Blibli-Tiket Umumkan Kinerja Q2 2024: Pendapatan Naik Tipis, Kerugian Ditekan Hingga 38 Persen

PT Global Digital Niaga Tbk (BEI: BELI), induk Blibli, Tiket.com, Ranch Market, dan Dekoruma, melaporkan hasil kinerja keuangan terbaru. Meskipun menghadapi tantangan ekonomi, perusahaan menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan yang positif.

Para periode semester pertama 2024 (1H24), Blibli-Tiket berhasil mengurangi kerugian EBITDA konsolidasi sebesar 38% year-on-year (YoY) — dari Rp1.587 miliar pada 1H23 menjadi Rp1.048 miliar pada 1H24. Marjin bruto juga mengalami peningkatan dari 15,3% pada 1H23 menjadi 19,7% pada 1H24, mencerminkan efisiensi yang lebih baik dalam operasional.

Pendapatan neto konsolidasi perseroan meningkat sebesar 1% YoY — dari Rp7.776 miliar pada 1H23 menjadi Rp7.852 miliar pada 1H24.

Kinerja keuangan konsolidasian Blibli

Struktur biaya yang lebih baik tercermin dari penurunan persentase Beban Operasional terhadap Total Processing Value (TPV) dari 7,9% pada 1H23 menjadi 7,5% pada 1H24. Peningkatan ini mendorong pertumbuhan EBITDA konsolidasi terhadap TPV dari -4,3% pada 1H23 menjadi -2,9% pada 1H24.

“Kami memulai tahun ini dengan melewati periode tantangan ekonomi dan variabilitas permintaan sebelum pemilu, namun dengan gembira dapat saya sampaikan jika perseroan telah menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan marjin yang luar biasa sepanjang paruh pertama tahun ini yang sesuai dengan fokus Perseroan ke arah profitabilitas. Kinerja yang teguh ini menggarisbawahi kekuatan model usaha kami dan landasan kokoh yang telah kami bangun untuk kesuksesan yang berkelanjutan,” ujar CEO Blibli-Tiket Kusumo Martanto.

Inovasi dan ekspansi strategis

Komitmen perusahaan untuk meningkatkan pengalaman pengguna terlihat dari peluncuran fitur Keanggotaan Terpadu (Unified Membership) yang memberikan akses tanpa batas di ekosistem Blibli-Tiket. Pembangunan gudang baru di Marunda juga hampir selesai dan diharapkan mulai beroperasi pada Oktober 2024.

Selain itu, akuisisi sekitar 99,83% saham di Dekoruma memperluas cakupan kategori produk home and living.

Dengan berbagai inovasi tersebut, berikut performa untuk  setiap lini bisnis perseroan:

  • Ritel 1P: Mengalami sedikit penurunan GPBD sebesar 6% y.o.y pada 2Q24. Namun, rasionalisasi meningkatkan Take Rate secara signifikan.
  • Ritel 3P: GPBD tumbuh sebesar 21% YoY pada 2Q24, didorong oleh peningkatan marjin dari bisnis B2C dan permintaan kuat pada usaha OTA.
  • Institusi: Menunjukkan pertumbuhan signifikan dengan GPBD meningkat sebesar 292% YoY pada 2Q24. Kualitas klien institusional juga meningkat.
  • Toko Fisik: GPBD bertumbuh pesat sebesar 23% YoY pada 2Q24, didorong oleh peningkatan volume penjualan dan perluasan jaringan toko elektronik konsumen.
Kinerja lini bisnis Blibli

“Strategi pertumbuhan omnichannel yang selektif, upaya yang ketat untuk meningkatkan laba bruto, dan pengendalian biaya yang disiplin telah efektif dalam meningkatkan kinerja kerugian EBITDA konsolidasi kami sebesar 38% YoY pada 2Q24,” ujar CFO Blibli-Tiket Ronald Winardi.

Ke depan, Blibli berkomitmen akan terus berinovasi dan memperluas strategi omnichannel. Perusahaan berkomitmen untuk memberikan pengalaman belanja yang lebih baik dan berkelanjutan bagi pelanggan, serta menjaga arah profitabilitas.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

CEO Blibli Ungkap Strategi Bisnis di Tengah Panasnya Persaingan E-commerce

PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2023 dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta pada 13 Juni 2024.

Dalam acara tersebut, Co-Founder & CEO Blibli Kusumo Martanto, menyampaikan bahwa meskipun menghadapi tantangan bisnis sepanjang tahun 2023, perusahaan terus melakukan terobosan dan inovasi yang berfokus pada optimasi margin, kepemimpinan biaya, dan keunggulan ekosistem. Upaya ini diklaim berhasil membawa perusahaan pada kinerja keuangan yang semakin sehat dan pertumbuhan usaha yang positif.

“Strategi utama kami adalah memperluas pilihan produk, memperkuat layanan, mengembangkan teknologi, dan inovasi omnichannel. Kami juga mendorong sinergi dalam ekosistem Blibli Tiket yang terintegrasi, yang berdampak positif pada pengalaman berbelanja pelanggan,” ungkap Kusumo.

Pencapaian Blibli

Sepanjang tahun 2023, Blibli mencatat berbagai pencapaian penting, termasuk ekspansi toko fisik dengan mitra merek global ternama untuk memberikan fleksibilitas kepada pelanggan dalam berbelanja baik secara daring maupun luring. Blibli juga mulai menerapkan automasi dan kecerdasan buatan di berbagai proses operasional serta meluncurkan program loyalitas terpadu, Blibli Tiket Rewards, yang diintegrasikan di seluruh platform dalam ekosistem.

Dalam RUPST, pemegang saham menyetujui dan mengesahkan laporan tahunan dan kinerja keuangan perusahaan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2023.

Blibli mencatat laba bruto konsolidasian sebesar Rp2,4 triliun, meningkat 97% dibandingkan tahun sebelumnya. Beban operasional konsolidasian tercatat sebesar Rp6,0 triliun, turun 4% dibandingkan tahun 2022, yang mengurangi rugi bersih sebesar 34% menjadi Rp3,7 triliun.

Pada RUPSLB, pemegang saham independen menyetujui penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) dengan penerbitan saham baru sebanyak 7,63% dari modal ditempatkan dan disetor. Termasuk di dalamnya program kepemilikan saham manajemen dan karyawan (Program MESOP) serta penerbitan saham baru lainnya.

“Kami sangat menghargai kepercayaan dan dukungan dari seluruh pemegang saham. Ke depannya, kami akan terus mengevaluasi dan menyesuaikan strategi bisnis dan kebijakan strategis berdasarkan dinamika perekonomian, kemajuan teknologi, dan kebutuhan pelanggan,” tutup Kusumo.

Sejak berdiri pada tahun 2010, PT Global Digital Niaga Tbk (Blibli) telah menjadi pelopor ekosistem perdagangan omnichannel di Indonesia. Blibli mengintegrasikan pengalaman berbelanja daring dan luring dengan dukungan infrastruktur rantai pasok yang kuat serta layanan pengiriman pihak pertama (1PL) melalui BES Paket.

