberpunk 2077 merupakan game pertama yang dapat meraih rekor itu pada hari pertama peluncuran, menurut laporan PCGamesN.

Berdasarkan SteamDB, pada puncaknya, jumlah pemain Cyberpunk 2077 mencapai 1.054.388 orang. Satu hal yang harus diingat, jumlah pemain ini hanyalah gamer yang menggunakan Steam. Sementara Cyberpunk 2077 juga bisa dibeli via Epic Store dan GOG.

Jumlah pemain Cyberpunk 2077 tembus 1 juta orang.
Jumlah pemain Cyberpunk 2077 tembus 1 juta orang.

BioWare Pamer Trailer Dragon Age 4

BioWare telah mengumumkan, mereka tidak akan menghentikan pengembangan Dragon Age 4, meski dua eksekutif mereka memutuskan untuk mengundurkan diri. Untuk membuktikan keseriusan mereka, mereka merilis trailer dari game Dragon Age terbaru di The Game Awards. Sayangnya, trailer itu hanya menunjukkan sekilas dari dunia Dragon Age 4, dan sama sekali tidak gameplay dari game tersebut, seperti yang disebutkan oleh VentureBeat.

Nintendo Masukkan Sepiroth ke Super Smash Bros. Ultimate

Di The Game Awards, Nintendo mengumumkan bahwa Sepiroth, salah satu villain di Final Fantasy, akan tampil di Super Smash Bros. Ultimate. Sebelum ini, Nintendo telah memasukkan Min Min dari ARMS dan Steve dari Minecraft. Seperti yang disebutkan oleh Kotaku, Nintendo tampaknya meramaikan Super Smash Bros. Ultimate dengan memasukkan banyak karakter dari berbagai game.

Bagaimana Riot Games Mengembangkan Dunia League of Legends ke Media Lain

Riot Games dikenal sebagai kreator League of Legends. Selama bertahun-tahun, mereka hanya fokus pada game MOBA tersebut. Namun, pada tahun lalu, tepat pada perayaan ulang tahun League of Legends ke-10, Riot mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan beberapa game baru. Menariknya, sebagian dari game itu akan mengambil dunia dan menampilkan karakter yang sama dengan League of Legends.

Memang, tidak mudah untuk menyelipkan cerita ke dalam game MOBA. Selama ini, Riot mencoba untuk memperkenalkan lore dari League of Legends melalui media lain, seperti komik. Mereka juga membuat situs khusus yang membahas tentang kota dan karakter yang tampil di League of Legends. Namun, tampaknya, Riot tak puas dengan itu. Dan mereka ingin mencoba untuk mengemas cerita League of Legends dalam game dengan genre yang sama sekali berbeda dari MOBA.

 

Game-Game Turunan League of Legends

Teamfight Tactics menjadi “game” kedua Riot setelah League of Legends. Pada awalnya, Teamfight Tactics merupakan mode di dalam League of Legends yang didasarkan pada game Dota Auto Chess. Melihat popularitas Teamfight Tactics, Riot lalu memutuskan untuk menjadikannya sebagai game terpisah. Tak hanya itu, pada Maret 2020, mereka juga meluncurkan Teamfight Tactics ke platform Android dan iOS.

Sepanjang 2020, Riot Games juga merilis beberapa game lain, seperti Valorant, League of Legends: Wild Rift, dan Legends of Runeterra. Dari ketiga game tersebut, hanya Valorant yang tidak didasarkan pada dunia dari League of Legends. Tak hanya itu, Riot juga akan merilis dua game spinoff lain dari League of Legends, yaitu Ruined King dan Conv/rgence. Hanya saja, Riot tidak membuat kedua game itu sendiri. Sebagai gantinya, mereka mencari developer sebagai rekan. Nantinya, baik Ruined King dan Conv/rgence akan dirilis di bawah label Riot Forge.

Riot Forge didirikan pada pertengahan 2018. Alasan Riot Forge dibuat adalah karena ada orang-orang yang ingin menjelajah dan melakukan eksplorasi di Runeterra — hal yang sulit untuk direalisasikan dengan game MOBA. Mereka lalu memutuskan untuk mencari rekan developer yang bisa menyajikan League of Legends dalam genre lain.

“Kami tahu bahwa ada fans League of Legends yang ingin mendapatkan pengalaman bermain yang lain dari MOBA dan kami ingin memberikan game dengan genre lain pada mereka,” kata Head of Riot Forge, Leanne Loombe, seperti dikutip dari ESPN. “Hal itu berarti, kami harus mengembangkan banyak game dengan genre yang berbeda-beda jika kami ingin memenangkan hati para fans tersebut.

“Hanya saja, membentuk tim developer yang bisa membangun game dengan genre yang berbeda-beda, seperti RPG dan action platformer, hal itu membutuhkan waktu lama. Dan kami tidak ingin membiarkan para fans kami menunggu terlalu lama,” jelas Loombe. “Akan lebih baik jika kami fokus untuk mengerjakan apa yang memang menjadi keahlian kami dan mencari rekan untuk membuat game dengan genre lain.”

Riot lalu memilih Airship Syndicate untuk membuat game turn-based RPG dari League of Legends, yang dinamai Ruined King. Selain itu, mereka juga menunjuk Double Stallion Games untuk membuat Conv/rgence, sebuah game action platformer yang menggunakan aset League of Legends. Loombe mengungkap, salah satu karakteristik yang Riot cari ketika memilih developer yang akan menjadi rekan mereka adalah kecintaan akan lore League of Legends dan keinginan untuk mengembangkan dunia Runeterra.

“Bagi kami, salah satu hal yang paling kami cari adalah passion untuk membuat game yang keren,” ujar Loombe. “Kami tidak akan meminta para developer untuk membuat game sesuai permintaan kami. Kami ingin agar kolaborasi kami dengan rekan kami akan berjalan dua arah.”

Loombe mengungkap, Riot memberikan kebebasan pada para developer untuk mengekspansi dunia League of Legends. Dengan begitu, para developer akan dapat membuat game yang memang sesuai dengan keahlian dan minat mereka. Untuk Aiship, mereka ingin membuat game RPG yang mengambil tempat di Bilge Water dan Shadows Isles — dua kota di League of Legends. Dan berdasarkan game-game yang sudah Airship pernah buat, mereka memang memiliki kemampuan untuk merealisasikan visi tersebut.

“Dengan game single-player RPG, kami bisa membuat cerita yang dalam,” ujar Loombe. “Salah satu elemen dari game RPG adalah naratif yang kompleks.” Dia menjelaskan, game RPG memungkinkan developer untuk tidak hanya menunjukkan cerita dari para champions tapi juga gaya hidup masyarakat di Bilge Water dan Shadow Isles.

Ekko, salah satu champion di League of Legends.
Ekko, salah satu champion di League of Legends.

Sementara itu, melalui Conv/rgence, Double Stallion Games akan menjadikan Ekko — anak jalanan dari Zaun yang bisa membelokkan waktu — sebagai tokoh utama. “Dari game-game Double Stallion sebelum ini, Anda bisa melihat bahwa mereka cenderung membuat game platformer yang fokus pada mekanisme pertarungan,” ujar Loombe. “Anda akan menemukan elemen-elemen itu di Conv/rgence. Ekko adalah champion yang hebat dan dia punya skill yang juga menarik, khususnya terkait manipulasi waktu.”

