Tanpa Status DPC, ESL One Katowice 2019 Tetap Tampilkan Tim dan Talent Terbaik

Chongqing Major telah selesai dengan Team Secret yang jadi juaranya. Ini berarti Dota Pro Circuit akan kembali bergulir dengan kompetisi lainnya. Mengutip Liquidpedia Dota 2, kompetisi lanjutan DPC 18-19 adalah StarLadder Season 6, yang merupakan kompetisi Minor. Walau sebenarnya sudah ada sistem Dota Pro Circuit (DPC), antusiasme penyelenggara pihak ketiga ternyata tidak menurun walau mereka masuk golongan kurang beruntung dan tidak mendapat status Major/Minor.

1
Sumber: Intel Extreme Masters

Salah satunya penyelenggara yang cukup berani adalah ESL, yang akan gelar ESL One Katowice 2019 Februari ini. Kompetisi ini, serta kota Katowice, memang sudah sejak lama menjadi tradisi bagi ESL, sang penyelenggara kompetisi esports terbesar dan tertua. Dota 2 Major mungkin terdengar baru bagi Katowice, namun kota di negara Polandia ini sudah lama jadi saksi bisu akan munculnya jagoan-jagoan di jagat kompetitif Counter Strike: Global Offensive.

Kota Katowice sendiri merupakan salah satu kota besar di selatan negara Polandia. Kota ini juga jadi salah satu kota bersejarah bagi ESL, karena merupakan kota pilihan untuk gelaran esports terbesar mereka yaitu Intel Extreme Masters atau IEM; yang mana juga jadi gelaran CS:GO Major.

Walau ESL Katowice sudah diselenggarakan bertahun-tahun, namun Dota baru dipertandingkan di Katowice sejak tahun 2018 lalu. Tahun lalu kompetisi ini mendapat porsi Major sendiri dalam DPC, namun sayangnya porsi tersebut sepertinya diberikan kepada komunitas Dota Tiongkok pada tahun ini, lewat Chongqing Major 2019.

Tanpa kehadiran status DPC bukan berarti ESL Katowice jadi kurang greget. Terbukti para tim profesional Dota 2 yang bertanding dalam kompetisi ini tetap mereka para tim besar di jagat kompetisi Dota 2. Ada 12 tim Dota terbaik dari berbagai belahan dunia turut bertarung di ESL One Katowice dengan memperebutkan hadiah total $300.000 (sekitar Rp4,2 Miliar).

https://twitter.com/ESLDota2/status/1076160371914878977?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1076160371914878977&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.vpesports.com%2Fdota2%2Fesl-one-katowice-2019-announces-its-talent

Bukan cuma dari segi tim yang bertanding saja, baru-baru ini ESL juga telah mengumumkan para talenta berbakat yang akan mengisi dan turut meramaikan acara ini. Mereka adalah para caster, analis, host, yang akan membuat ESL One Katowice ini jadi semakin menarik.

Para talent yang mengisi acara ini adalah para bintang yang selama ini selalu menghiasi keseruan dari jagat kompetitif Dota 2, seperti Toby ‘Tobiwan’ Dawson, Alan ‘Nahaz’ Bester, Paul ‘Redeye’ Chaloner, Jorien ‘Sheever’ Van Der Heijden, dan masih banyak lagi.

https://twitter.com/ESLDota2/status/1089908459078930432?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1089908459078930432&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.vpesports.com%2Fdota2%2Fesl-one-katowice-2019-announces-its-talent

ESL One Katowice 2019 kembali hadir di Spodek Arena, Katowice, Polandia. Kompetisi ini akan berlangsung pada bulan Februari nanti, dari tanggal 22 – 24 Februari 2019.

Dukung Atlet di Penjuru Indonesia, Piala Presiden Esports 2019 Resmi Diselenggarakan!

Sudah sejak lama pengakuan dari pemerintah menjadi salah satu hal yang diimpikan oleh komunitas esports di Indonesia. Dahulu, kehadiran IeSPA mungkin bisa dibilang sebagai salah satu pengejawantahan dari hal tersebut namun kini pengakuannya bisa dibilang lebih besar dan konkret dengan Piala Presiden 2019.

Memang sejak dari tahun 2018 lalu, esports di Indonesia berkali-kali mendapat lirikan pengakuan dari pemerintah; mulai dari Asian Games, sampai Presiden Jokowi yang turut melihat potensi anak muda Indonesia di industri esports. Hari Senin 28 Januari 2019 jadi hari bersejarah dalam perkembangan esports Indonesia dengan peresmian Piala Presiden 2019 sebagai kompetisi esports yang diselenggarakan oleh Pemerintah RI bersama dengan IESPL.

Sumber: Kincir
Sumber: Kincir

Kompetisi ini terselenggara tepatnya berkat kerjasama dari berbagai elemen kenegaraan, mulai dari Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Kementrian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA), Kantor Staf Presiden (KSP), Kementrian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan elemen industri esports Indonesia yaitu Indonesia Esports Premiere League (IESPL) dan RevivalTV. Selain itu, Piala Presiden 2019 ini juga disponsori oleh Sakuku (BCA) dan Blibli.

Piala Presiden Esports 2019 ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mewadahi bakat para gamers dari berbagai penjuru Indonesia. Maka dari itu untuk kualifikasi regional, sudah ada delapan wilayah yang jadi tuan rumah Piala Presiden Esports 2019. Delapan regional itu sendiri adalah Palembang, Bali, Makassar, Surabaya, Manado, Bekasi, Pontianak, dan Yogyakarta.

