Unreal Engine Kini Dipakai untuk Mengembangkan Sistem Infotainment Mobil

Sebagian besar dari kita mungkin tidak terlalu terkejut mengetahui peran Unreal Engine dalam proses produksi serial The Mandalorian. Namun saya yakin tidak ada yang menyangka game engine tersebut juga bisa dipakai untuk mengembangkan sistem infotainment milik mobil.

Kalau game Stardew Valley saja bisa dimainkan lewat dashboard milik mobil Tesla, semestinya skenario sebaliknya pun juga dapat diwujudkan. Menurut Epic Games sendiri, sebagian besar fungsionalitas yang dibutuhkan untuk menciptakan sistem human-machine interface (HMI) – istilah yang Epic pakai untuk sistem infotainment mobil – memang sudah tersedia di Unreal Engine sejak lama, sehingga pada dasarnya cuma tinggal dikemas secara lebih proper saja.

Apa yang perlu dilakukan Epic sekarang hanyalah menarik perhatian produsen mobil, dan rupanya mereka sudah punya satu klien besar: General Motors (GM). Mobil pertama yang akan hadir mengusung sistem infotainment yang dibuat menggunakan Unreal Engine ini adalah Hummer versi elektrik, yang sudah dijadwalkan untuk menjalani debutnya pada tanggal 20 Oktober mendatang.

Apa saja sebenarnya keuntungan memakai Unreal Engine untuk mengembangkan sistem infotainment mobil? Menurut Epic, salah satunya adalah bagaimana desainer bisa memiliki peran yang lebih besar dan tidak selamanya harus bergantung pada engineer. Jadi semisal tim desainer sedang menguji tampilan sistemnya di dashboard mobil, mereka juga bisa menerapkan sejumlah penyesuaian secara langsung di situ.

Lalu seandainya mereka sedang tidak punya akses ke prototipe mobilnya, tampilan sistemnya juga dapat dilihat melalui iPad atau tablet Android dengan mudah karena Unreal Engine memang merupakan sebuah software yang sifatnya cross-platform. Singkat cerita, Unreal Engine menawarkan peningkatan efisiensi dalam pengembangan sistem infotainment mobil.

Bagi kita sebagai konsumen, Unreal Engine juga dapat mendatangkan sejumlah keuntungan, seperti misalnya waktu loading awal sistem infotainment yang lebih cepat, sebab tidak semua porsi software-nya harus dimuat dari awal.

Tanpa harus terkejut, sistem infotainment yang ditenagai Unreal Engine juga tentu saja dapat menampilkan visual yang sangat berkualitas, dan ini cukup krusial dalam skenario seperti ketika sistem menampilkan kondisi 360° di sekitar mobil berbekal teknologi ADAS (advanced driver-assistance system) yang tersematkan.

Epic melihat potensi Unreal Engine sebagai development platform untuk sistem infotainment mobil ini bakal semakin besar ke depannya, persisnya ketika teknologi kemudi otomatis yang menyeluruh (Level 5) sudah benar-benar terwujudkan. Di titik itu, kelengkapan sistem hiburan bakal menjadi salah satu faktor penentu utama konsumen membeli mobil, sebab mereka tak lagi perlu menyetir dan ingin memanfaatkan waktu luangnya selama dalam perjalanan.

Entah itu streaming video, bermain video game, atau berkomunikasi via video call, fitur-fitur ini bakal menjadi incaran konsumen saat mobil sudah tak lagi dilengkapi setir, dan di situlah Epic melihat potensi besar pengaplikasian Unreal Engine.

Sumber: The Verge dan Epic Games.

Mercedes-Benz Pamerkan Beragam Inovasi Digital pada S-Class Generasi Terbaru

Keberadaan touchscreen pada dashboard mobil sudah tidak bisa dibilang barang baru lagi. Kendati demikian, saya kira belum ada pabrikan yang seberani Tesla, yang sejak Model 3 sudah sepenuhnya mengandalkan layar sentuh untuk mengendalikan beragam fungsi mobil.

Arahan yang diambil Tesla mungkin agak kelewat ekstrem. Kalau untuk keperluan seperti mengecek tekanan ban, touchscreen mungkin merupakan medium interaksi yang sangat pas. Namun kalau untuk mengatur arah semburan AC atau membuka jendela mobil, saya rasa reflek manusia akan lebih nyaman dengan kehadiran tuas fisik.