Blibli juga mengakuisisi tiket.com dan Ranch Market untuk melengkapi ekosistemnya, menciptakan sinergi yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Blibli Catat Peningkatan Kinerja di Kuartal Pertama 2024

PT Global Digital Niaga Tbk (GDN), perusahaan yang menaungi platform online marketplace Blibli, mengumumkan peningkatan kinerja keuangan di kuartal pertama 2024. Berdasarkan rilis terbaru, GDN berhasil memperkecil kerugian bersih menjadi Rp691,2 miliar.

Meski masih mencatatkan kerugian, GDN menunjukkan tren positif dengan pengurangan rugi bersih sebesar 21,28% dari tahun sebelumnya. Pendapatan perusahaan naik tajam, didorong oleh strategi diversifikasi produk dan peningkatan efisiensi operasional.

“Kami optimis dengan tren positif ini dan berupaya keras untuk mencapai titik impas pada akhir tahun fiskal,” ujar CEO GDN Kusumo Martanto.

Di tengah persaingan yang ketat, GDN terus berinovasi dengan meluncurkan beberapa inisiatif strategis. Baru-baru ini, mereka mengumumkan kerja sama dengan beberapa merek internasional, serta pengembangan platform baru yang lebih user-friendly untuk meningkatkan pengalaman belanja online. Langkah ini diharapkan akan menarik lebih banyak konsumen dan memperluas cakupan pasar GDN.

Menurut analisis pasar terkini, GDN berada di posisi yang baik untuk memanfaatkan peningkatan aktivitas belanja online di Indonesia. Meskipun menghadapi tantangan makroekonomi seperti inflasi dan penurunan daya beli, adaptasi strategi pemasaran dan promosi yang agresif diharapkan akan memperkuat posisi perusahaan dalam menghadapi kompetisi.

Dalam hal operasional, GDN telah berhasil meningkatkan efisiensi logistik mereka dengan memanfaatkan teknologi terkini. Implementasi sistem otomasi gudang dan penggunaan analitik data besar telah mengoptimalkan distribusi produk dan mempercepat proses pengiriman.

PT Global Digital Niaga Tbk terus menunjukkan adaptabilitas yang kuat dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah, dengan harapan untuk tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang di masa depan.

Satukan akun di ekosistem bisnis

Seperti diumumkan dalam milis yang disebarkan ke pelanggan, dalam waktu dekat ekosistem bisnis BELI, meliputi Blibli, tiket.com, dan RANCH akan menggabungkan akun aplikasinya menjadi satu di ekosistem Blibli Tiket. Ini menjadi langkah lanjutan setelah perusahaan mengumumkan merger pada Oktober 2022 lalu.

Sebelumnya Blibi dan Tiket.com sempat integrasikan layanan melalui widget single sign-on. Pengguna tinggal memasukkan kredensial login mereka, seperti nama pengguna dan kata sandi, pada satu halaman untuk mengakses beberapa ekosistem layanan. Widget SSO memampukan pengguna untuk mengakses Tiket.com melalui platform Blibli dengan akun yang sama terdaftar di Blibli.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Rugi Bersih Susut, Blibli Kejar Profitabilitas di 2024

PT Global Digital Niaga Tbk (IDX: BELI) mencatat penyusutan rugi bersih menjadi Rp3,6 triliun pada 2023 dari posisi rugi bersih tahun sebelumnya yang sempat bengkak sebesar Rp5,5 triliun. EBITDA perseroan juga tercatat menyusut 30% menjadi minus Rp3,3 triliun.

Pendapatan bersih Blibli turun 4% (YoY) menjadi Rp14,7 triliun yang disebabkan oleh strategi perseroan mengoptimalkan bauran Total Processing Value (TPV) di sepanjang 2023. Optimalisasi ini lewat fokus pada pemilihan produk yang lebih menguntungkan di seluruh kategori pada segmen Ritel 1P. Sementara, segmen Ritel 3P didorong utamanya oleh kinerja OTA.

Namun, rata-rata nilai pesanan (average order value) meningkat 39% menjadi Rp1,5 juta pada 2023. Nilai belanja per pengguna pada segmen Institusi juga naik menjadi Rp11,7 juta, dan belanja per klien institusi naik menjadi Rp64,4 juta pada 2023.

“Sepanjang 2023, kami fokus pada peningkatan kinerja profitabilitas. Hal ini dilakukan dengan merasionalisasikan baruan kategori produk kami pada segmen Ritel 1P dan menyesuaikan biaya pada marketplace. Ini mendorong perolehan laba bruto dan margin bruto yang lebih sehat,” ujar CFO Blibli Ronald Winardi dalam keterangan resminya.

  • Segmen Ritel 1P (marketplace B2C) mencatat penurunan TPV sebesar 26% (YoY) menjadi Rp7,3 triliun dan pendapatan sekitar 28% (YoY) menjadi Rp6,3 triliun; laba bruto naik 42% (YoY) menjadi Rp517 miliar.
  • Segmen Ritel 3P (pihak ketiga lewat marketplace dan OTA) mencatat kenaikan TPV sebesar 35% (YoY) menjadi Rp49 triliun dan pendapatan bersih 466% (YoY) menjadi Rp1,1 triliun. Laba bruto juga naik 51% (YoY) menjadi Rp1,9 triliun.
  • Segmen Institusi (B2B dan B2G) membukukan TPV Rp10 triliun atau turun 4% (YoY), pendapatan bersih naik 15% (YoY) menjadi Rp3 triliun, dan laba bruto melesat 114% menjadi Rp279 miliar.
  • Toko Fisik mengantongi TPV Rp4,7 triliun atau tumbuh 20%, diikuti pendapatan bersih naik 18% (YoY) menjadi Rp4,1 triliun, dan laba bruto naik 18% menjadi Rp914 miliar.

Per 31 Desember 2023, Blibli memiliki posisi kas dan setara kas sebesar Rp1,8 triliun, turun dari posisi tahun sebelumnya yang sebesar Rp3 triliun.

Strategi profitabilitas

Strategi efisiensi jadi fokus utama Blibli tahun lalu dengan memanfaatkan otomatisasi dan teknologi dalam menyederhanakan proses operasional. Perseroan menyebut terus mendorong strategi tersebut, terutama pemangkasan biaya periklanan dan pemasaran untuk menekan kerugian lebih lanjut. Blibli mengestimasi tren kinerja positif akan berlanjut pada 2024.

“Berkaca pada tahun 2023, agenda strategis kami bersifat komprehensif, menyasar perluasan ragam produk, layanan bernilai tambah, kemajuan teknologi, dan sinergi ekosistem,” tutur Co-Founder dan CEO Kusumo Martanto.

Blibli juga akan memperluas toko fisik lewat kemitraan dengan pemilik merek global dan memperkuat program loyalitas omnichannel yang terintegrasi di ekosistem layanannya. Perseroan juga tengah membangun gudang baru di Marunda, Jawa Barat, dalam rangka memperluas jaringan fulfillment dan infrastruktur logistik tahun ini.