“Ada 50 juta orang Indonesia bermain game. Mereka sebenarnya punya bakat dan prestasi untuk memajukan esports di Indonesia. Sayang prestasi dan bakat mereka tidak terdengar di masyarakat luas”. Kata Giring Ganesha selaku Presiden IESPL dalam rilis yang dikeluarkan langsung oleh Kemenkominfo. Imam Nahrawi selaku MENPORA mengatakan “Piala Presiden Esports 2019 ini membuat para pecinta game Indonesia bisa berprestasi dan tak lagi dipandang sebelah mata”

Sumber: Instagram @pialapresidenesports
Sumber: Instagram @pialapresidenesports

Pertandingan Piala Presiden 2019 ini sendiri akan langsung dimulai pada 28 Januari 2019. Kualifikasi Regional sendiri akan dibagi menjadi offline dan online yang mempertandingkan 512 tim dari segala penjuru.

Kehadiran Piala Presiden Esports 2019 ini tentu bisa dibilang bentuk terbaik dari dukungan pemerintah terhadap esports di Indonesia. Kita selaku pegiat esports di Indonesia tentu berharap ke depannya industri ini bisa semakin mendapat dukungan dari pemerintah, baik dari segi wadah, ataupun dukungan ekosistem, agar bisa mencetak atlit-atlit terbaik, ataupun memajukan industri hiburan esports di Indonesia itu sendiri.

BOOM.ID dan Aerowolf T8 Jadi Juara Predator League 2019!

Gelaran Predator League 2019 telah selesai diselenggarakan. Kompetisi yang mempertandingkan Dota 2 dan PUBG ini akhirnya menemukan sang pemenang. BOOM.ID menjadi juara dari Dota 2 setelah mengalahkan The Prime di babak final. Lalu dari PUBG ada tim Aerowolf T8 yang jadi juara setelah 3 hari berturut-turut bermain konsisten dari 10 ronde yang dipertandingkan.

Melihat ke babak final Dota 2, BOOM.ID memang kini terlihat lebih dewasa di dalam gameplay mereka. Hal itu terasa jelas saat saya menonton pertandingan final ketika BOOM.ID hajar habis The Prime 2:0. Saya merasa bahwa hasil menempa mental di Bucharest Minor memberi dampak kepada gameplay BOOM.ID. Apa saja? Komposisi mereka kini solid, untuk dominasi permainan dari awal sampai habis. Permainan mereka juga sangat taktis dengan kesalahan yang sangat minimal serta pergerakan yang efektif dan efisien.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Sementara di sisi lain The Prime, yang baru saja kedatangan kembali InYourDream, terlihat cukup kelimpungan menghadapi BOOM.ID. Saya melihat komposisi mereka kurang solid, tak banyak memberi hero balasan untuk BOOM.ID, dan ditambah gameplay mereka yang juga terlihat masih belum menyatu dengan baik.

Alfi “Khezcute” Syahrin selaku kapten dari BOOM.ID mengakui kepada Hybrid, bahwa mereka belajar banyak sekali dari pertandingan di Bucharest Minor kemarin. Menurutnya, yang paling ia pelajari adalah soal gameplay dan strategi.

“Kalau soal mekanik sih kita nggak kalah dari tim Eropa, tapi memang yang berasa adalah soal komposisi, strat, dan gameplay. Kita merasa bahwa gameplay yang biasa kita mainkan untuk lawan tim SEA malah jadi outplay saat lawan tim Eropa” Jawab Khezcute kepada Hybrid dalam sesi konferensi pers.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Melihat ke cabang game lain yaitu PUBG, tim Aerowolf T8 yang dipimpin oleh Alex “Entruv” Prawira bermain dengan cukup konsisten selama 3 hari dalam 10 ronde pertandingan. Mereka berhasil menjadi juara setelah mengumpulkan 131 poin, sementara Victim Reality ada tepat di belakangnya dengan 101 poin sehingga berhasil amankan posisi runner-up.

Kompetisi PUBG Predator League 2019 ini bisa dibilang cukup unik daripada kebanyakan kompetisi PUBG di Indonesia. Kenapa? Salah satunya karena menggunakan peraturan baru, peraturan PUBG Korea League 2018 dengan sedikit adaptasi untuk menyesuaikan gaya main regional Eropa dan Amerika, kata Entruv. Terkait hal tersebut Entruv memberikan sedikit komentarnya, ia merasa bahwa sebenarnya perubahan rules ini tidak terlalu memberikan banyak masalah kepada para pemain.

“Kita memang jadi harus sedikit mengubah gameplay sih, tapi overall nggak terlalu gimana-gimana buat kita. Satu hal yang pasti, ini sih ngaruh banget buat penonton, karena gameplay jadi lebih seru, dari awal udah seru tembak-tembakan gara-gara sistem poin ini” Jawab Entruv. Berbeda dengan sistem perhitungan poin yang biasa ada dalam kompetisi PUBG Mobile, poin Chicken Dinner dalam pertandingan PUBG Steam di Predator League 2019 ini tidak sebegitu besarnya.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Mengutip laman resmi Predator League poin bagi tim yang mendapatkan chicken dinner di sini hanya 10 poin saja. Sementara itu para tim akan mendapatkan 1 poin dari setiap kill. Sebagai dampaknya, peraturan ini memaksa tim peserta untuk bermain lebih agresif. Kenapa? Karena poin tim yang dapat Chicken Dinner dengan permainan pasif tanpa kill, bisa dengan mudahnya disusul oleh tim yang ada di posisi kedua namun main agresif dengan kill lebih dari 4.

Kemenangan ini memberikan BOOM.ID dan Aerowolf T8 hadiah utama sebesar Rp25 Juta. Mereka juga mendapat kesempatan untuk bertanding dalam Predator League 2019 Asia Pasific (APAC) Finals yang akan diselenggarakan di Bangkok, pada 15-17 Februari 2019 mendatang. Terkait persiapan BOOM.ID dan Aerowolf T8 terbilang sama.

Kalau BOOM.ID sendiri mengatakan bahwa mereka bakal langsung latihan lagi, mengingat dalam waktu dekat juga ada kualifikasi major. Sementara Aerowolf T8 Entruv mengatakan bahwa mereka mungkin akan rehat sejenak untuk refreshing dan langsung segera latihan lagi setelah itu.

