Mengedepankan Pasar Lokal: Presiden Tokopedia Patrick Cao Berbicara tentang Rencana IPO dan Strategi Bisnis

Platform e-commerce terbesar di Indonesia, Tokopedia, memasuki dekade keduanya. Di ulang tahun ke-10, perusahaan menyatakan ambisinya untuk menjadi “super ecosystem” untuk konsumer dan bisnis lokal. Berdasarkan riset terbaru oleh LPEM FEB UI, Tokopedia diproyeksi akan berkontribusi sebanyak $12 miliar pada ekonomi Indonesia tahun ini, dari sisi nilai transaksi, lapangan kerja, serta meningkatnya pemasukan penjual di seluruh pelosok.

Perusahaan membuat gempar dengan pernyataan CEO dan Co-foundernya, William Tanuwijaya, tentang rencana mereka untuk IPO dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini diterima dengan baik oleh publik serta para analis, melihat rekam jejak positif perusahaan dalam dunia ekonomi digital Indonesia. Hal ini diharapkan bisa mengajak perusahaan lain untuk mengikuti jejaknya.

KrASIA belum lama ini berbincang dengan Presiden Tokopedia, Patrick Cao untuk berdiskusi mengenai strategi bisnis perusahaan dan detail persiapan IPO.

KrASIA (Kr): William mengungkapkan di depan publik bahwa Tokopedia akan lebih fokus “go local” daripada berlomba-lomba dengan pemain lain untuk ke pasar internasional. Bisakah Anda menjelaskan sedikit tentang hal ini?

Patrick Cao (PC): Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Sekarang, terdapat lebih dari 60 juta UKM di negara ini, dan kami berkontribusi untuk memberdayakan sekitar 6,6 juta bulan lalu. Selain membantu UKM yang sudah ada, kami juga menyalurkan gelombang baru UKM melalui platform ini. Menurut riset terbaru LPEM FEB UI, Tokopedia telah menciptakan 857.000 lapangan pekerjaan baru, mulai dari penjual aktif dari Aceh hingga Papua, sama dengan 10,3% dari total lapangan pekerjaan baru di Indonesia pada tahun 2018.

Saat ini kami memiliki 350.000 partner toko yang juga disebut Mitra. Kami mengembangkan teknologi dan platform untuk menyediakan layanan tambahan untuk mereka. Misalnya, kami membantu pengadaan lebih cepat melalui fitur grosir, dan menyediakan modal kerja untuk mempermudah mereka menambah inventaris. Kami membuat desain Mitra Tokopedia sederhana agar lebih mudah dicerna. Setelah satu tahun, aplikasi ini telah diunduh lebih dari dua juta pengguna Android.

Aplikasi Mitra Tokopedia / Tokopedia
Aplikasi Mitra Tokopedia / Tokopedia

Kr: Apakah perusahaan bekerja sama dengan pemerintah setempat terkait hal itu?

PC: Ya, kami sadar bahwa konsumer di desa kecil punya kebutuhan dan preferensi yang berbeda dengan konsumer yang berada di Jakarta, jadi kami melakukan personalisasi layanan untuk mereka. Bagi UKM, kami menyiapkan Tokopedia Center di setiap berbagai area dan desa terpencil. Sebuah pusat belajar dan pengalaman digital dimana UKM bisa belajar bagaimana berperan sebagai merchant, bagaimana mengelola aplikasi, membuat transaksi online-to-offline (O2O), menggunakan pembayaran serta layanan finansial digital, dan lainnya. Baru-baru ini, kami telah bekerja sama dengan pemerintah Jawa Barat untuk memperluas akses pemberdayaan ke area terpencil melalui beragam inisiatif, salah satunya adalah membuka Tokopedia Center di sebuah desa bernama Sukanagara. Kami sudah merencanakan untuk membangun dalam jumlah besar selama dua tahun ke depan.

Kr: Benarkah ada rencana ekspor produk dari merchant Tokopedia?

PC: Yang pertama dan utama, intensi kami adalah untuk membangun teknologi terbaik demi memberdayakan industri logistik dan pengadaan di Indonesia, serta memperbanyak partner. Karena itu kami memiliki data, trafik dan teknologi. Ketika sudah berhasil menjangkau seluruh Indonesia serta menghadirkan pengalaman setara di setiap sudut area, tidak menutup kemungkinan kami akan memperluas sisi logistik dan pengadaan untuk membantu mereka melakukan ekspor. Selain itu, kami juga akan lebih fokus untuk membangun pengalaman terbaik di Indonesia terlebih dahulu, itu saja sudah sebuah hal yang besar. Saat kami bisa mencapai tahap itu, ekspor bisa jadi pertimbangan.

Kr: Dengan lebih dari 90 juta pengguna aktif serta vertikal yang bervariasi, Tokopedia saat ini berada di tahap mana?

