Mercedes-Benz Pamerkan Beragam Inovasi Digital pada S-Class Generasi Terbaru

Keberadaan touchscreen pada dashboard mobil sudah tidak bisa dibilang barang baru lagi. Kendati demikian, saya kira belum ada pabrikan yang seberani Tesla, yang sejak Model 3 sudah sepenuhnya mengandalkan layar sentuh untuk mengendalikan beragam fungsi mobil.

Arahan yang diambil Tesla mungkin agak kelewat ekstrem. Kalau untuk keperluan seperti mengecek tekanan ban, touchscreen mungkin merupakan medium interaksi yang sangat pas. Namun kalau untuk mengatur arah semburan AC atau membuka jendela mobil, saya rasa reflek manusia akan lebih nyaman dengan kehadiran tuas fisik.

Sayang sepertinya trennya lebih condong ke visi Tesla. Mercedes-Benz baru-baru ini menjabarkan secara detail mengenai pembaruan yang mereka terapkan pada sistem infotainment MBUX-nya, yang siap menjalani debutnya bersama S-Class generasi terbaru. Kalau mau penjelasan sederhananya, versi baru MBUX ini melibatkan touchscreen berukuran besar sebagai panel kontrol utamanya.

Layar sentuh OLED sebesar 12,8 inci dengan orientasi vertikal ini langsung mengingatkan saya pada touchscreen milik Tesla Model S. Menurut Mercy, kehadiran layar sentuh ini membantu mereka mengeliminasi 27 tombol yang biasanya terdapat dalam kabin S-Class. Seketika itu juga saya berpikir: “Apakah ini berarti S-Class generasi terbaru tidak dilengkapi tombol power window?”

Untungnya tidak demikian. Mercy memastikan bahwa tombol power window, tuas wiper dan lampu, serta sejumlah tombol fisik lain yang sudah sangat familier masih ada di tempat aslinya. Namun untuk kenop-kenop pengaturan sistem climate control, Mercy sudah memindahnya ke layar sentuh, meski untungnya Mercy juga merancangnya agar menghuni porsi bawah layar secara permanen.

MBUX

Tepat di balik lingkar kemudinya, tentu saja panel instrumennya juga sudah sepenuhnya digital. Satu hal baru yang Mercy perkenalkan di sini adalah semacam teknologi 3D display yang glasses-free. Pastinya untuk apa fitur ini Mercy buat belum dijelaskan, dan yang menurut saya lebih menarik adalah teknologi AR-HUD alias augmented reality heads-up display.

Penerapan AR di bidang otomotif bukanlah hal baru, akan tetapi Mercy berhasil mengintegrasikan teknologinya dengan HUD, yang berarti konten AR bisa diproyeksikan langsung ke jendela depan mobil. Hasil proyeksinya pun cukup luas, setara layar 77 inci kalau kata Mercy.

Tentu saja implementasi AR di sini bukan sebatas untuk keren-kerenan saja. Salah satu fungsinya adalah sebagai format baru untuk menampilkan panduan navigasi. Dan karena tampilannya sekarang bisa diproyeksikan ke jendela depan, maka pengemudi bisa melihat arah panah petunjuk navigasi yang seakan-akan berada tepat di atas jalanan.

Berhubung S-Class identik dengan mobil para bos yang pasti punya sopir pribadi, tentu saja kabin belakangnya turut dibanjiri layar sentuh. Maksimal hingga tiga buah, satu di konsol pembatas dan dua sisanya di belakang jok depan.

MBUX

Teknologi keamanan biometrik juga menjadi salah satu fitur yang diunggulkan MBUX versi terbaru. Dari yang sederhana seperti memindai kode QR untuk mengaktifkan profil pengemudi (yang menyimpan informasi-informasi seperti posisi jok, pengaturan climate control, dan lain sebagainya), sampai yang lebih kompleks seperti fingerprint scanning dan facial recognition.

Pada S-Class terbaru nanti, facial recognition tak hanya dipakai untuk memantau apakah pengemudi mulai mengantuk, melainkan juga untuk mengaktifkan beragam fungsi-fungsi cerdas, seperti misalnya menyesuaikan posisi kaca spion secara otomatis (dengan memperhatikan posisi kepala dan mata pengemudi relatif terhadap sandaran jok dan parameter-parameter lainnya).

Mercy juga tak mau melupakan sistem voice recognition. Pada MBUX versi terbaru, perintah suara dapat diberikan tanpa harus menyebutkan “Hey Mercedes” setiap kali. Mercy mengklaim sistemnya telah mendukung 27 bahasa yang berbeda, serta mampu memahami instruksi-instruksi yang implisit seperti misalnya “Saya kepanasan” daripada yang terang-terangan seperti “Turunkan suhu AC ke 20 derajat”.

Sejauh ini penawaran Mercy terdengar lebih menarik daripada Tesla kalau buat saya. Digitalisasi itu penting, dan kita tentu ingin bisa mengakses beragam fitur mobil semudah menavigasikan smartphone. Kendati demikian, beberapa hal tetap lebih mudah dikendalikan via tombol atau tuas fisik. Anda tentunya bakal keberatan kalau tombol volume pada ponsel Anda dihilangkan, bukan?