 

Komik, Musik dan Animasi

Tak berhenti di game, Riot juga membawa cerita dan tokoh dari League of Legends ke media lain, mulai dari komik, musik, sampai animasi. Anda bisa menemukan komik League of Legends di situs resminya. Di sana, Anda akan menemukan komik seri maupun one-shot. Salah satu seri komik yang Riot buat berjudul Harmonies, yang bercerita tentang para anggota K/DA.

Di game MOBA, KDA merupakan singkatan dari Kill, Death, Assist. Namun, jika kita berbicara tentang Riot Games dan League of Legends, K/DA juga merupakan girl band virtual yang beranggotakan empat champions dari League of Legends: Akali, Ahri, Evelynn, dan Kai’Sa. K/DA dibentuk pada 2018 karena Riot ingin serius menggarap konten musik. Salah satu keuntungan yang Riot dapatkan dengan membuat K/DA adalah menggaet penggemar baru. Pasalnya, lagu-lagu K/DA bernuansa K-Pop. Jadi, Anda tidak harus memainkan atau mengerti League of Legends untuk menikmati lagu-lagu K/DA.

Selain lagu, Riot juga menyiapkan cerita tentang bagaimana Akali, Ahri, Evelynn, dan Kai’Sa bisa membentuk sebuah girl band dan menjadi pop stars. Keempat anggota K/DA bahkan memiliki peran yang berbeda-beda, menurut laporan Insider. Misalnya, dalam game League of Legends, Akali dikenal sebagai The Rogue Assassin karena dia memutuskan untuk meninggalkan Kenkou Order. Namun, di K/DA, dia mengambil peran sebagai seorang rapper. Sementara Ahri — seorang mage yang juga merupakan nine-tailed fox di League of Legends — merupakan main vocalist dari K/DA. Dia juga merupakan pemimpin dan co-founder dari girl band tersebut.

Evelynn — yang memiliki gelar The Widowmaker di League of Legends — merupakan co-founder lain dari K/DA. Di girl band itu, dia menjadi lead vocalist. Terakhir, Kai’Sa yang punya role “Marksman” di League of Legends, mendapatkan tugas sebagai dancer dan choreograhper di K/DA. Untuk menggali cerita K/DA lebih dalam, Riot bahkan membuat seri komik dari keempat anggota K/DA. Dalam komik tersebut, diceritakan bagaimana Ahri bisa mengumpulkan anggota K/DA dan membentuk girl band tersebut serta keputusan Evelynn menolak untuk mengerjakan proyek lain demi K/DA.

Keseriusan Riot dalam menggarap K/DA tidak sia-sia. K/DA terbukti populer. Buktinya, video POP/STARS — lagu K/DA yang dirilis pada 2018 — telah mendapatkan 398 juta view. Dari kolom komentar, Anda akan bisa mengambil kesimpulan bahwa orang-orang yang tidak memainkan League of Legends sekalipun senang mendengarkan POP/STARS. Hal itu berarti Riot sukses untuk memperkenalkan intellectual property mereka ke kalangan non-gamer sekalipun. Tak hanya itu, pembuatan K/DA juga secara langsung menguntungkan Riot. Pasalnya, ketika K/DA pertama kali diperkenalkan, Riot juga menjual skin dari empat anggota K/DA.

Tak berhenti sampai di situ, belum lama ini, K/DA juga merilis mini-album baru, berjudul All Out, yang berisi lima lagu. Riot juga menggunakan kesempatan itu untuk memperkenalkan champion baru di League of Legends, yaitu Seraphine. Riot membuat Seraphine — yang memang memiliki kekuatan bertema musik di League of Legends — berkolaborasi dengan K/DA.

Riot bahkan membuat akun media sosial dari Seraphine. Melalui akun media sosial tersebut, Riot menunjukkan “keseharian” dari Seraphine, termasuk fakta bahwa dia adalah seorang fan dari K/DA. Di Twitter, “Seraphine” juga membicarakan tentang rasa tidak percaya dirinya untuk berkolaborasi dengan K/DA. Hal ini menuai kontroversi.

Sebagian netizen menerima apa yang Riot lakukan dengan positif dan menyatakan dukungan mereka pada “Seraphine”. Sementara sebagian netizen merasa bahwa Riot manipulatif. Mereka melihat kicauan Seraphine sebagai usaha Riot untuk membangun hubungan parasosial antara Seraphine dan netizen, membuat mereka menjadi merasa memiliki ikatan sosial dengan karakter tersebut.

Menurut laporan Polygon, kicauan yang diunggah ke akun Twitter Seraphine ditulis oleh Bethany Higa, seorang penulis di Riot. Higa mengungkap, topik yang diceritakan melalui Twitter Seraphine didasarkan pada pengalamannya ketika dia bekerja di Riot.

“Saya sendiri merasa tidak percaya diri. Saya pernah merasakan imposter syndrome,” kata Higa pada Polygon. “Saya ingin menyampaikan pentingnya usaha keras dan harapan melalui cerita Seraphine. Dan saya ingin menunjukkan bagaimana Seraphine mengatasi rasa takut yang dia hadapi sehingga dia bisa menjadi lebih percaya diri.”

Meskipun begitu, saat ini, Seraphine dianggap sebagai champion League of Legends yang paling tidak disuaki. Pasalnya, jumlah dislike pada video perkenalan dari karakter tersebut jauh melebihi jumlah dislike dari video perkenalan karakter-karakter lain. Tak hanya itu, jumlah dislike pada video perkenalan Seraphine juga melebihi jumlah like yang ada, lapor ClutchPoints.

Selain musik, Riot juga ingin menjajaki dunia film dan animasi. Pada 2019, mereka telah membuat film League of Legends Origins yang menceritakan tentang asal mula League of Legends serta bagaimana ekosistem esports dari game itu bisa tumbuh dan berkembang. Pada tahun lalu, Riot juga mengumumkan rencana mereka untuk membuat animasi yang mengambil setting dunia di Runeterra. Seri animasi itu bernama Arcane.

Untuk membuat Arcane, Riot bekerja sama dengan Fortiche Production, studio animasi asal Prancis yang juga pernah menggarap video POP/STARS untuk K/DA. Pada awalnya, Arcane direncanakan untuk diluncurkan pada 2020. Namun, karena pandemi Covid-19, Riot memutuskan untuk menunda peluncuran seri animasi itu ke tahun depan, menurut laporan Engadget.

Sayangnya, tidak banyak informasi yang ada tentang plot dari Arcane. Di trailer Arcane, ada dua champions League of Legends yang tampil, yaitu Jinx dan Vi. Hanya saja, Riot tidak memberikan penjelasan tentang cerita yang akan mereka angkat melalui Arcane atau bahkan jumlah episode dari seri animasi tersebut.

Jangan heran melihat Riot Games, yang merupakan perusahaan game, mencoba untuk membawa intellectual property mereka ke media lain, seperti komik dan animasi. Seperti yang disebutkan oleh The Motley Fool, Riot bukan satu-satunya perusahaan game yang melakukan itu. Contoh perusahaan game lain yang membawa franchise mereka ke media lain adalah Activision Blizzard, yang mengadaptasi World of Warcraft ke film layar lebar. Faktanya, ada cukup banyak franchise game yang dibuat menjadi film atau seri TV, seperti Assassin’s Creed dan Tomb Raider, hingga DreadOut.

 

Penutup

Ada empat sistem monetisasi yang bisa digunakan oleh developer, yaitu subscription atau berlangganan, in-app purchase, iklan, dan sekali bayar. Namun, tak peduli model bisnis apa yang digunakan oleh sebuah developer, semakin banyak orang yang memainkan game mereka, semakin bagus.