Gudang ini ditargetkan beroperasi secara bertahap pada tahun ini, dan akan melengkapi total 15 gudang yang dimiliki Bliblib saat ini dengan total akumulasi luas 130 ribu meter persegi.

Di sepanjang 2023, Blibli telah menambah sebanyak 40 toko elektronik untuk mendorong strategi omnichannel perseroan. Per akhir 2023, perseroan telah mengoperasikan 166 toko elektronik konsumen; terdiri dari 87 toko merek-tunggal, 79 toko multi-merek, dan 65 gerai supermarket premium yang dijalankan oleh Ranch Market.

Sebagai informasi, sejumlah perusahaan teknologi masih mencatatkan kinerja merah tahun lalu. di tengah upaya mereka efisiensi habis-habisan demi mengejar profitabilitas. Kompetitornya, Bukalapak mengalami rugi bersih sebesar Rp1,36 triliun, sedangkan rugi bersih Grup GoTo bengkak hingga Rp90 triliun pada kinerjanya di sepanjang 2023.

Application Information Will Show Up Here

Blibli Alami Rugi Bersih Rp878 Miliar di Kuartal Pertama 2023

PT Global Digital Niaga Tbk (IDX: BELI) atau Blibli baru saja merilis hasil kinerja keuangan periode kuartal pertama tahun 2023. Blibli mengalami kerugian bersih sebesar Rp878 miliar, tetapi menyusut 17,8% dari Rp1,06 triliun di kuartal I 2022. Perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 20,88% menjadi Rp3,82 triliun dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp3,16 triliun.

Total Processing Value (TPV) tumbuh sebesar 78% menjadi Rp17.915 miliar pada kuartal 1 2023 dari Rp10.053 miliar pada kuartal 1 2022. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan kinerja di sebagian besar segmen bisnis, terutama dengan pemulihan bisnis perjalanan daring di Indonesia dan permintaan dari kategori produk digital & lainnya. Keduanya berdampak positif pada TPV Ritel 3P, yang bertumbuh sebesar 136% pada kuartal 1 2023.

Pertumbuhan TPV dan pendapatan neto perseroan juga didukung oleh pertumbuhan secara organik, terlihat dari kenaikan jumlah transacting users dari 1,6 juta pengguna menjadi 1,9 juta pengguna. Average Order Value (AOV) juga naik sebesar 95% menjadi Rp1.643.425 pada kuartal I 2023 dari periode sama tahun lalu yang sekitarRp842.245.

Selain itu, Blibli juga mencatat peningkatan kualitas pengguna tercermin dari kenaikan jumlah belanja per pengguna di bisnis ritel dan institusi, masing-masing sebesar 71% dan 7% pada kuartal I 2023 (YoY). Hal ini membuat Perseroan mencatatkan marjin laba bruto konsolidasi yang lebih baik dari 9,5% menjadi 15,1% di periode tersebut.

Pertumbuhan positif ini dapat dikaitkan dengan fokus perusahaan pada pengalaman pelanggan, inovasi, dan kemitraan dengan bisnis lokal. Terlepas dari tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19, Blibli berupaya untuk terus berkembang dan memperluas bisnisnya. Perusahaan mengklaim mampu beradaptasi dengan kondisi saat ini, memanfaatkan kemampuan teknologi dan logistiknya untuk memenuhi perubahan kebutuhan pelanggannya.

Aset perseroan sampai dengan 31 Maret 2023 tercatat sebesar Rp13,88 triliun, turun dibandingkantahun lalu sebesar Rp14,08 triliun. Liabilitas naik menjadi Rp4,28 triliun dari Rp 3,59 triliun pada akhir tahun lalu. sedangkan ekuitas hingga 31 Maret 2023 susut menjadi Rp9,6 triliun dari Rp10,48 triliun per Desember 2022.

Fokus bisnis 2023

Pada tahun 2022, strategi omnichannel dan gaya hidup terintegrasi dijalankan dengan memperkuat sinergi bisnis pada tiga platform utama, yakni Blibli, tiket.com, dan Ranch Market. Penguatan kemitraan dengan brand principal juga terus dilakukan, termasuk dengan global leading brands, seperti Apple dan Samsung. Selain itu, Blibli juga terus berinvestasi pada sektor B2B untuk memperkuat kepemimpinan di segmen institusi.

Pada akhir 2022, Blibli telah mengembangkan infrastruktur logistik dan rantai pasoknya melalui 15 warehouse di lebih dari 30 pusat distribusi, dan didukung layanan 1PL serta bekerja sama dengan lebih dari 20 mitra 3PL, sehingga saat ini Perseroan mampu mengirimkan produk kepada konsumen akhir dengan layanan pengiriman 2-Jam Sampai (2-hour delivery) untuk lebih dari 300.000 SKUs ke lebih dari 40 kota di seluruh Indonesia.

Tahun 2023 ini, perseroan akan berfokus untuk mengembangkan dan memperkuat berbagai sinergi potensial di dalam ekosistem untuk mendorong penjualan silang (cross-selling) antar platform, serta memperkuat strategi omnichannel melalui ekspansi toko-toko fisik yang lebih luas lagi.

“Meskipun tidak kebal terhadap iklim pasar di mana bisnis kami beroperasi, kami memulai tahun 2023 dengan optimisme untuk dapat mengatasi semua tantangan di depan dan memiliki keyakinan penuh dalam mencapai pertumbuhan yang lebih baik secara berkelanjutan, dan pada akhirnya membawa kami lebih dekat ke profitabilitas,” kata Co-Founder dan CEO Blibli Kusumo Martanto dalam keterangan resminya.

Resmi IPO, Blibli Andalkan Omnichannel untuk Kejar Profitabilitas

PT Global Digital Niaga Tbk (IDX: BELI) mengungkapkan strategi omnichannel bersama ketiga unit bisnis, e-commerce, online travel, dan e-grocery, akan membantu perlancar langkah perseroan menuju profitabilitas. Terlebih, ketiganya masih punya prospek yang positif ke depannya.

Dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan pada hari ini (8/11), CFO Blibli Hendry menyampaikan, meski ia tidak bisa merinci secara spesifik, tetapi ia bilang ambisi perseroan untuk masuk ke strategi omnichannel sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu, dan proses pembangunan ekosistemnya sudah kelar. Sejak itu, perseroan bisa melakukan efisiensi terhadap EBITDA yang terlihat dari kinerja di paruh pertama tahun ini.

“Indikasi tersebut kami optimistis, paving block untuk strategi omnichannel sudah selesai akhir tahun lalu. Tapi sudah terlihat impact-nya [dari EBITDA] di semester I ini,” ucap dia.

Mengenai efisiensi terhadap EBITDA, mengacu pada laporan kinerja perseroan, sejak 2019 hingga paruh pertama tahun ini, perseroan telah melakukan efektivitas pemasaran. Rasio biaya pemasaran terhadap TPV (Total Processing Value) turun dari 6% di 2019 menjadi 3,6% pada semester I 2022.