Sumber: CNET dan Daimler.

Gen.G Kerja Sama dengan Han Sung Motor, Dealer Mercedes-Benz di Korea Selatan

Gen.G mengumumkan bahwa mereka baru saja menjalin kerja sama dengan Han Sung Motor, dealer dari Mercedes-Benz di Korea Selatan. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai dari kontrak kerja sama ini. Gen.G hanya menyebutkan bahwa kerja sama ini memungkinkan mereka untuk memberikan “pengalaman unik” pada para fans mereka.

Menjadi dealer Mercedes-Benz, Han Sung Motor akan menyediakan kendaraan untuk para pemain Gen.G sebagai bagian dari kerja sama antara keduanya. Selain itu, Han Sung Motor juga akan menyelenggarakan berbagai kegiatan dengan fans Gen.G, termasuk nonton bareng, di showroom mereka yang terletak di Seoul. Kerja sama antara Gen.G dan Han Sung Motor juga meliputi kegiatan marketing.

Gen.G adalah organisasi esports global yang berdiri pada 2017. Dalam daftar organisasi esports dengan valuasi tertinggi yang Forbes buat tahun lalu, Gen.G duduk di peringkat 6. Mereka memiliki tim di sejumlah game esports, termasuk League of Legends, Overwatch, Player Unknown’s Battlegrounds, NBA 2K, Counter-Strike: Global Offensive, dan Fortnite. Tidak diketahui apakah kerja sama baru dengan Han Sung Motor ini mencakup semua tim yang ada dalam Gen.G ataukah hanya tim yang bermain di game tertentu saja.

“Kerja sama ini sangat berarti karena ini adalah pertama kalinya sebuah dealer mobil impor bekerja sama dengan organisasi esports,” kata CEO Han Sung Motor, Ulf Ausprung, seperti dikutip dari Korea Herald. “Dengan ini, merek kami akan menjadi semakin dikenal di kalangan generasi muda. Seiring dengan itu, kami harap kami akan bisa memberikan pengalaman digital yang baik pada generasi berikutnya.”

Sebelum ini, Gen.G telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, seperti Benefit Cosmetics, Elite Open School, McDonald’s, dan Silicon Valley Bank, menurut laporan Esports Insider. Mereka juga bekerja sama dnegan University of Kentucky dengan tujuan untuk memperluas kesempatan bagi para mahasiswa untuk masuk ke dunia esports. Gen.G juga telah bekerja sama dengan Bumble untuk membuat tim khusus perempuan.

Sumber header: Twitter

Mobil Bisa Menyetir Sendiri Bukan Berarti Kita Boleh Lepas Tangan (Untuk Sekarang)

Tahun demi tahun, industri otomotif semakin dekat dengan realisasi sistem kemudi otomatis. Namun sebelum teknologinya benar-benar matang – dan sebelum regulasi setempat mengizinkan – kita masih akan terus melihat (dan memegang) setir di dashboard.

Sistem-sistem yang sudah ada sekarang, macam Tesla Autopilot atau Cadillac Super Cruise, pada dasarnya sudah cukup canggih untuk bisa mengemudikan mobil dengan sendirinya. Namun itu bukan berarti pengemudi boleh tidur begitu saja di sepanjang perjalanan; mereka tetap harus siaga dan siap mengambil alih kemudi kapan saja diperlukan.

Pasalnya, seperti yang saya bilang tadi, teknologinya belum sepenuhnya matang, dan sebenarnya cuma ditujukan untuk membantu meringankan tugas mengemudi – itulah mengapa pabrikan memakai istilah ADAS, singkatan dari advanced driver-assistance systems. Namun namanya manusia, pasti ada saja yang bandel dan terlalu percaya diri dengan kinerja ADAS mobilnya masing-masing.

2021 Mercedes-Benz E-Class

Maka dari itu, pabrikan menilai dibutuhkan semacam sistem untuk mencegah para pengemudi tak bertanggung jawab itu melukai dirinya sendiri (dan orang lain). Seandainya mereka mengaktifkan ADAS lalu melepas tangannya dari setir, maka mobil akan menepi dengan sendirinya dan menolak untuk berjalan sebelum pengemudi meletakkan kembali tangannya ke lingkar kemudi.

Bagaimana cara mobil tahu pengemudi melepaskan tangannya dari setir? Dengan bantuan panel kapasitif yang tertanam di setir, seperti yang didemonstrasikan oleh Mercedes Benz E-Class terbaru. Mercy sebenarnya bukan yang pertama menerapkan teknologi ini, Cadillac sudah lebih dulu mengimplementasikan mekanisme yang sama pada sistem Super Cruise-nya.

Yang diterapkan Cadillac malah lebih menyeluruh karena selain memantau keberadaan tangan di setir, ada kamera yang memantau ke mana mata pengemudi memandang / Cadillac
Yang diterapkan Cadillac malah lebih menyeluruh karena selain memantau keberadaan tangan di setir, ada kamera yang memantau ke mana mata pengemudi memandang / Cadillac

Apa yang diterapkan Cadillac malah sebenarnya lebih advanced karena turut mencakup sistem eye tracking. Satu tangan menggenggam setir tapi tangan lainnya sibuk menggeser profil demi profil di Tinder jelas terdengar percuma, sebab pengemudi tak akan bisa bertindak dengan sigap kalau matanya tidak tertuju ke jalanan.