Sayang sepertinya trennya lebih condong ke visi Tesla. Mercedes-Benz baru-baru ini menjabarkan secara detail mengenai pembaruan yang mereka terapkan pada sistem infotainment MBUX-nya, yang siap menjalani debutnya bersama S-Class generasi terbaru. Kalau mau penjelasan sederhananya, versi baru MBUX ini melibatkan touchscreen berukuran besar sebagai panel kontrol utamanya.

Layar sentuh OLED sebesar 12,8 inci dengan orientasi vertikal ini langsung mengingatkan saya pada touchscreen milik Tesla Model S. Menurut Mercy, kehadiran layar sentuh ini membantu mereka mengeliminasi 27 tombol yang biasanya terdapat dalam kabin S-Class. Seketika itu juga saya berpikir: “Apakah ini berarti S-Class generasi terbaru tidak dilengkapi tombol power window?”

Untungnya tidak demikian. Mercy memastikan bahwa tombol power window, tuas wiper dan lampu, serta sejumlah tombol fisik lain yang sudah sangat familier masih ada di tempat aslinya. Namun untuk kenop-kenop pengaturan sistem climate control, Mercy sudah memindahnya ke layar sentuh, meski untungnya Mercy juga merancangnya agar menghuni porsi bawah layar secara permanen.

MBUX

Tepat di balik lingkar kemudinya, tentu saja panel instrumennya juga sudah sepenuhnya digital. Satu hal baru yang Mercy perkenalkan di sini adalah semacam teknologi 3D display yang glasses-free. Pastinya untuk apa fitur ini Mercy buat belum dijelaskan, dan yang menurut saya lebih menarik adalah teknologi AR-HUD alias augmented reality heads-up display.

Penerapan AR di bidang otomotif bukanlah hal baru, akan tetapi Mercy berhasil mengintegrasikan teknologinya dengan HUD, yang berarti konten AR bisa diproyeksikan langsung ke jendela depan mobil. Hasil proyeksinya pun cukup luas, setara layar 77 inci kalau kata Mercy.

Tentu saja implementasi AR di sini bukan sebatas untuk keren-kerenan saja. Salah satu fungsinya adalah sebagai format baru untuk menampilkan panduan navigasi. Dan karena tampilannya sekarang bisa diproyeksikan ke jendela depan, maka pengemudi bisa melihat arah panah petunjuk navigasi yang seakan-akan berada tepat di atas jalanan.

Berhubung S-Class identik dengan mobil para bos yang pasti punya sopir pribadi, tentu saja kabin belakangnya turut dibanjiri layar sentuh. Maksimal hingga tiga buah, satu di konsol pembatas dan dua sisanya di belakang jok depan.

MBUX

Teknologi keamanan biometrik juga menjadi salah satu fitur yang diunggulkan MBUX versi terbaru. Dari yang sederhana seperti memindai kode QR untuk mengaktifkan profil pengemudi (yang menyimpan informasi-informasi seperti posisi jok, pengaturan climate control, dan lain sebagainya), sampai yang lebih kompleks seperti fingerprint scanning dan facial recognition.

Pada S-Class terbaru nanti, facial recognition tak hanya dipakai untuk memantau apakah pengemudi mulai mengantuk, melainkan juga untuk mengaktifkan beragam fungsi-fungsi cerdas, seperti misalnya menyesuaikan posisi kaca spion secara otomatis (dengan memperhatikan posisi kepala dan mata pengemudi relatif terhadap sandaran jok dan parameter-parameter lainnya).

Mercy juga tak mau melupakan sistem voice recognition. Pada MBUX versi terbaru, perintah suara dapat diberikan tanpa harus menyebutkan “Hey Mercedes” setiap kali. Mercy mengklaim sistemnya telah mendukung 27 bahasa yang berbeda, serta mampu memahami instruksi-instruksi yang implisit seperti misalnya “Saya kepanasan” daripada yang terang-terangan seperti “Turunkan suhu AC ke 20 derajat”.

Sejauh ini penawaran Mercy terdengar lebih menarik daripada Tesla kalau buat saya. Digitalisasi itu penting, dan kita tentu ingin bisa mengakses beragam fitur mobil semudah menavigasikan smartphone. Kendati demikian, beberapa hal tetap lebih mudah dikendalikan via tombol atau tuas fisik. Anda tentunya bakal keberatan kalau tombol volume pada ponsel Anda dihilangkan, bukan?

