Resmi Tutup Platform Marketplace, Elevenia Mulai Eksplorasi Layanan B2B

Selesai sudah perjalanan Elevenia mengisi pasar online marketplace di Indonesia setelah hampir satu dekade lamanya. Per 1 Desember 2022 kemarin, Elevenia mengumumkan penghentian layanan dan operasional melalui situs resminya.

DailySocial.id telah mencoba menghubungi perwakilan Elevenia mengenai penutupan layanan ini dan langkah selanjutnya. Namun, belum ada tanggapan hingga berita ini diturunkan.

Selain marketplace, Elevenia juga memiliki lini bisnis yang membidik segmen B2B, yakni Elevenia Biz dan Enterprise Digital Technology Services (EDTS). Salah satu inisiatif yang telah hadirkan adalah platform E-Nusantara melalui kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta.

Inisiatif baru yang disiapkan Elevenia / Sumber: Elevenia

Berdasarkan keterangan di situs resminya, E-Nusantara disebutkan sebagai perusahaan trading yang memiliki misi untuk memberdayakan UMKM melalui digitalisasi untuk mendorong keberlanjutan sektor agrikultur dan UMKM. Platform ini membantu pemilik bisnis lokal menentukan komoditas lokal bahan baku dan memperluas penjualan ke pasar domestik dan global.

E-commerce milik operator

Kilas balik, XL Axiata dan SK Planet berinisiatif masuk ke e-commerce dengan membentuk usaha patungan (joint venture) pada 2013. XL merupakan operator seluler, sedangkan SK Planet anak perusahaan telekomunikasi asal Korea Selatan, SK Telecom. Masing-masing mengenggam kepemilikan sebesar 50%.

Layanan ini meluncur dengan nama Elevenia satu tahun setelahnya. Di tahun pertamanya, Elevenia mengantongi 1 juta pengguna dan mencetak pendapatan sebesar Rp250 miliar. Di 2016, Elevenia tercatat menawarkan lebih dari 4 juta produk dari 40.000 seller.

Ketatnya kompetisi dan sulitnya monetisasi memaksa XL dan SK Planet untuk hengkang dari bisnis ini, dan melepas kepemilikan ke Salim Group pada 2015. Saham keduanya diserahkan ke PT Jaya Kencana Mulia Lestari dan Superb Premium Pte. Ltd. melalui mekanisme Perjanjian Jual Beli Bersyarat (CSPA).

Pasca-divestasi tersebut, Elevenia sempat mencoba strategi baru dengan berfokus pada peningkatan kinerja keuangan yang lebih sehat melalui pengurangan diskon dan selektif terhadap subsidi.

Sebelum XL, layanan e-commerce milik operator, yakni Cipika.com (Indosat Ooredoo) lebih dulu tutup di 2017, sedangkan Blanja.com (JV milik Telkom dan eBay) menyusul tiga tahun berselang. Bagi operator telekomunikasi yang sektornya padat investasi dan berorientasi pada keuntungan, model bisnis e-commerce terbilang sulit sustain dalam jangka panjang.

Pasar e-commerce Indonesia

E-commerce merupakan motor penggerak utama ekonomi digital di Indonesia. Lebih dari satu dekade, ada banyak pelaku e-commerce hadir di Indonesia hingga akhirnya menyisakan beberapa pemain saja.

Saat ini, e-commerce Indonesia dikuasai oleh Tokopedia, Shopee, dan Lazada. Laporan Statista mencatat trafik bulanan di kuartal II 2022 dipimpin oleh Tokopedia dengan 158,35 juta kunjungan, Shopee dengan 131,3 juta kunjungan, dan Lazada sekitar 26,64 juta.

Meskipun ekosistemnya terbilang paling matang dibandingkan vertikal lain, pelaku e-commerce masih berupaya mencari model monetisasi yang dapat memberikan dampak signifikan terhadap profitabilitas. Pemain e-commerce masih menggelontorkan subsidi pada biaya logistik dan promosi.

Tokopedia, misalnya, akhirnya memperkenalkan paket berlangganan “Plus by GoTo” sebagai bentuk monetisasi baru induk usahanya, GoTo. Sementara, Bukalapak memilih untuk fokus ke lini bisnis “Mitra” UMKM sejak beberapa tahun terakhir.

Dalam laporan DSResearch bertajuk “The Power of E-commerce Spectrums”, faktor logistik dan distribusi masih menjadi tantangan utama pelaku e-commerce Indonesia.

Menurut GM Corporate Development MDI Ventures Alvin Evander, ekosistem turunan e-commerce, seperti logistik, tetap menjadi target investasi menarik di masa depan. Pasalnya, inovasi-inovasi di sub sektor ini dinilai dapat meningkatkan efisiensi serta  mengurangi biaya logistik.

IDMarco Ingin Menjadi “E-commerce Enabler” Khusus Produk FMCG

IDMarco yang telah lama malang melintang di dunia distribusi tradisional dan kini ke segmen online ingin menyasar segmentasi baru, yaitu B2C dan fokus menjadi e-commerce enabler di Indonesia. Kepada DailySocial, COO IDMarco Regan Dwinanda menyebutkan, akhir bulan April 2019 lalu, layanan e-commerce enabler resmi diluncurkan.

