Harganya Bersahabat, JLab JBuds Work Adalah Headset Nirkabel Kaya Fitur untuk Pekerja Kantoran

Bukan JLab namanya kalau produk yang dijualnya tidak ramah kantong. Produk terbaru mereka adalah sebuah headset nirkabel untuk kalangan pekerja kantoran, dan lagi-lagi mereka mematok harga yang amat bersahabat: $79.

Namun jangan sesekali tertipu oleh harganya. Headset bernama JBuds Work ini tergolong kaya fitur. Yang paling mencolok, ia datang membawa koneksi Bluetooth 5, lengkap dengan dukungan multipoint pairing. Jadi dalam waktu yang bersamaan, ia dapat dihubungkan ke dua perangkat yang berbeda, semisal smartphone dan laptop, sangat berguna dalam konteks bekerja.

Fitur lain yang tak kalah menarik adalah, panggilan telepon yang masuk dapat diterima secara otomatis hanya dengan menurunkan mikrofon yang terpasang pada earcup sebelah kanannya. Selesai berbicara, lipat kembali mic-nya ke atas untuk mengakhiri panggilan telepon.

JBuds Work turut dilengkapi tombol mute pada salah satu earcup-nya, sehingga Anda tidak perlu repot-repot mengingat posisi tombol mute di berbagai aplikasi video conference. Saat mic dalam kondisi mute, sebuah indikator LED di ujungnya akan menyala dalam warna merah.

Andai diperlukan, headset ini dapat digunakan dalam mode mono dengan melepas earcup sebelah kirinya. JBuds Work tercatat memiliki bobot 170 gram, dan itu berarti bobotnya bakal lebih enteng lagi saat salah satu earcup-nya dicopot, ideal untuk pemakaian dalam durasi yang lama.

Meski ringan, baterai JBuds Work terbilang sangat awet. Dalam sekali pengisian, JLab mengklaim daya tahan hingga 60 jam nonstop. Anggap Anda bekerja selama 9 jam per hari, itu berarti headset ini tidak perlu di-charge sama sekali selama dipakai dari hari Senin sampai Jumat, termasuk ketika ada sesi-sesi lembur sekalipun.

Charging-nya sudah menggunakan USB-C. Dalam paket penjualannya, JLab turut menyertakan kabel USB ke AUX (3,5 mm) agar perangkat dapat digunakan sebagai wired headset seandainya diperlukan. Oh ya, JBuds Work punya dua pengaturan equalizer (EQ); satu untuk bekerja (menelepon), satu untuk bersantai (mendengarkan musik). Untuk berganti mode EQ, pengguna cukup mengklik dan menahan kedua tombol volume yang terdapat pada earcup.

Sekali lagi, semua itu bisa didapat dengan harga $79 saja, atau kurang lebih sekitar 1,1 jutaan rupiah. Sayang sejauh ini belum ada informasi mengenai ketersediaan JLab JBuds Work di pasar tanah air.

Sumber: Engadget.

Corsair HS80 RGB Wireless Hadirkan Dukungan Spatial Audio Baik di PC Maupun PS5

Seberapa immersive suatu sesi gaming tidak melulu bergantung pada kualitas visual yang tersaji. Tidak jarang, audio turut memegang peranan yang tak kalah penting, dan pendapat ini semakin diperkuat oleh pesatnya perkembangan teknologi spatial audio, atau yang juga dikenal dengan istilah 3D audio.

Salah satu headset gaming terbaru dengan fokus pada spatial audio datang dari Corsair. Perangkat bernama Corsair HS80 RGB Wireless ini tidak hanya datang membawa dukungan Dolby Atmos, tapi juga sepenuhnya kompatibel dengan teknologi Tempest 3D AudioTech milik PlayStation 5.

HS80 hadir bersama dongle USB yang mendukung teknologi Slipstream Wireless, dan pengguna bebas menyambungkannya ke PC, PS5, maupun PS4. Kalau Anda punya keyboard dan mouse Corsair yang juga mendukung teknologi tersebut, keduanya pun bisa disambungkan dengan menggunakan satu dongle USB yang sama. Jadi total ada tiga periferal yang dapat terhubung secara nirkabel via satu unit receiver.