PC: Jujur, saya melihat: kami baru saja memulai. Jika Anda berpikir tentang metrik penetrasi, baik itu e-commerce, pembayaran digital, atau logistik dan pengadaan yang didukung teknologi di Indonesia, saya pikir kami, juga para pemain lain telah membangun bisnis yang luar biasa. Namun, jika Anda melihat posisi kami diantara pemain lain di Cina atau AS, jalan kami masih panjang. Kami masih jauh di belakang mereka. Jumlah transaksi kami terlihat besar menurut riset terkini, juga diproyeksikan dapat berkontribusi 1,5% dari total PDB negara. Namun, dibandingkan dengan total kontribusi perdagangan, jumlah ini masih rendah. Jadi, masih ada begitu banyak peluang dalam vertikal inti dan ruang besar untuk tumbuh.

Kr: Berita tentang rencana Tokopedia untuk IPO telah menyebar di media beberapa bulan terakhir. Bisakah anda bercerita sedikit mengenai persiapan sejauh ini?

PC: Saya melihat hal ini sebagai pertumbuhan yang positif, karena itu berarti kami telah melampaui skala tertentu. Dari sisi persiapan, jujur, persiapan kami sangat lama. Sejak pertama kali saya bergabung sebagai CFO tiga tahun lalu, kami secara konsisten memastikan bahwa tata kelola perusahaan kami berada pada standar tertinggi di Indonesia, dan sesuai dengan standar praktik internasional. Saya pikir sangat penting bagi kami untuk listing di pasar Indonesia mengingat fokus yang terpusat pada lokal. Namun, dual listing menjadi sama penting untuk mengamankan akses ke likuiditas yang lebih besar. Di luar tata kerja infrastruktur, William dan saya berbicara tentang kondisi pasar saat ini, apakah ini saat yang tepat dengan mempertimbangkan volatilitas pasar, kondisi makro, dan sentimen, karena semua hal itu penting.

Di tahap akhir, dan mungkin yang paling penting adalah memahami kesehatan bisnis kita. Saya pikir kami telah melakukan banyak upaya untuk meningkatkan layanan yang memiliki nilai tambah bagi pedagang dan pelanggan kami, hal itu tercermin dalam tingkat klik yang mendorong pendapatan. Pada waktu bersamaan, kami sudah melakukan optimasi biaya untuk waktu yang cukup lama.

Saya yakin Anda mulai melihat pendekatan pasar yang lebih rasional dari pihak kami. Anda tidak akan melihat kami melakukan festival belanja besar seperti promo 11.11 atau 12.12 seperti pemain lain, karena menurut saya menjalankan promosi dua hari sebenarnya bukanlah hal yang sehat. Fokus inti kami adalah semua tentang inovasi produk untuk meningkatkan pengalaman pelanggan karena itulah cara Anda membangun bisnis yang berkelanjutan. Pada tahap ini, masuk akal bagi kami untuk mulai memikirkan IPO sebagai bukti validasi dari segala yang kami bangun dalam sepuluh tahun terakhir.

Kr: Apakah pernah terfikir untuk listing di pasar New York seperti Alibaba, yang juga adalah cerita sukses sebuah debut IPO?

PC: Perbedaan terbesar antara kami dan mereka adalah bahwa kami lebih mengutamakan listing lokal terlebih dahulu. Apakah kita memilih AS untuk target internasional, itu tergantung pada waktu listing dan kondisi pasar saat itu. Debut IPO sangat rumit tetapi saya beserta anggota tim telah mengantar sejumlah perusahaan go public di ventura sebelumnya. Jadi kita bisa belajar dari pengalaman, dan tentu saja, pengalaman pemegang saham — seperti Alibaba, Softbank, dan Sequoia, yang memiliki portofolio perusahaan yang telah sukses go public — juga akan membantu kita mengetahui waktu dan tempat yang tepat. Kami sangat menanti sampai di titik itu.

Patrick Cao, presiden Tokopedia / Tokopedia
Patrick Cao, presiden Tokopedia / Tokopedia

Kr: Apa yang menjadi fokus bisnis Tokopedia di tahun depan dan seterusnya?

PC: Mari kita mulai dengan misi untuk mendemokratisasi teknologi perdagangan di Indonesia. Definisi perdagangan pada dasarnya sama, tetapi itu semua berevolusi. Pertama, untuk perdagangan barang fisik, kami jadi yang terbesar di negara ini. Kedua, kami membantu bisnis dan merek di dalam platform untuk bertumbuh dengan pesat. Yang ketiga adalah mengenai barang digital. Kami baru-baru ini mengumumkan kemitraan dengan pemerintah dalam meluncurkan fitur pembayaran untuk lebih dari 900 jenis layanan administrasi negara, termasuk pajak. Penting bagi kami untuk menjawab setiap kebutuhan orang Indonesia dan kami akan terus meningkatkan kualitas produk serta menjadikannya lebih seamless.