“Saat ini sudah banyak konsumen kalangan individu yang melakukan pembelian di platform kami. Namun kami melihat potensi besar untuk melebarkan bisnis banyak ditemui di kalangan prinsipal atau pemilik dari produk yang didistribusikan pada distributor,” kata Regan.

IDMarco mencatat banyak prinsipal yang kesulitan untuk mengadopsi digital karena kurangnya sumber daya hingga tidak adanya teknologi yang bisa membantu mereka melakukan penjualan secara digital, khususnya melakukan penjualan di platform marketplace. Dengan sumber daya dan teknologi yang dimiliki perusahaan mengklaim mampu menyediakan sumber daya, teknologi ke prinsipal untuk melakukan penjualan di semua platform marketplace di Indonesia.

“Strategi monetisasi yang kami terapkan adalah pembagian margin dari masing-masing prinsipal, tentunya dengan jumlah yang berbeda. Sejak awal kami langsung mengenakan biaya tanpa memberikan free trial atau penawaran diskon hingga promo. Sesuai dengan fokus kita sejak awal menjadi bisnis yang sustainable dan memberikan win-win solution untuk semua,” kata Regan.

Layanan e-commerce besutan Salim Group ini telah menargetkan pasar B2R (business to retail) dengan integrasi langsung dengan gudang Indomarco dan menawarkan produk pilihan dari Indofood dan brand lainnya. Untuk segmentasi B2B sendiri, IDMarco sudah mendukung kebutuhan produk Indofood ke merchant marketplace, di antaranya Bukalapak, JD.ID, Shopee, dan Blibli.

Fokus ke produk Indofood

Saat ini layanan e-commerce enabler IDMarco masih fokus memberikan layanan ke ekosistem Salim Group. Namun tahun 2019 ini mereka juga berniat untuk menambah jumlah prinsipal di luar ekosistem Salim Group. Disinggung berapa jumlah investasi yang digelontorkan Salim Group untuk kanal bisnis baru ini, Regan enggan menyebutkan secara detail. Ia menegaskan, Salim Group mendukung penuh rencana bisnis perusahaan.

“Kita fokus menyediakan produk FMCG kepada prinsipal kita. Namun ke depannya tidak menutup kemungkinan jika memang ada demand dan memiliki potensi, produk di luar FMCG juga bisa kami sediakan,” kata Regan.

Serupa dengan e-commerce enabler lainnya, seperti Sirclo atau aCommerce, IDMarco didukung sistem pergudangan dan logistik yang terpadu. Hal tersebut diharapkan bisa memudahkan prinsipal memanfaatkan secara maksimal resource yang dimiliki.

“Kita melihat saat ini e-commerce pada khususnya masih memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Salah satunya adalah dengan menjadi e-commerce enabler yang fokus kepada produk FMCG untuk membantu prinsipal sekaligus memberikan layanan lebih kepada konsumen,” kata Regan.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Nafas Panjang Ala elevenia Bersaing di Industri E-Commerce

elevenia memutuskan untuk mundur dari perang ‘tidak sehat’ antar perusahaan e-commerce demi meningkatkan performa bisnisnya dengan meningkatkan pendapatan bersih yang diincar perusahaan. Pergeseran fokus tersebut datang dari arahan induk baru perusahaan, Salim Group yang mulai efektif masuk pada kuartal IV 2017.

Arahan ini diambil lantaran banyak faktor pemicu, salah satunya adalah hiruk pikuknya persaingan e-commerce yang kini bisa dikategorikan sudah tidak sehat. Kondisi yang terjadi adalah perang besar-besaran diskon, ongkos kirim, voucher, dan gimmick marketing yang bertebaran di berbagai situs.

CMO elevenia Edward Killian menuturkan Salim Group memiliki komitmen jangka panjang untuk membesarkan elevenia. Namun strategi yang dipilih bukan memberikan sokongan dana besar untuk turut subsidi, melainkan arahan untuk fokus pada peningkatan pendapatan bersih (net revenue).

Caranya dengan mengurangi subsidi, bukan menghilangkan sama sekali. Awalnya besaran persentasenya bisa mencapai kisaran 7-20 persen disokong dari kantong elevenia sendiri. Subsidi yang diberikan elevenia kini sudah tidak sebesar itu, tapi di angka yang dirasa perusahaan masih mampu untuk mensubsidinya. Sayangnya Edward enggan membeberkan angkanya.

Pendapatan bersih itu selisih positif dari total pendapatan (operasional dan non operasional) dengan total biaya (operasional dan non operasional) setelah dikurangi dengan taksiran pajak pendapatan.

Perlu diketahui, elevenia melakukan monetisasi salah satunya lewat komisi transaksi yang diambil dari tiap transaksi yang berhasil terjadi dari para penjualnya. Besarannya sekitar 1-3 persen per transaksi.