Alternatifnya, jika pengguna menginginkan kualitas audio yang lebih baik lagi, mereka dapat menyambungkan HS80 ke PC via kabel USB, dan dalam posisi tersebut, perangkat jadi bisa mengolah file audio dengan resolusi maksimum 24-bit/96 kHz. HS80 mengemas driver berdiameter 50 mm, dan secara teknis respon frekuensinya berada di kisaran 20 – 30.000 Hz.

Secara desain, HS80 kelihatan mengadopsi bahasa desain yang cukup mirip seperti seri Corsair Void, tapi dengan tampilan keseluruhan yang lebih kalem dan elegan, apalagi berkat penggunaan bahan aluminium. Juga berbeda adalah bentuk headband-nya yang mengandalkan karet elastis yang menggantung demi mengurangi beban pada kepala pengguna. Aspek kenyamanannya kian disempurnakan oleh bantalan telinga memory foam yang dibalut bahan kain yang breathable.

Di bagian belakang earcup sebelah kiri, pengguna dapat menemukan tombol power sekaligus kenop untuk mengatur volume. Bagaimana dengan tombol mute mikrofon? Well, lipat saja mic-nya ke atas untuk mute, lalu kembali turunkan untuk unmute. Pada bagian ujung mic, terdapat indikator LED yang akan menyala hijau saat unmute, merah saat mute.

Dalam sekali pengecasan, Corsair mengklaim baterai milik HS80 mampu bertahan sampai 20 jam pemakaian. Di Amerika Serikat, Corsair HS80 RGB Wireless saat ini telah dipasarkan dengan banderol resmi $150.

Sumber: Corsair.

 

Bang & Olufsen Luncurkan Gaming Headset Pertamanya, Harganya Setara Xbox Series X

Apa jadinya ketika brand audiophile sekelas Bang & Olufsen memberanikan diri untuk terjun ke ranah gaming headset? Jawabannya adalah sebuah headset nirkabel bernama Beoplay Portal. Ya, ini merupakan gaming headset perdana B&O sejak perusahaan tersebut didirikan oleh Camillo Bang dan Svend Olufsen di tahun 1925.

Kalau saya tidak bilang, saya yakin Anda tidak akan menyangka bahwa perangkat ini merupakan sebuah headset yang ditujukan untuk kalangan gamer. Desainnya sama sekali tidak ada kesan gaming-nya, dan sepintas memang langsung kelihatan sama mewahnya seperti deretan headphone lain besutan B&O.

Mulai dari konstruksi berbahan aluminium sampai kulit domba asli yang membalut bantalan memory foam-nya, hampir semua bagian dari perangkat ini tampak sekaligus terkesan premium. Di saat yang sama, B&O juga tetap memperhatikan faktor kenyamanan; bagian headband-nya dilapisi kain yang terbuat dari serat bambu, dan bobot keseluruhan perangkat juga tidak lebih dari 282 gram — termasuk ringan untuk ukuran gaming headset.

Beoplay Portal dikembangkan sebagai bagian dari program “Designed for Xbox”. Itu berarti ia harus bisa disambungkan ke console Xbox secara seamless menggunakan protokol Xbox Wireless (2,4 GHz). Kalau punya adaptor Xbox Wireless, headset ini juga dapat dihubungkan secara nirkabel ke PC.

Alternatifnya, Beoplay Portal juga menawarkan konektivitas Bluetooth 5.1, lengkap dengan dukungan codec aptX Adaptive. Koneksi via kabel pun juga didukung, baik menggunakan kabel audio 3,5 mm maupun kabel USB-C. Kalau disambungkan ke PC via USB-C, otomatis baterainya juga akan terisi.

Di balik masing-masing earcup-nya, bernaung dynamic driver dengan diameter sebesar 40 mm. Headset ini juga mengunggulkan teknologi active noise cancellation (ANC) yang bersifat adaptif, tidak ketinggalan juga dukungan Dolby Atmos demi menyajikan efek suara surround secara virtual. Untuk mengoperasikan headset ini, pengguna bisa memanfaatkan perpaduan panel sentuh di sisi luar earcup beserta sejumlah tombol dan tuas.