Selamat kepada para pemenang, semoga bisa membanggakan nama Indonesia di Predator League 2019 APAC Finals!

Komunitas R6 IDN Gelar Star League, Kompetisi Lokal Rasa Internasional

Tak bisa dipungkiri publisher game punya peran besar dalam perkembangan jagat kompetisi esports game tersebut. Namun dalam hal Indonesia, nyatanya tak semua publisher turut campur mengembangkan jagat esports di sini; terutama yang berasal dari barat sana.

Maka dari itu, peran komunitas mengadakan sebuah event kadang jadi penting; untuk menunjukkan antusiasme pasar. Salah satu contohnya adalah gelaran Rainbow Six Star League yang digagas oleh komunitas itu sendiri. Kompetisi ini merupakan salah satu rangkaian dari rencana panjang komunitas R6 Indonesia untuk menjaga iklim kompetitif dari para pemain Rainbow 6 di tanah air.

Seperti namanya, Rainbow Six Star League dilakukan dalam format liga round robin selama 4 bulan lamanya. Kompetisi ini sendiri sudah dimulai kualifikasinya sejak 22 Januari 2019 kemarin dan akan berlangsung sampai 6 April 2019 mendatang. Kompetisi ini dibagi ke dalam beberapa fase. Fase pertama adalah fase open qualifier, 32 tim terdaftar dibagi menjadi empat grup untuk saling bertanding sebanyak 1 kali round robin.

Sumber: Komunitas R6 IDN
Sumber: Komunitas R6 IDN

Bobby Rachmadi Putra selaku founder/leader komunitas R6IDN mengatakan bahwa Star League ini benar-benar layak disimak karena banyak pemain bertalenta yang turut serta di dalamnya. “Apalagi grup A dalam Star League yang merupakan grup neraka, yang mana enam tim di antaranya itu jago semua, dan ada tim Scrypt yang dulu sempat mewakili Indonesia pada kompetisi ESL Pro League Asia Pasific”

Setelah fase open qualifier selesai, para tim lalu dibagi menjadi tiga divisi dan memasuki fase division playday. Dua tim posisi teratas tiap grup dari open qualifier akan masuk divisi satu, posisi tiga dan empat masuk divisi dua, lalu posisi lima sampai delapan akan masuk divisi tiga. Setelah itu mulai dari 26 Februari sampai 4 April 2019 kompetisi akan kembali berjalan secara rutin setiap selasa dan kamis pukul tujuh malam pada 2 pekan pertama, lalu hari selasa, rabu, dan kamis mulai pekan ketiga sampai selesai.

Setelah fase playday selesai, fase terakhir adalah fase takedown, yang mana 2 tim teratas dari divisi dua mendapat hak untuk melawan 2 tim terbawah dari klasemen divisi satu untuk memperebutkan posisi dalam divisi satu. Nantinya delapan tim yang berada di dalam divisi satu akan mendapatkan hak untuk bertarung pada main event yang akan diadakan pada bulan Juni 2019 mendatang.

Klasemen sementara di Open Qualifier Star League. Sumber: Komunitas R6 IDN
Pembagian grup di Open Qualifier Star League. Sumber: Komunitas R6 IDN

Terkait R6 Star League, Bobby mengatakan, “kompetisi ini kami adakan untuk memberi para player R6 Indonesia semacam simulasi terhadap sistem kompetisi R6 internasional. Maka dari itu, kompetisi Star League mengadopsi sistem peraturan Pro League Internasional yang diadakan oleh Ubisoft bekerja sama dengan ESL.”

Kompetisi R6 Star League ini memang diselenggarakan dengan visi jangka panjang, agar komunitas gamers R6 di Indonesia dapat selalu menikmati serunya pertarungan panas para jagoan R6 di Indonesia. “Kami memang punya rencana untuk terus melanjutkan kompetisi ini pada setiap musimnya. Sedari awal rencana kami menyelenggarakan Star League memang untuk jangka panjang, terlihat dari alur kompetisi ini saja berjalan selama kurang lebih 4 bulan lamanya,” tambah Bobby.

Sumber: US Gamers
Sumber: US Gamers

Ternyata, walau diadakan oleh komunitas, R6 Star League juga mendapat dukungan dari Ubisoft sendiri selaku sang pengembang game. “Ubisoft selaku pengembang sangat suportif melihat geliat komunitas R6 di Indonesia. Maka pada kompetisi Star League Ubisoft memberi sokongan berupa prizepool dan juga promosi lewat official account Ubisoft. Selain prizepool mereka juga memberikan dukungan lain seperti merchandise, in-game items, yang bisa dijadikan activity seru untuk giveaway kepada para penonton nantinya.” jawab Bobby kepada Hybrid.

Ubisoft sendiri memang terlihat sedang gencar ingin memajukan game Rainbow 6. Ditambah lagi game ini juga banyak diprediksi akan menjadi esports major nantinya di masa depan, oleh Esports Observer salah satunya. Dukungan mereka terhadap komunitas Indonesia juga tidak main-main, bahkan menurut Bobby, R6 IDN adalah komunitas pertama yang diberi sokongan langsung oleh Ubisoft.

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Rainbow Six Indonesia Community

Perusahaan Minyak Shell Kerjasama Dengan Riot Untuk Liga LEC 2019

Perusahaan minyak Shell bekerja sama dengan Riot Games dalam seri kompetisi liga League of Legends di Eropa (LEC). Kerjasama Shell dengan esports ini terbilang baru, mengingat ini adalah kali pertama industri pertambangan terjun ke esports.