Sumber: CNET dan Daimler.

Polestar Terus Sempurnakan Sistem Infotainment Berbasis Android pada Mobil Elektriknya

Diumumkan setahun lalu, Polestar 2 terdengar menarik bukan hanya karena ia berpotensi menjadi salah satu pesaing terkuat Tesla Model 3, melainkan juga karena ia merupakan mobil pertama yang mengemas Android Automotive OS; evolusi Android Auto yang sudah terintegrasi langsung pada sistem infotainment bawaan mobil.

Dalam pengembangannya, Polestar bekerja sama langsung dengan Google. Google yang merancang semua fungsionalitas Android Automotive OS, kemudian Polestar yang memoles user interface-nya hingga tampak minimalis dan senada dengan nuansa kabin Polestar 2 itu sendiri. Menariknya, kolaborasi ini tidak terhenti begitu saja pasca peluncuran Polestar 2.

Baru-baru ini, Polestar membeberkan rencananya untuk semakin menyempurnakan sistem infotainment milik mobil elektrik perdananya tersebut. Android Automotive OS memang sudah jauh lebih canggih ketimbang mayoritas sistem infotainment lain, akan tetapi Polestar yakin sistem ini masih bisa disempurnakan lagi lewat aspek personalisasi yang lebih komprehensif.

Polestar 2 Android Automotive OS

Sekadar mengingatkan, Polestar 2 menerapkan teknologi digital key sebagai standar; yang menjadi kunci mobil adalah smartphone masing-masing pemilik mobil. Kunci digital ini krusial dalam aspek personalisasi, memungkinkan Polestar 2 untuk mendeteksi pengemudi yang berbeda (yang sudah diverifikasi oleh pemilik mobilnya tentu saja), lalu menyesuaikan posisi jok, spion, suhu kabin dan pengaturan sistem hiburan berdasarkan preferensi masing-masing pengemudi.

Ke depannya, selain mengevaluasi preferensi, sistem juga akan melihat aplikasi-aplikasi yang terakhir digunakan sebagai salah satu faktor. Kalau pengemudi mengizinkan, sistem dapat menampilkan informasi-informasi yang relevan dan kontekstual secara proaktif.

Saat mobil sedang diparkir di titik charging misalnya, sistem bakal menampilkan sejumlah aplikasi streaming video sehingga pengemudi tidak bosan menunggu selagi baterai mobilnya diisi ulang. Ya, Polestar dan Google memang bukan yang pertama menerapkannya, sebelum ini Tesla juga sudah menghadirkan fitur serupa.

Polestar 2 Android Automotive OS

Sifat proaktif ini turut didukung oleh pembaruan pada Google Assistant. Polestar bilang bahwa ke depannya Assistant bakal bisa diajak bercakap-cakap secara lebih alami sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa pengemudi hanya sebatas melontarkan instruksi demi instruksi.

Terakhir dan yang tidak kalah menarik adalah penerapan sistem eye-tracking di dashboard. Jadi saat pengemudi terdeteksi lebih banyak melihat layar ketimbang jalanan, sistem akan langsung memberikan peringatan. Eye-tracking juga berpengaruh pada bagaimana informasi ditampilkan di layar; kalau pengemudi sedang fokus ke jalanan, layarnya akan meredup dengan sendirinya.

Lebih jelasnya, Polestar berencana mendemonstrasikan penyempurnaan sistem infotainment milik Polestar 2 ini melalui live stream di YouTube pada tanggal 25 Februari mendatang.

Sumber: Car and Driver dan Polestar.

Mobil Terbaru Acura Andalkan Sistem Infotainment Berbasis Touchpad yang Tidak Biasa

Mayoritas mobil zaman sekarang hampir bisa dipastikan mengemas layar besar pada bagian dashboard-nya. Meski demikian, cara mengoperasikannya berbeda-beda. Ada yang mengandalkan sentuhan langsung pada layar, ada yang memanfaatkan gesture, ada pula yang menggunakan kenop putar ala mobil-mobil mewah asal Jerman.

Masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri, itulah mengapa Honda lewat divisi luxury-nya, Acura, mencoba meracik sistem baru yang mereka yakini paling ideal. Sistem ini mengandalkan pengoperasian berbasis touchpad, tapi berbeda dari yang biasa terdapat pada mobil maupun laptop.