Terlepas dari itu, setir berpanel kapasitif masih lebih baik ketimbang sistem yang diterapkan Mercy sebelumnya, yakni mengukur pergerakan setir. Pengemudi yang nakal tentu masih akan menemukan cara untuk mengibuli sistem kapasitif ini, tapi setidaknya ini menunjukkan bahwa pabrikan mobil sudah berada di jalur yang tepat dalam memikirkan cara untuk menyikapi pengemudi-pengemudi tak bertanggung jawab.

Sumber: The Verge.

Mobil Konsep Baru Mercedes-Benz Terinsprasi dari Produk Otomotif Pertama Mereka

Secara legal, Mercedes-Benz berdiri di tahun 1926, namun salah satu pencetus brand ini – Karl Benz – sudah berkarya sejak 1886 dengan kendaraan berbahan bakar bensin pertama di dunia. Akhirnya, mobil Mercedes mulai dipasarkan pada tahun 1901 oleh Daimler Motors Corporation. Kata Mercedes sendiri diambil dari nama putri wirasusahawan otomotif Emil Jellinek yang mematenkan merek tersebut di 1902.

Kini hampir 120 tahun berlalu, perusahaan otomotif spesialis kendaraan mewah asal Jerman itu mencoba menghidupkan lagi produk pertamanya, ‘Mercedes 35 PS’ tapi tentu dengan sentuhan futuristis. Di acara Frankfurt Motor Show 2019, Mercedes-Benz memperkenalkan mobil konsep Vision Mercedes Simplex baru yang wujudnya terinspirasi dari 35 PS. Bedanya, ia mengusung berbagai macam elemen kendaraan masa depan.

Vision Mercedes Complex 5

Seperti pendahulunya itu, Vision Mercedes Simplex 35 PS ialah mobil dua penumpang dengan roda berukuran besar di bagian luar yang mengelilingi tubuh utama. Mesin dan segala macam komponen penggerak berada di depan, dimasukkan dalam chassis berwujud boks berdesain aerodinamis. Mercedes-Benz memilihkan kombinasi warna unik buat Simplex, yaitu putih di area depan dan peleknya, biru di zona pengemudi, serta hitam di belakang.

Vision Mercedes Complex 3

Selanjutnya, Mercedes-Benz membubuhkan warna emas di bagian depan Simplex, mengelilingi radiator. Uniknya lagi, grille di sisi depan yang dahulu ada di Mercedes 35 PS kini digantikan oleh layar lebar. Panel tersebut disiapkan untuk menampilkan animasi-animasi yang memperlihatkan status kendaraan. Menurut perusahaan, pemakaian layar ini mewakilkan transformasi brand Mercedes dari ranah otomotif tradisional ke era digital.

Vision Mercedes Complex 4

Area kokpit Simplex 35 PS boleh dibilang merupakan impian bagi mereka yang gemar mengemudi. Mercedes-Benz sengaja menerapkan display informasi secara minimal, difokuskan pada elemen-elemen krusial pendukung pengalaman berkendara. Sistem akan menampilkan info secara spesifik di waktu yang tepat – misalnya kecepatan, instruksi navigasi atau notifikasi penting terkait mesin. Tim desainer menyebut konsep ini sebagai ‘hyper analogue‘.

Vision Mercedes Complex 1

Vision Mercedes Simplex 35 PS punya wujud lebih mungil padat dibanding mobil modern, dan menilai dari wujudnya, ia juga memiliki tingkat center of gravity lebih rendah dari kendaraan di era lampau. Itu artinya, Simplex 35 PS akan sangat nyaman buat dikendarai. Produsen memang belum mengonfirmasi jenis mesin yang digunakan oleh kendaraan konsep ini, tapi saya menduga ia dibekali motor elektrik.

Karena statusnya sebagai mobil konsep, tentu saja belum dapat dipastikan apakah Vision Mercedes Simplex 35 PS akan diangkat menjadi produk komersial atau tidak. Bagi saya, langkah yang diambil Mercedes-Benz ini sangat unik, karena untuk membuat terobosan, kadang kita harus kembali ke awal.

Via The Verge.

Sama Seperti Pembalap F1, Mercedes Juga Olah Data Pembalap F1 Esports

Tahun lalu, Lewis Hamilton memenangkan balapan F1 untuk Mercedes-AMG Petronas Motorsport. Dengan kemenangan tersebut, Mercedes telah memenangkan F1 selama lima tahun berturut-turut. Tim IT yang mumpuni adalah salah satu alasan di balik kesuksesan tim Mercedes, cerita Head of IT for Mercedes-AMG Petronas Motorsport, Matt Harris.

“Kami mencoba menembus batas teknologi dan mendapatkan hasil terbaik dari IT. Inilah kunci yang membedakan kami dari tim lain,” katanya pada ZDNet dalam acara Big Data LDN di London pada akhir tahun 2018. “IT adalah bagian penting dari semua yang kami lakukan, baik terkait mobil balapan utama, tim pembalap, atau fungsi support. Kami harus memastikan bahwa kami memberikan performa terbaik sepanjang waktu. Jika IT bermasalah, ini bisa menyebabkan mobil berhenti.” Dia juga menjelaskan, efek tim IT pada para pembalap memang tidak langsung dirasakan, tapi kerja tim IT memungkinkan para pembalap untuk membuat keputusan yang akurat dalam waktu singkat.