Efisiensi juga dilakukan pada potongan harga atau diskon promosi. Di 2019, rasio diskon Blibli terhadap TPV sebesar 7,1%, kemudian turun menjadi 2,3% di semester I 2022. “Maka margin EBITDA menunjukkan margin positif. Pada semester I 2022, margin EBITDA Blibli menunjukkan perbaikan sebesar 140 basis poin.”

Blibli punya empat segmen dalam pembagian TPV. Pertama, 1P retail, yakni Blibli menawarkan produk sendiri, sehingga Blibli punya kontrol penuh atas harga dan margin. Kedua, 3P retail, yakni Blibli menjalin kerja sama dengan brand prisipal dan menjual ke pihak ketiga dalam menawarkan produk.

Dalam segmen itu, sekitar 50% berasal dari perjalanan gaya hidup dan perjalanan, sumber bisnis utama Tiket.com. Lalu berikutnya, institusi dan gerai fisik. Segmen gerai fisik ini baru dimulai pada Maret 2021 dengan membuka toko fisik dan dilanjutkan dengan akuisisi Ranch Market.

Dari keempat segmen ini Blibli mencatatkan pertumbuhan TPV sebesar 45% sepanjang 2021 dengan total Rp32,4 triliun. Sementara itu, pada semester I 2022, TPV tercatat sebesar Rp24,13 triliun atau naik 89,29% (YoY) dari Rp12,75 triliun di semester I 2021.

Prospek dari keempat segmen tersebut, menurut Hendry, masih besar dan terus menunjukkan tren positif. Untuk bisnis perjalanan saja misalnya, tercatat mulai rebound dan diprediksi tren ini bakal terus terjaga ke depannya. Begitu pula untuk bisnis e-grocery, dengan kontribusi terhadap total belanja ritel nasional yang masih minim, masih besar ruang bertumbuhnya. Belum lagi, di bisnis ini punya take rate yang besar untuk menyokong pertumbuhan margin double digit.

“Dari sinergi dengan tiga perusahaan [Blibli, Tiket, Ranch Market] dengan menjalankan omnichannel, efisiensinya akan jauh lebih besar. Dari yang awalnya akuisisi konsumen dilakukan sendiri-sendiri sekarang bisa dilakukan bersama. Maka kami percaya dengan potensi profitablitas BELI ke depannya.”

Jadi perusahaan terbuka

Di saat yang bersamaan, pada pagi tadi Blibli resmi tercatat di papan utama perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham BELI. Harga perdana yang ditawarkan mendekati batas atas rentang harga penawaran pada Rp450 per saham.

Dana yang berhasil raup dari hajatan tersebut adalah sekitar Rp8 triliun dengan valuasi Rp53,3 triliun. Dipaparkan bahwa penawaran umum saham perdana inni mendapat dukungan dan minat dari berbagai investor domestik dan internasional, yang terdiri dari sovereign wealth funds, long-only funds, multi-strategy funds, private wealth management, dan lainnya.

Diklaim antusiasme investor mencatatkan tingkat kelebihan permintaan hingga 4,4 kali lipat pada penjatahan terpusat (pooling portion), sehingga menyebabkan peningkatan jumlah alokasi dari 2,5% menjadi 5% dari keseluruhan jumlah penawaran.

Co-founder dan CEO Blibli Kusumo Martanto menyampaikan Blibli merupakan satu-satunya internet-unicorn di kawasan Asia Pasifik yang melantai di pasar modal sejak Mei 2022 dan terbesar kedua di Asia Pasifik yang melakukan IPO sepanjang 2022.

“Ini juga merupakan IPO terbesar kedua sepanjang tahun 2022 dan IPO terbesar kelima sepanjang sejarah di Indonesia. Kami berhasil menyelesaikan IPO di tengah kondisi pasar saham yang bergejolak dan aksi jual yang luas di sektor teknologi,” kata Kusumo.

Dana bersih yang diperoleh perseroan akan digunakan untuk pelunasan utang serta untuk modal kerja. Dalam IPO Blibli, Credit Suisse (Singapore) Limited dan Morgan Stanley Asia (Singapore) Pte bertindak sebagai Joint Global Coordinators (JGC), sedangkan PT BCA Sekuritas dan PT BRI Danareksa Sekuritas bertindak sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek (Joint Lead Underwriters/JLU).

PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia, dan PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia bersama dengan sindikasi lainnnya bertindak sebagai Penjamin Emisi Efek.

Bedah Kinerja Blibli Sebelum Resmi IPO

Blibli (PT Global Digital Niaga Tbk) menjadi startup teknologi berikutnya yang melangsungkan IPO di Indonesia. Saat ini proses penawaran awal sudah mulai dibuka hingga 24 Oktober 2022, sebelum akhirnya tercatat resmi di BEI pada 7 November 2022 dengan ticker “BELI”.

Berdasarkan prospektus, Blibli akan melepas sebanyak 17,77 miliar saham, setara dengan 15% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan. Adapun harga penawaran untuk setiap lembar saham adalah Rp410-Rp460. Dari pelaksanaan ini, Blibli berpotensi menggalang dana segar sebanyak Rp7,28 triliun hingga Rp8,17 triliun.

Sebagian besar dana hasil IPO akan digunakan untuk membayar utang perusahaan, sebanyak Rp5,5 triliun akan digunakan oleh perseroan untuk pembayaran seluruh saldo utang fasilitas perbankan. Lalu sisanya digunakan oleh perseroan dan entitas anak sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha utama dan pengembangan.

Dalam waktu yang bersamaan, perusahaan juga melaksanakan program Management and Employee Stock Option Plan (MESOP) dengan mengalokasikan 3,6 miliar lembar saham. Jumlah ini setara dengan 2,99% saham dari modal ditempatkan dan disetor yang dimiliki perusahaan.

Dengan pelaksanaan IPO, komposisi kepemilikan saham Blibli akan berubah. PT Global Investama Andalan menjadi 83,8%, masyarakat 15%, dan sebanyak 1,2% sisanya akan dimiliki oleh individu, terdiri dari Kusumo Martanto, Honky Harjo, Lisa Widodo, Hendry, dan Andy Utomo.

Kinerja keuangan

Ekuitas Blibli setelah IPO dengan memperhitungkan program ESA (Employee Stock Allocation) dan MESOP, akan mencapai Rp30,5 triliun atau kira-kira $2 miliar. Sebagai perbandingan, saat ini kapitalisasi pasar BUKA Rp25 triliun ($1,6 miliar), sementara GOTO di angka Rp244 triliun ($15 miliar).

Sektor teknologi merupakan salah sektor yang paling terdampak secara global sepanjang tahun ini, seiring dengan pelemahan ekonomi. Bursa Efek Indonesia sendiri, sebagai benchmark, memberikan performa positif 3,5% dari awal tahun.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, per tanggal 30 Juni 2022, Blibli memiliki aset senilai Rp16,8 triliun, terdiri dari aset lancar sebesar Rp5,38 triliun dan tidak lancar senilai Rp11,48 triliun. Angka tersebut turun 18,7% secara year-to-date dari Rp18,3 triliun di 2021.