“Kita cari kombinasi yang benar seperti apa [untuk subsidi] karena kalau kita enggak ada promo, di dunia yang luar biasa sudah ter-cluster dengan diskon akan susah juga. Tapi bagaimana caranya bisa atur promo tanpa harus mengorbankan sustainability kita, itu yang bisa dilakukan,” terang Edward kepada DailySocial.

“Ini adalah approach baru bersama Salim Group,” sambungnya.

Langkah tersebut mulai dilakukan elevenia menjelang akuisisi efektif pada kuartal IV 2017. Secara berangsur pendapatan bersih merangkak naik ke level positif, padahal sebelumnya tercatat negatif di kuartal sebelumnya. Era ketika perusahaan masih memberikan subsidi, diskon, dan lainnya.

Ketika subsidi dikurangi, sambungnya, pasti punya efek samping bagi bisnis elevenia. Volume transaksi ikut turun karena awalnya transaksi datang dari orang-orang yang mau pakai subsidinya. Efek ini sudah diperhitungkan sebelumnya oleh perusahaan.

Pendapatan bersih adalah indikasi yang dipilih untuk mempersiapkan fondasi struktur keuangan elevenia agar lebih sehat di masa depannya. Ini belum membicarakan soal laba. Menurut Edward, elevenia belum sampai ke tahap tersebut.

“Tapi kasarannya jika net revenue sudah positif, tinggal perkara waktu dan scale saja ke depannya. Kita growth pelan-pelan sampai tahap tertentu masuk ke critical mass, harusnya cost di bawahnya akan tertutup.”

Dia melanjutkan, “Akan tetapi bila net revenue-ya sudah negatif, ya gimana mau tutup pembelanjaan yang lain, sama sekali enggak masuk akal. Tapi bila sudah positif, makin lama akan besar karena volume. Kalau hidup dari margin tipis tapi dengan volume besar, suatu saat kita bisa tutup semua pengeluaran. Mungkin waktunya bisa beberapa tahun lagi. Tapi paling enggak setup udah benar dari awal.”

Bersiap sambut masa depan

(Ki-ka) CEO elevenia Sugiharto Darmakusuma, CSMO elevenia Edward Kilian / elevenia
(Ki-ka) CEO elevenia Sugiharto Darmakusuma, CSMO elevenia Edward Kilian / elevenia

Edward melanjutkan strategi yang dipilih elevenia ini adalah bentuk antisipasi perusahaan untuk menyambut masa depan, di mana orang belanja online itu karena kenyamanan dan akses. Bukan karena diskon atau gimmick marketing. Dia menilai dari kacamata bisnis, strategi tersebut bukan setup yang sustainable.

“Tapi kalau kita lihat di lingkungan saat ini yang sedang tidak sehat, pertarungannya di subsidi. Itu kan buat short term saja. Padahal kita harus lihatnya bisnis ini sebagai jangka panjang, jadi cara mainnya enggak matching.”

“Kalau terus-terusan subsidi, growth [bisnis] makin lama memang makin besar, tapi mau sampai kapan [beri subsidi].”

Dia mengibaratkan kondisi e-commerce saat ini seperti sedang lomba lari marathon. Semua e-commerce lari sprint berlomba-lomba melakukan promosi, menarik perhatian calon konsumen untuk bertransaksi. Ketika lari sprint, tidak ada yang tahu nafasnya akan sepanjang apa. Yang pasti, nafas pasti akan habis.

Edward meyakini hal tersebut akan terjadi juga di industri e-commerce, cepat atau lambat.

“Bisnis kalau berdarah terus-terusan, dan belum ketemu titik finish di ujung marathon kan aneh. Bisnis tiap bulan kasih subsidi, net revenue merah terus, ini bukan jadi bisnis.”

Oleh karena itu, Salim Group tetap memberikan dukungan kepada elevenia, namun bentuknya bukan diperuntukkan untuk subdisi. Melainkan untuk operasional elevenia itu sendiri, demi memastikan perusahaan tetap produktif.

Kejar ketertinggalan

Ketika memilih untuk mengurangi subsidi, artinya elevenia memilih untuk tumbuh secara perlahan. Kendati demikian, perusahaan terus berinovasi demi mengejar ketertinggalannya, meski golnya bukan untuk melampaui kompetitor.

Beberapa diantaranya menggaet berbagai komunitas dari pecinta kopi dan sepak bola untuk terhubung dengan elevenia lewat penjualan merchandise khusus atau produk edisi terbatas.

“Pengenalannya bukan ke diskon, kami inign mereka bisa kenal elevenia dengan cara berbeda. Kalau dengan diskon, pasti ke depannya yang mereka harapkan adalah diskon lagi.”

Kemudian memanfaatkan jaringan bisnis dengan Salim Group, misalnya bekerja sama dengan Indomaret lewat Indo Paket. Gerai Indomaret jadi tempat logistik untuk mengambil barang pesanan konsumen yang paling terdekat dari lokasi mereka.

Berikutnya inisiasi program eMart untuk menyasar kebutuhan bulanan. Produknya disuplai dari Indomarco dan beberapa distributor lainnya yang sudah terhubung dengan elevenia.