Terakhir, adalah untuk terus meningkatkan layanan lokal, itulah sebabnya saya merasa akuisisi Bridestory menjadi sangat penting di tahun ini. Pada dasarnya, kami membawa tim terbaik untuk membantu memperkuat layanan yang berfokus pada wanita seperti pernikahan, serta untuk ibu dan bayi. Saya merasa kami semakin meluas ke ranah rumah dan furnitur serta kebutuhan utama lainnya di masa depan.

Terlepas dari area perdagangan, hal lain yang akan terus kami lakukan adalah meningkatkan IaaS (layanan infrastruktur) yang menciptakan pengalaman yang lebih baik dalam menggunakan layanan commerce dimana logistik dan pengadaan membantu pedagang lebih cepat scale-up. Kami juga akan terus fokus pada pengembangan layanan keuangan dan pembayaran. Populasi yang terjangkau produk perbankan masih rendah, jadi kami ingin membuka potensi itu untuk mendukung ekosistem yang lebih besar, baik pedagang, pelanggan, atau mitra toko. Hal-hal tersebut akan terus menjadi fokus kami di tahun 2020 dan seterusnya.

Kr: Berbicara mengenai akuisisi, sudah menjadi hal yang lumrah ketika perusahaan teknologi besar mengakuisisi startup yang lebih kecil, kami merasa Bridestory bukan akan jadi akuisisi yang terakhir, apakah ada rencana ke depan yang bisa dibagikan?

PC: Bridestory adalah akuisisi penuh pertama kami. Hal ini tidak sering terjadi, karena biasanya, kami melakukan kemitraan dan mendukung pengusaha dengan memanfaatkan modal, data, dan teknologi. Bridestory, bagaimanapun, adalah pengecualian karena menurut kami integrasi penuh akan lebih baik untuk kedua perusahaan. Kami selalu mencari celah untuk memanfaatkan sumber daya demi mendukung perusahaan teknologi lainnya, tetapi mengenai akuisisi selanjutnya, itu semua tergantung dari keinginan keluarga besar [pemangku kepentingan], dan bagaimana hal itu akan menguntungkan kedua belah pihak, terutama dari perspektif strategis. Namun untuk saat ini, beluma ada yang bisa kami ungkapkan.

Kr: Selain fokus pada pengembangan inti bisnis, apa faktor lain yang berkontribusi dalam kesukesesan Tokopedia?

PC: Saya pikir fokus pada pasar Indonesia adalah suatu keuntungan. Kami tidak terganggu bahkan ketika pemain lain ekspansi secara regional atau global, karena kami menyadari bahwa ini bukanlah keahlian kami. Selama sepuluh tahun terakhir, kami telah berkompetisi dengan pemain lokal dan internasional, tetapi penetrasi dan pemahaman mendalam kami tentang pasar lokal sudah sangat menguntungkan sehingga belum ada rencana untuk ekspansi ke luar negeri.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

Masyarakat Indonesia Makin Gemar Berbelanja Online Melalui Aplikasi Mobile

Menjelang akhir tahun 2016 Google Indonesia merilis tren dan behaviour dari pengguna internet dan smartphone di Indonesia. Selain untuk menyampaikan data terbaru, survei ini diluncurkan juga sebagai bahan persiapan untuk semua layanan e-commerce di Indonesia menyambut akhir tahun, biasanya peningkatan pengunjung akan membludak bersamaan dengan beragam program belanja online yang digalakkan.

“Google Indonesia mencatat bukan hanya pada bulan ramadhan dan lebaran saja belanja online meningkat, namun akhir tahun juga biasanya banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan promo 12.12 dan lainnya di seluruh layanan e-commerce Indonesia,” kata Industry Country Consultant Google Henky Prihatna kepada media hari ini di Jakarta.

Google Indonesia juga mencatat hingga kuartal ketiga tahun 2016 layanan e-commerce yang masih menjadi favorit di antaranya adalah Lazada, Tokopedia, Bukalapak, elevenia dan Blibli.

Persentase penggunaan aplikasi mobile untuk belanja online

Hal menarik lainnya yang disampaikan oleh Google Indonesia adalah tentang penggunaan aplikasi, browser dan desktop untuk melakukan belanja online, yang ternyata masih didominasi oleh penggunaan desktop dan aplikasi sebesar 59%. Sementara untuk membandingkan harga untuk produk yang akan dibeli di layanan e-commerce, sebanyak 24% menggunakan aplikasi dan hanya 12% saja yang memanfaatkan desktop.

“Dari hasil survei nampaknya sudah bisa dilihat bahwa sudah banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan aplikasi untuk melakukan pencarian hingga perbandingan harga yang ingin dibeli melalui layanan e-commerce,” ujar Henky.