Acura RDX True Touchpad Interface

Acura menyebut sistem barunya dengan istilah True Touchpad Interface, dengan premis utama absolute positioning. Maksudnya adalah, di mana pun jari Anda berada pada touchpad, posisinya di layar bakal sama persis. Tidak ada lagi namanya menggerak-gerakkan kursor menggunakan jari.

Jadi ketika jari Anda menyentuh ujung kiri atas touchpad, maka yang terpilih di layar juga yang berada di ujung kiri atas. Semua bagian touchpad-nya pun bisa ditekan, sehingga kita tak perlu lagi menengok ke layar untuk memastikan apakah salah satu menu sudah terakses atau belum.

Permukaan touchpad-nya ini berbentuk cekung guna membantu kita memastikan posisi jari tanpa harus menengok ke bawah. Touchpad-nya juga terbagi menjadi dua, di mana yang sebelah kanan yang berukuran lebih kecil berfungsi untuk menavigasikan bagian layar sebelah kanan yang memang juga lebih kecil.

Acura RDX True Touchpad Interface

Pengoperasian semacam ini tentunya membutuhkan adaptasi, apalagi kita sudah begitu terbiasa dengan touchpad di laptop yang cara kerjanya berbeda. Namun begitu kita sudah menguasainya, Acura yakin pengendalian sistem bisa dilakukan secara lebih mudah sekaligus aman, sebab pandangan kita tidak sedikit-sedikit teralihkan.

Rencananya sistem True Touchpad Interface ini bakal menjalani debutnya bersama SUV Acura RDX edisi 2019. Untuk lebih jelasnya, tonton video demonstrasi dari Acura di bawah ini.

Sumber: Engadget.

Ford Hadirkan Integrasi Waze pada Sistem Sync 3-nya Bagi Pengguna iPhone

Pemilik mobil yang mendukung Android Auto sudah bisa mengakses aplikasi navigasi Waze langsung dari dashboard sejak tahun lalu. Pengguna Apple CarPlay di sisi lain masih harus bertabah dengan Apple Maps, dan kita semua tahu Apple Maps hingga kini masih tergolong inferior, apalagi jika dibandingkan Waze yang berbasis crowdsourcing.

Kabar baiknya, pengguna iPhone sekarang punya cara lain untuk mengakses Waze langsung dari dashboard mobilnya, dengan catatan mobil yang ditungganginya punya cap Ford, serta mendukung sistem Ford Sync 3. Semuanya berkat teknologi Sync AppLink yang dikembangkan Ford, yang pada dasarnya mampu memproyeksikan aplikasi di smartphone menuju layar pada dashboard.

Ford Sync 3 Waze

Apabila semua syarat tadi sudah dipenuhi, pengguna hanya perlu menyambungkan iPhone-nya (iOS 11.3 ke atas) ke port USB di dashboard, dan Waze pun bisa langsung ditampilkan di layar. Mengoperasikannya bisa langsung di layar sentuh, atau bisa juga dengan menggunakan perintah suara. Panduan navigasi lisan pun juga akan keluar dari sistem audio bawaan mobil.

Melihat tampilan navigasi Waze di layar dashboard jelas lebih nyaman sekaligus aman ketimbang di layar iPhone yang imut-imut. Karena aplikasinya sebenarnya berjalan di smartphone, maka fitur-fiturnya tidak ada yang hilang ketika diakses lewat dashboard, dan salah satu yang paling penting adalah dukungan perintah suara itu tadi.

via Gfycat

Kalau Ford bisa, semestinya pabrikan lain juga bisa. Semoga saja mereka jadi tergerak untuk menghadirkan integrasi serupa, sehingga para pengguna iPhone tidak jadi tambah iri dengan teman-teman pengguna Android-nya yang dengan mudahnya mengakses Waze lewat Android Auto.

Sumber: Ford.

Audi dan Volvo Bakal Kembangkan Mobil dengan Android Auto Terintegrasi

Update terakhir yang dirilis Google untuk Android Auto menuntaskan masalah seputar kompatibilitas. Artinya, Anda tidak perlu mobil yang kompatibel untuk bisa menikmati Android Auto. Kendati demikian, masih ada sejumlah manfaat ekstra seandainya Android Auto bisa terintegrasi ke sistem bawaan mobil.