Sepanjang musim balapan, sebuah tim hanya bisa menggunakan dua mobil balap. Performa mobil tersebut harus disesuaikan dengan keadaan sirkuit Grand Prix yang berbeda-beda. Sebuah tim biasanya memodifikasi sebuah mobil balap berulang kali dan data memegang peran penting dalam keputusan mereka terkait modifikasi yang akan dilakukan. “Data sangat penting. Tanpa data, kita tidak bisa membuat banyak keputusan,” kata Harris.

Pengolahan data yang tepat sukses membuat Mercedes memenangkan F1 selama lima tahun berturut-turut. Kini, perusahaan asal Jerman tersebut juga akan menggunakan teknisi F1 untuk mengolah data dari pembalap Formula 1 Esports. Ialah Brendon Leigh, pemenang dari F1 Esports pada 2017 dan berhasil mempertahankan gelarnya pada tahun lalu. Dia percaya, kemenangannya tahun lalu sepenuhnya berkat tim Mercedes. Dia bercerita, teknisi F1 Mercedes juga mengolah data hasil balapannya, sama seperti yang mereka lakukan pada Lewis Hamilton.

“Kami memiliki kerja sama yang sangat baik di belakang layar. Kami juga bekerja keras di luar sirkuit balapan,” kata Leigh, seperti dikutip dari Autosport. “Misalnya, kami meminta teknisi Mercedes dari Formula 1 untuk melihat data balapan saya agar saya bisa memperbaiki performa saya. Semua orang sangat cepat di F1 Esports. Anda tidak akan terpilih jika Anda tidak cepat, tapi orang-orang yang memenangkan balapan — para pembalap yang sering menang adalah pembalap yang sangat tenang dan bisa berpikir matang. Inilah yang tengah saya dan Mercedes lakukan tahun lalu dan tahun ini. Mencoba untuk berpikir secara ekonomis.”

Mercedes mulai masuk ke kancah esports pada 2017 dengan bekerja sama dengan ESL, penyelenggara turnamen esports. Ketika itu, salah satu bentuk kerja sama antara keduanya adalah sponsorship. Mercedes akan menjadi sponsor turnamen esports di berbagai negara. Turnamen pertama yang mereka dukung adalah turnamen Major Dota 2, ESL One Hamburg 2017. Tahun lalu, Mercedes memperpanjang kerja samanya dengan ESL. Kerja sama ini akan berlaku hingga 2020. Selain menjadi sponsor, Mercedes juga akan menyiapkan hadiah mobil untuk pemain yang mendapatkan gelar Most Valuable Player. Ini semua menunjukkan betapa seriusnya Mercedes dalam menggarap bagian esports mereka.

Mercedes-Benz Sambut Era Baru Berkendara Lewat Pematangan Konsep Mobil Elektrik dan AI

Fenomena menarik yang terjadi di segmen otomotif adalah, satu terobosan besar malah dicetus oleh sejumlah raksasa teknologi dan bukan pemain tradisional di ranah itu. Anda mungkin ingat, konsep mobil tanpa pengemudi telah dieksplorasi Google sejak tahun 2010 dan terdengar lebih lantang di tahun 2013 sesudah kabar soal partisipasi IBM di sana. Tak lama berselang, Google memamerkan penampakan kendaraan tersebut.

Tentu saja para perusahaan otomotif tidak tinggal diam melihat cepatnya gagasan driverless car melesat. Di tahun 2015, Mercedes-Benz mengeksekusi sejumlah langkah strategis buat menghadapi persaingan yang tak terduga itu. Mereka mengakusisi layanan peta digital HERE Maps, memerintahkan divisi R&D untuk menyeriusi pengembangan kecerdasan buatan, bahkan meluncurkan layanan car-sharing Car2go lewat perusahaan induk Daimler AG.

MB 1

Sebagai implementasi ekspansi teknologi di produk konsumen, Mercedes sudah lama mengintegrasikan sistem perintah suara buat mengakses fitur serta fungsi kendaraan. Lalu dalam merespons naik daunnya mobil hybrid dan listrik, sang produsen membuka enam pabrik baterai di tiga benua lalu meluncurkan brand EQ yang dispesialisasikan pada penyediaan mobil elektrik tulen. EQC SUV jadi model pertama seri itu dan kabarnya mulai diproduksi tahun ini.

 

Bukan sekadar elektrik

Terinspirasi dari gagasan ‘kecerdasan dan emosi’, EQ punya arti ‘electric intelligence‘ dan merupakan brand teknologi sekaligus lini mobil listrik Mercedes-Benz. Konsep EQ mencakup seluruh aspek elektrik/kelistrikan, melampaui produk otomotif dan nantinya akan diintegrasikan ke semua sub-brand Mercedes, dari mulai Benz, AMG sampai Maybach. EQ juga diusung sebagai ujung tombak transisi varian-varian hybrid yang sudah produsen miliki selama ini.