Sebelumnya, pemain dari brand non-endemic lainnya memang sudah lebih dulu melek esports seperti Mercedes-Benz, kripik Pringles, ataupun produk Indofood. Kerjasama antara Shell dengan Riot Games, juga menjadi unik karena Shell mendapat porsinya tersendiri dalam acara League of Legends European Championship (LEC 2019).

Sumber:
Sumber: The Esports Observer

Porsi penampilan Shell dalam LEC sendiri adalah dalam sebuah segmen replay selama pertandingan yang disebut sebagai “Baron Power Play Presented by Shell V-Power”. Cara penyajian sponsor seperti ini terbilang baru untuk jagat esports, namun bukan sesuatu yang asing di dalam dunia olahraga. Kalau kamu pernah menonton liga bola basket Amerika, NBA, kamu mungkin pernah melihat juga satu segmen tertentu (seperti replay, istirahat paruh babak, highlight momen keren) yang diisi oleh para sponsor.

Terkait kerjasama ini, mengutip press release yang diterbitkan oleh The Esports Observer mengatakan, “kerjasama ini adalah langkah pertama Shell untuk masuk ke esports dan ke cabang game besar di Eropa, League of Legends. Kami bangga bisa berkolaborasi dengan mereka dan bisa bergabung dalam perjalanan untuk menciptakan hiburan serta nilai bagi penggemar esports di Eropa”.

Tambahan lain selain tampil dalam segmen “Baron Power Play” Shell juga akan memberikan berbagai hadiah in-game kepada para penggemar League of Legends. Beberapa contohnya seperti kode skin gratis atau promosi khusus untuk penonton League of Legends dengan bahasa Jerman.

Sumber:
Sumber: The Esports Observer

Riot Games belakangan memang sedang bekerja keras untuk mengumpulkan partner untuk menyokong liga LEC. Sebelumnya mereka juga bekerja sama dengan Kia dan juga Alienware.

Nama LEC sendiri merupakan rebranding setelah sebelumnya kompetisi ini bernama EU LCS atau European League of Legends Championship Series. Liga kompetisi ini diikuti oleh berbagai nama besar di eropa seperti SK Gaming, Fnatic, G2, bahkan juga klub sepakbola Jerman, Schalke.

Pindah ke Tigers, Dendi Bermain Bersama Sang Rival, Mushi

Berita mencengangkan datang pagi hari ini dari jagat kompetitif Dota 2 Internasional. Salah satu pemain legendaris asal Ukraina, Danil “Dendi” Ishutin, secara resmi pindah ke tim Tigers. Kepindahan Dendi terbilang tidak diduga, karena selama ini Dendi hampir tidak pernah bermain Dota di jagat kompetitif Dota SEA.

Belakangan Tigers memang sedang mencari pemain. Hal ini dilakukan setelah tim yang digawangi oleh Theeban “1437” Siva ditinggal oleh dua pemain terbaiknya yaitu Lai “Ahjit” Jay Son dan pemain kebanggan Indonesia Muhammad “InYourDream” Rizky. Pengumuman berita ini sendiri datang cukup tiba-tiba, bahkan mungkin tak ada yang menduga hal ini sebelumnya.

Kehadiran Dendi ke dalam tim, melengkapi roster dari tim Tigers. Sebelum Dendi, Tigers mengumumkan kehadiran sang legenda jagat kompetisi Dota SEA ke dalam tim, Chai “Mushi” Yee Fung. Selama ini Mushi dan Dendi selalu menjadi rival dalam berbagai kompetisi Dota sejak dari zaman dahulu. Ibaratnya, Dendi menjadi jendral jagat kompetisi Dota regional CIS (Eropa Timur) sementara Mushi adalah jendral dari jagat kompetisi Dota SEA (Asia Tenggara).

Kehadiran Dendi tentu membuat Tigers makin menarik untuk disimak. Lebih menarik lagi, adalah melihat bagaimana nantinya perkembangan permainan dari satu-satunya pemain Indonesia yang tersisa di tim Tigers, Kenny “Xepher” Deo. Dengan kehadiran 3 pemain senior yang sudah banyak makan asam garam di kancah kompetisi Dota, yaitu Mushi, 1437, dan Dendi, tentunya kita berharap akan memberi banyak pengalaman berarti kepada Xepher.

Mushi-Team-Malaysia-Dota-2
Sumber: Dota Blast

Dengan ini maka lengkap sudah roster dari tim Tigers, berikut roster pemain tim Tigers setelah kehadiran Dendi.

  • David “MoonMeander” Tan
  • Kenny “Xepher” Deo
  • Chai “Mushi” Yee Fung
  • Theeban “1437” Siva
  • Danil “Dendi” Ishutin

Kalau melihat dari jajaran roster ini, kemungkinan besar Dendi akan tetap berada di dalam posisi andalannya yaitu midlaner. Hybrid memprediksi hal ini karena melihat empat pemain sisanya yang sudah punya role andalan masing-masing, MoonMeander di Off-lane, Mushi di carry, Xepher di 2nd Support, dan 1437 di Hard Support.

Setelah kepergiannya dari tim Navi, Dendi terbilang tak banyak bicara soal masa depan yang akan ia rengkuh di kancah kompetisi Dota. Ia sempat bilang bahwa ia akan istirahat dari jagat kompetisi Dota, namun beberapa kali juga ia sempat terlihat bermain bersama Vega Squadron dengan kawan-kawannya.

Dengan ia bergabung di tim Tigers, sepertinya Dendi sudah mendapatkan kembali semangat jiwa kompetisinya, dan siap untuk kembali memperebutkan Aegis of Champions di tahun 2019 ini!

Melihat Perjuangan Atlet dari Sudut Pandang Psikologi Esports

“Wah enak ya cuma main game doang bisa dapat uang” kalimat tersebut cukup sering dikatakan oleh orang awam, ketika melihat profesi gamers profesional. Maksud saya gamers profesional di sini adalah mereka yang bermain game dibayar untuk bertanding di ajang kompetitif. Jadi kata gamers profesional di sini tidak termasuk game streamer atau pun youtuber game yang tidak berprofesi sebagai atlet esports.