Berikutnya, mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp6,7, naik sekitar 123% secara year-on-year dari sebelumnya Rp2,9 triliun. Meski begitu, Blibli masih menderita kerugian periode berjalan senilai Rp2,5 triliun, naik hingga 123,5% dari periode sebelumnya Rp1,11 triliun. Kondisi tersebut mencerminkan pertumbuhan rugi EBITDA yang naik sebesar 65,3% dari Rp1,3 triliun menjadi Rp2,29 triliun.

Perusahaan juga menyampaikan indikator kinerja lainnya berdasarkan Total
Processing Value (TPV), Gross Profit Before Discount (GPBD), Yearly Transacting Users (YTU), Take Rate, Monthly Active Consumers (MAU), dan Average Order Value (AOV).

Kontributor bisnis terbesar Blibli bila berdasarkan TPV datang dari bisnis Ritel 3P sebesar Rp5,6 triliun per Maret 2022. Lalu disusul Ritel 1P sebesar Rp2,12 triliun, Institusi Rp1,36 triliun, dan Toko Fisik Rp937 miliar. Bila ditotal, TPV yang berhasil dicetak sebesar Rp10 triliun, naik 94,5% secara year-on-year dari sebelumnya Rp5,14 triliun.

Tapi berdasarkan Take Rate, kontribusi Toko Fisik lebih besar yakni 19,8%. Sementara, dari Ritel 1P hanya 5%, Ritel 3P 4%, dan Institusi 1%. Dalam prospektus, perseroan meyakini segmen Ritel 1P dapat meningkatkan Take Rate jangka panjang perseroan. Sementara itu, untuk waktu dekat dan menengah, penambahan segmen Toko Fisik pada 2021 telah memberikan TPV tambahan bagi perseroan yang memperoleh manfaat dari Take Rate yang kuat.

Take Rate bisa diartikan sebagai komisi yang diambil perusahaan dari nilai transaksi yang terjadi. Artinya, semakin tinggi persentase Take Rate akan semakin bagus buat perusahaan karena semakin sustain.

Secara pengertian, Ritel 1P menawarkan serangkaian produk dan jasa pihak pertama (“1P”) yang dibeli secara grosir dan dijual secara ritel kepada konsumen. Kalau, 3P menaungi pihak ketiga independen (“3P”) yang menjual produk dan jasa yang ditawarkan secara langsung kepada konsumen (segmen “Ritel 3P”), baik melalui Blibli maupun tiket.com.

Adapun untuk total MAU perseroan tercatat meningkat dari 32,5 juta pengguna menjadi 45,7 juta pengguna. Sementara AOV gabungan meningkat dari Rp622.603 menjadi Rp842.845. Perseroan menyampaikan peningkatan AOV dan MAU ini disebabkan meningkatnya permintaan atas produk-produk gaya hidup dan perjalanan seiring pencabutan secara bertahap atas pembatasan terkait pandemi, serta peningkatan kegiatan pemasaran.

Prospektus Blibli

Prospek BELI

Dalam prospeknya, perseroan memperkirakan biaya dan beban akan tetap meningkat dalam secara absolut namun lebih rendah dalam hal persentase terhadap TPV seiring dengan pertumbuhan usaha dan upayanya untuk menarik lebih banyak pelanggan dalam kelompok konsumen dan institusi ke platform Perseroan.

Dengan meyakini bahwa model bisnis perseroan, termasuk infrastruktur pemenuhan pesanan yang berkonsentrasi pada wilayah perkotaan padat penduduk, memberikan perseroan keunggulan operasional yang signifikan dan memungkinkan untuk mewujudkan penghematan biaya secara struktural.

“Seiring dengan pertumbuhan skala usahanya, perseroan meyakini bahwa melalui kenaikan skala tersebut, ditambah dampak jaringan yang dimiliki, perseroan akan mampu meraih manfaat dari skala ekonomis yang semakin meningkat secara substansial.”

Kendati begitu, perseroan mengakui kerugian yang tercetak ini disebabkan oleh investasi-investasi kegiatan perseroan yang berhubungan dengan perseroan. Namun, perseroan tetap akan mengambil tindakan dan melakukan investasi yang tidak menghasilkan kinerja keuangan jangka pendek yang optimal.

“Dan bahkan menyebabkan kenaikan rugi operasi dalam jangka pendek, tanpa ada jaminan bahwa perseroan pada akhirnya akan mencapai profitabilitas atau manfaat jangka panjang yang diharapkan.”

Secara target pasar, baik Blibli, tiket, dan Ranch Market, menyasar pasar besar yang saling terkait. Menurut Frost & Sullivan, di segmen e-commerce, punya Total Addressable Market (TAM) sebesar $150 miliar di 2025 dengan CAGR 19% dari 2020 hingga 2025. Adapun di OTA, TAM-nya sebesar $41 miliar dengan CAGR 28%. Terakhir, segmen grocery dengan TAM sebesar $245 miliar dengan CAGR 6%.

“Perseroan melayani TAM gabungan sebesar $255 miliar di tahun 2020, yang diproyeksikan bertumbuh pada CAGR 11% menjadi $436 miliar pada tahun 2025 secara kolektif berdasarkan Frost & Sullivan dan Euromonitor.”

Prospektus Blibli
Prospektus Blibli
Application Information Will Show Up Here

Blibli and BCA to Launch “Co-Brand” Credit Card

Blibli and BCA launched the BCA Blibli Mastercard co-branded credit card to increase online shopping transactions on e-commerce platforms. The whole process is run through the Blibli app via the “KK BCA Blibli” thumbnail icon.

BCA’s Director, Santoso explained that the pandemic has changed consumers’ daily shopping habits to digital platforms. It will continue during the post-pandemic, and bank should anticipate this to remain relevant.

“Prior to this co-brand, we already have a collaboration with Blibli and the progress is always showing improvement. Blibli meets various consumer needs, we also see BlibliMart’s progress showing a significant improvement. We want to be present in various consumer needs,” he said during a virtual press conference, Monday (11/10).

Blibli’s Co-founder & CEO, Kusumo Martanto added, “This is the first collaboration in the Indonesian e-commerce sector to utilize Mastercard Sonic technology to ensure quality security and transaction convenience. “At the same time strengthening the synergy between BCA and Blibli in presenting innovative solutions,” he said.

The BCA Blibli Mastercard Credit Card targets Blibli users who are familiar with digital shopping. The submission process is completely online in the Blibli application through the “KK BCA Blibli” thumbnail icon. If you already a BCA debit customer and have BCA credit card, it is enough for the customer to provide the previous credit card number, to be directly sent to your home address or contact the BCA call center.

If you already a debit customer but don’t have a credit card, the customer needs to prepare personal data, including ID card, NPWP, selfie photo, and signature. “We make sure the process is seamless as we target consumers who shop at Blibli and used to shopping online,” BCA’s EVP, I Ketut Alam Wangsawijaya added.

As an added value, this co-branded credit card offers various forms of bonuses when shopping at Blibli. Among them, customers will automatically receive a welcome bonus of up to Rp650 thousand, free annual fee for the first year, cashback for every transaction inside and outside the Blibli application in the form of a Blipay balance.