MB 14

Setelah diperkenalkan, Mercedes-Benz membagi EQ ke dalam empat tier. Tipe paling ‘dasar’ ialah EQ Boost, yaitu mobil-mobil yang menyimpan unit power supply on-board 48V dan Integrated Starter-Generator. Naik satu level ada mobil-mobil hybrid plug-in (PHEV) EQ Power, lalu di atasnya adalah EQ Power+, yaitu model-model Mercedes-AMG dan kelas sport. Satu kategori lagi ialah EQ, yakni jenis kendaraan bertenaga baterai sejati.

MB 12

Namun pengembangan ke arah elektrik hanyalah satu dari empat visi yang ingin direalisasikan oleh Mercedes. Mereka punya harapan agar kendaraan-kendaraan itu nanti dapat saling terkoneksi, didukung sistem otomatis, serta bisa dipakai beramai-ramai dan menjadi dasar dari layanan transportasi publik. Mercedes menyebutnya sebagai CASE, kependekatan dari connected, autonomous, shared & services dan electric.

MB 8

 

Kendaraan terkoneksi

Butuh beberapa tahun (atau dekade) lagi hingga mobil tanpa pengemudi bisa hadir di tengah-tengah kita. Dan untuk sampai di sana, produsen terlebih dulu perlu memikirkan aspek koneksi dari kendaraan tersebut. Alat transportasi perlu diorientasikan pada konsumen, dapat diakses langsung, kemudian mampu berkomunikasi dengan perangkat bergerak, sesama kendaraan serta infrastruktur internet of things pendukung. Dan kita tidak boleh melupakan faktor keselamatan.

MB 17

Buat menuju ke sana, Mercedes menggodok Me Connect, yaitu layanan online yang dirancang untuk menyambungkan kendaraan ke perangkat bergerak sehingga mobil bisa menjadi ekstensi fitur-fitur pintar yang selama ini kita nikmati via smartphone. Dengannya, Anda dipersilakan membuka berita dan memanfaatkan deretan layanan, serta mengakses fitur-fitur khusus kendaraan: mengirim navigasi ke layar mobil, mengecek bahan bakar, mengunci pintu, memudahkan kita mencarinya di parkiran, serta memerintahkannya parkir secara otomatis.

MB 7

Perlu diketahui bahwa Mercedes Me Connect saat ini masih belum tersedia di Indonesia. Namun jantung dari kapabilitas tersebut telah ditanamkan dalam sejumlah varian Mercedes-Benz anyar yang diedarkan di tanah air, misalnya A-Class, B-Class, CLS dan GLE (jika saya tidak salah dengar). Perusahaan menamainya MBUX, atau Mercedes Benz User Experience.

MB 16

 

MBUX

Ada beberapa faktor yang dihidangkan oleh MBUX. Pertama-tama, sistem ini menyimpan kecerdasan buatan sebagai basis kapabilitas untuk mempelajari kebiasaan pengendara. Lalu jika mobil dipakai oleh lebih dari satu individu, masing-masing orang dipersilakan menyimpan profil beserta personalisasi yang ia lakukan – seperti mode berkendara (eco, comfort, sport), ambient light, jenis lagu atau stasiun radio favorit, sampai posisi kursi dan tema dashboard.

MB 9

MBUX juga menyederhanakan proses diagnosis mobil: suhu oli, voltase aki, tekanan ban, output tenaga sampai torsi mesin. Dan tak kalah penting, Mercedes-Benz User Experience menyuguhkan UI intuitif melalui layar lebar seluas 10,25-inci 1920x720p yang menyimpan chip grafis Nvidia Reilly Parker 128. Untuk berinteraksi dengan fitur dan konten, Anda bisa langsung menyentuhkan jari di panel, lewat trackpad ala BlackBerry di setir, atau via touchpad haptic yang berada di antara dua jok depan.

MB 6

Pengendara diperkenankan untuk mengutak-atik sejumlah aspek pada panel sentuh Nvidia di Mercedes-Benz, mesti kustomisasinya tidak selengkap smartphone. Satu contohnya adalah mengubah tampilan speedometer dari standar jadi sporty atau mode ‘understated‘ jika Anda sedang menginginkan pengalaman berkendara yang bebas gangguan.

MB 10

Alternatifnya, sejumlah fungsi di mobil bisa diatur lewat perintah suara. Cukup dengan mengucapkan “Hi Mercedes!“, Anda dapat meminta mobil untuk menunjukkan arah ke lokasi tertentu atau menaik-turunkan suhu AC. Berbekal Mercedes Me Connect, sebetulnya pengguna dipersilakan menggunakan bahasa percakapan/kasual, misalnya “It’s too cold in here.” Kemudian sistem segera menaikkan suhu AC. Namun karena MMC belum hadir di Indonesia, permintaan kita harus lebih spesifik, seperti “Set temperature to 20 degree Celcius.” atau sejenisnya.