Satu hal yang cukup unik dari Beoplay Portal adalah fitur bernama Own Voice, yang menurut B&O memungkinkan pengguna untuk mendengar suaranya sendiri dengan jelas ketika sedang berbicara. Yang mungkin terkesan agak aneh adalah fakta bahwa headset ini mengandalkan mikrofon beam-forming yang terintegrasi ketimbang boom mic.

Dalam sekali pengecasan, baterai Beoplay Portal diperkirakan bisa bertahan selama 12 jam pemakaian kalau terhubung via Xbox Wireless dan ANC-nya menyala terus. Kalau cuma terhubung via Bluetooth, daya tahan baterainya bisa dilipatgandakan menjadi 24 jam, setara dengan yang ditawarkan kebanyakan headphone noise-cancelling — kecuali bikinan B&O yang berada di kelas tersendiri soal ini.

Di Amerika Serikat, Beoplay Portal rencananya akan dijual dengan harga $499 — ya, harga yang sama persis seperti banderol Xbox Series X itu sendiri. Gaming headset mungkin tidak seharusnya semahal ini. Namun dengan desain semewah ini, ditambah lagi konektivitas Bluetooth, mungkin Beoplay Portal lebih pantas dikelompokkan sebagai headphone noise-cancelling berkonektivitas wireless yang kebetulan juga sangat kapabel untuk keperluan gaming.

Sumber: What Hi-Fi.

Imoo Luncurkan Headset Nirkabel Khusus Anak-Anak, Imoo Ear-Care

Sejak tahun 2015, Imoo cukup konsisten membangun bisnisnya di kategori smartwatch khusus anak-anak. Di tahun 2021 ini, Imoo sepertinya sudah siap untuk memperluas portofolio produknya, dimulai dari sebuah headset nirkabel yang cukup unik bernama Imoo Ear-care Headset.

Yang menarik dari Imoo Ear-care adalah desainnya. Secara teknis, ia tidak bisa disebut sebagai headphone ataupun earphone. Deskripsi yang lebih tepat untuk menggambarkan perangkat ini adalah speaker mini, sebab memang tidak ada satu pun bagiannya yang menutupi atau menyumbat telinga.

Sebagai gantinya, kedua earpiece-nya bisa diletakkan tepat di sebelah bagian telinga yang bernama tragus, dan suara pun masih akan tetap terdengar secara jelas. Di saat yang sama, anak-anak yang menggunakannya tentu tetap bisa mendengar suara-suara di sekitarnya, suatu hal yang terkesan sepele namun sebenarnya krusial jika ditinjau dari sudut pandang keselamatan.

Berhubung tidak ada bagian yang masuk ke kanal telinga, otomatis perangkat ini jauh lebih aman buat kesehatan indera pendengaran anak-anak. Imoo juga memastikan volume suara yang dihasilkan oleh sepasang driver berdiameter 16,2 mm-nya tidak bisa melebihi angka 85 desibel, sesuai dengan anjuran yang ditetapkan oleh WHO.

Secara fisik, kerangka Ear-care terbuat dari perpaduan bahan nikel dan titanium, yang kemudian dilapisi oleh karet bertekstur lembut. Bobotnya tercatat tidak lebih dari 30 gram, dan secara keseluruhan ia tahan air sekaligus debu dengan sertifikasi IP54.

Konektivitas nirkabel yang diusung adalah Bluetooth 5.0, dan Imoo pun tak lupa membekalinya dengan sensor inframerah yang dapat mendeteksi apakah perangkat sedang dikenakan atau tidak, mewujudkan fitur auto-pause sekaligus auto-play. Dalam sekali pengecasan, baterainya diyakini mampu bertahan hingga 8 jam penggunaan. Charging-nya sendiri membutuhkan waktu sekitar 1 jam.

Di Amerika Serikat, Imoo Ear-care Headset saat ini telah dijual dengan harga $59 dan satu pilihan warna saja. Semoga saja Imoo Indonesia berminat untuk membawanya ke pasar tanah air.