“Blipay does not have an expiry date, therefore, once consumers want to shop at Blibli they can use Blipay balance. It can be a value for consumers because there are various discounts and multiple cashbacks. Although this is not the first time, we still want to provide the best,” Ketut said.

Previously, BCA’s digital bank unit “blu” had established a strategic partnership with Blibli. In its early day, this collaboration allows Blibli users to open blu accounts, e-commerce payments, and transact via in-app payments.

Facilitate credit card ownership

Ketut continued, the credit card business has slowed down since the pandemic. However, his team is optimistic for indicators of recovery, marked by the tourism sector which sttarted to reviving. This sector is the largest contributor to transactions in the credit card business.

“BCA credit card transaction value per September 2021 is to reach Rp42 trillion. This is a positive tren after the second wave of Covid-19 in July because some offline stores were closed until August.”

Bank Indonesia recorded a credit card transaction volume of 157.01 million times as of July 2021. Year on year (yoy) this number decreased compared to the same position last year of 164.95 million times. Likewise, in terms of number, it is down 7.81% yoy from Rp144.84 trillion to Rp133.52 trillion.

Before Blibli and BCA, there have been several similar collaborations between banking and digital platforms to boost online transactions. Among them, Shopee with Bank Mandiri, also Traveloka with Bank Mandiri and BRI.

Banks are getting interested to online platforms as they generate high traffic and transactions. Shopee, for example, according to iPrice, is a marketplace platform with the highest average visits of up to 90 million times last year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Blibli dan BCA Rilis Kartu Kredit “Co-Brand”

Blibli dan BCA mengumumkan peluncuran kartu kredit co-brand Kartu Kredit BCA Blibli Mastercard, guna meningkatkan transaksi belanja online di platform e-commerce. Seluruh proses pengajuan dilakukan melalui aplikasi Blibli melalui ikon thumbnail “KK BCA Blibli”.

Direktur BCA Santoso menjelaskan pandemi membuat kebiasaan belanja sehari-hari konsumen berubah ke platform digital. Kebiasaan tersebut akan berlanjut ketika post pandemi, dan perlu diantisipasi oleh bank agar tetap relevan dengan kondisi.

“Sebelum kerja sama co-brand ini, sudah ada kerja sama kami dengan Blibli dan progresnya selalu menunjukkan peningkatan. Blibli memenuhi berbagai kebutuhan konsumen, kami juga melihat progres BlibliMart menunjukkan peningkatan yang signifikan. Kami ingin hadir di berbagai kebutuhan konsumen,” katanya saat konferensi pers virtual, Senin (11/10).

Co-founder & CEO Blibli Kusumo Martanto menambahkan, kolaborasi ini adalah yang pertama di sektor e-commerce Indonesia yang memanfaatkan teknologi Mastercard Sonic untuk memastikan kualitas keamanan, serta kenyamanan transaksi. “Sekaligus memperkuat sinergi antara BCA dan Blibli dalam menghadirkan solusi yang inovatif,” katanya.

Kartu Kredit BCA Blibli Mastercard menyasar para pengguna Blibli yang terbiasa dengan belanja digital. Proses pengajuannya sepenuhnya secara online di aplikasi Blibli melalui ikon thumbnail “KK BCA Blibli”. Bila sudah menjadi nasabah debit BCA dan sudah memiliki kartu kredit BCA, maka nasabah cukup memberi tahu nomor kartu kredit sebelumnya agar dapat segera dikirim ke alamat rumah atau menghubungi call center BCA.

Bila sudah menjadi nasabah debit, namun belum memiliki kartu kredit, nasabah perlu menyiapkan data diri, di antaranya, KTP, NPWP, foto selfie, dan tanda tangan. “Kita pastikan prosesnya seamless karena kami menargetkan konsumen yang belanja di Blibli yang terbiasa belanja online,” tambah EVP BCA I Ketut Alam Wangsawijaya.

Sebagai nilai lebih, kartu kredit co-brand ini menawarkan berbagai bentuk bonus saat berbelanja di Blibli. Di antaranya, nasabah akan otomatis mendapat welcome bonus hingga Rp650 ribu, bebas annual fee untuk tahun pertama, cashback untuk setiap transaksi di aplikasi Blibli maupun di luar aplikasi dalam bentuk saldo Blipay.

“Blipay ini tidak ada expiry date-nya, sehingga suatu saat konsumen mau belanja di Blibli bisa memanfaatkan saldo Blipay-nya. Ini bisa menjadi value buat konsumen karena ada berbagai diskon dan cashback berlipat. Meski ini bukan yang pertama, kami ingin yang terbaik,” kata Ketut.

Sebelumnya unit bank digital BCA “blu” juga telah menjalin kemitraan strategis dengan Blibli. Di tahap awalnya, kerja sama tersebut memungkinkan pengguna Blibli melakukan pembukaan rekening blu, pembayaran e-commerce, hingga bertransaksi lewat in-app payment.

Permudah kepemilikan kartu kredit

Ketut melanjutkan, bisnis kartu kredit ikut melesu semenjak pandemi. Namun pihaknya optimis sudah terlihat indikator pemulihan, ditandai dengan sektor pariwisata yang kembali menggeliat. Sektor ini termasuk penyumbang terbesar transaksi di bisnis kartu kredit.

“Nilai transaksi kartu kredit BCA sampai September 2021 mencapai Rp42 triliun. Ini sangat positif, bila kita lihat trennya setelah second wave Covid-19 di Juli karena beberapa toko offline sempat tutup hingga Agustus.”

Bank Indonesia mencatatkan volume transaksi kartu kredit sebesar 157,01 juta kali per Juli 2021. Secara year on year (yoy) angka tersebut turun dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebanyak 164,95 juta kali. Begitu pun secara nominal, turun 7,81% yoy dari Rp144,84 triliun menjadi Rp133,52 triliun.

Sebelum Blibli dan BCA, sebelumnya sudah ada beberapa kerja sama serupa antara perbankan dan platform digital untuk mendongkrak transaksi online. Di antaranya, Shopee dengan Bank Mandiri, lalu Traveloka dengan Bank Mandiri dan BRI.

Bank melirik platform online karena mereka memiliki traffic kunjungan dan transaksi yang tinggi. Shopee misalnya, menurut iPrice, adalah platform marketplace dengan rata-rata kunjungan tertinggi hingga 90 juta kali sepanjang tahun lalu.

Application Information Will Show Up Here

Kusumo Martanto dari Blibli: Inovasi Jadi Kunci Keberlangsungan Industri E-commerce

Artikel ini adalah bagian dari Seri Mastermind DailySocial yang menampilkan para inovator dan pemimpin di industri teknologi Indonesia untuk berbagi cerita dan sudut pandang.

Tidaklah mudah mendirikan perusahaan yang berkelanjutan, perusahaan yang baik dibangun dengan fondasi dan strategi yang kokoh. Kusumo Martanto membangun Blibli dari nol menggunakan pendekatan customer-centric. Selepas merayakan ulang tahun ke-10, perusahaan telah meraih pencapaian signifikan. Selain itu, beliau juga berperan sebagai COO dari GDP Venture sebagai saluran dalam menciptakan kendaraan investasi untuk lebih mengembangkan industri digital Indonesia.