Perusahaan juga memanfaatkan kerja sama dengan OttoPay (PT Reksa Transaksi Sukses Makmur) untuk kemudahan pembayaran di elevenia lewat uang elektronik. Sementara ini baru bisa bekerja sama dengan penerbit seperti OttoCash dan iSaku (milik Indomaret).

Di luar itu, elevenia juga masih mempertimbangkan kemungkinan untuk perluas segmen bisnis dari marketplace (C2C) ke B2C dan B2B.

“Buat B2C yang punya warehouse ada kemungkinan, masih dilihat feasible atau tidak, B2B juga ada dimungkinkan kita mau ke sana.”

Upaya tersebut dilakukan perusahaan untuk menarik konsumennya yang kebanyakan berasal dari kalangan first jobber, white collar worker dengan rentang usia 20-35 tahun. Penetrasi elevenia kuat di kota-kota besar di seluruh Indonesia.

Sepanjang tahun lalu elevenia mencatat 4 juta transaksi dengan perputaran dana di atas Rp1 triliun. Pengguna terdaftar di elevenia mencapai 5,8 juta orang, namun pengguna aktifnya sekitar 580 ribu orang.

Penjual yang terdaftar di elevenia mencapai 81 ribu penjual, sekitar 93% diantaranya adalah penjual individu. Total SKU yang dimiliki sekitar 4,5 juta SKU. Situs elevenia dikunjungi 419 juta kali. Adapun aplikasi-nya telah diunduh 1,4 juta kali.

“Sekarang kita lihat bukan saatnya untuk bertanding, timing-nya belum tepat. Inovasi-inovasi ini upaya kita untuk catching up supaya enggak ketinggalan jauh pace-nya karena momennya bukan untuk mati bersama di saat ini,” ujar Edward.

Rencana-Rencana PopBox Pasca Perolehan Investasi dari Salim Group

Pasca perolehan investasi dari Salim Group akhir tahun 2017 lalu dengan nilai yang tidak disebutkan, layanan loker pintar PopBox menggandeng elevenia, yang baru diakuisisi Salim Group, menghadirkan fitur baru PopStore.

Fitur ini memudahkan pembeli E-MART, layanan supermarket elevenia dengan harga grosir, mendapatkan barang di hari yang sama (same day delivery). Proses fulfilment ditangani PopStore.

Kepada DailySocial, Co-founder PopBox Greta Bunawan mengungkapkan, kerja sama ini merupakan yang pertama dilancarkan oPopStore dengan layanan e-commerce elevenia.

“PopStore adalah bentuk kerja sama dengan elevenia untuk menjalankan fulfilment dari produk-produk FMCG dengan harga grosir yang dikemas dalam fitur E-MART. Intinya adalah kami membantu mengelola E-MART dengan menyediakan barangnya, pick & pack dan mengirimkan barangnya para pembeli.”

Masih tersedia di Jadetabek, layanan ini diklaim mampu mengatasi masalah pengiriman sekaligus pengemasan agar lebih mudah dan lebih cepat untuk seluruh merchant di elevenia. Disinggung apakah elevenia bakal melancarkan kerja sama dengan layanan e-commerce atau perusahaan lainnya, disebutkan oleh Greta, peluang tersebut masih terbuka.

“Layanan PopStore saat ini masih terbatas di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi, namun ke depannya kami memiliki rencana untuk memperluas area jangkauan,” kata Greta.

Rencana PopBox di tahun 2018

Saat ini PopBox telah tersebar di 350 titik di dua negara, yaitu Malaysia dan Indonesia. Selain di Jakarta, loker pintar PopBox juga telah tersedia di Bandung, Surabaya, Semarang, Jogjakarta, Bali, Medan dan Palembang.

Selain berfungsi sebagai tempat penitipan dan penjemputan barang, loker pintar PopBox saat ini juga sudah bisa digunakan sebagai pembelian pulsa, pembelian berbagai produk memanfaatkan metode pembayaran e-wallet dan NFC (near field communication).

Rencana lain yang bakal diluncurkan PopBox adalah PopExpress, sebuah layanan logistik berbasis kurir yang bisa mengantarkan barang ke alamat atau loket pintar.

“Target kita di tahun 2018 ini adalah terus mengembangkan titik network smart locker PopBox sebagai opsi pengiriman dan pengambilan barang, sekaligus memperluas mitra-mitra PopBox lainnya,” kata Greta.

Application Information Will Show Up Here

Rayakan HUT Keempat, elevenia Siapkan Strategi Pasca Akuisisi

Pasca proses akuisisi oleh Salim Group, di HUT-nya yang keempat elevenia kembali hadir dengan wajah baru. Selain mengumumkan sejumlah penambahan fitur, elevenia memperkenalkan CEO baru mereka, Sugiharto Darmakusuma. Dalam sambutannya, Sugiharto mengungkapkan harapannya memimpin elevenia dengan semangat dan strategi baru.

“Meskipun saat ini layanan e-commerce sudah cukup padat di Indonesia, namun dilihat dari luasnya Indonesia saya rasa masih ada ruang untuk elevenia bermain di sektor ini.”