Sumber: GSM Arena dan Imoo.

Audeze Luncurkan Headset Gaming Wireless Baru, Kali Ini Tanpa Gimmick Head Tracking

Produsen headphone yang populer di kalangan audiophile, Audeze, kembali meluncurkan sebuah headset gaming anyar bernama Penrose. Ini merupakan headset gaming ketiga Audeze setelah Mobius di tahun 2018 dan LCD-GX di tahun 2019.

Secara fisik, Penrose kelihatan mirip seperti Mobius, akan tetapi ada satu faktor pembeda yang sangat signifikan: Penrose tidak mewarisi teknologi head tracking yang dimiliki Mobius. Sebagai gantinya, Penrose lebih berfokus menyajikan performa wireless terbaik dengan latency yang rendah.

Meski kesannya Penrose kalah canggih atau kalah inovatif dibanding Mobius, sebagian konsumen mungkin justru menilai head tracking terlalu gimmicky. Penrose sepertinya juga tidak dimaksudkan untuk menggantikan Mobius, sebab Mobius sampai sekarang masih terpampang di situs Audeze dengan banderol $399, $100 lebih mahal ketimbang Penrose.

Penrose dengan aksen biru, Penrose X dengan aksen hijau / Audeze
Penrose dengan aksen biru, Penrose X dengan aksen hijau / Audeze

Penrose hadir dalam dua varian: Penrose untuk PS4, PS5, PC dan Mac; Penrose X untuk Xbox One, Xbox Series X dan PC. Kedua varian menawarkan fitur dan spesifikasi yang sama persis, dengan perbedaan hanya pada dongle wireless 2,4 GHz-nya, serta aksen warna yang mengitari bagian earcup-nya.

Varian manapun yang konsumen pilih dipastikan kompatibel dengan Nintendo Switch, dan keduanya turut mengemas Bluetooth 5.0 yang mendukung codec SBC maupun AAC sebagai pelengkap. Istimewanya, koneksi 2,4 GHz dan Bluetooth ini bisa berjalan secara bersamaan, yang artinya pengguna bisa mendengarkan audio dari console sekaligus dari smartphone, sangat cocok buat yang rutin berbincang di Discord selama sedang bermain, atau buat yang ingin menyambi mendengarkan podcast.

Audeze Penrose

Sesuai dengan tradisi Audeze selama ini, Penrose hadir mengusung driver planar magnetic berdiameter 100 mm. Mikrofonnya berwujud fleksibel dan bisa dilepas-pasang, serta dilengkapi filter terintegrasi yang diyakini mampu mengeliminasi suara di sekitar pengguna sampai 20 dB. Secara keseluruhan, bobot Penrose tercatat di angka 320 gram.

Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa bertahan sampai sekitar 15 jam pemakaian. Charging-nya sudah mengandalkan sambungan USB-C, dan Penrose rupanya tetap bisa dipakai seperti headset biasa menggunakan kabel 3,5 mm.

Audeze Penrose rencananya akan dipasarkan pada bulan September mendatang dengan harga $299. Namun Audeze sudah membuka gerbang pre-order mulai sekarang, dan para pemesan dapat menerima potongan harga senilai $50.

Sumber: Trusted Reviews.

HyperX Cloud Flight S Lebih Praktis dari Headset Gaming Lain Berkat Wireless Charging

Headset wireless tentu lebih praktis ketimbang headset biasa. Namun terkadang yang terasa menyebalkan adalah ketika baterainya sudah hampir habis, terutama pada headset yang tidak bisa digunakan selagi sedang di-charge.

Supaya terhindar dari skenario menyebalkan itu, pengguna harus terus ingat untuk mengisi ulang headset wireless dari waktu ke waktu. Andai saja ada cara charging yang lebih praktis. Well, di sinilah wireless charging jadi terasa sangat berguna, dan ini juga yang menjadi salah satu nilai jual utama headset gaming terbaru HyperX.