Sebelum memasuki era industri teknologi, Kusumo yang akrab disapa Pak Kus telah terlatih dalam mengatasi tantangan. Mulai dari pendidikan, adaptasi terhadap budaya baru dengan kosa kata yang terbatas, serta bertahan hidup sebagai mahasiswa asing dengan tuntutan beasiswa dan pekerjaan paruh waktu. Namun, semua upayanya terbayar saat ia mendapat kesempatan untuk mengejar karir di industri teknologi.

Sebagai Co-Founder dan CEO Blibli, salah satu perusahaan e-commerce terkemuka di Indonesia, Kusumo bertujuan untuk menciptakan perusahaan yang berkelanjutan dengan membawa nilai dan dampak positif bagi masyarakat. Dalam proses mendaki puncak tertinggi, tantangan kerap muncul dan perusahaan harus siap. Ia mempercayai bahwa kunci dari industri yang dinamis ini adalah inovasi, dan kolaborasi menjadi jalur yang tepat untuk membangun keberlanjutan.

DailySocial berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Pak Kus dan mendiskusikan lebih lanjut pemikirannya tentang lanskap e-commerce Indonesia dan potensinya di masa depan.

Seperti apa masa-masa awal perjalanan Anda sebelum memasuki industri teknologi?

Menilik kebelakang, saya telah terlatih untuk mengatasi tantangan. Sejak masa sekolah saya sudah tertarik dengan ilmu teknik, yang ketika itu tidak dapat dipisahkan dari perangkat komputer dan saya tidak memilikinya saat itu. Lagipula, saya hanyalah seorang anak laki-laki dari Jawa Tengah dengan mimpi besar. Tidak pernah terpikir oleh saya untuk bisa belajar di luar negeri mengingat banyaknya biaya dan dokumen yang harus dipersiapkan, tetapi saya memiliki kemauan yang kuat. Kemudian, dengan semua sumber daya yang tersedia saat itu, saya mencoba mencari jalan ke daerah metropolitan. Untungnya, orang tua saya sangat mendukung. Dengan banyak pertimbangan serta melalui proses yang panjang, saya berhasil mendaftar dan melanjutkan studi di Iowa State University.

Perjuangan nyata terjadi dalam dua tahun pertama beradaptasi dengan negara dan budaya baru menggunakan kosakata yang terbatas. Sementara itu era sebelum internet. Saya harus merekam kelas kuliah dari waktu ke waktu dan mendengarkannya beberapa kali sebelum benar-benar bisa memahami intinya. Tahun kedua, saya mengajukan permohonan beasiswa sembari bekerja paruh waktu untuk menutupi biaya hidup, tidur 8 jam saja tidak memungkinkan. Kondisinya tidak mudah, tapi saya tidak menyerah.

Kusumo Martanto / GDP Venture

Anda berhasil lulus dari program teknik ternama di Iowa State University dan melanjutkan program Master di Institut Teknologi Georgia. Pengalaman seperti apa yang bisa Anda bagikan terkait kondisi kehidupan dan studi di luar negri mempengaruhi keahlian dan perspektif Anda hingga saat ini?

Melihat kembali ke zaman saya, banyak sekali yang berbeda dalam hal pengajaran dan pembelajaran. Di Indonesia, menghormati berarti mentaati. Di kelas, kita dapat mengajukan pertanyaan tetapi tidak untuk mempertanyakannya. Di Amerika, kami dipaksa untuk berpartisipasi, untuk berbicara. Tidak hanya berpikir kritis tetapi juga memahami konteks. Konsep itu tertanam dan telah membentuk pola pikir saya.

Apa yang membuat Anda memutuskan untuk pulang? Mengapa tidak melanjutkan mengejar karir di Amerika?

Sejujurnya, saya pernah berpikir kembali ke tanah air untuk bekerja sebelum melanjutkan gelar master. Saya melamar beberapa pekerjaan di Indonesia, tetapi juga mempersiapkan Rencana B dan mengajukan aplikasi untuk melanjutkan studi. Ketika saya tiba di Indonesia, saya sudah mendapat tawaran untuk bekerja di sebuah perusahaan. Namun, ketika sedang menetap di kampung halaman, saya mendapat surat penerimaan dari Amerika. Setelah diskusi panjang lebar dengan orang tua, saya memutuskan untuk langsung melanjutkan studi di AS.

Perjalanan saya selanjutnya mejadi bagian yang menarik dan menyenangkan. Pertama kali saya mengejar karir di industri kedirgantaraan, mengingat dulu pernah bercita-cita menjadi pilot. Saat itulah saya terpapar industri teknologi. Selanjutnya, saya pindah ke perusahaan perangkat lunak; dan itu murni tentang teknologi. Kemudian, saya bergabung dengan intel dan sampai sekarang terbawa jauh ke dalam industri ini dan menikmati setiap perjalanannya.

Setelah itu, saya mulai memikirkan orang tua di Indonesia yang semakin bertambah usia. Lagipula, merasa cukup berkontribusi untuk negara yang mengadopsi saya, mengapa tidak mencoba membuat sesuatu dan bekerja untuk tanah kelahiran. Indonesia sendiri memiliki potensi luar biasa dengan penetrasi internetnya yang terus meningkat. Hal ini benar-benar mengubah segala hal mulai dari komunikasi sampai industri yang lebih spesifik. Saya, kemudian, mengambil kesempatan tersebut.

Bagaimana sebenarnya ide awal Blibli, salah satu produk digital pertama Djarum? Seperti apa tantangan yang Anda temui dan bagaimana mengatasinya?

Secara historis, Indonesia telah menjadi pusat perdagangan selama berabad-abad, dan konsep tersebut telah mengakar dalam masyarakatnya. Negara ini memiliki potensi besar dalam banyak hal. Salah satu yang paling esensial adalah bonus demografi. Kita punya banyak anak muda di usia produktif yang siap mencurahkan energi untuk menciptakan kemakmuran di negeri ini. Apalagi sebagian besar dari orang-orang ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, juga mau beradaptasi dan mengadopsi. Ritel berkembang pesat dan menjadi amunisi besar untuk menopang perekonomian.

Saat itu pada tahun 2011, penetrasi internet Indonesia hanya 12,3% dari total populasi. Namun, angka tersebut lebih signifikan daripada populasi satu negara. Dari segi geografi, negara ini amat luas, merupakan sebuah keuntungan sekaligus tantangan untuk sektor distribusi. E-commerce menjadi sebuah ide yang amat sangat mungkin muncul dengan fakta-fakta yang telah dikemukakan sebelumnya.

Kami memulai Blibli dengan tujuan untuk menjadi e-commerce pertama yang memberikan pengalaman customer-centric terbaik bagi pembeli dan penjual. Dalam proses mendaki puncak tertinggi, kami menghadapi banyak tantangan. Berbeda dengan AS dan China dengan daratan yang luas, Indonesia memiliki lautan yang luas dalam hal distribusi. Ini adalah salah satu tantangan terbesar untuk menyediakan logistik yang hemat biaya. Selanjutnya, pembayaran menjadi batu sandungan lain di industri ini. Saat itu efisiensi perbankan belum seperti sekarang.