Dalam kasus League of Legends, Riot Games bisa mendapatkan pemasukan dengan menjual champion atau skin dari para karakter. Tentunya, Riot ingin agar para gamer terus memainkan League of Legends. Dalam 11 tahun terakhir, mereka sukses mempertahankan pemain-pemain League of Legends. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan membangun ekosistem esports League of Legends.

Namun, bagi sebagian pemain League of Legends, hal itu masih belum cukup. Ada fans League of Legends yang ingin bisa mengeksplorasi Runeterra lebih dalan dan mengenal para champions dengan lebih baik. Hanya saja, tidak mudah untuk menyampaikan cerita dalam game ber-genre MOBA. Jadi, Riot memutuskan untuk menyampaikan lore dari League of Legends melalui media lain, mulai dari situs, komik, animasi, sampai game spinoff dari game MOBA buatan mereka.

Selain memuaskan rasa penasaran para gamer akan lore League of Legends, membuat berbagai spinoff dari game itu juga memberikan keuntungan lain bagi Riot. Menampilkan cerita dari para champions bisa membuat para pemain menjadi semakin suka dengan karakter-karakter tersebut. Dan hal ini bisa mendorong mereka untuk membeli skin atau merchandise yang Riot tawarkan.

Guide Wild Rift: Pembagian Role dan Gameplay Secara Umum

Sudah sekitar satu bulan League of Legends: Wild Rift hadir menemani keseharian para gamers Indonesia. Bagaimana? Apakah Anda masih cukup bingung dengan gaya main Wild Rift yang beda dari MOBA mobile sebelumnya? Atau Anda mungkin tergolong baru pindah ke Wild Rift sehingga masih kaget dengan cara main game tersebut?

Jangan bingung dan jangan khawatir. Terus adaptasi dan terus belajar adalah kunci untuk menyesuaikan diri di dalam sebuah game baru. Kali ini Hybrid mencoba menyajikan sebuah guide dengan tema fundamental gameplay Wild Rift. Pembahasan kali ini akan meliputi penjelasan singkat pembagian role serta berbagai hal yang harus Anda lakukan pada durasi permainan tertentu. Berikut guide dasar Wild Rift

 

Guide Pembagian Role di Wild Rift

Dalam Wild Rift, Champion (sebutan untuk karakter di dalam game) akan ditugaskan ke dalam 5 jenis role. Role tersebut adalah Solo Laner/Baron Laner, Mid Laner, Jungler, Attack Damage Carry (ADC), dan Support. Mirip seperti MOBA lain di mobile, Wild Rift memiliki kategori Champion seperti Fighter, Tank, Mage, Marksman, Assassin, dan Support. Namun satu kategori hero kadang bisa bermain di role berbeda. Contohnya role Fighter atau Assassin yang kadang bisa bermain sebagai Solo Laner ataupun Jungler. Mari kita mulai pembahasan role.

Solo Laner/Baron Laner

Sumber: Tangkapan Layar
Sumber: Tangkapan Layar

Map Wild Rift bersifat Mirrored. Maksud Mirrored Map adalah posisi side-lane (atas dan bawah) yang bisa bertukar-tukar sesuai kondisi. Maka agar tidak tersesat, pastikan Anda memperhatikan indikator visual di dalam game ketika baru mulai bermain.

Solo Lane/Baron Laner umumnya berada di atas. Tugas Solo Laner adalah mempertahankan lane seorang diri. Karena harus bertahan seorang diri, Solo Lane umumnya diisi oleh Champion dengan kemampuan bertahan hidup yang kuat entah karena punya kemampuan defensif yang kuat atau tingkat kelincahan yang tinggi. Umumnya yang mengisi lane ini adalah Champion dengan kategori Fighter seperti Camille, Garen, atau Nasus. Walau begitu, Champion Assassin atau Marksman yang lincah seperti Vayne atau Akali juga bisa menjadi opsi yang bagus apabila tim Anda sudah punya cukup banyak hero Tank.

Mid Laner

Sumber: Tangkapan Layar
Sumber: Tangkapan Layar

Mid Lane adalah jalur tengah lurus yang ada tepat di depan Anda. Pengisi lane ini bertugas untuk menghabisi minion dan menaikan level secepat mungkin agar dapat membantu lane lain setelahnya. Biasanya pemain lain akan berharap Mid Laner bisa membantu area Solo Lane/Baron Lane atau Duo Lane/Dragon Lane apabila area tersebut didesak musuh.

Maka dari itu Champion pengisi role Mid Laner biasanya adalah Champion Mage yang punya skill area dan mampu memberi damage besar dalam durasi sangat singkat (burst damage). Selain Mage, beberapa Champion Assassin juga cocok mengisi Mid Lane karena kemampuan damage burst mereka yang tinggi. Pratama “Yota” Indraputra yang terkenal sebagai analis di skena League of Legends mengatakan bahwa ADC/Marksman juga bisa mengisi area Mid Lane tapi hanya beberapa ADC yang kuat bertarung walau belum memiliki item lengkap. Champion Mage yang umum dimainkan di Mid Lane adalah: Ahri, Lux, Orianna, dan Twisted Fate. Sementara itu Champion Assassin yang umum di Mid Lane adalah: Zed, Akali, atau Yasuo. Sementara ADC yang mungkin mengisi Mid Lane adalah Jhin dan Ezreal.

Jungler

Sumber: Tangkapan Layar
Sumber: Tangkapan Layar

Area jungle adalah milik pemain dengan role Jungler seorang. Pemain role lain DILARANG KERAS mengambil area jungle terutama pada fase awal permainan. Misi pemain Jungler adalah menghabisi monster jungle secepat mungkin untuk melakukan ganking setelahnya. Karena itu, maka pemain role Jungler seringkali menjadi pemain yang mengatur tempo permainan di dalam Wild Rift.

Karena harus bisa mengalahkan monster jungle dengan cepat seorang diri, maka Champion yang mengisi role ini biasanya punya pasif berupa damage tambahan setelah beberapa pukulan. Selain itu, Champion yang digunakan untuk jungling biasanya juga punya kemampuan disable (stun, slow, silence) karena tugasnya untuk melakukan ganking. Contoh Champion jungle yang paling umum adalah Graves, Vi, Xin Zhao, dan Lee Sin. Champion seperti Vayne atau Tryndamere juga bisa digunakan untuk jungling. Namun mereka cenderung kurang efektif gara-gara tidak punya kemampuan disable yang kuat.

Duo Lane – ADC

Sumber: Tangkapan Layar
Sumber: Tangkapan Layar

Duo Lane diisi oleh dua Champion dengan peran yang berbeda. Peran yang pertama adalah Attack Damage Carry yang sering disebut ADC. Dari komposisi awal kita sudah punya seorang Fighter yang punya damage nan tanky, Mid Laner dengan damage burst, dan Jungler yang cenderung punya damage burst. Untuk melengkapi komposisi, maka Duo Lane biasanya diisi oleh Attack Damage Carry yang punya damage konsisten walaupun tanpa mengeluarkan skill sekalipun.

Karena harus memberi damage yang konsisten dengan serangan biasa, maka tugas ADC adalah mengumpulkan gold sebanyak mungkin dengan melakukan last-hit terhadap minion. Karena butuh damage yang konsisten, Marksman menjadi kategori yang paling umum digunakan untuk role ADC. Beberapa contoh Marksman yang umum digunakan sebagai ADC adalah: Ashe, Jhin, Vayne, Kai Sa, Ezreal, dan sebagainya.