Masyarakat awam, atau mungkin bahkan gamer itu sendiri, sering salah kaprah mengira bekerja sebagai gamer profesional itu mudah serta menyenangkan. Padahal profesi ini seperti profesi lainnya, memiliki kesulitan dan tantangannya tersendiri. 

Hybrid sempat membahas bagaimana beratnya menjadi atlet esports yang terbaik, berikut dengan berbagai pengorbanan yang harus dilakukan oleh para atlet. Tingkat stres menjadi seorang atlet esports terbilang cukup tinggi, mengingat mereka harus bangkit melawan banyak hal; diri sendiri, tim musuh yang dihadapi, dan gempuran nyinyiran para haters.

Beberapa waktu yang lalu kita juga melihat bagaimana perjuangan BOOM.ID di Bucharest Minor berakhir di luar ekspektasi. BOOM.ID dianggap menyerah terlalu dini ketika harapan dalam pertandingan melawan TeamTeam sebenarnya masih ada. Hal ini segera mendapat perhatian dari komunitas dota internasional dan ditulis sebagai “most bizarre ending in Dota 2 History” oleh joinDOTA, salah satu laman situs komunitas Dota 2 yang diakui khalayak Dota internasional.

Ini segera menjadi santapan hangat bagi para netizen. Mereka langsung saja sekuat tenaga memberikan komentar negatif kepada salah satu tim Dota 2 Indonesia ini, yang bisa dibilang sebagai tim dengan komitmen paling tinggi. Namun apakah BOOM.ID berhak atas semua omongan buruk para haters dan juga netizen hanya karena satu momen buruk tersebut?

Menilik Kerasnya Perjuangan Atlet esports Dari Sudut Pandang Psikologi Olahraga

Sumber: today.line.me
Yohannes Paraloan Siagian saat menghadiri konferensi pers JD.ID High School League. Sumber: Line Today

Mencoba melihat dari sudut pandang lain, saya penasaran ingin melihat kasus ini dari sudut pandang psikologi. Walau psikologi esports adalah hal yang krusial dan tidak mudah, namun sayang kerap dianggap remeh. Kebanyakan orang biasanya langsung sampai pada kesimpulan bahwa seorang pro player “harusnya” punya mental yang mantap. Nyatanya, mentalitas setiap orang berbeda-beda, latihan keras bertahun-tahun tak lantas membuat mental seorang manusia jadi unbreakable.

Untuk menjawab hal tersebut Hybrid mewawancarai Yohannes Paraloan Siagian S.Psi. Sosok yang akrab disapa Joey ini terkenal di dunia esports karena jabatannya sebagai Kepala Sekolah SMA 1 PSKD, sekolah pertama di Indonesia yang memiliki program pembinaan esports. Joey bercerita bahwa dirinya sudah hampir 20 tahun menjadi praktisi di bidang psikologi olahraga. Ia punya pengalaman membina dan melatih atlet serta remaja, bahkan beberapa yang ia latih pernah mewakili Indonesia di tingkat tim nasional.

Melihat apa yang terjadi pada BOOM.ID dalam game pertama melawan TeamTeam, Joey mengatakan bahwa nyatanya kesalahan tersebut sebenarnya bukan soal BOOM.ID saja. Menurut pengamatannya pada keadaan itu, kedua tim sebenarnya melakukan kesalahan yang sama. Hanya saja BOOM.ID ketika itu kelihat lebih salah, karena mereka yang kalah gara gara keadaan tersebut. Penyebabnya? Menurut Joey hal tersebut dikarenakan mereka yang tidak sadar dengan keadaan, tidak fokus main sampai permainan benar-benar selesai.

Sumber: nytimes.com
Sumber: The New York TImes

Menurutnya keadaan tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah soal disiplin dan fokus. Untuk menjelaskan hal tersebut, Joey lalu meminjam analogi dari olahraga bola basket yang punya istilah “play to the buzzer”. Istilah ini digunakan untuk menyebut mentalitas permainan yang memaksa pemain untuk tetap fokus bermain, sampai bel babak terakhir berbunyi, tanpa perlu memikirkan hasil. Jadi, menurutnya, kasus tersebut bisa terjadi karena mentalitas itu kurang terlatih, baik di dalam tim BOOM.ID ataupun TeamTeam itu sendiri.

Lalu bagaimana dari sisi psikologi dan mentalitas? Joey menjelaskan lebih lanjut bahwa keadaan psikologis atau mental dari setiap atlet, termasuk atlet esports, memiliki batasan tenaga serta daya tahan. Seperti fisik, kekuatan mental juga butuh istirahat agar bisa kembali prima. Jadi secara umum mental juga dapat mengalami kelelahan atau disebut juga sebagai Mental Fatigue. Keadaan mental fatigue bisa terjadi pada atlet jika mereka mengalami tekanan yang sangat tinggi, namun kekuatan serta stamina mental mereka sudah tak sanggup menahan segalah hal tersebut.

Mengutip tulisan psikolog bernama Karen Nimmo dari medium.com, ada beberapa indikator ketika mental fatigue terjadi pada atlet. Menurutnya dalam keadaan mental fatigue, atlet akan lebih sering melakukan kesalahan, sulit untuk fokus, overthinking terhadap segala hal yang menciptakan keresahan, pergerakan kaku sehingga performa menurun, kehilangan motivasi, serta munculnya pikiran buruk yang membuat atlet takut salah bahkan dalam melakukan hal yang ia sangat mahir.