Yang pertama menyangkut aspek kenyamanan. Satu sistem untuk mengontrol sistem pendingin, membuka-tutup sunroof, menampilkan rute GPS pada Google Maps dan memutar playlist favorit di Spotify sudah pasti lebih memudahkan ketimbang harus mengaksesnya dari dua sistem terpisah (mobil dan ponsel).

Yang kedua, tampilan Android Auto pastinya bisa lebih optimal di layar dashboard yang berukuran lebih besar, plus informasi yang disajikan juga bisa lebih banyak atau lebih lengkap. Itulah mengapa Audi dan Volvo memutuskan untuk mengintegrasikan Android Auto pada sejumlah mobil besutan mereka ke depannya.

Dashboard mobil konsep Audi Q8 Sport dengan integrasi Android Auto / Google
Dashboard mobil konsep Audi Q8 Sport dengan integrasi Android Auto / Google

Selain manfaat yang sudah saya sebutkan tadi, integrasi Android Auto pada sistem infotainment bawaan mobil ini juga berarti Anda tetap bisa berinteraksi dengan Google Assistant meskipun ponsel Anda tertinggal di rumah. Lebih lanjut, karena hampir semua panel instrumen pada mobil-mobil generasi terkini sudah digital, pengemudi bisa langsung menyimak informasi yang ditampilkan Android Auto di balik lingkar kemudi.

Integrasi Android Auto ini rencananya bakal didemonstrasikan pada ajang Google I/O mulai 17 Mei besok. Volvo sendiri berniat untuk merilis mobil baru dengan integrasi Android Auto setidaknya dalam waktu dua tahun, sedangkan Audi bakal memamerkannya bersama mobil konsep baru Q8 Sport.

Sumber: Google dan The Verge.

Microsoft Office untuk Sistem Infotainment Mobil? Kenapa Tidak

Begitu kira-kira yang ada di benak Harman, perusahaan induk Harman/Kardon, saat mengumumkan kolaborasi barunya bersama Microsoft di ajang CES 2016. Mereka tidak guyonan, salah satu pemasok sistem infotainment mobil terbesar itu berencana mengintegrasikan sejumlah elemen kunci Office 365 ke dalam sistem besutannya.

Tapi jangan bayangkan Anda bakal membuat slide PowerPoint selagi berkonsentrasi mengemudi – meski hal ini kemungkinan bisa saja terjadi ketika teknologi kemudi otomatis sudah benar-benar matang nantinya. Sejauh ini fitur Office 365 yang didukung mencakup mengecek email, mengatur jadwal di kalender serta bergabung dalam conference call, semuanya dibantu oleh sebuah asisten virtual.

Kehadiran asisten virtual – kemungkinan Cortana – ini penting sebab kita tentu saja tidak mau tertimpa nasib sial hanya dikarenakan ingin lebih produktif di luar kantor. Pengemudi nantinya bahkan juga bisa mengakses Skype langsung dari dashboard mobil, meski fitur ini hanya bisa diakses saat mobil sedang diparkir.

Yang menarik, Harman bakal ‘menugaskan’ sejumlah sensor yang dimiliki mobil sebagai pengawas; saat sensor mendeteksi mobil sedang berjalan, Skype tak akan bisa diakses, tapi begitu sudah diparkir, pengemudi pun bebas menghubungi rekan atau keluarganya lewat video call. Namun Harman juga menegaskan bahwa fitur ini nantinya tetap bisa dinikmati saat mobil tengah berjalan dengan bantuan teknologi kemudi otomatis.

Integrasi Microsoft Office dalam sistem infotainment Harman

Menurut Harman sendiri, menggandeng Microsoft adalah salah satu langkah yang tepat dalam mewujudkan visinya untuk menjadikan mobil lebih canggih, cerdas sekaligus produktif. Mereka melihat bahwa pengemudi tak cuma menginginkan pengalaman infotainment yang lebih personalized, tapi juga yang bisa meningkatkan produktivitas masing-masing.

Buat Microsoft, ini merupakan salah satu langkah besar mereka di ranah otomotif. Apple dan Google sudah lebih dulu mencuri langkah lewat CarPlay dan Android Auto. Dengan memilih Harman sebagai partner, serta pendekatan yang berbeda – menyasar aspek produktivitas ketimbang infotainment secara menyeluruh – akan sangat menarik melihat kiprah Microsoft selanjutnya di bidang ini.