Duo Lane – Support

Sumber: Tangkapan Layar
Sumber: Tangkapan Layar

ADC cenderung lebih lemah ketika permainan baru dimulai. Maka untuk melindungi Champion ADC yang sedang farming, ada satu pemain lagi mengisi Duo Lane dengan berperan sebagai Support. Tugas Support adalah untuk melindungi ADC agar bisa menyerang lawan dengan leluasa tanpa ada gangguan.

Karena tugasnya, maka Role Support biasanya diisi dengan Champion yang punya kemampuan disable, memberi heal/shield, dan kemampuan bertahan yang tinggi. Champion yang mengisi role Support bisa berkategori Tank atau Mage. Champion Support-Tank di dalam Wild Rift adalah: Braum, Blitzcrank, atau Alistar. Champion Support-Mage di dalam Wild Rift adalah Janna, Sona, Seraphine, dan Nami.

 

Tips Memenangkan Pertandingan Wild Rift Berdasarkan Durasi Permainan

Setelah memahami pembagian tugas di dalam Wild Rift, kini kita akan membahas apa yang harus Anda lakukan pada setiap fase permainan yang kadang disebut juga sebagai ilmu Macro Game (Ilmu yang berisi cara memahami game dari sudut pandang lebih luas). Dalam guide ini saya akan mencoba menjelaskan objektif dari masing-masing role pada setiap 5 menit permainan berjalan.

Fase merancang strategi awal dan farming (0 – 5 Menit)

Sumber: Tangkapan Layar
Sumber: Tangkapan Layar

Tugas paling pertama yang harus dilakukan seorang pemain adalah mengetahui di mana posisi lane Duo dan Solo. Normalnya lane Duo ada di bawah dan lane Solo ada di atas. Game akan memberitahu apabila Anda berada di sisi Mirrored Map. Pada sisi Mirrored map, lane Duo ada di atas dan lane Solo ada di bawah.

Laning di Wild Rift terbilang tidak sepakem seperti League of Legends. Mungkin akan ada masanya Anda tetap menang pertandingan walupun laning secara asal-asalan. Walau begitu, membiasakan diri melakukan laning sesuai pada tempatnya mungkin bisa membantu Anda memenangkan pertandingan pada Rank yang lebih tinggi nanti.

Selain memeriksa posisi lane, periksa juga Champion yang jadi lawan di posisi Anda (Champion Matchup). Tindakan ini terbilang sudah masuk ke level permainan yang lebih tinggi karena Anda harus punya pengetahuan terhadap skill kebanyakan Champion yang sering digunakan pemain lain. Bila Anda baru mulai main, ada baiknya mengintip menu daftar Champion dan melihat bagaimana cara kerja skill masing-masing Champion.

Sumber: Facebook Page Atoy
Sumber: Facebook Page Atoy

Fungsi dari mengetahui Champion yang jadi lawan adalah untuk menentukan gaya main Anda. Apabila di atas kertas Champion lawan Anda lebih lemah, maka Anda bisa mempertimbangkan bermain agresif. Apabila Champion lawan Anda cenderung lebih kuat di atas kertas, maka Anda harus hati-hati karena bisa jadi sang lawan akan bermain secara lebih agresif. Contoh: bila Anda bermain sebagai Ashe, Anda mungkin harus mempertimbangkan untuk main secara lebih defensif apabila lawan Anda adalah Ezreal pada fase awal permainan.

Setelah itu fokus semua pemain laner (Solo Laner, Mid Laner, Duo Laner) adalah melakukan last-hit minion sebanyak mungkin sampai menit ke-5. Idealnya Anda tidak boleh terlalu agresif memukuli minion. Agresif memukuli minion akan membuat posisi Anda jadi menyebrang sungai. Apabila Anda menyebrang sungai, maka posisi Anda akan terancam karena bisa jadi sasaran empuk Jungler saat melakukan ganking.

Jungler punya tugas yang sedikit berbeda dibanding laner. Setelah mengetahui posisi masing-masing lane, pertanyaan pertama yang harus ditanyakan ke diri seorang Jungler adalah: “mulai jungling dari mana?”. Saya sendiri biasanya melakukan jungling dari lane Solo ke arah lane Duo. Rute tersebut terbilang cukup umum karena prioritas tim biasanya adalah membuat sang ADC “jadi” agar bisa meng-carry permainan di fase akhir nanti.

Jungler juga tidak boleh lupa mengambil Scuttler, si monster kecil yang ada di sungai. Monster Scuttler akan membantu memberi informasi apabila ada pergerakan dari Jungler musuh. Apabila semua bagian tim melakukan tugasnya dengan lancar, biasanya item Anda sudah separuh jadi pada menit ke-5. Saatnya Recall, kembali ke lane/jungle, lalu melanjutkan pertarungan ke fase 5 menit ke-2.

Fase Early Game (5 – 10 Menit)

Sumber: YouTube Channel League of Legends: Wild Rift
Sumber: YouTube Channel League of Legends: Wild Rift

Setelah Recall dan membeli item, Anda sudah mulai harus mempertimbangkan mengambil monster objektif yang tersedia di menit ini. Ada dua pilihan Monster yang bisa diambil. Pertama ada Dragon yang spawn pada menit ke-4 permainan. Kedua ada Rift Herald yang spawn pada menit 6 dan akan digantikan oleh Baron pada menit 10.

Pemain role Jungler biasanya bertugas sebagai inisiator yang mengajak lane terdekat untuk mengambil Dragon atau Rift Herald. Dragon akan lebih diperebutkan karena akan memberi buff sepanjang permainan berjalan. Ada beberapa jenis Dragon dengan jenis buff berbeda yang diberikan. Rincian soal Dragon apa memberi buff apa bisa Anda lihat pada laman berikut ini.

Mengambil Dragon juga terbilang menjadi salah satu tugas pengisi Duo Lane pada fase ini. Namun demikian, fokus sang ADC tetaplah untuk last-hit dan menjaga agar lane tidak jebol. Maka Duo Lane sebisa mungkin harus mendesak Champion dan minion musuh sebelum melakukan rotasi ke arah Dragon. Kenapa harus didesak? Fungsinya adalah untuk memberi musuh dua keputusan sulit antara menjaga turret tapi kehilangan Dragon atau merebut Dragon tapi kehilangan turret.

Sumber: Facebook Page Atoy
Sumber: Facebook Page Atoy

Pada sisi lain, Solo Laner mungkin bisa mempertimbangkan untuk mengambil Rift Herald yang muncul di menit ke-6 apabila Anda sudah cukup mendominasi lane. Rift Herald cenderung masih bisa dikalahkan seorang diri karena ada damage tambahan apabila Anda memukul sang monster dari belakang. Jadi apabila posisi Anda lebih unggul dari lawan, Anda jadi lebih leluasa mengambil Dragon dan Rift Herald pada fase ini. Rift Herald nantinya bisa membantu Anda melakukan push lane karena dia akan memberi damage besar kepada turret dalam satu kali terjangan.

Pada sisi lain Mid Laner harus menjadi lebih waspada terhadap keadaan lane samping pada tahap ini. Siap siaga untuk bergerak sedikit ke atas atau bawah untuk mengambil Rift Herald, Dragon, atau mungkin melihat kesempatan melakukan ganking. Walaupun demikian, Anda tetap harus fokus pada tujuan awal yaitu menjaga lane. Maka Anda juga harus memastikan Champion musuh dan minion sedang terdesak ke arah turret Mid Lane musuh sebelum melakukan rotasi ke tempat lain.