Sumber: knowtechie.com
Sumber: KnowTechie

Kompetisi sebesar Bucharest Minor merupakan kompetisi dengan tekanan mental yang sangat tinggi. Ada beberapa faktor penyebab kompetisi ini memberi tekanan mental tinggi, seperti panggung besar, sorotan khalayak Dota internasional, lawan kelas berat, serta tanggungan beban membawa nama baik negara sendiri. Menghadapi kompetisi ini, jelas seorang atlet esports harus memiliki kekuatan mental yang besar serta stamina mental yang tinggi; agar tidak mengalami mental fatigue dan bisa mengeluarkan performa konsisten sepanjang kompetisi.

Menutup obrolan, saya menanyakan soal pentingnya kehadiran pelatih mental di dalam sebuah tim esports? “S-A-N-G-A-T!!” Jawab Joey semangat. Ia mengatakan bahwa aspek tersebut harus ada di dalam program pelatihan esports, karena esports layaknya olahraga, bukan hanya soal fisik tapi juga mental yang prima. “Tim apapun yang mengabaikan aspek mental ibarat membangun rumah dengan mengabaikan beberapa tembok kemudian bingung kenapa rumah tersebut bisa roboh” ucap Joey.

Cerita Atlet Esports Senior Soal Tekanan Mental di Dalam Sebuah Kompetisi

Sumber: mineski.net
Koala (Pojok kiri) bersama tim Rex Regum Qeon saat memenangkan Kaskus Battle Ground musim pertama. Sumber: Mineski.net

Tak adil rasanya jika kita tidak melihat dari sisi pengalaman sang atlet esports itu sendiri. Menjawab hal ini saya menanyakan pendapat salah satu atlet esports Dota 2 legendaris. Pemain yang jadi narasumber untuk artikel ini adalah seorang pemain senior yang terakhir kali bermain di dalam tim Rex Regum Qeon, yaitu Farand ‘Koala’ Kowara. Koala berkarir di dunia esports Dota 2 sejak dari lama, sekitar tahun 2006, dan ia sudah menghadapi kerasnya jagat kompetisi DotA bersama tim XcN, ketika bahkan Dota 2 belum rilis. Dulu ia juga bahkan sempat memenangkan MGC 2008 di Tiongkok saat masih bergabung di Fnatic.

Sejak tahun 2017 lalu, Koala sudah gantung keyboard dan memilih untuk undur diri dari jagat kompetitif Dota 2. Alasan ia gantung keyboard adalah untuk memberi kesempatan kepada pemain-pemain muda agar dapat menunjukkan bakatnya. Namun pensiun bukan berarti Koala sepenuhnya mundur dan tidak mengamati situasi dalam jagat kompetitif Dota.

Saya pun menanyakan soal pendapatnya terhadap apa yang terjadi dalam pertandingan BOOM.ID melawan TeamTeam di Bucharest Minor 2019. Koala juga turut mengakui bahwa situasi yang mereka alami tersebut merupakan situasi penuh tekanan. Tak heran jika mereka secara tim keseluruhan mengalami panik sampai akhirnya menciptakan keadaan tersebut.

Sumber: duniagames.co.id
Sumber: Dunia Games

Berangkat dari kasus tersebut, saya melanjutkan perbincangan membicarakan soal bagaimana sebenarnya tekanan dari menjadi seorang atlet esports. Koala menceritakan pengalamannya sendiri sambil menceritakan cerita kawan-kawannya yang juga berjuang di jagat esports Dota 2.

Menurutnya soal tekanan itu tergantung dari masing-masing orang, seberapa serius mereka menekuni dunia esports. “Tetapi jika sudah mencapai tingkat profesional tangapannya pasti berbeda, mereka dituntut untuk menang, ada hak dan kewajiban, belum lagi kalau kalah dibacotin, tapi balik lagi ke kekuatan mental individunya sendiri, ada yang bisa aja nggak kuat lalu merasa tertekan ada yang cukup kuat jadi biasa aja.” Tambah Koala.

Ia juga mengamini bahwa tekanan pertandingan di atas panggung itu jauh berbeda, tentunya tidak sebanding jika dibandingkan dengan sebuah game MMR di Dota 2. “Balik lagi ke momen BOOM, kalau game MMR gue yakin mereka pasti bisa sadar dengan keadaan. Tapi ini beda, ini tanding di panggung, tekanannya sudah jelas beda. Hal itu nggak cuma dialami BOOM kok, semua tim juga kaya itu” jelas Koala.

Sumber: dota2.com
Sumber: Dota 2 Blog

Bicara soal tekanan di dalam pertandingan Koala pun menceritakan bahwa dirinya sendiri cukup sering mengalami hal tersebut. “Hal kaya gitu sering banget, hampir setiap kali qualifier besar atau final kompetisi pasti ada pressure mental kaya gitu” cerita Koala. Ia melanjutkan bahwa seberapa besar tekanan dalam tim, itu tergantung seberapa besar tim tersebut peduli dengan ekspektasi orang sekitar, serta seberapa besar keinginan suatu tim untuk menang. Semakin besar pemain atau tim tersebut peduli dengan faktor eksternal dan internal tersebut, bukan tidak mungkin tekanan yang dialami akan semakin tinggi.

Lalu bagaimana cara untuk menghadapi keadaan penuh tekanan seperti ini? Setiap individu tentu punya cara dan siasatnya tersendiri, juga tergantung dari kekuatan serta stamina mental seseorang. Koala cerita ia punya cara yang cukup sederhana. “Just play and have fun, gak usah mikirin hasil, main dan lakukan yang terbaik” jawab Koala menutup obrolan kepada Hybrid.

Jika melihat bagaimana tim esports Indonesia kerap gagal ketika main di panggung internasional, saya merasa memang sudah saatnya menghadirkan sosok psikolog atlet. Terkait hal itu Joey juga menjelaskan bahwa memang tak harus selalu ada coach khusus mental yang merupakan lulusan psikologi. Menurutnya coach rangkap teknis dengan mental pun tak apa, selama ia mengerti serta mau belajar soal psikologi dan mentalitas atlit di dalam sebuah pertandingan.