Hadirnya Sugiharto menjadi upaya Salim Group memperkuat layanan elevenia yang dinilai mampu bertahan selama empat tahun ini.

“Kenapa Salim Group mengakuisisi elevenia, karena harus mengadopsi bisnis digital dan tidak bisa selamanya di offline, sambil memanfaatkan data analytics yang ada,” kata Sugiharto.

Sugiharto menambahkan, elevenia ingin berpartisipasi dalam pertumbuhan ekosistem digital di Indonesia. Dengan makin meningkatnya penetrasi internet sampai ke pelosok. elevenia ingin menjangkau lebih banyak penjual, pembeli, dan komunitas di berbagai wilayah di Indonesia.

Fitur baru

Untuk meningkatkan pengalaman pengguna selama mengakses elevenia, perusahaan memberikan pembaruan tampilan yang lebih sederhana namun dilengkapi kategori yang lebih lengkap.

“Kami juga memastikan bahwa dengan koneksi internet yang kurang baik pun elevenia bisa diakses dengan mudah dan cepat,” kata Chief Sales dan Marketing Officer elevenia Edward Kilian Suwignyo. Edward sebelumnya adalah CMO OLX Indonesia.

elevenia juga menghadirkan beberapa fitur baru, seperti layanan logistik drop and pick up Indo Paket yang memanfaatkan gerai Indomaret di berbagai wilayah. Perusahaan juga menyediakan pilihan pembayaran bank yang jumlahnya lebih banyak di fitur Ottopay.

“Berbeda dengan layanan lain yang hanya menyediakan pilihan transfer dari bank ternama, kami menyediakan lebih banyak lagi bank untuk pembeli,” kata Edward.

Fitur lain adalah E-MART, pilihan berbelanja keperluan harian dengan harga grosir. Fitur ini dihadirkan dengan menggandeng PopBox melalui produk terbaru PopStore.

Kepada DailySocial, Co-Founder PopBox Greta Bunawan menyebutkan, melalui PopStore nantinya semua barang grosiran yang dibeli di elevenia akan melalui fulfilment center PopStore untuk kemudian dikirim langsung ke rumah pembeli di hari yang sama (same day delivery). Untuk sementara layanan ini hanya tersedia di Jadetabek.

“Bukan hanya produk dari Salim Group, produk dengan harga grosir ini juga berlaku untuk semua produk yang tersedia di elevenia,” kata Greta.

Disinggung apakah nantinya fitur ini akan berkompetisi dengan produk serupa yang juga diusung Salim Group, IDmarco, Edward menyebutkan nantinya sinergi dengan IDmarco juga akan dilakukan elevenia.

Menatap pasar B2B

Saat ini produk dan layanan elevenia masih difokuskan kepada segmen C2C, namun melihat demand dan peluang ke depannya, tidak menutup kemungkinan elevenia juga akan memperluas segmen dan menyasar pasar B2B.

“Ada rencana kami akan mulai menyasar B2B namun seperti apa implementasinya dan kapan akan kami hadirkan nantikan pengumuman dari kami selanjutnya,” kata Edward.

Di kuartal ketiga dan keempat 2017, elevenia mengklaim memperoleh pendapatan bersih yang positif dengan nilai transaksi bisnis mencapai lebih dari satu triliun Rupiah dari empat juta transaksi. Saat ini 93% penjual di platform elevenia berasal dari kalangan individual.

Disebutkan elevenia saat ini memiliki 1,4 juta pengguna aktif yang mengakses melalui aplikasi.

“Fokus kami tahun ini adalah memiliki bisnis untuk jangka panjang dengan melakukan pendekatan dengan tidak memberikan diskon dan promosi besar-besaran. Fitur tersebut tetap ada tapi tidak diberikan secara masif namun masih fokus untuk melakukan akuisisi pengguna baru,” tutup Edward.

Application Information Will Show Up Here

Elevenia Siap Berkompetisi Melalui Dukungan Salim Group

Tahun 2017 penuh tantangan bagi bisnis e-commerce, hingga beberapa bisnis akhirnya gulung tikar. Namun demikian platform e-commerce Elevenia justru tengah mempersiapkan diri untuk menyambut tahun depan yang lebih menantang bersama konglomerasi Salim Group sebagai pendukungnya untuk meningkatkan daya saing tanpa terjebak perang harga yang mendominasi ruang e-commerce.

Dalam beberapa tahun terakhir, Elevenia terus berjuang dalam mengikuti kompetisi perkembangan industri e-commerce hingga membawa dua perusahaan telekomunikasi besar di baliknya, yakni XL Axiata dan SK PLanet Global memutuskan menghentikan bisnis yang sudah mereka jalani bertahun-tahun dengan menjual saham Elevenia sepenuhnya pada bulan Agustus.

Sementara bagi Elevenia, profil serta rekam jejak dari kepemilikan barunya adalah alasan yang cukup untuk merasa optimis di masa depan.

Sinergi dengan Salim Grup

“Berada dalam grup besar [Salim], tentu akan memberi banyak keunggulan kompetitif bagi Elevenia dalam jangka panjang,” ungkap Chief and Sales Marketing Elevenia Edward Killian Suwignyo dalam wawancara kepada DailySocial.

Akuisisi oleh Salim Group bukanlah hal yang mengejutkan, karena konglomerat terkemuka dari Indonesia tersebut dikenal dengan kepemilikan banyak bisnis di beragam sektor dan sedang mencoba menggali peluang dalam bisnis digital.

Salah satu bagian dari strategi untuk masuk dalam dunia bisnis digital. Salim Group belum lama ini melakukan akuisisi terhadap Ina Perdana, sebuah bank lokal, agar perusahaan bisa menghubungkan layanan lainnya melalui pembayaran digital dan perbankan digital. Salim Group juga belum lama ini bermitra dengan Lotte, perusahaan ritel Korea, untuk bisnis e-commerce di Indonesia.

Elevenia ingin memanfaatkan visi baru yang dimiliki Salim Group. Menurut Edward, Elevenia telah merancang strategi di tahun 2018 yang mencakup pendidikan, pelatihan dan peningkatan bagi penjual dan talenta pendukungnya. Namun, Edward mengungkapkan prioritas utama Elevenia untuk bermitra dengan perusahaan-perusahaan yang bernaung di bawah Salim Grup, demi meningkatkan perkembangan bisnis.

“Saat ini yang terpenting adalah bersinergi dengan perusahaan lain di bawah naungan Salim Group untuk membangun fitur dan layanan yang inovatif, berbeda dan relevan bagi pengguna,” paparnya.

Edward menambahkan mengenai akuisisi, Salim Grup telah menyuntikkan sentuhan dan “motivasi baru” pada Elevenia. Di antara keterlibatan pemilik baru dalam Elevenia adalah dukungan Indomobil, salah satu anak perusahaan Salim Group. Elevania juga telah bermitra dengan produk Indofood untuk mendapatkan tawaran promosi.

Dengan dukungan dari Salim Grup, Elevenia berharap bisa menghadapi persaingan e-commerce yang lebih ketat daripada tahun lalu saat mereka tertinggal dari beberapa kompetitor seperti Tokopedia dan Shopee yang semakin memperkuat posisi mereka dalam pasar setelah menerima dana yang signifikan dari investor.

Kompetisi lebih ketat

Tokopedia pada awal tahun telah mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $1,1 miliar dari raksasa internet Alibaba, sementara Shopee Singapura menerima $500 juta, yang sebagian besar dialokasikan untuk Shopee Indonesia. Investasi ini telah memberi kesempatan bagi platform-platform tersebut untuk lebih agresif dalam usaha menarik pelanggan.

Kepada DailySocial di bulan November, Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini menegaskan bahwa keputusan mereka untuk menjual Elevenia didasari oleh persaingan yang semakin ketat dalam industri e-commerce di negara ini. “Begitu investor datang dengan sejumlah besar uang, kesempatan untuk bersaing semakin kecil,” kata Dian.

Dengan uang berpihak kepada mereka, salah satu strategi yang digunakan pemain utama adalah memberikan diskon besar-besaran kepada pelanggan. Promo akhir tahun adalah refleksi terbaik dalam perang harga antar e-commerce di Indonesia dengan situs-situs seperti Zalora yang menawarkan diskon lebih dari 50 persen untuk produk-produk tertentu sementara Lazada dan Shopee yang menawarkan diskon masing-masing hingga 85 persen dan 90 persen.

Edward mengungkapkan harapan Elevenia untuk bisa lebih kompetitif di tahun ini, tanpa ada rencana untuk terjun mengikuti tren dan bergabung dalam perang harga e-commerce karena platformnya bertujuan untuk menerapkan strategi yang lebih “sehat” dan “jangka panjang”.

Fokus Elevenia di 2018 adalah untuk membangun keunggulan yang kompetitif dan bersifat jangka panjang, bukan sekedar melawan perang harga. Elevenia berkomitmen masih akan berkompetisi dengan cara yang lebih sehat dengan menawarkan promosi-promosi menarik, dengan fokus utama tetap mengembangkan fitur dan layanan baru yang inovatif, berbeda, dan relevan dengan kebutuhan pembeli dan penjual online di Indonesia.


Artikel asli dari Bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Elevenia Eyes Competitive Edge through Salim Subsidiary Support

Following a bumpy 2017 which led to owners pulling out of its business, e-commerce platform Elevenia is bracing for an exciting year ahead with the backing of new conglomerate owner, Salim Group, by improving its competitiveness without getting dragged in to the price war that is dominating the e-commerce space.

In the last couple of years, Elevenia has struggled to keep pace with the growing competition the e-commerce industry, which has led to its two owners Indonesian telco XL Axiata and South Korean SK Planet Global to exit the business after years by selling their entire stake of the platform in August.

While this was a big blow for the e-commerce firm, the profile and track record of its new ownership is more than enough reason to be optimistic about the future.