HyperX Cloud Flight S

Ya, kelebihan headset bernama Cloud Flight S ini adalah dukungan Qi wireless charging. Jadi setiap kali selesai bermain, cukup letakkan headset ini di atas wireless charger, maka baterainya akan selalu dalam kondisi terisi penuh setiap kali Anda menggunakannya kembali.

Daya tahan baterainya pun jempolan; Cloud Flight S mampu beroperasi sampai 30 jam nonstop dalam sekali pengisian. Keunikan lain dari Cloud Flight S adalah empat tombol pengoperasian yang terintegrasi pada salah satu sisi luar earcup-nya, dan fungsi tiap-tiap tombolnya ini dapat diprogram sesuai kebutuhan masing-masing.

HyperX Cloud Flight S

Kompatibel dengan PC atau PS4, Cloud Flight S mengandalkan sepasang driver neodymium berdiameter 50 mm, dengan respon frekuensi 10 – 22.000 Hz. Mikrofonnya dapat dilepas-pasang, dan HyperX tak lupa menyertakan indikator LED yang menunjukkan apakah mic-nya sedang dalam posisi mute atau tidak.

Di Amerika Serikat, HyperX Cloud Flight S saat ini telah dipasarkan seharga $160. Sayang banderol tersebut rupanya belum mencakup wireless charger-nya, tapi konsumen tentu dapat memakai miliknya sendiri selama charger tersebut sesuai dengan standar Qi.

Sumber: Business Wire.

Headset Gaming Wireless Sennheiser GSP 370 Unggulkan Daya Tahan Baterai Hingga 100 Jam

Saya yakin semua setuju bahwa headset wireless jauh lebih praktis ketimbang yang berkabel. Namun sering kali kelemahannya ada pada daya tahan baterai. Jadi setelah belasan atau puluhan jam, sesi gaming terpaksa harus terinterupsi oleh sesi charging.

Kalau ketahanan baterai selama ini menjadi faktor yang membuat Anda urung membeli headset gaming wireless, mungkin penawaran terbaru dari Sennheiser berikut ini bisa membuat Anda berubah pikiran. Dinamai Sennheiser GSP 370, keunggulan utamanya terletak pada daya tahan baterainya yang diklaim mencapai angka 100 jam.

Sennheiser GSP 370

Anggap sehari Anda menghabiskan waktu sekitar 10 jam untuk bermain, maka headset ini masih bisa digunakan setelah seminggu nonstop, dan ia pun masih bisa digunakan selagi dalam posisi di-charge. Sayang sekali charging-nya masih mengandalkan kabel micro USB, meski itu tidak terlalu menjadi masalah kalau memang perangkat jarang perlu diisi ulang.

GSP 370 mengandalkan bantuan dongle USB untuk menyambung secara wireless ke PC, Mac maupun PlayStation 4. Selain irit daya, koneksinya ini juga disebut minim latency, sehingga transmisi audio yang keluar maupun masuk bisa berjalan hampir tanpa delay.

Sennheiser GSP 370

GSP 370 mengemas earcup tipe over-ear yang berukuran besar. Bantalan memory foam-nya dibalut dua jenis material yang berbeda; kulit sintetis di luar, semacam suede di dalam. Di baliknya, bernaung dynamic driver dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz.

Menyambung ke earcup sebelah kirinya adalah mikrofon unidirectional dengan respon frekuensi 100 – 6.300 Hz dan teknologi noise cancelling. Saat dibutuhkan, mic ini bisa di-mute secara instan dengan melipat lengannya ke atas. Di sisi kanan earcup, ada kenop besar untuk mengatur volume headset.

Terkait desainnya, Sennheiser bilang bahwa headband tipe split milik GSP 370 dirancang untuk mengurangi tekanan pada kepala. Juga menarik adalah engsel ball-joint yang secara otomatis memosisikan earcup agar sudutnya sesuai dengan bentuk kepala masing-masing pengguna.

Bagi yang tertarik, Sennheiser GSP 370 saat ini sudah dipasarkan seharga $200.

Sumber: SlashGear dan Business Wire.