Terlepas dari tugasnya, pemain juga harus ingat untuk tidak terlalu nafsu memburu Kill. Tapi tentunya ini juga tergantung dari pola pikir Anda di dalam permainan. Apakah Anda ingin menang atau sekadar ingin mendapatkan MVP/Kill banyak agar bisa dipamerkan ke teman-teman?

Fase Mid Game (10 – 15 Menit)

Permainan kadang sudah bisa berakhir pada menit ini apabila lawan Anda tidak sebegitu jago. Tapi dalam pertandingan yang sengit, fase 5 menit ke-3 justru adalah puncak keseruan pertandingan. Pada fase ini, fokus tim adalah untuk berusaha mempertahankan keunggulan yang sudah didapat atau bertahan hidup sambil mencari peluang apabila tim Anda sedang terdesak.

Pada fase ini Baron sudah muncul dan posisi pemain biasanya sudah mulai menyebar. Walaupun begitu, Anda tetap tidak boleh lupa dengan posisi lane awal Anda. Jadi apabila Anda seorang Mid Laner, tetap awasi area Mid Lane lewat minimap walaupun Anda sedang patroli ke tempat lain. Apabila lane tersebut terdorong oleh minion, jangan lupa untuk dorong balik dengan cara membersihkan wave minion dengan cepat.

Sebagai tim yang unggul, tugas Anda sebagai tim adalah mencari kesempatan gank agar bisa mengambil Baron setelahnya. Kesempatan gank bisa muncul apabila Anda menyerang area teritori jungle musuh. Anda bisa membawa Oracle Lens (Item pengganti Ward) untuk memudahkan Anda menemukan posisi musuh yang bersembunyi di area bush. Menculik satu sampai dua Champion sudah cukup untuk membuat tim musuh jadi kesulitan merebut Baron. Jadi Anda bisa langsung berjalan ke Baron setelah mendapat satu sampai dua Kill tersebut.

Sumber: YouTube Channel League of Legends: Wild Rift
Sumber: YouTube Channel League of Legends: Wild Rift

Selain menyerang teritori jungle, mendorong lane juga bisa jadi opsi yang bagus jika Anda sedang unggul di fase ini.

Apabila Anda berada di pihak yang terdesak, maka objektif Anda pada fase ini adalah bertahan sekuat mungkin. Cara paling sederhana untuk bertahan adalah dengan menghabiskan wave minion secepat mungkin sebelum berhasil mencapai turret area dalam dan melakukan rotasi secara berkelompok.

Hal yang tidak boleh Anda lakukan dalam fase ini adalah mati konyol. Kenapa? Seperti yang tadi saya sebut, kehilangan satu atau dua Champion bisa membuat keadaan berbalik atau menyelesaikan permainan di masa ini. Jenis kematian seperti apa yang tergolong sebagai mati konyol? Mati karena terlalu sombong ingin bertarung satu lawan banyak atau mati karena push minion terlalu jauh tanpa berbekal vision/skill untuk bertahan hidup/kabur.

Jika keadaan berjalan ideal, permainan seharusnya bisa selesai setelah Anda mengambil Baron dan melakukan 5-man push. Tetapi apabila pertarungan berjalan sengit atau teman Anda berkeliaran tidak jelas, maka permainan akan berlanjut ke fase 5 menit ke-4.

Fase Late Game (15 Menit – Akhir Permainan)

Sumber: Tangkapan Layar
Mengambil Baron kedua di menit 15++ bisa menjadi opsi yang dipertimbangkan demi memastikan kemenangan. Sumber: Tangkapan Layar

Pada menit ini kondisi permainan biasanya sudah berantakan terutama bila Anda bermain Solo Rank. Jika tujuan Anda adalah untuk menang, penting untuk tetap rasional, jangan terlalu bernafsu, dan menanamkan pola pikir fokus pada tujuan.

Bagaimana bentuk pola pikir fokus pada tujuan? Contohnya mungkin seperti mengejar musuh sampai jarak tertentu saja, tidak memaksa push dari satu sisi lane saja apabila Champion musuh masih segar bugar, atau berusaha rasional dengan mengambil Baron kedua demi mendapat kemenangan yang lebih pasti.

Sedang unggul atau sedang kalah, fokus pada fase ini adalah untuk bertarung sesuai dengan potensi maksimal dari kategori Champion yang Anda mainkan. Contohnya mungkin seperti ini: tetap jaga jarak apabila Anda bermain Champion ADC marksman. Jangan takut membuka pertarungan apabila Anda adalah Champion Tank dengan kemampuan inisiasi seperti Malphite atau Alistar. Fokus lindungi ADC apabila Anda memainkan Champion Support Mage seperti Nami atau Sona. Serang musuh dari belakang dan cari target yang lemah apabila Anda memainkan Champion Assassin seperti Akali. Terus lakukan poke damage kepada pertahanan terdepan musuh apabila Anda adalah Mage seperti Ahri. Jangan takut bertarung sampai titik darah penghabisan apabila Anda adalah bermain Champion Fighter seperti Master Yi atau Olaf.

Jika Anda sudah unggul jauh, seharusnya kemenangan bisa dipastikan sampai dengan 80% di fase ini. Walaupun begitu, Anda tetap masih punya 20% kesempatan kalah yang datang dari gaya bermain yang tidak rasional dan tidak fokus pada tujuan. Jika Anda ada di pihak yang kalah, mungkin satu-satunya yang bisa Anda lakukan hanya berdoa. Berdoa agar tim musuh melakukan 20% kesalahan tersebut dan tim Anda bisa bermain lebih disiplin sehingga bisa membalikkan keadaan.

Kesempatan comeback di Wild Rift terbilang jauh lebih kecil, kenapa? Ruang gerak Anda terbatas karena tidak punya turret. Karena ruang gerak Anda terbatas, Anda jadi susah farming dan juga susah mengambil Dragon atau Baron. Anda juga bisa jadi kalah damage karena perbedaan item yang terpaut jauh. Selain itu kalau tim musuh sudah ambil Baron, minion mereka akan jadi jauh lebih kuat dan sangat sulit untuk dibendung serangannya.

Lakuan Analisis Setelah Pertandingan Selesai

Sumber: Tangkapan Layar
Sumber: Tangkapan Layar

Pasca pertandingan selesai, tugas Anda belum selesai. Jangan langsung tergesa-gesa membalas kekalahan dengan melakukan Find Match lagi. Coba lakukan analisa sederhana terhadap permainan Anda sebelumnya dan tanyakan kepada diri sendiri “Kenapa saya kalah?”. Jawaban pertanyaan tersebut bisa dijawab lewat beberapa hal.

Pertama adalah lewat data statistik permainan. Apabila Anda memainkan seorang ADC, coba Anda periksa berapa gold yang Anda peroleh di akhir permainan dan berapa damage yang Anda berikan kepada musuh. Apabila jumlahnya masih kalah dibanding pemain Jungler atau Solo Laner, maka Anda harus intropeksi diri. Mungkin Anda kurang last-hit pada awal permainan? Mungkin Anda terlalu sering mati? Atau mungkin Anda beberapa kali mati terlalu dini di dalam pertarungan 5 vs 5.

Selain perolehan gold dan jumlah damage yang diberikan kepada musuh, ada juga data lain yang bisa berguna bagi pemain role lain. Data tersebut adalah data jumlah partisipasi pertarungan yang bisa jadi bahan evaluasi pemain role Jungler dan data jumlah damage yang diterima yang bisa bagi pemain Support-Tank.

Jawaban kedua atas pertanyaan tersebut mungkin adalah build item serta Rune Champion yang kamu mainkan. Sejauh ini build default dari Wild Rift terbilang sudah cukup untuk bisa membawa Anda mendaki rank, mungkin sampai Gold. Tetapi semakin tinggi rank, maka semakin ketat juga persaingan. Maka dari itu Anda kadang juga perlu memperbaiki build item Champion yang dimainkan agar jadi lebih efektif.

Apabila Anda belum sebegitu paham dengan efek masing-masing item, Anda bisa nyontek build item rankedboost.com yang terbilang jauh lebih efektif dibanding build default dari Wild Rift. Tapi jika ingin lebih efektif, maka Anda harus mempelajari efek-efek item dan pandai-pandai menyesuaikan build item dengan jalannya pertandingan.

Semoga guide ini bisa membantu perjalanan Anda mendaki rank di dalam game Wild Rift. Guide ini mungkin hanya membahas topik-topik mendasar, tetapi hal yang saya jelaskan tersebut terbilang hal fundamental di dalam Wild Rift yang saya harap bisa membantu siapapun Anda terlepas dari rank yang dimiliki.

Push rank memang bisa membuat stress dan darah tinggi. Tapi jangan lupakan fungsi video game sebagai sarana rekreasi dan jangan lupa bahagia.

Sepekan Alpha Test, Wild Rift Sudah Dapatkan Balancing Patch

Pekan lalu, tepatnya 6 Juni 2020, fase Alpha Test dari game mobile League of Legends, yaitu Wild Rift, sudah dimulai untuk Filipina. Walau masih Alpha Test, namun antusiasme komunitas Filipina dan Asia Tenggara terlihat sangat tinggi terhadap game ini, terbukti lewat banyaknya konten yang tercipta selama masa tersebut, dan jumlah penonton.

Setelah satu pekan, dan eksperimen yang dilakukan penerima Alpha Test Wild Rift, Riot Games gerak cepat, dan meluncurkan balancing perdana. Lewat sebuah twit, Riot Games mengumumkan apa saja yang akan diubah, dan alasan atas perubahan tersebut.

Salah satu yang berdampak cukup besar adalah perubahan untuk Turret/Tower. Memang selama Alpha Test, banyak yang berpendapat bahwa Turret/Tower di Wild Rift terlalu lemah dan terlalu mudah untuk dijebol. Namun, alasan kenapa Turret lebih mudah dijebol di Wild Rift sebenarnya masuk akal, karena game ini dirancang untuk dapat selesai dalam durasi kisaran 15-20 menit.

Namun pada akhirnya Riot menambah kuat sedikit Turret di Wild Rift agar tetap dapat dijebol dengan mudah, namun tidak terlalu cepat. Perubahan yang dilakukan adalah penambahan damage serangan dan pertahanan Turret jika ia di-backdoor. Selain itu Riot juga meningkatkan tingkat pertahanan Turret dalam, dari tadinya tingkat damage reduction hanya 35 persen saja, menjadi 50%.

Selain dari itu, total ada 5 Champion yang menerima balancing pada Wild Rift Alpha Patch Notes 16 Juni ini. Gragas mendapat buff setelah melihat Mana miliknya terlalu cepat habis, dan damage Barrel Roll serta Drunken Rage terlalu lemah. Ezreal juga mendapat buff, yaitu damage serta rasio AD Mystic Shot ditingkatkan.

Sementara itu, 3 Champion lain diberikan nerf. Pertama Master Yi, dengan mengurangi efek Wuju Style yang selama ini memberi damage terlalu besar. Kedua Vayne, yang damage-nya terlalu besar, karena efek aktif Silver Bolts memberi bonus attack speed terlalu besar. Lalu Jinx, yang juga jadi terlalu mematikan karena punya attack speed yang terlalu tinggi.

Selain nerf dan buff, Riot Games juga memberikan daftar Watchlist. Daftar ini berisikan hero dan juga mekanisme permainan yang sejauh ini dianggap masih baik-baik saja, namun sudah mendapat banyak feedback dari komunitas.

Untuk sementara ini, Smite, Blitzcrank, Nani, Champion Marksmen, dan Jax sedang diawasi, karena sudah mendapat feedback dari komunitas, namun masih terlihat aman sejauh ini. Lebih lengkap Anda dapat melihat twit dari akun resmi wildrift.

Menurut laman resmi, Wild Rift direncanakan rilis akhir tahun 2020 ini. Namun, semoga saja ada kejutan seperti yang dilakukan Riot Games saat merilis VALORANT lebih dini dari yang sudah dijadwalkan.

Melihat Potensi Perkembangan League of Legends Wild Rift di Indonesia?

Memasuki tahun ke-10, Riot Games mulai melakukan ekspansi terhadap dunia Runeterra. Sepuluh tahun belakangan, Riot Games fokus membesarkan satu game saja, yaitu League of Legends. Lewat acara Riot Pls: 10th Anniversary Edition mereka mengumumkan jajaran game terbarunya. Ada beberapa game yang mereka umumkan, ada Teamfight Tactics (auto-battler berisikan Champion League of Legends) versi mobilegame kartu bernama Legends of Runeterra, proyek game fighting League of Legends, dokumenter, sampai serial televisi.

Namun dari semua pengumuman tersebut, satu yang cukup ramai diperbincangkan adalah League of Legends Wild Rift (selanjutnya disebut Wild Rift), versi mobile dari League of Legends yang sudah cukup lama ditunggu-tunggu. Mengingat eksistensi League of Legends tanah air padam sejak tahun tahun 2018 lalu, Wild Rift diprediksi akan menjadi fenomena baru di pasar lokal. Mengapa demikian? Organisasi esports seperti GGWP.ID mengambil langkah berani dan sudah mempersiapkan divisi League of Legends: Wild Rift. BOOM Esports juga menunjukkan gelagat akan membuat divisi League of Legends: Wild Rift.

Melihat hingar-bingar ekosistem tanah air terhadap Wild Rift, pantas rasanya jika kita bertanya-tanya. Apakah Wild Rift benar-benar akan sukses di Indonesia

Sebelum mulai membahasnya, mari kita mundur sedikit dan melihat sepak terjang League of Legends di ekosistem esports Indonesia terlebih dahulu.

Sepak terjang League of Legends di Indonesia

Setelah dirilis secara global pada tanggal 27 Oktober 2009, League of Legends (LoL) hanya butuh tiga tahun untuk menjadi game paling digemari Amerika dan Eropa. Dikutip artikel Forbes rilisan 11 Juli 2012, League of Legends sudah dimainkan selama total 1,3 miliar jam, sejak dari tahun 2009 sampai tahu 2012.

Melihat kesuksesan tersebut, Garena Indonesia memutuskan mengasuh League of Legends dan merilis versi lokal pada 25 Juli 2013. Selain menghadirkan client berbahasa Indonesia dan konektivitas lokal, esports juga jadi strategi lain yang dilakukan Garena Indonesia demi membuat League of Legends mengakar di antara para gamers.

Mari kita berkenalan dengan narasumber kami yang pertama, Pratama “Yota” Indraputra. Sempat menjabat sebagai pengembang esports di Garena Indonesia, ia memberikan cerita di balik dapur publisher asal Singapura tersebut.

“League of Legends membuka server Indonesia tahun 2013. Saat itu animo di Indonesia cukup baik, meski tidak bisa dibilang booming. Mayoritas pemain yang menerima inisiatif ini memang mereka yang sudah main League di server luar. Namun karena image Dota lebih melekat, diperparah dengan perkara drama Pendragon, ada juga sedikit reaksi negatif.”

Sumber: Dokumentasi Pribadi Yota
Sumber: Dokumentasi Pribadi Yota

Menyinggung drama Pendragon yang disebut Yota, saya ingin mengajak Anda intermezzo sedikit akan kejadian tahun 2008 silam. Steve “Pendragon” Mescon, adalah founder forum dota-allstars.com. Selama 4 tahun, forum tersebut dipercaya menjadi wadah komunitas berdiskusi seputar strategi, berbagi fan-art, dan ide desain hero. Setelah masa tersebut berlalu, Pendragon pindah ke Riot Games dan menutup forum tersebut. Membawa semua hal dari dota-allstars.com, Pendragon dianggap mencuri ide-ideo hero milik komunitas dan dicap sebagai pengkhianat. Sejak tragedi itu, Riot Games jadi dibenci komunitas Dota.

Yota lalu menceritakan strategi Garena Indonesia dalam mengolah LoL menjadi game esports pilihan di tanah air. Rupanya, kompetisi LoL tingkat profesional, League of Legends Garuda Series, hanyalah satu dari rentetan rencana kerja Garena. “Dulu ada Kennen Cup, Teemo Cup untuk turnamen tingkat grassroots. Lalu juga ada roadshow ke iCafe sampai daerah pelosok. Bahkan sempat ada program Dota2LoL yang memberi benefit kepada pemain Dota 2 yang ingin coba bermain League.” tuturnya.

Ia pun mengungkapkan pendapatnya soal keberhasilan strategi tersebut “Meski berhasil menarik perhatian pemain yang baru bermain MOBA, strategi ini kurang efektif terhadap pemain MOBA berpengalaman. Scene esports Dota 2 sedang panas ketika itu, sehingga kami hanya mampu menarik perhatian mantan pemain Heroes of Newerth (HON) saja.”

Sayangnya 5 tahun usaha tersebut seperti hangus begitu saja. Yota menyebut cost dan effort tidak sebanding dengan pertumbuhan revenue, player base ataupun viewership. Game ini tak lagi menguntungkan secara bisnis, operasional League of Legends Indonesia tumbang pada 15 Mei 2019. Server lokal Indonesia digabung dengan server Singapura. Program esports lokal Indonesia (LGS) terhenti sejak 2018, dan kini diubah menjadi program esports tingkat regional SEA yang diberi nama LoL SEA Tour (LST).

Menghadapi persaingan ketat

Hybrid, mengutip tulisan milik Henri Brouard analis dari NetEase Games, sempat membahas alasan Free Fire sukses di Asia Tenggara. Ia mengatakan setidaknya ada 4 faktor penting, pertama bisa dimainkan pada smartphone low-endkedua punya gameplay super kasual, ketiga monetisasi dengan sedikit elemen RPG, dan keempat merangkul komunitas dengan konten-konten bernuansa lokal.

Sejauh ini, empat faktor kunci tersebut bisa jadi adalah alasan Mobile Legends: Bang-bang (MLBB) sukses di Indonesia. Menurut pengamatan saya, mereka setidaknya memenuhi 3 dari 4 faktor, yaitu: bisa dimainkan pada smartphone low-endgameplay paling kasual dibanding MOBA lainnya, dan merangkul komunitas lokal lewat event, bahkan turut menghadirkan Gatot Kaca sebagai hero bernuansa lokal Indonesia.

Tetapi, apakah lantas 4 faktor itu bisa sekonyong-konyong membuat game sukses di pasar Indonesia? Saya menanyakan hal ini kepada beberapa sosok di industri game Indonesia. Selain Yota, saya juga menjadikan Senior Editor Hybrid, Yabes Elia sebagai narasumber dalam pembahasan ini.

Yabes sebagai sosok yang dianggap “sepuh” mungkin bisa dibilang salah satu yang paling khatam jika bicara soal ekosistem dan industri. Malang melintang di industri game Indonesia selama kurang lebih 10 tahun sebagai seorang jurnalis, sosok yang pernah menjadi Managing Editor majalah PC Gamer Indonesia pada tahun 2009 lalu ini mungkin sudah kenyang makan asam-garam serta pahit-manis industri game di Indonesia. Terkait Wild Rift, ia merasa bahwa faktor sukses game bukan hanya soal 4 hal tersebut saja, tapi ada juga faktor lain, yaitu momentum.

“Kalau bicara League of Legends dulu, telat masuk bisa dibilang jadi alasan kenapa League kurang sukses di Indonesia. Gue sudah main di server NA (Amerika Serikat) selama 2 tahun, baru setelahnya server Indonesia hadir. Karena telat, League of Legends nggak dapat momentum, yang akhirnya diambil oleh Dota 2 terlebih dahulu.” Yabes menjawab.

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis
Yabes Elia saat menjadi moderator dalam acara Hybrid Day. Dokumentasi Hybrid – Lukman Azis

Saya cukup setuju dengan pendapat Yabes. Kenapa? Karena jika kita berkaca pada apa yang diceritakan Yota dan bersandar pada 4 faktor itu saja, League of Legends harusnya sudah sukses di Indonesia bukan?

Secara grafis, League terbilang lebih ringan pada zamannya, gameplay MOBA terpopuler ini juga lebih kasual jika dibanding dengan Dota. Garena juga sudah berusaha sekuat tenaga mendorong perkembangan ekosistem lokal lewat berbagai kegiatan esports. Tapi kenapa League of Legends malah harus mengalami nasib buruk di Indonesia?

Melanjutkan soal ini Yabes mengatakan “Itu sebenarnya baru faktor internal. Jika ingin sukses, Wild Rift juga harus menyadari soal faktor eksternal lewat ekosistem pendukung, seperti tim, event organizerpublisher, dan media.”. Peran ekosistem lokal dalam perkembangan suatu game terbilang cukup penting. Apalagi jika berbagai elemen bergandengan tangan untuk menjaga sebuah game agar tetap hidup di ekosistem lokal. Soal bagaimana ekosistem lokal bisa berperan akan saya bahas lebih lanjut di bagian berikutnya.

Melanjutkan pembahasan potensi Wild Rift di Indonesia, saya juga berbicara dengan Edwin Chia Co-Founder dan CEO Bigetron Esports sebagai narasumber yang bisa melihat dari sudut pandang organisasi esports. Pendapat Edwin kurang lebih senada dengan Yabes, besar-kecil potensi Wild Rift adalah tergantung eksekusi publisher.

Edwin menyoroti soal peran “kearifan lokal” dalam menyukseskan Wild Rift di Indonesia. “Jika mereka (Riot Games dalam mengembangkan Wild Rift) ingin sukses, mereka setidaknya harus punya kantor di Indonesia. Mereka harus mendengarkan masukan komunitas, dan melakukan pemasaran secara agresif ketika peluncuran. Mereka harus bisa bereaksi sesuai dengan respon pasar dan menyesuaikan kembali strategi mereka dari hal tersebut.” tukas Edwin.