Synergy with Salim Group

“Being in a big group [Salim], of course we will do many things that will give competitive superiority for Elevenia in the long term,” says Elevenia Chief and Sales Marketing Edward Killian Suwignyo in an interview with DailySocial.

The takeover by Salim Group did not come as a surprise as it has been known that the prominent Indonesian conglomerate, which controls numerous businesses in diversified sectors, have been trying to delve into digital business opportunities.

As part of its strategy to venture into the digital business, the group recently acquired Ina Perdana, a local bank, to allow the company to link its other services through digital payments and digital banking. The group has also recently partnered with Korean retailer Lotte for a separate ecommerce business in Indonesia.

Salim’s new vision is something Elevenia will be trying to benefit from. According to Edward, Elevenia has outlined its strategy for the 2018 which includes website improvement, training and education for sellers and talent development. However, he said that the main priority for Elevenia partner with its new sister companies under Salim, which would reinforce its development as a business.

“What is most important is to synergize with the other companies under Salim Group to build features and services that are innovative, different and relevant for the users,” he said.

Edward added that since its takeover, Salim Group has injected a “new motivation” and touch to Elevenia. Among the involvement of the new owner in Elevenia’s activities is the support of Indomobil, one of Salim’s subsidiaries, which provided Elevenia with a Renault Kwid as a grand prize in one of its activities. Elevenia has also teamed up with an Indofood product for a promotional offer.

With the backing of Salim Group, Elevenia is hopeful it would be able to deal better with the intense e-commerce competition than it did last year when it fell behind some of its rivals like Tokopedia and Shopee who have been able to reinforce their position in the market after receiving notable funding from investors.

Stiffer competition

Tokopedia announced earlier this year that it has raised a $ 1.1 billion investment from Chinese internet giant Alibaba, while Singapore’s Shopee received $550 million investment, most of earmarked for Shopee operation in Indonesia. These investments have enabled these platforms to be more aggressive in their efforts to attract customers.

Speaking to DailySocial in November, XL Axiata President Director Dian Siswarini made it clear that the decision to sell Elevenia was due to the increasingly tough competition in the rapidly growing e-commerce industry in the country. “Once big investors came with their big money, the opportunity to compete became smaller,” Dian said.

With money on their side, one of the strategies employed by the leading players is giving considerable discounts to customers. The promotions at the end of the year best reflects the price war between Indonesian e-commerce with sites like Zalora offering over 50 percent discounts for selected products while Lazada and Shopee offering up to 85 percent and 90 percent discounts, respectively.

Edward said that while Elevenia expects to be more competitive this year, it does not plan to be jumping in the bandwagon and join in the e-commerce price war as the platform is aiming to employ a “healthier” and more “long term” strategy.

“Our focus in 2018 is to build a competitive advantage that is long term in nature, not merely fighting a discount war. We will still compete in a healthier way by offering interesting promotions, but our main focus is to develop new features and services that are innovative, different and relevant to the needs of online buyers and sellers in Indonesia,” he said.

Application Information Will Show Up Here

Situs-Situs eCommerce Lokal Ini Sediakan Pre-Order Samsung Galaxy Note 8

Galaxy Note 8 diungkap dalam ajang Unpacked di New York minggu lalu, diramu sebagai penerus Note 7. Langkah ini menunjukkan kepercayaan diri Samsung pada seri Note, setelah insiden ‘baterai meledak’ yang memaksa mereka menangguhkan penjualannya. Hal tersebut berdampak cukup besar bagi bisnis Samsung, kabarnya pemasukan perusahaan merosot 33 persen di kuartal tiga 2016.

Penyajian di Galaxy Note 8 serupa pendahulunya, di mana stylus S Pen menjadi salah satu fitur andalan di sana. Dengannya, Anda bisa mudah berkreasi, mencatat, hingga mencorat-coret dokumen serta foto. Phablet 6,3-inci itu juga mengadopsi sejumlah elemen dari keluarga Galaxy S8, baik pada desain (Infinity Display) dan spesifikasi. Pengumuman resmi Galaxy Note 8 turut disertai pemberitahuan soal kapan produk itu akan tersedia.

Sesuai rencana Samsung, Galaxy Note 8 akan dilepas pada pertengahan bulan depan, tepatnya di tanggal 15 September 2017. Menariknya, sejumlah situs eCommerce lokal sudah mengabarkan kesiapan mereka menerima pre-order. Dari hasil penjelajahan saya di internet, setidaknya ada tiga marketplace yang menyediakan layanan tersebut. Mereka ialah Lazada, Elevenia, dan Dinomarket.

Samsung Galaxy Note 8 1

Memang banyak konsumen ingin tahu berapa harga produk ini di Indonesia, tetapi belum ada informasi mengenainya di ketiga website tersebut. Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan seperti T-Mobile dan Verizon menjajakan Note 8 di harga US$ 930 hingga US$ 960. Harga lokalnya berpeluang jadi lebih tinggi dari angka yang dihasilkan konversi dolar ke rupiah.