Bagaimanapun jika melihat kemampuan bermain atau kerjasama permainan atlet-atlet Indonesia, mereka semua tak bisa dikatakan buruk; malah kadang bisa jadi lebih bagus dari pemain internasional. Terbukti beberapa pemain Indonesia skill-nya diakui oleh khalayak esports internasional, Hansel “BnTeT” Ferdinand dari CS:GO atau Kenny “Xepher” Deo dari Dota 2 contohnya.

Akhirnya, pelatihan mental dan pemahaman psikologi esports yang dilakukan sama kerasnya dengan pelatihan skill bermain tentunya akan membuat lebih banyak lagi para pemain Indonesia yang sukses menggaungkan namanya di tingkat dunia. Meski memang, hal ini juga akan kembali lagi ke kecepatan masing-masing pemain dalam menyerap berbagai pelatihan tersebut.

Cerita Perjuangan BOOM.ID di Dota 2 Bucharest Minor 2019

Pekan lalu kita melihat bagaimana perjuangan tim BOOM.ID dalam kompetisi Bucharest Minor, salah satu kompetisi yang masuk dalam rangkaian Dota 2 Pro Circuit 2018-2019 (DPC 2019). Secara hasil, BOOM.ID mungkin belum bisa memenuhi ekspektasi para netizen bermulut tajam namun perjuangan mereka patut diapresiasi berkat kegigihan mereka untuk lolos ke kompetisi internasional.

Penasaran dengan sepak terjang mereka selama di Bucharest Minor, Hybrid mewawancara Brando Oloan, manajer tim Dota 2 BOOM.ID selama di Bucharest Minor kemarin. Bucharest Minor sendiri merupakan salah satu kompetisi bagian dari DPC 2019, yang tergolong sebagai kompetisi Minor.

Sumber:
Sumber: PGL Dota 2

Kompetisi Minor bisa dibilang seperti liga divisi 2 dalam jagat kompetisi Dota internasional. Jadi Bucharest Minor menjanjikan sang juara poin DPC untuk dapat lolos ke Dota 2 The International dan juga slot untuk menuju ke Major berikutnya; dalam hal ini adalah slot menuju Chongqing Major yang didapatkan oleh tim EHOME. Bisa melihat tim Indonesia menunjukkan kemampuannya di Bucharest, Hungaria, Brando mengaku benar-benar merasa senang dan bangga. Apalagi, lawan mereka ketika itu juga merupakan beberapa tim yang punya nama besar, OG contohnya tim juara TI 8 yang performanya sedang menurun belakangan.

Mereka memang sempat melakukan satu kesalahan yang membuat nama BOOM.ID menjadi sorotan di jagat kompetisi Dota internasional. Namun mungkin yang para khalayak Dota baik lokal maupun internasional tidak lihat, adalah bagaimana proses perjuangan mereka untuk sampai di sana.

Sumber: BOOM.ID
Sumber: BOOM.ID

Brando lalu menceritakan proses perjuangan mereka. Ia mengatakan bahwa para player BOOM.ID benar-benar disiplin dengan apa yang mereka lakukan, mulai dari latihan dan belajar dari setiap game. Tapi lagi-lagi, nyatanya bermain di panggung internasional tidak semudah dan sesederhana itu. Selain gameplay, mental memegang peranan penting di sana; seperti yang sudah sempat Hybrid bahas dalam artikel soal esports dan psikologi olahraga.

Salah satu yang unik dari kompetisi ini bagi BOOM.ID adalah kehadiran Mikoto sang wonderkid wajah baru jagat kompetisi Dota 2 Indonesia. Sepak terjang Mikoto sudah layaknya Topson dari tim OG, bedanya, Bucharest Minor yang jadi kompetisi internasional pertama bagi Mikoto. Tercatat, baru 2 tahun dia berkelana di jagat kompetisi esports. Walau singkat, Mikoto sudah menunjukkan potensi besarnya. Akhirnya berkat pembuktian yang ia lakukan, ia pun ditarik ke dalam tim BOOM.ID untuk menggantikan SaintDeLucaz yang rehat dari dunia kompetitif Dota.

Sebagai kompetisi internasional pertamanya, Brando mengatakan bahwa Mikoto ada perasaan nervous pada saat bermain di Bucharest Minor. “Soalnya turnamen pertama dia keluar negeri, ditambah ini juga Valve event kan” tambah Brando. Penasaran soal gameplay dan mekanik, menariknya Brando mengakui bahwa sebenarnya skill mekanik pemain Indo itu nggak kalah dari mereka yang punya jam terbang jauh lebih tinggi di jagat kompetitif Dota 2.

Sumber: Metaco
Sumber: Metaco

“Kalau mekanik sih Indonesia nggak kalah ya, cuma gue akui memang kelemahan kita itu dari segi strategi dan META understanding aja ya,” jawab Brando kepada Hybrid. Terakhir, mencoba melihat sisi positif dari hasil yang didapat BOOM.ID selama Bucharest Minor kemarin, Brando mengatakan bahwa kompetisi ini merupakan pelajaran besar bagi BOOM.ID.

Hard work get you further than anything, latihan terus, belajar terus, karena setiap hari, setiap game, setiap latihan pasti selalu ada yang bisa kita pelajari untuk menjadi yang lebih baik.” Jawab Brando menutup obrolan dengan Hybrid.

Sekali lagi selamat kepada BOOM.ID, yang sudah mencurahkan segala daya dan upaya agar dapat tembus sampai ke kompetisi tingkat Internasional. Meski mendapat hasil yang kurang memuaskan, namun hal ini tentu menjadi pelajaran besar yang bisa membuat jagat kompetisi Dota 2 Indonesia semakin hebat lagi ke depannya.