Corsair Virtuoso Buktikan Bahwa Gaming Headset Tidak Harus Terlihat Norak

Gaming gear tidak selamanya harus kelihatan norak, apalagi dengan pencahayaan warna-warni yang sudah dianggap sebagai standar. Buktinya bisa kita lihat dari gaming headset terbaru Corsair yang bernama Virtuoso berikut ini.

Tanpa ada mikrofon yang menancap, sepintas Virtuoso kelihatan seperti headphone pada umumnya berkat konstruksi aluminium yang elegan. Kebetulan mikrofonnya memang bisa dilepas-pasang, sehingga ia juga dapat menemani keseharian pengguna di luar sesi gaming. Sayangnya ia tidak dibekali Bluetooth, yang berarti pengguna hanya punya pilihan jack 3,5 mm di luar sesi gaming.

Corsair Virtuoso

Masing-masing earcup berukuran besar itu dilengkapi bantalan memory foam yang cukup tebal, demikian pula di bagian headband-nya. Di balik earcup-nya, bernaung driver neodymium berdiameter 50 mm yang menawarkan respon frekuensi 20 – 40.000 Hz, dua kali lebih luas dibanding mayoritas gaming headset kalau kata Corsair.

Untuk mikrofonnya, selain bersifat omni-directional, ia juga mendukung respon frekuensi hingga 10.000 Hz, sekali lagi hampir dua kali lipat yang ditawarkan gaming headset wireless pada umumnya.

Corsair Virtuoso

Wireless? Ya, Virtuoso memanfaatkan dongle 2,4 GHz untuk menyambung ke PC secara wireless hingga sejauh 12 meter. Namun kalau yang dicari adalah kualitas suara terbaik, pengguna bisa memanfaatkan sambungan kabel USB untuk mendapatkan dukungan suara surround 7.1 dan kapabilitas pengolahan Hi-Res audio (24-bit/96kHz).

Satu kali pengisian baterai cukup untuk menenagai Virtuoso hingga 20 jam pemakaian. Agar lebih efisien, Corsair tak lupa menyematkan sejenis fitur auto-standby; headset akan ‘tidur’ saat Anda meletakkannya, kemudian menyala kembali secara otomatis saat Anda mengenakannya.

Bagaimana dengan sistem pencahayaan RGB yang dapat dikustomisasi? Well, di titik ini saya rasa tidak ada yang perlu dibahas. Yang perlu ditekankan adalah justru ketika suatu gaming gear datang tanpa pencahayaan RGB sama sekali.

Corsair Virtuoso SE diapit oleh dua pilihan warna Virtuoso standar / Corsair
Corsair Virtuoso SE diapit oleh dua pilihan warna Virtuoso standar / Corsair

Di samping Virtuoso, tersedia pula Virtuoso SE yang lebih unggul perihal estetika sekaligus kualitas mikrofon. Ini dikarenakan Virtuoso SE mengemas modul mikrofon 9,5 mm, yang diyakini bisa menangkap suara secara lebih baik dan lebih jernih.

Corsair Virtuoso saat ini sudah dijual seharga $180. Corsair juga menawarkan varian Virtuoso SE yang lebih unggul perihal estetika sekaligus kualitas mikrofon berkat modul berdiameter 9,5 mm. Virtuoso SE sedikit lebih mahal di angka $210.

Sumber: Corsair.

Headset Wireless SteelSeries Arctis 9X Diciptakan Khusus untuk Pengguna Xbox

Kalau ditanya apa salah satu kekurangan Xbox One dibanding PlayStation 4, mungkin mayoritas penggunanya akan bilang absennya kompatibilitas headset Bluetooth. Sebagai gantinya, Microsoft mengandalkan protokol khusus bernama Xbox Wireless, kurang lebih mirip seperti kasus Apple dan AirPlay.

Yang jadi masalah, populasi headset Xbox Wireless tergolong kecil. Beruntung SteelSeries tergerak untuk meluncurkan produk di segmen ini, yaitu Arctis 9X. Kelebihan utamanya? Apa lagi kalau bukan dukungan resmi Xbox Wireless, yang berarti pengguna Xbox dapat menyambungkannya tanpa kabel maupun dongle.