Baik Lazada, Elevenia dan Dinomarket hanya menyediakan kolom untuk mendaftarkan alamat email (serta nomor telepon), dan selanjutnya Anda akan mendapatkan notifikasi langsung jika ada update. Gerbang pre-order-nya sendiri dibuka secara bersamaan pada tanggal 8 September dan ditutup di 18 September. Sebagai alternatifnya, produsen elektronik raksasa asal Korea Selatan itu juga sudah memulai kampanye ‘Galaxy Launch Pack Note 8‘ di kawasan Indonesia, dengan konten serupa.

Pre-Order Galaxy Note 8 1

Berdasarkan informasi resmi, Samsung akan membawa tiga varian warna ke Indonesia, yakni midnight black, maple gold (frame hitam dan punggung emas), serta orchid grey (punggungnya berwarna abu-abu keunguan). Di dalam packaging, Galaxy Note 8 dan S Pen sudah dibundel bersama case transparan dan earphone, serta pernak-pernik wajib meliputi kabel, charger, beberapa buah adaptor, silicon cap earphone, dan lain-lain.

Selain kecanggihan spesifikasi hardware, pemanfaatan Infinity Display, dan dukungan S Pen; fotografi juga menjadi aspek unggulan Galaxy Note 8. Kamera utama dibekali dua sensor dan lensa, yaitu 12MP wide-angle f/1.7 serta 12MP telephoto f/2.4, keduanya ditunjang OIS.

Buat sekarang, belum diketahui Galaxy Note 8 dengan versi storage berapa yang akan dipasarkan di tanah air – 128- atau 256-gigabyte? Penyimpanan 64GB kabarnya hanya dijual di Amerika.

Setelah SK Planet, XL Axiata Putuskan Hengkang dari Elevenia

Setelah sebelumnya diberitakan bahwa SK Planet saat ini dalam proses reposisi bisnis-bisnisnya di luar negeri, termasuk penjualan seluruh sahamnya di Elevenia, XL Axiata (XL) yang memiliki sisa saham sebesar 50% juga hengkang dari layanan e-commerce yang dibangun sejak tahun 2015 lalu.

Saham keduanya disebutkan diserahkan ke PT Jaya Kencana Mulia Lestari dan Superb Premium Pte. Ltd. melalui mekanisme Perjanjian Jual Beli Bersyarat atau CSPA. Kami tidak memiliki informasi lebih lanjut tentang kedua perusahaan ini, tapi dikabarkan memang keduanya berada di bawah kepemilikan Salim Group.

Menurut Presiden Direktur dan CEO XL Dian Siswarini, keputusan melepas Elevenia diambil melalui perhitungan yang cermat. Dalam keterangan resminya, XL berharap keputusan ini mengurangi dampak kerugian yang timbul dari Elevenia.

“Dukungan terrhadap industri e-commerce akan tetap kami lakukan melalui fitur-fitur digital di layanan data yang kami sediakan untuk pelanggan,” kata Dian Siswarini dalam keterangan tertulisnya.

Sempat ingin mempertahankan Elevenia

Sebelumnya XL sudah melakukan peninjauan ulang untuk seluruh bisnis digital yang sudah digeluti perseroan sejak pertama kali terjun pada 2013 silam. Nantinya akan ada beberapa produk yang dipertahankan atau dihentikan.

Dian mengklaim pertumbuhan bisnis Elevenia tiap tahunnya tercatat lebih dari 50%. Meskipun bertumbuhannya baik, saat ini kondisi Elevenia masih merugi dan belum memberikan dampak signifikan bagi perseroan.

Layanan digital XL mencakup tujuh segmen, yaitu digital entertainment (Yonder dan Tribe), business innovation, digital payment (XL Tunai), mobile advertising (m-Ads), komputasi awan (XCloud), internet of things (XL IoT), dan bisnis e-commerce (Elevenia).

Application Information Will Show Up Here

Layanan E-Commerce iLotte Masuk Fase “Open Beta”, Sudah Melayani Transaksi (UPDATED)

Setelah melakukan proses pengembangan dan persiapan sejak tahun 2016, saat ini situs layanan e-commerce joint venture Salim Group dan Lotte Group iLotte sudah tampil live dan siap menerima transaksi (pembelian dan pembayaran). Layanan e-commerce, yang hampir semuanya menyediakan produk dan brand milik Salim Group ini sudah dalam versi open beta dan disebutkan akan meluncur resmi akhir tahun atau awal tahun 2018 mendatang.

Kehadiran PT Indo Lotte Makmur, sebagai pemilik brand iLotte, merupakan bagian ekspansi digital Salim Group yang cukup gencar tahun ini. Menariknya, Salim Group disebutkan baru mengakuisisi kepemilikan SK Planet di Elevenia dan kehadiran iLotte bakal melengkapi portofolio Salim Group di industri e-commerce.

Karena Elevenia berkiprah di sektor C2C, sementara iLotte tampaknya bersifat B2C, sangat menarik melihat peta persaingan industri e-commerce di masa mendatang, apalagi Alibaba, pemilik mayoritas layanan B2C Lazada, baru saja masuk sebagai pemegang saham minoritas layanan C2C Tokopedia.