Bersama Tobii, Alienware Luncurkan Alienware Academy

Menjadi atlet esports memang bukanlah hal yang mudah. Kadang-kadang untuk menjadi lebih hebat pun bukan hanya sesederhana mengulang permainan secara terus-menerus sampai menjadi lebih jago. Nyatanya, para calon atlet esports juga butuh informasi cara main yang benar dan tentunya mentor yang bisa membantu menyadari kesalahan yang mungkin tak disadari oleh sang calon atlet esports tersebut.

Walau hal tersebut penting untuk dapat menciptakan bakat-bakat baru di dalam dunia esports, namun nyatanya belum banyak organisasi ataupun perusahaan yang menciptakan hal tersebut. Maka dari itu salah satu brand peripheral gaming ternama Alienware pun melihat hal tersebut sebagai peluang dan meluncurkan sebuah tempat pelatihan bernama Alienware Academy.

Sumber: windowscentral.com
Sumber: Windows Central

Pelatihan atlet esports ini tercipta berkat kerjasama antara Alienware dengan Tobii sebuah perusahaan yang menciptakan teknologi untuk merekam arah pergerakan mata kita selama melihat monitor PC saat sedang bermain. 

Sejak dari peluncurannya, situs ini sudah menawarkan satu arsip berisi berbagai hal yang bisa membantu Anda meningkatkan kemampuan bermain, seperti tips dan trik, serta tutorial interaktif yang bisa dipelajari oleh berbagai gamers dari berbagai level.

Mengutip Esports Marketing Blog, Alienware Academy ini termasuk sebuah video latihan yang diajarkan oleh pro playernya sendiri termasuk Jordan ‘n0thing’ Gilbert untuk CS:GO. Ada juga sebuah map gameplay challenge custom yang memungkinkan pemain melatih skill mereka dan tentunya informasi tambahan bagi mereka yang menggunakan Tobii eye-tracking.

Sumber: techhive.com
Sumber: TechHive

Terkait peluncuran ini, Jonas Jerebko selaku pemilik tim Renegades Esports memberi komentar kepada Esports Marketing Blog mengatakan, “dengan peluncuran Alienware Academy, Alienware dan Tobii membuktikan komitmen kami terhadap perkembangan ekosistem esports. Dengan peralatan serta konten eksklusif, Alienware Academy menawarkan konten yang cocok bagi gamer kompetitif yang mau belajar lebih jauh dari para profesional.”

Alienware sendiri merupakan brand yang bergerak di peripheral serta pembuatan komputer yang fokus kepada pasar gaming. Terbentuk sejak 24 Oktober 1996, Alienware ini merupakan sub-brand dari salah satu brand komputer terkemuka yaitu Dell. Sementara Tobii sendiri adalah salah satu brand pionir dalam pembuatan teknologi eye tracking. Tobii Pro merupakan salah satu dari tiga bagian unit bisnis Tobii yang memang fokus kepada teknologi eye tracking, salah satunya digunakan untuk gaming.

Tak Mau Kalah dari Audi-Astralis, Mercedes-Benz Sponsori SK Gaming

Industri esports di barat sana mungkin bisa dibilang sudah hampir sama besar dengan industri olahraga. Hal tersebut terlihat salah satunya dari banyaknya brand besar yang sudah berinvestasi ke klub esports. Sebelumnya, Puma bekerjasama dengan Cloud9 sedangkan OnePlus dengan Fnatic yang menjadi sponsor utama dan muncul sebagai logo di dada.

Ternyata gelombang dukungan brand terhadap industri esports tidak berhenti sampai situ saja. Baru-baru ini ada tim esports lain yang mendapat kepercayaan tersebut. Ia adalah organisasi SK Gaming yang bekerja sama dengan salah satu merek mobil mewah Mercedes-Benz. Bukan hanya itu saja, SK Gaming juga bekerja sama dengan salah satu klub sepakbola Jerman, yaitu FC Koln.

Sumber: dexerto.com
Sumber: SK Gaming

Kerjasama ini muncul dalam bentuk investasi. Menurut Esports Insider, SK Gaming dikatakan melepas 67% saham mereka kepada dua brand tersebut. Sebagai bentuk dari kerjasama yang terjadi, logo dari Mercedes-Benz akan muncul di bagian depan jersey SK-Gaming sebagai logo dada dan ada tagar #effzeh sebagai logo lengan yang merupakan bentuk promosi branding dari tim FC Koln.

Terkait hal tersebut, Bettina Fetzer, VP Marketing Mercedes-Benz mengatakan kepada Esports Observer “Kami kagum dengan antusiasme generasi muda terhadap professional gaming. Kami juga kagum terhadap minat dari media baru ini (esports), serta bentuk komunikasi antar fans di dalam komunitas”

Mobil Mercedes dengan logo tim yang jadi cara marketing Mercedes dalam gelaran ESL Dota 2 Sumber: vpesports.com
Mobil Mercedes dengan logo tim yang jadi cara marketing Mercedes dalam gelaran ESL One Katowice 2018. Sumber: VPEsports

Ini bukan kali pertama Mercedes-Benz turut mendukung industri esports. Mereka sendiri pertama kali masuk industri esports dengan melakukan rekanan dengan salah satu penyelenggara esports terbesar di dunia yaitu ESL, tahun 2017. Sejak saat itu Mercedes-Benz selalu muncul di berbagai kompetisi ESL, bahkan menjadi salah satu hadiah bagi MVP dalam kompetisi Dota 2 dari ESL.

SK Gaming sendiri merupakan salah satu organisasi esports tertua di dunia. Pertama kali berdiri di Jerman pada tahun 1997, SK Gaming selama ini terkenal sebagai organisasi esport terkuat di CS:GO.

Sedangkan untuk pemain raksasa dari industri otomotif lainnya yang telah masuk ke esports adalah Audi yang sudah lebih dulu meminang salah satu tim terkuat di CS:GO lainnya asal Denmark, Astralis.