Dukungan Xbox Wireless juga berarti latency-nya dipastikan sangat rendah, yang berarti hampir tidak ada jeda antara audio yang keluar dari game dan yang terdengar di telinga. Lebih lanjut, SteelSeries juga mengklaim bahwa Arctis 9X menawarkan koneksi yang paling bisa diandalkan di antara headset Xbox Wireless lain, dan ini berdasarkan pernyataan Microsoft kepada mereka.

SteelSeries Arctis 9X

Dari segi estetika, Arctis 9X tampak tidak jauh berbeda dari headset Arctis lainnya. Desainnya simpel namun elegan (tidak norak seperti mayoritas gaming headset), dan kenyamanan yang ditawarkannya mungkin sudah bisa diwakilkan oleh bantalan telinga yang terlihat cukup tebal.

Berhubung ini adalah headphone wireless, sudah pasti ada sejumlah tombol kontrol di earcup-nya. Namun yang paling menarik adalah sebuah kenop di earcup sebelah kiri, yang berfungsi untuk mengatur volume audio yang datang dari Xbox di saat headset juga tersambung ke perangkat lain via Bluetooth.

Ya, Arctis 9X mendukung multiple input. Jadi selagi tersambung ke Xbox, ia juga bisa disambungkan ke ponsel via Bluetooth, entah untuk mendengarkan musik atau menerima panggilan telepon, semuanya sembari asyik bermain game.

SteelSeries Arctis 9X

Terkait daya tahan baterai, dalam satu kali pengisian, Arctis 9X diklaim mampu beroperasi sampai 20 jam nonstop, dan pengguna dapat memantau sisa baterainya langsung di TV. Saat baterainya habis, pengguna masih bisa memakainya dengan bantuan kabel 3,5 mm.

SteelSeries saat ini sudah memasarkan Arctis 9X seharga $200. Bukan harga yang murah, tapi cukup pantas jika mempertimbangkan semua fiturnya, serta fakta bahwa headset Xbox Wireless merupakan spesies yang langka.

Sumber: AnandTech.

HyperX Luncurkan Cloud Stinger Wireless, Gaming Headset Nirkabel untuk PC dan PS4 Seharga $100

Mencari gaming headset berkualitas dengan harga di bawah $100 bukanlah tugas yang sulit. Namun kalau kriterianya juga harus mencakup konektivitas wireless tanpa menambah budget, maka pilihannya akan jadi sangat terbatas.

Salah satu yang dapat menjadi alternatif adalah kreasi terbaru HyperX. Dijuluki Cloud Stinger Wireless, ia merupakan versi nirkabel dari Cloud Stinger yang juga masuk dalam kategori budget gaming headset. Alhasil, desainnya nyaris tidak berbeda.

Cloud Stinger Wireless datang bersama sebuah USB receiver yang harus ditancapkan ke PC, PS4 atau PS4 Pro demi mewujudkan konektivitas wireless-nya, dengan jarak paling jauh 12 meter. Dalam satu kali pengisian, baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 17 jam nonstop.

HyperX Cloud Stinger Wireless

Menariknya, kehadiran baterai rechargeable ini tak membuat perangkat jadi kelewat berat. Pada kenyataannya, bobotnya hanya berkisar 270 gram, atau 5 gram lebih ringan ketimbang versi standarnya yang tidak dibekali baterai.

Kinerja audionya mengandalkan sepasang driver berdiameter 50 mm, lengkap dengan mikrofon noise cancelling di luar yang dapat di-mute hanya dengan melipatnya ke atas. Tombol-tombol kontrolnya sendiri diposisikan pada sisi luar earcup.

Di Amerika Serikat, HyperX Cloud Stinger Wireless saat ini sudah dipasarkan seharga $100. Belum benar-benar di bawah $100, tapi setidaknya tidak lebih. Satu catatan terakhir, meski kesannya terjangkau, banderol Cloud Stinger Wireless rupanya dua kali lipat lebih mahal ketimbang saudara berkabelnya.

Sumber: Business Wire dan The Verge.