MB 5

 

MBUX dan perannya membangun masa depan berkendara

Mercedes-Benz User Experience juga membuka jalan bagi teknologi-teknologi yang dahulu cuma ada di kisah-kisah sci-fi. Salah satunya adalah integrasi antara augmented reality dan solusi navigasi. Dengan memanfaatkan rangkaian kamera dan mapping, MBUX dapat menampilkan panduan arah di tampilan live via layar, mirip seperti ketika Anda bermain Need for Speed. Sistem akan memperlihatkan pedoman berupa anak panah, nama jalan sampai nomor rumah. Lalu saat mengantre lampu merah, kamera secara otomatis diarahkan ke lampu dan zoom-in agar kita bisa jelas melihatnya.

MB 15

Pada akhirnya, Mercedes memang punya ambisi untuk mematangkan ide alat transportasi otonom. Menurut perusahaan, sistem mobil tanpa pengemudi terbagi menjadi beberapa tahapan. Saat ini kita telah melewati tingkatan adaptive cruise control dan steering assist, dan sedang memasuki level ‘automasi bersyarat’. Contohnya saat menghadapi kemacetan, beberapa model kendaraan anyar dapat pindah sendiri ke jalur yang lebih lancar.

MB 11

Namun seberapa pun canggihnya teknologi yang membuat pengalaman berkendara jadi lebih simpel dan menyenangkan, satu hal tetap menjadi prioritas Mercedes – ditegaskan oleh PR manager Dennis Kadaruskan pada saya di sela-sela acara BIOS 2019 di kampus Universitas Multimedia Nusantara: perusahaan tidak akan berkompromi dan mengambil jalan pintas jika sudah berkaitan dengan keselamatan.

MB 18

Implementasi kendaraan otonom secara umum sudah terlihat di cakrawala, namun untuk dapat sampai di sana, dibutuhkan kolaborasi menyeluruh antara para pemain besar di ranah otomotif, penyedia teknologi dan infrastruktur, serta pembuat kebijakan.

MB 19

Lupakan Rivalitas, BMW dan Daimler Bekerja Sama Kembangkan Teknologi Kemudi Otomatis

BMW dan Mercedes-Benz, dua brand Jerman ini merupakan salah satu dari pasangan rival terbesar di industri otomotif. Namun ketika membicarakan soal masa depan industri, keduanya memutuskan untuk melupakan sejenak persaingan di antaranya, dan justru memilih untuk berkolaborasi.

Ranah yang hendak mereka garap bersama adalah seputar teknologi kemudi otomatis. Wacana ini sebenarnya sudah BMW dan Daimler (induk perusahaan Mercedes-Benz) umumkan sejak bulan Februari lalu, akan tetapi kontrak kerja samanya baru saja diselesaikan, dan ini bersifat jangka panjang.

Kerja sama antara BMW dan Daimler ini bakal berfokus pada pengembangan teknologi driver assistance, kemudi otomatis di jalan tol, serta parkir otomatis, dengan merujuk pada standar SAE Level 4 (Level 5 adalah yang paling tinggi). Setelah semua ini tercapai, kolaborasinya masih akan berlanjut sampai ke teknologi kemudi otomatis di area urban dan perkotaan.

Selain memang lebih kompleks, teknologi kemudi otomatis di area urban juga sangat bergantung pada dukungan infrastruktur. Regulasi masing-masing daerah juga memegang peran yang tak kalah penting, itulah mengapa kolaborasi jangka panjang merupakan hal yang krusial dalam perwujudan ekosistem otomotif masa depan.

BMW Urban Traffic Light Recognition / BMW
BMW Urban Traffic Light Recognition / BMW

Sinergi antara mobil dan infrastruktur ini sebenarnya sudah mulai ditanam benih-benihnya oleh masing-masing pabrikan. Dalam kasus BMW, salah satu contohnya adalah sistem cruise control yang dapat mendeteksi lampu lalu lintas. Teknologi semacam ini tentu saja bakal semakin efektif jika ditunjang oleh infrastruktur yang tepat.

Juga menarik untuk disoroti adalah sifat kerja sama ini yang non-eksklusif. Artinya, hasil kolaborasi BMW dan Daimler di ranah teknologi kemudi otomatis ini juga bakal bisa dimanfaatkan oleh pabrikan-pabrikan otomotif lain dengan mengandalkan sistem lisensi. Kedua perusahaan sebenarnya bisa saja merahasiakan hasil kerja samanya, tapi rupanya mereka memilih untuk bersaing secara sehat dengan pemain lainnya.

Faktor lain yang mempengaruhi sifat non-eksklusif itu adalah hasil studi BMW dan Daimler bersama sejumlah pabrikan lain seperti Audi dan Volkswagen, di mana mereka mencoba menetapkan semacam standar keselamatan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan teknologi kemudi otomatis.

Masalah keselamatan ini merupakan topik yang sangat penting, apalagi mengingat sebagian besar publik masih menganggap teknologi kemudi otomatis belum siap untuk diaplikasikan secara luas. Dengan adanya standar yang jelas, setidaknya pabrikan tidak jadi saling berlomba mengembangkan sistem yang kelewat canggih, tapi ternyata belum siap untuk konsumsi publik.

Problem yang terakhir ini sejatinya sudah beberapa kali ditunjukkan oleh Tesla melalui sistem Autopilot-nya. BMW, Daimler, serta pabrikan-pabrikan lainnya pada dasarnya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dan menumbuhkan image yang buruk di hadapan publik.