Secara keseluruhan sekitar 31% masyarakat Indonesia melakukan transaksi belanja online sepenuhnya dari aplikasi. Jumlah ini diklaim oleh Google Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2015.

Besarnya penggunaan smartphone di kalangan masyarakat Indonesia untuk belanja online juga terlihat dari survei dalam hal pencarian produk hingga pembelian. Dari survei disebutkan sebanyak 92% orang akan membeli produk langsung dari aplikasi jika didukung dengan tampilan dan kemudahan yang ditawarkan oleh aplikasi layanan e-commerce tersebut, dalam hal ini termasuk proses pencarian hingga pembayaran (check-out).

Sementara itu sebanyaak 87% orang yang awalnya tertarik untuk membeli di layanan e-commerce pilihan pertama kemudian memutuskan untuk beralih kelayanan e-commerce lainnya dengan alasan pilihan produk lebih baik hingga promo yang ditawarkan.

Proses pencarian juga menjadi faktor penentu pada akhirnya orang memutuskan untuk membeli di layanan e-commerce yang disukai. Tercatat sebanyak 79% orang menemukan produk yang diinginkan melalui proses pencarian, dan 77% orang kebanyakan langsung mengunjungi situs atau toko online terkait usai proses pencarian dilakukan.

Strategi dan tantangan layanan e-commerce selama tahun 2016

Turut hadir dalam acara pemaparan survei Google Indonesia tersebut di antaranya adalah CEO Blibli Kusumo Martanto, CEO Tokopedia Wiliam Tanuwijaya dan General Manager Strategy, Branding & Business Intelligent at elevenia Bayu Setiaji Tjahjono. Dalam kesempatan tersebut para pelaku layanan e-commerce di Indonesia mengungkapkan beberapa informasi, perkembangan hingga tantangan yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan selama tahun 2016.

Dalam hal ini ketiga layanan e-commerce terkemuka di Indonesia tersebut sepakat, penggunaan smartphone masih mendominasi untuk transaksi yang ada dan aplikasi mobile diklaim mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

“Dari Blibli kami mencatat sebanyak 70% transaksi berasal dari mobile, sementara produk yang banyak dibeli adalah baby goods terutama untuk pembeli dari kalangan ibu-ibu muda di Indonesia,” kata Kusumo.

Senada dengan Tokopedia, William mengatakan transaksi melalui mobile juga mengalami peningkatan. Di sisi lain Tokopedia juga menghadirkan pilihan baru yaitu pembayaran secara digital mulai dari BPJS, PLN, pulsa dan lainnya melalui Tokopedia.

“Pembayaran yang dilakukan secara rutin oleh masyarakat Indonesia sudah mulai banyak dimanfaatkan melalui Tokopedia, kami melihat pilihan tersebut merupakan peningkatan terbaru yang dialami oleh Tokopedia.

Untuk elevenia sendiri yang selama ini telah menjual e-voucher semakin melihat untuk ke depannya pembayaran untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat Indonesia akan makin banyak dilakukan dengan memanfaatkan channel dari layanan e-commerce.

Hal menarik lainnya yang disampaikan oleh Kusumo Martanto, Wiliam Tanuwijaya dan Bayu Setiaji adalah makin bergesernya pembeli dari luar pulau Jawa. Dalam hal ini adalah mencakup wilayah Sumatera, Sulawesi hingga Papua. Baik Blibli, Tokopedia dan elevenia sepakat, bahwa kawasan di luar pulau Jawa saat ini sudah mulai mendominasi dan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

“Kami dari Tokopedia melihat kebanyakan pembeli yang berasal di luar pulau Jawa makin banyak melakukan pembelian. Pembeli dari Siantar misalnya, kemudian mencari toko terdekat di kawasan Medan untuk kemudian bisa melakukan transaksi hingga pengiriman yang pastinya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal pembeli,” kata William.

Untuk elevenia sendiri saat ini sudah sekitar 45% transaksi berasal dari luar Jabodetabek, sementara 55% transaksi terbanyak masih didominasi oleh Jabodetabek.

Sementara untuk Blibli melihat pemberian ongkos kirim gratis saat ini makin banyak jumlahnya yang ternyata kebanyakan berasal dari wilayah di luar pulau Jawa yaitu sekitar 50%. Hal tersebut yang kemudian menginisiasi Blibli untuk melakukan lokalisasi terutama untuk wilayah di luar pulau Jawa.

“Saya melihat tren ke depannya adalah localize, artinya pembeli lebih memilih penjual yang berada di kawasan terdekat demi mendapatkan barang dengan mudah dan pastinya lebih cepat,” kata Kusumo.

Menjelang akhir tahun 2016 masing-masing layanan e-commerce juga telah menyiapkan produk, promo hingga proses logistik untuk semua masyarakat Indonesia yang menyukai belanja online.