“Mereka juga tidak boleh setengah hati jika ingin menumbangkan posisi King of Indonesia MOBA, yaitu MLBB. Orang-orang Indonesia secara historis sangat enggan berpindah game ketika mereka sudah nyaman dengan yang satu. Hal ini sudah terjadi dengan beberapa contoh seperti, alasan orang-orang lebih memilih Point Blank daripada CS:GO ataupun Overwatch, dan alasan orang-orang lebih memilih Dota daripada LoL ataupun HoN.” Edwin melanjutkan penjelasannya.

Apa yang dibilang Edwin ada betulnya, bahwa jika Riot Games ingin menumbangkan MLBB, maka ia harus melakukan pemasaran secara agresif, dan mendengarkan pendapat komunitas lokal. Yabes juga mengatakan, bahwa dahulu MLBB gencar melakukan pemasaran secara digital, sambil tetap menjaga komunitasnya di Indonesia. Tapi kata kunci dari pendapat Edwin adalah soal keinginan.

Ini memunculkan pertanyaan lain di kepala saya. Apakah Riot Games punya keinginan menggeser MLBB di persaingan MOBA Indonesia? Apakah Riot perlu menggeser tahta MLBB sebagai raja MOBA di Indonesia? Apakah pasar Asia Tenggara atau pasar Indonesia penting untuk dimenangkan? Kalau bicara secara rasional, Riot Games sudah menghasilkan US$2,1 juta di tahun 2017 lalu, hanya dengan menjadi jagoan di pasar Asia (bisa dibilang Korea Selatan dan Tiongkok), Eropa, dan Amerika Serikat.

Yabes lalu menyatakan pendapatnya terkait hal ini. “Market SEA terbilang cukup penting, karena belum dioptimalkan namun punya potensi yang besar. Apalagi kalau dibanding EU dengan NA, user acquisition di SEA cenderung lebih murah. Cuma balik lagi dari masing-masing publisher, mau ke market mahal dulu baru ke market murah, atau ke market murah baru ke market mahal.” ujarnya.

Peran ekosistem lokal

Jika anggaplah Wild Rift sudah memenuhi faktor internal, dan punya keinginan memenangkan market esports MOBA di Indonesia, lantas apa yang harus mereka lakukan? Soal mencari momentum bisa jadi hal pertama yang dilakukan.

Sejauh ini antusiasme komunitas dan ekosistem esports Indonesia terhadap Wild Rift memang terbilang cukup baik. Secara global, penerimaan pasar terhadap MOBA di perangkat bergerak juga semakin positif lewat Arena of Valor (yang juga dikembangkan oleh Tencent, investor Riot Games). Untuk konteks lokal, saya sudah sempat mendengar bahwa beberapa pemain profesional pada genre MOBA terdahulu tertarik main Wild Rift, dan punya kemungkinan akan pindah jika Wild Rift punya scene kompetisi yang sehat.

“Benar seperti yang kamu katakan, mantan pemain dari berbagai MOBA terdahulu punya ketertarikan untuk mencoba Wild Rift. Para organisasi esports seharusnya sudah sama-sama tahu siapa pemain-pemain ini, dan mereka (para tim) sudah bisa menakar dengan kasar, pemain mana yang punya kemungkinan untuk sukses di Wild Rift nanti. Sejauh ini antusiasmenya memang tinggi, terutama dari sisi komunitas League terdahulu.” Edwin menceritakan antusiasme pasar terhadap Wild Rift.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Edwin Chia
Edwin Chia, Co-Founder serta CEO tim Bigetron Esports. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Selain GGWP.ID dan BOOM Esports, para organisasi esports juga sudah menyiapkan mata mengawasi perkembangan Wild Rift. “Most of them (organisasi esports) are just in the wait-and-see-the-results stance, begitupun dengan Bigetron. Kami sudah punya daftar pemain yang siap untuk bertanding di Wild Rift ketika Open Beta game tersebut nanti dirilis.” ujar Edwin.

Oke, jadi Wild Rift sudah punya momentum dengan antusiasme positif dari pemain dan ekosistem lokal. Kini sukses tidaknya Wild Rift tinggal tergantung pada eksekusi sang publisher saja, Riot Games. Bagaimana eksekusi terbaik agar Wild Rift bisa sukses di Indonesia?

Kembali meminjam pendapat dari Yabes, jawabannya mungkin ada pada faktor eksternal. Dalam pembahasan potensi ekosistem game Blizzard di Indonesia, Yabes mengatakan bahwa salah satu strategi agar sebuah game berkembang adalah dengan merangkul lebih banyak pihak dan menjadikannya sebagai stakeholders. Dengan cara tersebut, semua bagian ekosistem turut peduli akan hidup-mati dari sebuah game; karena mereka yang sudah kecipratan rezeki dari game tersebut tentu tak mau game-nya mati.

Yabes menjelaskannya lebih lanjut ketika membahas kegagalan League of Legends di pasar game Indonesia. Menurutnya alasan kegagalannya adalah karena publisher menanggung beban pengembangan ekosistem League of Legends seorang diri di Indonesia. “Jadi ya isi ekosistem cuma publisher dan komunitas. Pihak ketiga? EO mungkin lebih baik menggarap turnamen Dota 2, karena bisa dapat untung dari sana. Asalkan Riot tidak mengulang hal seperti itu dalam mengembangkan Wild Rift di Indonesia, maka ia punya kemungkinan untuk sukses.” ucap Yabes.

Yota juga mengatakan pendapatnya soal dampak strategi tersebut kepada kegagalan League of Legends di Indonesia. Karena monopoli publisher, komunitas jadi cenderung pasif. “Karena terlalu terbiasa disuapin, komunitas terbiasa menerima tanpa ingat untuk memberi kembali. Mereka jadi ‘manja’ dan tidak inisiatif untuk, setidaknya mengajak teman terdekatnya untuk main League.” kata Yota kepada saya.

Strategi pengembangan League of Legends di Indonesia kala itu mungkin bisa saja benar. Anggap saja begini, kalau publisher punya kemampuan finansial yang besar dan rela berdarah-darah secara keuangan untuk terus “menyuapi” komunitas, strategi ini mungkin boleh-boleh saja dilakukan.

Namun demikian, dengan strategi tersebut, fondasi ekosistem game tersebut juga jadi lebih rentan karena hanya mengandalkan satu ujung tombak saja. Kalau publisher menyerah atau kehabisan dana, tamat sudah riwayat game tersebut. Elemen-elemen ekosistem mungkin tidak terlalu peduli game tersebut mati, karena tetap hidup pun game tersebut tidak memberi keuntungan kepada ekosistem.

League of Legends Wild Rift
Wild Rift

Melibatkan banyak pihak dalam ekosistem suatu game akan membangun fondasi yang lebih kuat. Banyak pihak jadi peduli dengan hajat hidup game tersebut. Kalau game tersebut tumbang, ekosistem juga yang dirugikan, karena kehilangan salah satu sumber pendapatan. Mungkin ini juga alasan kenapa MLBB mengubah sistem liga di MPL Indonesia menjadi franchise model, agar lebih banyak pihak jadi peduli dengan keberlangsungan MLBB di ekosistem industri game Indonesia.


Akhir kata, Wild Rift sebenarnya sudah punya momentum. Kemungkinan besar, gamers di Indonesia juga dapat menerima gameplay League of Legends, karena sudah terbiasa dengan MLBB ataupun Arena of Valor. Maka dari itu penetunya tinggal dari Riot Games sebagai publisher. Saya rasa, jika Riot Games secara aktif menggandeng komunitas dan ekosistem, maka Wild Rift bisa jadi penantang besar MLBB di Indonesia.