Sejauh ini belum ada keterangan soal kapan integrasi Microsoft Office 365 ini bakal mendarat di mobil yang ditenagai sistem infotainment garapan Harman. Harman juga belum mengungkapkan secara lengkap pabrikan mobil mana saja yang memberikan lampu hijau pada inovasi terbarunya ini.

Sumber: Harman.

Bosch Pamerkan Teknologi Interior Mobil Futuristis di CES 2016

Lebih dikenal sebagai brand perkakas elektronik dan power tool di Indonesia, sebetulnya 60 persen pemasukan Bosch tiap tahun dihasilkan dari teknologi otomotif. Bagi produsen di bidang itu, ajang Consumer Electronics Show 2016 akan menjadi medium tepat untuk memamerkan produk mutakhir. Buat Bosch sendiri, inovasi difokuskan pada sistem infotainment kendaraan.

Sang perusahaan asal Jerman itu sengaja datang jauh-jauh dari markas besarnya di Gerlingen ke Las Vegas buat memperkenalkan konsep konektivitas mobil generasi selanjutnya. Mereka belum memberinya nama, tapi penemuan ini begitu canggih, dan kemungkinan mampu mengubah cara pengemudi mengendalikan serta berinteraksi pada kendaraan yang mereka bawa.

Bosch Car Infotainment System 02

Konsep Bosch dimaksudkan untuk memperlihatkan seperti apa ‘user interface masa depan’. Sistem berupa touchscreen beresolusi tinggi ditaruh di kendaraan convertible dua kursi. Ia memenuhi bagian console utama, juga ditempatkan pada kedua pintu. Interface memungkinkan pengendara dan penumpang mengakses fungsi-fungsi dasar semisal internet, melihat agenda, serta navigasi.

Konektivitas turut tersambung ke tempat tinggal, sehingga kita bisa mengaktifkan/mematikan AC dari jauh, menyalakan sistem keamanan, bahkan sampai membuka kunci pagar rumah. Bosch tak lupa mengembangkan software berbasis cloud di mana komputer memanfaatkan sinyal GPS buat mengkalkulasi posisi mobil, demi menentukan apakah Anda berjalan ke arah yang benar atau tidak.

Bosch Car Infotainment System 03

Sistem infotainment tersebut segera mengeluarkan tanda waspada berupa cahaya lampu dan suara ketika penyeberang melintasi jalan. Hal serupa diterapkan pada mobil yang datang dari arah berlawanan. Menurut Bosch, solusi ini akan jadi kunci penting dalam menghindari kecelakaan. Buat menyempurnakannya, tim pengembang berniat untuk membubuhkan asisten pribadi, mirip Siri atau Cortana.

Bagian paling unik dari teknologi Bosch ini ada pada touchscreen. Kabarnya, komponen tersebut sanggup mensimulasikan sensasi mirip sewaktu kita menekan tombol atau memutar dial sungguhan. Ia membuat berkendara lebih aman karena pengemudi dapat meraba, tak lagi harus melihat layar sentuh. Lalu jika Anda sedang merasa malas, kendara bisa diperintahkan agar parkir dengan sendirinya.

Bosch menggunakan mobil Tesla Model S sebagai basis untuk membenamkan sistem infotainment canggih itu. Kreasi mereka itu sudah diuji di Jerman, Jepang serta Amerika Serikat, dan rencananya akan mulai tersedia di tahun 2020.

Bosch Car Infotainment System 04

Via Digital Trends. Sumber: Bosch.

Kabar Buruk, Toyota Ogah Integrasikan Apple CarPlay dan Android Auto

Toyota adalah salah satu perusahaan otomotif yang sangat unik. Bagaimana tidak, di saat pabrikan-pabrikan lainnya berlomba menawarkan integrasi Apple CarPlay dan Android Auto, Toyota malah tampak semakin ogah-ogahan. Continue reading Kabar Buruk, Toyota Ogah Integrasikan Apple CarPlay dan Android Auto

Toyota Berencana Memakai Platform Connected Car Milik Ford, SmartDeviceLink

Tidak seperti mayoritas pabrikan mobil lain, sampai detik ini belum ada kabar yang mengonfirmasi rencana Toyota untuk mengadopsi Apple CarPlay maupun Android Auto. Dalam berita terbaru, merek mobil paling populer di dunia tersebut justru tengah mengulik software open-source besutan Ford, SmartDeviceLink atau SDL. Continue reading Toyota Berencana Memakai Platform Connected Car Milik Ford, SmartDeviceLink