Terlepas dari itu, BMW dan Daimler menargetkan teknologi kemudi otomatis hasil racikannya bersama dapat dinikmati oleh konsumen paling cepat mulai tahun 2024. Sekali lagi tentu saja ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kesiapan infrastruktur dan regulasi setempat.

Sumber: Electrek.

Tak Mau Kalah dari Audi-Astralis, Mercedes-Benz Sponsori SK Gaming

Industri esports di barat sana mungkin bisa dibilang sudah hampir sama besar dengan industri olahraga. Hal tersebut terlihat salah satunya dari banyaknya brand besar yang sudah berinvestasi ke klub esports. Sebelumnya, Puma bekerjasama dengan Cloud9 sedangkan OnePlus dengan Fnatic yang menjadi sponsor utama dan muncul sebagai logo di dada.

Ternyata gelombang dukungan brand terhadap industri esports tidak berhenti sampai situ saja. Baru-baru ini ada tim esports lain yang mendapat kepercayaan tersebut. Ia adalah organisasi SK Gaming yang bekerja sama dengan salah satu merek mobil mewah Mercedes-Benz. Bukan hanya itu saja, SK Gaming juga bekerja sama dengan salah satu klub sepakbola Jerman, yaitu FC Koln.

Sumber: dexerto.com
Sumber: SK Gaming

Kerjasama ini muncul dalam bentuk investasi. Menurut Esports Insider, SK Gaming dikatakan melepas 67% saham mereka kepada dua brand tersebut. Sebagai bentuk dari kerjasama yang terjadi, logo dari Mercedes-Benz akan muncul di bagian depan jersey SK-Gaming sebagai logo dada dan ada tagar #effzeh sebagai logo lengan yang merupakan bentuk promosi branding dari tim FC Koln.

Terkait hal tersebut, Bettina Fetzer, VP Marketing Mercedes-Benz mengatakan kepada Esports Observer “Kami kagum dengan antusiasme generasi muda terhadap professional gaming. Kami juga kagum terhadap minat dari media baru ini (esports), serta bentuk komunikasi antar fans di dalam komunitas”

Mobil Mercedes dengan logo tim yang jadi cara marketing Mercedes dalam gelaran ESL Dota 2 Sumber: vpesports.com
Mobil Mercedes dengan logo tim yang jadi cara marketing Mercedes dalam gelaran ESL One Katowice 2018. Sumber: VPEsports

Ini bukan kali pertama Mercedes-Benz turut mendukung industri esports. Mereka sendiri pertama kali masuk industri esports dengan melakukan rekanan dengan salah satu penyelenggara esports terbesar di dunia yaitu ESL, tahun 2017. Sejak saat itu Mercedes-Benz selalu muncul di berbagai kompetisi ESL, bahkan menjadi salah satu hadiah bagi MVP dalam kompetisi Dota 2 dari ESL.

SK Gaming sendiri merupakan salah satu organisasi esports tertua di dunia. Pertama kali berdiri di Jerman pada tahun 1997, SK Gaming selama ini terkenal sebagai organisasi esport terkuat di CS:GO.

Sedangkan untuk pemain raksasa dari industri otomotif lainnya yang telah masuk ke esports adalah Audi yang sudah lebih dulu meminang salah satu tim terkuat di CS:GO lainnya asal Denmark, Astralis.

Mobil Elektrik Perdana Mercy, Mercedes-Benz EQC, Resmi Diperkenalkan

Pertama kali Mercedes-Benz mengungkapkan rencananya untuk memproduksi mobil elektrik adalah di tahun 2016 lewat sebuah mobil konsep bernama Generation EQ. Dua tahun berselang, mimpi tersebut akhirnya menjadi kenyataan. Inilah Mercedes-Benz EQC, mobil elektrik murni perdana dari sang pionir industri otomotif.

Dari luar, penampilannya tidak mencerminkan sebuah mobil elektrik. Anda bisa melihat grille berukuran besar di hidungnya, dan ini jelas palsu alias untuk hiasan semata mengingat mekanisme pendingin mobil elektrik sangat berbeda dari mobil bermesin bensin. Pun demikian, setidaknya tampangnya jadi tidak kelewat futuristis.

Mercedes-Benz EQC 400 4MATIC

Mercy tidak membual saat berkata bahwa desain mobil elektrik versi produksinya tidak akan jauh-jauh dari mobil konsep yang diperkenalkan dua tahun lalu. Secara keseluruhan, EQC sangat mirip dengan Generation EQ, hanya saja kesan futuristisnya sedikit ditekan sehingga wujudnya lebih menyerupai SUV/crossover tradisional Mercy.

Mercedes-Benz EQC 400 4MATIC

Urusan performa, EQC mengandalkan sepasang motor elektrik yang masing-masing diposisikan di tengah-tengah roda depan dan belakang. Tenaga yang dihasilkan mencapai angka 300 kW (402 hp), dan torsi maksimumnya mencapai 765 Nm yang disalurkan ke keempat rodanya (all-wheel-drive). Top speed-nya dibatasi di angka 180 km/jam, sedangkan akselerasi 0 – 100 km/jam berhasil diselesaikan dalam 5,1 detik saja.

Motor elektrik ini menerima suplai energi dari baterai lithium-ion berkapasitas total 80 kWh. Layaknya mobil-mobil buatan Tesla, baterainya ditempatkan di bagian dasar mobil demi menekan center of gravity, dan pada akhirnya meminimalkan efek limbung. Dalam satu kali pengisian, EQC dapat menempuh jarak sekitar 450 kilometer.

Mercedes-Benz EQC 400 4MATIC

Terkait charging, kita tahu bahwa Daimler (induk perusahaan Mercy) telah membentuk aliansi bersama nama-nama besar industri otomotif lainnya untuk mengembangkan jaringan charger mobil elektrik bernama Ionity. Namun yang cukup unik, Mercy telah menyematkan charger terintegrasi di dalam EQC yang dilengkapi sistem water cooling. Fungsinya adalah supaya konsumen dapat mengisi ulang baterai EQC di kediamannya dengan lebih cepat, tepatnya dengan kapasitas 7,4 kW.

Mercedes-Benz EQC 400 4MATIC

Masuk ke dalam kabinnya, Anda akan disambut oleh interior yang cukup mewah dan lagi-lagi tidak terlampau futuristis seperti yang ada pada versi konsepnya. Panel instrumen dan sistem infotainment-nya mengandalkan satu layar memanjang dari balik setir ke tengah dashboard, sama seperti sejumlah model Mercy terbaru, dan EQC masih menggunakan sistem MBUX meski ada sejumlah perubahan yang disesuaikan untuk ekosistem mobil elektrik.

Rencananya, mobil bernama lengkap Mercedes-Benz EQC 400 4MATIC ini baru akan diproduksi secara massal mulai tahun 2019. Sayang Mercy masih bungkam soal harga maupun jadwal pemasarannya.

Sumber: Electrek dan Daimler.

INKAS Upgrade Mercedes-Benz G63 AMG Dengan Body ‘Anti-Sniper’ dan Interior Super-Mewah

Meski namanya kini sinonim dengan kendaraan mewah, Mercedes-Benz juga punya pengalaman sangat lama dalam meracik alat transportasi spesialis off-road. Di tahun 2012, perusahaan otomotif asal Stuttgart itu memperkenalkan versi anyar dari SUV mewah G-Class, dan G63 AMG merupakan salah satu primadonanya. Update difokuskan pada desain, mesin, serta interior.

Mercedes-Benz G63 AMG dilengkapi segala teknologi yang membuatnya mampu melahap apapun kondisi jalanan – aspal ataupun berbatu – sembari memastikan pengendara dan penumpangnya tetap merasa nyaman. Dan jika Anda menginginkan varian yang lebih canggih, aman serta jauh lebih menghibur, INKAS Group of Companies telah menyediakan ‘armored limousine‘ yang dibangun berbasis G63 AMG.

Inkas 1

INKAS Mercedes-Benz G63 AMG boleh dikatakan sebagai alat transportasi sipil paling aman yang bisa Anda miliki sekarang. INKAS membekalinya dengan sertifikasi balistik level B7: tubuhnya mampu menahan peluru ‘armor piercing‘, misalnya proyektil berkecepatan dari senapan penembak jitu berkaliber 7,62x51mm serta dapat menahan ledakan granat tangan. Proteksi tersebut diimplementasikan secara merata, mengamankan semua orang di dalamnya.

Inkas 3

Proteksi turut diterapkan pada bagian lain di kendaraan, misalnya baterai, modul kontrol elektronik, suspensi, serta engsel pintu. Selanjutnya, INKAS mempersenjatai limo tersebut dengan kaca anti-peluru berlapis, dan Anda bisa membubuhkan fitur keselamatan tambahan, misalnya sistem lampu darurat, sirine atau intercom, ban anti-pecah, serta sistem pengereman ‘heavy duty’.

Inkas 4

Menariknya, ketika Anda masuk ke dalamnya, INKAS Mercedes-Benz G63 AMG tidak terasa seperti kendaraan perang. Tim desainer INKAS sudah merombak bagian interiornya, mengganti sarung jok dengan bahan suede Alcantara premium, yang dijahit via metode khusus demi memastikannya awet serta indah dilihat. Kemudian INKAS menambahkan TV 4K Apple, sebuah monitor UHD lagi, serta mini-bar motorized plus kulkas built-in.

Inkas 5

Kursi penumpangnya luas dan empuk, serta memiliki fungsi pijat. Lalu, Anda dapat mengakses sistem hiburan dan mengustomisasi setting interior melalui unit control center – dari mulai tingkat pencahayaan (ada opsi yang dibuat untuk menyerupai cahaya matahari), fitur keamanan, sampai audio. Mobil juga mempunyai kamera pengawas berbasis inframerah dan thermal. Hasil rekamannya dapat disimpan secara offilne atau diunggah ke cloud server.

INKAS Mercedes-Benz G63 AMG kabarnya sudah bisa Anda pesan sekarang. Jika tertarik, silakan isi formulir yang tersedia di website INKAS dan tunggu hingga mereka menghubungi Anda. Siapkan saja uang sebesar US$ 1,2 juta untuk versi paling standarnya.

Via Digital Trends.