Semua tantangan ini memaksa kami untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan platform. Saya juga percaya bahwa untuk membuat ekosistem berfungsi, kita perlu bekerja sebagai satu kesatuan. Oleh karena itu kami juga bekolaborasi dengan mitra yang sangat terpercaya untuk melayani masyarakat dengan lebih baik. Inovasi adalah kunci industri yang dinamis dan kolaborasi menjadi jalur yang tepat untuk membangun keberlanjutan.

Inovasi apa saja yang sudah atau akan dikembangkan Blibli dalam waktu dekat?

Kami telah meluncurkan banyak inovasi sejak awal beroperasi. Bahkan, Blibli seringkali menjadi yang pertama menawarkan inovasi baru. Misalnya, pengiriman gratis dan cicilan 0% sementara yang lain masih mengenakan biaya tambahan untuk pembayaran kartu kredit. Selain itu, kami menjamin keaslian produk yang ditawarkan dalam platform. Untuk memastikan hal itu, kami hanya bekerja sama dengan mitra terpercaya. Inovasi lainnya adalah saat kami memperkenalkan fitur pre-order, bekerja sama dengan Telkomsel.

Kendati itu, kami percaya bahwa online tidak akan pernah 100% menggantikan ekosistem offline, namun untuk saling melengkapi. Oleh karena itu, tahun lalu kami meluncurkan inisiatif omnichannel untuk memenangkan pasar offline. Ada beberapa fitur termasuk Blibli in-store, Click & Collect, dan BlibliMart untuk grosir dalam rangka memperkuat strategi ini.

Di masa pandemi ini, kita juga menyadari bahwa banyak orang yang berjuang dengan pendapatan yang tidak stabil. Oleh karena itu, kami meluncurkan layanan PayLater dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar pengguna. Selain itu, UMKM menjadi salah satu sektor yang paling terdampak akibat pandemi ini. Kami menemukan salah satu pain points mereka berada pada tempat penyimpanan produk. Kami mencoba memecahkan masalah ini dengan memperkenalkan fulfillment oleh Blibli.

Yang terbaru, kolaborasi lintas industri dengan BCA Digital, menjadikan Blibli sebagai platform e-commerce pertama yang terintegrasi penuh dengan bank digital di Indonesia. Saya percaya bahwa pengembangan ekosistem digital di Indonesia dapat mencapai potensi penuh melalui kolaborasi. Oleh karena itu, kami akan terus berinovasi dan beradaptasi dengan pasar yang terus berubah dengan menjawab tantangan dengan pengalaman.

Peresmian gudang Blibli Cakung

Apakah menurut Anda status “unicorn” itu penting? Nilai esensial seperti apa yang harus dimiliki perusahaan untuk bida berkelanjutan?

Wajar jika sebuah perusahaan startup ingin meraih status atau pencapaian tertentu. Meskipun kami belum mengumumkan status apa pun secara terbuka, ukuran bisnis kami telah melampaui miliaran dolar. Dengan begitu, apakah saya bisa mengatakan bahwa kami telah mencapai status unicorn? Ya. Namun, sebagai perusahaan digital, yang sangat kami inginkan adalah menciptakan perusahaan yang berkelanjutan dengan membawa nilai dan dampak positif bagi masyarakat.

Dari segi nilai, saya pikir semua hasil yang luar biasa membutuhkan kerja keras dan ketekunan. Saya mencoba menanamkan pola pikir seperti ini pada semua anggota kami di Blibli. Bahwa kita bukan hanya sebuah perusahaan, tetapi juga bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, selalu lakukan yang terbaik untuk menciptakan dampak positif melalui teknologi dan inovasi. Selain itu, ketika sebuah bisnis telah tumbuh besar, sulit untuk tidak berpuas diri, namun kita tetap perlu menjaga agility agar tetap kuat. Selalu waspada dan bersiap dengan hal yang tak terduga.

Selaku COO dari GDP Venture, bagaimana peran Anda dalam organisasi ini, apakah Anda juga melakukan investasi pribadi?

Ketika membangun Blibli, para pemegang saham kami mempertimbangkan untuk menciptakan sarana investasi untuk lebih mengembangkan industri digital Indonesia. Semua yang telah kita diskusikan hanya akan berhasil ketika seluruh negeri mencapai kemakmuran. Oleh karena itu, saya membantu Martin Hartono mendirikan perusahaan investasi dan mengusulkan ide nama GDP Venture. Saya juga telah berinvestasi sebagai angel, dan yang terpenting, saya berkontribusi dengan pengalaman saya, termasuk sebagai penasihat.

Langkah investasi GDP Venture di tahun 2017

Setelah mengelola Blibli sekian lama dari nol hingga tahap ini, pernahkah terpikir untuk membuat sesuatu yang baru? Atau menjelajahi industri lain?

Satu hal tentang kreasi adalah Anda dapat melakukannya dalam berbagai macam cara. Seseorang dapat menjadi pendiri, investor, atau bagian dari anggota tim. Saya punya banyak ide, yang sekarang lebih banyak disalurkan ke kegiatan investasi atau mentoring. Saya memulai di industri e-commerce, dan ini baru permulaan, potensi ke depan masih sangat panjang.

Mengenai minat, saya lebih suka industri “jadul” seperti kesehatan. Di Indonesia, negara lapis pertama pun masih kesulitan mendapatkan akses ke fasilitas kesehatan yang memadai. Namun, karena saya ingin membuat sesuatu di industri yang berbeda, saya ingin itu bisa menjadi bagian dari Blibli dan grup. Ketika brainstorming untuk rencana tersebut, saya diperkenalkan dengan pendiri startup yang ingin memulai bisnis serupa. Alih-alih bersaing, kami memutuskan untuk berinvestasi di startup yang saat ini kita kenal dengan Halodoc. Saya kemudian menjadi penasihat perusahaan.

Dalam hal lain, menurut saya industri edtech cukup menarik. Di atas segalanya, semua jenis industri itu bagus. Saya, secara pribadi tertarik pada bidang yang dapat berdampak langsung pada masyarakat, seperti kesehatan dan pendidikan. Selama masih ada makhluk hidup, industri ini akan selalu dibutuhkan.

Sebagai pemimpin yang berpengalaman, apa yang dapat Anda katakan untuk para penggiat teknologi di luar sana yang ingin mulai membangun sebuah warisan?

Setiap orang memiliki bakat dan panggilan hidup masing-masing. Tidak semua orang harus menjadi pengusaha, saya sendiri masih belajar. Untuk menjadi pengusaha atau apa pun, kita tidak bisa hanya mengandalkan keterampilan atau pengetahuan. Orang perlu memiliki karakter yang solid untuk membangun sesuatu yang berkelanjutan. Dan lagi, tidak ada yang namanya kesuksesan instan, kesuksesan itu diwujudkan.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian