Ford Pamerkan Mustang Mach-E 1400, Prototipe Mobil Elektrik Bertenaga 1.400 Hp

November tahun lalu, Ford menyingkap mobil elektrik perdananya, Mustang Mach-E. Kalau semuanya sesuai rencana, mobil tersebut bakal mulai mengaspal di akhir tahun ini. Namun sebelum itu terealisasi, Ford ingin lebih dulu menunjukkan segila apa sebenarnya performa mobil elektrik yang bisa kita ekspektasikan dari mereka.

Dari situ terlahir prototipe mobil elektrik yang benar-benar tidak mau berkompromi soal performa. Namanya Mustang Mach-E 1400, dan seperti yang sudah bisa ditebak dari namanya, angka tersebut merujuk pada total output tenaga yang dapat dihasilkannya: 1.400 tenaga kuda. Wujudnya tentu mirip seperti Mach-E standar, hanya saja dengan sederet body kit yang telah dipasangkan ke sana-sini.

Ford tidak sendirian selama menggarap Mach-E 1400, mereka ditemani oleh para ahli dari rumah modifikasi RTR Vehicles. Inspirasi mereka terpusat pada Mustang Cobra Jet 1400, prototipe mobil elektrik yang dikhususkan untuk melahap sirkuit drag race. Meski demikian, Mach-E rupanya tidak hanya jago di trek lurus saja. Ia juga siap diajak nge-drift secara ekstrem.

Ford tidak membeberkan data-data performa pada umumnya seperti akselerasi maupun top speed, akan tetapi spoiler belakangnya yang begitu masif pada dasarnya merupakan pertanda bahwa mobil ini bisa terbang seandainya output tenaganya tidak diimbangi oleh downforce yang tinggi. Ford mengklaim downforce-nya bisa menembus angka 1 ton di kecepatan 250 km/jam.

Tenaga 1.400 horsepower itu datang dari tujuh buah motor elektrik. Tiga dipasangkan di depan, empat sisanya menggerakkan roda belakang, dan mobil ini dapat dikonfigurasikan sebagai kendaraan FWD, RWD, maupun AWD. Jangan tanya soal jarak tempuhnya dalam sekali pengisian, sebab mobil ini jelas tidak dimaksudkan untuk berkendara jauh.

Pada kenyataannya, kapasitas baterai Mach-E 1400 cuma tercatat di angka 56,8 kWh. Sel baterainya terbentuk dari bahan nikel, mangan, dan kobalt, dan tujuannya adalah supaya baterai dapat menyalurkan sekaligus menerima energi yang begitu besar dalam waktu singkat.

Kepada Road and Track, perwakilan Ford bilang bahwa baterainya ini mereka rancang supaya bisa bertahan selama satu jam kebut-kebutan, lalu di-charge selama satu jam, dan kembali menyuplai daya selama satu jam, begitu seterusnya. Mekanisme pendingin tak lupa Ford sematkan agar baterainya tidak kepanasan saat di-charge, dan Ford mengklaim charging selama kurang dari satu jam sudah cukup untuk mengisi 80% kapasitasnya.

Seperti yang saya bilang, Ford menciptakan Mach-E 1400 murni untuk menunjukkan performa ekstrem yang dapat dihasilkan oleh sebuah mobil elektrik. Mereka juga berencana untuk mendemonstrasikannya lebih lanjut pada sebuah ajang balapan Nascar. Semoga saja mereka juga berkenan meminjamkannya kepada Top Gear untuk diadu melawan Volkswagen I.D. R.

Sumber: The Drive dan Ford.

Ford Resmi Perkenalkan Mobil Elektrik Pertamanya, Mustang Mach-E

Siapa yang tidak mengenal Ford Mustang? Salah satu ikon terbesar kategori muscle car ini telah eksis selama lebih dari setengah abad, dan dalam kurun waktu yang panjang itu, secara total Ford telah menelurkan enam generasi Mustang yang berbeda, dengan generasi terakhir yang dipasarkan mulai 2015.

Generasi keenamnya ini cukup istimewa. Istimewa karena untuk pertama kalinya, bakal ada model yang tak membutuhkan bensin di keluarga Mustang. Di saat muscle car identik dengan mesin V8 berkapasitas besar, Ford justru memberanikan diri merancang Mustang versi elektrik.

Ford Mustang Mach-E

Dari situ terlahir Ford Mustang Mach-E, Mustang pertama yang bertenaga listrik, sekaligus yang pertama kali mengadopsi rancangan SUV. Terlepas dari dua kejanggalan tersebut, sejumlah elemen khas Mustang memang masih bisa kita lihat jelas dari eksteriornya, dan kesan sporty-nya pun sama sekali tidak luntur meski berwujud SUV.

Sebagai bagian dari keluarga Mustang, Mach-E tentu tidak mau merusak reputasinya dalam hal performa. Konfigurasi termurahnya ditargetkan mampu menghasilkan daya sebesar 332 tenaga kuda dan torsi 417 Nm. Di saat yang sama, Ford juga bakal menawarkan Mach-E GT Performance Edition, varian paling mahal sekaligus paling bertenaga yang sanggup menghasilkan daya sebesar 459 tenaga kuda dan torsi 830 Nm, dengan akselerasi 0 – 100 km/jam di kisaran 3 detik.

Soal efisiensi, Mach-E pun tidak mengecewakan. Varian termurahnya bakal hadir membawa baterai berkapasitas 75,7 kWh, akan tetapi konsumen juga bisa memilih opsi dengan kapasitas lebih besar, tepatnya 98,8 kWh. Untuk yang berkapasitas besar ini, Ford bilang satu kali pengisian cukup untuk membawa Mach-E menempuh jarak 480 kilometer.

Ford Mustang Mach-E

Juga menarik adalah generasi terbaru sistem infotainment Ford SYNC yang akan menjalani debutnya bersama Mach-E. Premis yang Ford tawarkan adalah sistem yang adaptif, yang memanfaatkan machine learning untuk terus mempelajari preferensi pengemudi seiring berjalannya waktu.

Jadi semisal seorang pemilik Mach-E selalu menelepon rumahnya dalam perjalanan pulang dari kantor, SYNC bakal merekomendasikan hal tersebut di waktu yang tepat. Lalu seandainya pemilik mobil selalu berkunjung ke gym setiap hari Senin, SYNC juga akan menyuguhkan panduan navigasi ke lokasi tersebut secara otomatis di hari yang tepat pula.

Ford Mustang Mach-E

Interface-nya sendiri mengandalkan layar sentuh besar berukuran 15,5 inci yang diposisikan di tengah dashboard. Satu detail yang menarik menurut saya adalah bagaimana Ford turut mengintegrasikan kenop volume fisik pada bagian bawah layar. Ini menandakan bahwa tidak sedikit konsumen yang benci harus mengoperasikan layar sentuh hanya untuk mengatur volume audio. Ya, yang saya maksud adalah konsumen Tesla Model 3, yang dashboard-nya benar-benar bersih dari input fisik.

Dashboard Mach-E sendiri sudah tergolong cukup minimalis. Panel instrumen digital di balik lingkar kemudinya pun juga terkesan mungil. Detail lain yang tak kalah menarik adalah speaker rancangan Bang & Olufsen yang disembunyikan di sekujur panel dashboard di atas ventilasi AC hingga menyerupai sebuah soundbar.

Ford Mustang Mach-E

Di saat yang sama, ruang kabinnya terkesan cukup lega untuk lima penumpang, dan berhubung ia bertenaga listrik, ruang mesin di bagian depannya pun telah digantikan oleh bagasi tambahan. Terakhir, Mach-E juga menjadi mobil pertama Ford yang mengusung teknologi Phone As A Key, sehingga konsumen dapat membuka kunci pintu mobil hanya dengan mendekat sembari membawa ponselnya.

Lalu kapan mobil ini dijadwalkan mengaspal? Paling cepat akhir 2020, dengan banderol mulai $43.895 untuk konfigurasi terendahnya. Harganya termasuk terjangkau apabila dibandingkan dengan SUV elektrik lain, semisal Audi e-tron, akan tetapi kelasnya memang sudah berbeda jauh.

Sumber: Ford.

Fordzilla Bawa Nama Ford di Kompetisi Forza Motorsport

Ford akan membentuk tim esports yang dinamai Fordzilla. Sebagai perusahaan pembuat mobil, tentu saja tim tersebut akan bertanding dalam game balapan. Salah satu game yang akan diikuti oleh Fordzilla adalah Forza Motorsports, game buatan Turn 10 Studios.

Di Gamescom, Ford mengatakan bahwa mereka akan membuat tim dari lima negara, yaitu Jerman, Inggris Raya, Italia, Prancis, dan Spanyol. Selain itu, mereka juga akan membentuk satu tim all-star Eropa yang terdiri dari pemain terbaik dari tim masing-masing negara.

“Di Ford, kami punya pengetahuan tentang balapan yang tidak dipunyai pihak lain. Sekarang, sudah waktunya bagi kami untuk mengaplikasikan pengetahuan itu ke dunia esports — merealisasikan imajinasi dari generasi baru pembalap virtual, mendorong mereka untuk mencoba mobil Ford Performance kami,” kata Vice President, Market Sales & Service, Ford of Europe, Roelant de Waard, seperti dikutip dari Stuff.

Menurut Stuff, ada jutaan orang yang memainkan franchise Forza setiap bulannya. Sementara Ford mengklaim, ada lebih dari satu juta orang yang menggunakan mobil bermerek Ford dalam game tersebut. “Kami senang karena Forza Motorsport terus menjadi game pilihan untuk perusahaan besar seperti Ford ketika mereka meluncurkan program esports mereka,” kata Justin Osmer, Senior Manager of Partnership Development, Turn 10 Studios, kreator Forza.

Saat ini, kompetisi esports untuk game MOBA dan game battle royale memang relatif lebih populer dari game racing. Hanya saja, lain hanya dengan Dota 2 dan PUBG, pemain game balapan bisa mengaplikasikan apa yang mereka pelajari di game ke dunia nyata. Hal ini terbukti ketika Lucas Ordonez, pemenang Nissan-PlayStation GT Academy pada 2008 resmi menjadi pembalap untuk Nissan pada 2013. Di Indonesia, Nissan juga sempat membuka Nissan GT Academy pada 2016 lalu.

“Perbedaan antara dunia virtual dan dunia nyata semakin mengabur. Gaming kini menjadi bagian dari budaya mainstream,” kata Amko Leenarts, Director, Design, Ford of Europe. “Gamer terbaik menjadi tantangan bagi pembalap di dunia nyata dan banyak dari kegiatan sehari-hari kami yang kami gamifikasi, mulai dari menggunakan aplikasi fitness sampai mengumpulkan poin untuk mendapatkan kopi gratis. Mengembangkan semangat dan keahlian komunitas gaming akan membantu kami untuk mengubah cara pikir kami tentang tren di masa depan — sesuatu yang menjadi komitmen kami.”

Ford mengumumkan Fordzilla pada Gamescom. Ini bukan kali pertama Ford membuka booth di gelaran game tersebut. Mereka mulai untuk membuka stand di Gamescom pada 2017. Tahun lalu, mereka memanfaatkan Gamescom untuk memperkenalkan mobil barunya, Ranger Raptor, di Eropa. Kali ini, mereka membahas tentang Fordzilla. Sejak minggu lalu, Ford memang sudah mengimplikasikan bahwa akan ada sesuatu yang menarik yang akan mereka umumkan.

Ford Motor Company Bersiap-Siap Menyelami Dunia Esports dan Gaming

Esports terus menunjukkan momentum sebagai tempat hangat baru untuk perusahaan-perusahaan otomotif menghadirkan brand mereka. Baru bulan lalu kita mendengar kolaborasi antara Chevrolet dengan Invictus Gaming, kini Ford Motor Company ikut menyatakan minat mereka untuk terjun ke dunia esports dan gaming. Perusahaan global yang bermarkas di Michigan, Amerika Serikat ini mengumumkan di situs resminya, pada tanggal 14 Agustus 2019.

Sebetulnya Ford sama sekali belum mengungkap seperti apa wujud partisipasi di bidang esports yang mereka maksud. Ford hanya menyatakan akan hadir dalam acara pameran Gamescom di Cologne, Jerman, pada tanggal 20 – 24 Agustus 2019. Di booth mereka nanti, Ford memberi kesempatan para pengunjung untuk menikmati sejumlah hiburan gaming, mulai dari tayangan video 4D hingga aksi bernuansa arcade. Kemudian barulah Ford akan mengungkap seperti apa program esports dan gaming yang tengah mereka rencanakan.

Kehadiran Ford di Gamescom sendiri bukanlah yang pertama kalinya. Malah sebetulnya mereka adalah brand yang sudah langganan tampil di Gamescom. Ajang pameran game terbesar Eropa yang digelar setahun sekali itu bahkan menjadi tempat diungkapnya produk baru Ford pada tahun 2018, yaitu Ford Ranger Raptor.

Ford juga pernah menggelar perlombaan balap dengan game Forza Motorsport 7 di Gamescom 2017, di mana pemenangnya berhak mencoba balap sungguhan di sirkuit Spa-Francorchamps, Belgia, menggunakan mobil Ford Focus RS.

Meski belum diungkap secara detail, tanda-tanda bahwa Ford akan terjun ke dunia esports sudah muncul sejak beberapa bulan lalu. Dilaporkan oleh GameSpot, Ford sempat memasang lowongan kerja di LinkedIn untuk posisi posisi Global Marketing Partnerships, Gaming and Esports. Salah satu kewajiban posisi ini adalah mencari cara bagaimana Ford dapat memanfaatkan gaming untuk meningkatkan brand loyalty. Ford juga ingin pemegang posisi ini untuk membangun relasi level senior dengan berbagai partner esports ternama, seperti Riot Games, Activision Blizzard, Epic Games, Google Stadia, dan sebagainya.

Ford menyebut esports sebagai “fenomena yang diikuti oleh jutaan orang di seluruh penjuru bumi baik secara online maupun langsung di arena-arena terbesar dunia”. Ditambah dengan langkah Ford yang tidak langsung mengumumkan lewat siaran pers biasa tapi menunggu momen di event besar, tampaknya rencana Ford di bidang gaming dan esports ini akan menjadi sesuatu yang cukup penting. Dalam situs resminya pun mereka menyebut akan mengumumkan sebuah “berita yang signifikan”. Sementara menunggu Gamescom dimulai pada tanggal 20 Agustus, kita hanya bisa menebak-nebak apa rencana Ford nantinya.

Sumber: Ford, GameSpot

Ford Ciptakan Troli Belanja yang Dapat Mengerem Sendiri

Saya kira hampir semua anak kecil pernah memperlakukan troli belanja di supermarket layaknya sebuah skateboard. Namun tidak sedikit juga orang tua yang melarang anaknya dengan mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi: trolinya meluncur dan menabrak rak, atau lebih parah lagi, menabrak orang lain.

Entah bagaimana cerita pastinya, akan tetapi sepertinya salah satu engineer Ford ada yang berpikir, “Kalau mobil saja bisa mengerem dengan sendirinya, kenapa troli belanja tidak bisa?” Atas pemikiran tersebut, lahirlah prototipe troli canggih yang mereka juluki “Self-Braking Trolley”.

Sesuai namanya, troli belanja ini dirancang agar dapat mengerem dengan sendirinya ketika terdeteksi bakal terjadi benturan. Lalu mengapa harus perusahaan seperti Ford yang membuatnya? Karena cara kerjanya mirip seperti teknologi Pre-Collision Assist yang mereka terapkan di sejumlah mobil buatannya.

Ford Self-Braking Trolley

Pada mobil-mobil yang dilengkapi teknologi tersebut, ada kamera dan radar yang selalu aktif memantau keberadaan kendaraan, pesepeda maupun pejalan kaki di depan mobil. Lalu ketika mobil sudah semakin dekat dan pengemudi tidak segera bertindak mengikuti peringatan yang diberikan, maka mobil akan mengerem dengan sendirinya.

Di troli ini pun juga demikian. Sensor yang terpasang di ujung depan bagian bawahnya bertugas memantau sehingga troli bisa mengerem sebelum membentur sesuatu. Jadi walaupun troli lepas dari tangan anak-anak dan meluncur begitu saja, ia akan langsung berhenti sebelum membentur orang atau objek lainnya yang terdeteksi.

Sejauh ini, Self-Braking Trolley masih berupa prototipe, dan kemungkinannya untuk diproduksi massal juga sangat kecil. Ia sejatinya merupakan bagian dari program Ford Interventions, di mana mereka mencoba memanfaatkan inovasi-inovasi di bidang otomotif untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Jadi ketimbang troli ini Ford produksi sendiri, mungkin ia bisa menjadi inspirasi buat yang lain.

Sumber: Ford via Jalopnik.

Ford Sediakan Eksoskeleton Robotik Untuk Para Montirnya

Dalam pop culture modern, penggunaan eksoskeleton robotik merekat erat dengan kisah-kisah sci-fi. Ada banyak film dan game yang mengusungnya, dari mulai Edge of Tomorrow, Avatar, Elysium, Call of Duty: Advanced Warfare, Fallout 4 sampai Anthem. Namun di dunia nyata, eksoskeleton sudah lama dimanfaatkan untuk membantu manusia di bidang industri dan medis.

Dan kali ini, satu perusahaan otomotif asal Michigan mengadopsi penggunaan teknologi canggih itu ke ranah yang digelutinya selama lebih dari seabad. Di bulan Agustus ini, Ford Motor Company mulai membagikan eksoskeleton robotik untuk para karyawannya. Perangkat bernama EksoVest itu disiapkan buat meminimalkan rasa lelah dan ketidaknyamanan pekerja, serta mengurangi peluang terjadinya cedera fisik – terutama ketika teknisi melakukan gerakan repetitif.

“Bayangkan harus mengangkat sekarung tepung atau buah semangka ke atas kepala sebanyak 4.600 kali dalam satu hari sebagai bagian dari pekerjaan Anda,” jelas Ford Motor Company. “Jumlah tersebut kurang lebih setara dengan aktivitas yang dilakukan para pekerja di pabrik Ford di seluruh dunia untuk merakit kendaraan.”

EksoVest punya penampilan yang jauh lebih kecil dan ringkas dibanding eksoskeleton di dalam film/game, dengan desain mirip MAX atau Panasonic Assist Robot. Tersaji berupa rangkaian strap, EksoVest dirancang buat dikenakan di tubuh bagian atas, terpasang di punggung, lalu menyambung ke area pinggang, lengan atas dan lengan bawah. Ia tidak bulky ataupun menutup tubuh dan nyaman dikenakan, serta tetap membebaskan tangan untuk bergerak ke mana pun.

Eksoskeleton ini disediakan bagi karyawan yang ada di 15 pabrik Ford. Sebelum mulai dibagikan, produsen telah melangsungkan proses uji coba di pabrik Michigan Assembly Plant dan Flat Rock Assembly Plant tahun lalu, dan respons mereka yang sudah menjajalnya ternyata sangat positif.

EksoVest dapat dikenakan oleh individu dengan tinggi 157,5-sentimeter sampai 193-sentimeter. Saat memakainya, tiap tangan kita bisa mengangkat beban hingga 6,8-kilogram tanpa perlu mengeluarkan tenaga. Perangkat dirancang untuk menopang tangan para teknisi. Dalam bekerja sehari-hari, para montir ini biasanya harus mengangkat tangan di atas kepala sembari memegang peralatan yang cukup berat (misalnya obeng elektrik) sambil berdiri di bawah kendaraan.

Pengembangan EksoVest tidak dilakukan sendirian oleh Ford Motor Company. Mereka bermitra dengan Ekso Bionics, tim developer spesialis produk eksoskeleton yang punya misi untuk memperluas potensi fisik manusia melalui peningkatan daya tahan, kekuatan dan mobilitas tubuh.

Sumber: Ford.

BMW, Daimler, Ford dan VW Bersekutu Kembangkan Charger Mobil Elektrik Berdesain Anggun Sekaligus Canggih

Di titik ini, menurut saya lebih mudah menyebutkan nama pabrikan mobil yang belum mengembangkan mobil elektrik ketimbang yang sudah, sebab jumlah yang mengikuti jejak Tesla sudah sangat banyak. Namun mengapa Tesla masih merupakan yang terpopuler di segmen ini, terlepas dari statusnya sebagai pionir?

Salah satu jawabannya adalah terkait infrastruktur. Tesla memiliki jaringan pengisian Supercharger yang tersebar di ribuan titik di dunia. Situasinya jelas akan berubah seiring waktu, apalagi mengingat nama-nama besar di industri otomotif; spesifiknya BMW, Daimler, Ford dan Volkswagen Group, tengah mempersiapkan jaringannya sendiri.

Ketimbang bekerja sendiri-sendiri, keempat grup besar itu memutuskan untuk bersekutu dan membentuk joint venture bernama Ionity. Tidak tanggung-tanggung, Ionity menargetkan 400 stasiun pengisian yang tersebar di dataran Eropa pada tahun 2020 nanti. Stasiun pengisiannya pun bukan sembarangan, melainkan yang mengedepankan teknologi fast charging.

Ionity EV charger

Memangnya secepat apa? Charger besutan Ionity bisa menyalurkan daya sebesar 350 kW per unitnya, jauh lebih tinggi dibanding Tesla Supercharger yang ‘hanya’ 145 kW. Untuk sekarang memang belum ada mobil elektrik yang sanggup menerima daya sebesar itu, tapi ke depannya, mobil macam Porsche Mission E dapat menerima daya yang cukup untuk menempuh jarak 400 km dengan durasi pengisian sekitar 20 menit saja.

Sebagai bonus, stasiun pengisian milik Ionity ini tampaknya juga bakal menjadi lokasi favorit untuk mengambil selfie berkat desain unitnya yang begitu manis di mata. Adalah BMW Designworks yang dipercaya menjadi desainernya, dan hasil karyanya tampak sangat menarik meski baru sebatas gambar render.

Sumber: CNET.

Ford Hadirkan Integrasi Waze pada Sistem Sync 3-nya Bagi Pengguna iPhone

Pemilik mobil yang mendukung Android Auto sudah bisa mengakses aplikasi navigasi Waze langsung dari dashboard sejak tahun lalu. Pengguna Apple CarPlay di sisi lain masih harus bertabah dengan Apple Maps, dan kita semua tahu Apple Maps hingga kini masih tergolong inferior, apalagi jika dibandingkan Waze yang berbasis crowdsourcing.

Kabar baiknya, pengguna iPhone sekarang punya cara lain untuk mengakses Waze langsung dari dashboard mobilnya, dengan catatan mobil yang ditungganginya punya cap Ford, serta mendukung sistem Ford Sync 3. Semuanya berkat teknologi Sync AppLink yang dikembangkan Ford, yang pada dasarnya mampu memproyeksikan aplikasi di smartphone menuju layar pada dashboard.

Ford Sync 3 Waze

Apabila semua syarat tadi sudah dipenuhi, pengguna hanya perlu menyambungkan iPhone-nya (iOS 11.3 ke atas) ke port USB di dashboard, dan Waze pun bisa langsung ditampilkan di layar. Mengoperasikannya bisa langsung di layar sentuh, atau bisa juga dengan menggunakan perintah suara. Panduan navigasi lisan pun juga akan keluar dari sistem audio bawaan mobil.

Melihat tampilan navigasi Waze di layar dashboard jelas lebih nyaman sekaligus aman ketimbang di layar iPhone yang imut-imut. Karena aplikasinya sebenarnya berjalan di smartphone, maka fitur-fiturnya tidak ada yang hilang ketika diakses lewat dashboard, dan salah satu yang paling penting adalah dukungan perintah suara itu tadi.

via Gfycat

Kalau Ford bisa, semestinya pabrikan lain juga bisa. Semoga saja mereka jadi tergerak untuk menghadirkan integrasi serupa, sehingga para pengguna iPhone tidak jadi tambah iri dengan teman-teman pengguna Android-nya yang dengan mudahnya mengakses Waze lewat Android Auto.

Sumber: Ford.

Alibaba dan Ford Resmikan Vending Machine Mobil di Tiongkok

Tahun lalu, Alibaba sempat memamerkan salah satu visi mereka yang bertajuk “New Retail”, di mana sederhananya mereka mencoba menggabungkan kelebihan-kelebihan berbelanja secara offline dan online. Sekarang, mereka tengah mencoba membawa konsep tersebut ke ranah otomotif.

Bermitra dengan Ford, Alibaba ingin menyajikan pengalaman yang lebih mudah dalam membeli mobil. Kolaborasi mereka melahirkan Super Test-Drive Center, sebuah fasilitas di kota Guangzhou yang pada dasarnya merupakan vending machine berisikan mobil. Ya, vending machine berisi baju tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan ini.

Fasilitas ini sejatinya dirancang agar konsumen bisa lebih mudah melakukan test drive atas mobil yang tengah diincarnya. Alibaba bilang ada lebih dari 100 mobil (dengan model yang juga beragam, termasuk sport car Ford Mustang) yang bisa dipilih oleh konsumen di fasilitas ini.

Ford Super Test-Drive Center

Prosedurnya melibatkan layanan e-commerce Tmall kepunyaan Alibaba. Dari aplikasi ponselnya, konsumen bisa memilih model mobil yang hendak dicoba, lalu menentukan waktu pengambilannya. Metode verifikasi yang dipilih adalah facial recognition, di mana ketika tiba di fasilitas, konsumen bakal dipindai wajahnya berdasarkan selfie yang diambil saat melakukan pemesanan.

Setiap sesi test drive dihargai 99 sampai 198 yuan (tergantung modelnya), dan bisa dinikmati selama tiga hari. Khusus Alibaba Super Member, mereka bisa menikmati test drive secara cuma-cuma. Sekali lagi, ini merupakan contoh perkawinan elemen offline dan online yang cukup apik.

Merasa cocok dengan mobil yang dijajal? Konsumen tinggal mengunjungi diler Ford terdekat untuk melakukan pembelian. Ke depannya, Alibaba berharap konsumen malah bisa melakukannya langsung via Tmall.

Dari sudut pandang lain, fasilitas seperti ini sejatinya juga punya potensi untuk dimanfaatkan bersama semacam layanan persewaan mobil on-demand. Saya membayangkan skenario di masa yang akan datang di mana ketimbang membeli mobil, konsumen bisa menyewa ketika membutuhkannya, dan pengambilannya bisa langsung lewat vending machine ini.

Sumber: TechCrunch dan Alizila.

Skuter Elektrik Ford Ojo Penuh dengan Sentuhan Modern

Skuter elektrik jelas bukan barang baru, apalagi kalau konteksnya masih melibatkan event teknologi akbar seperti CES. Namun ada yang cukup istimewa dari skuter elektrik bernama Ojo berikut ini. Begitu istimewanya, pabrikan sebesar Ford tidak segan meminjamkan namanya kepadanya.

Bentuknya terbilang unik, dengan sasis aluminium yang terlihat menjulang tinggi ke atas. Ini dikarenakan pengembangnya membebaskan pengguna untuk duduk atau berdiri selagi mengendarainya. Di bawah tempat kaki pengguna berpijak tersimpan baterai rechargeable yang bisa menenagai Ojo hingga menempuh jarak sejauh 40 kilometer.

40 km memang tidak terdengar banyak, akan tetapi kekurangan itu bisa ditutupi oleh metode charging yang begitu praktis. Tepat di atas roda depannya, ada panel berisikan kabel charger yang bisa ditancapkan ke colokan listrik manapun dengan tegangan 110 V. Dengan demikian, tidak akan ada lagi skenario kelupaan membawa charger selagi bepergian.

Ford Ojo Commuter Scooter / Ojo

Ojo mengandalkan motor listrik berdaya 500 watt untuk melaju hingga secepat 32 km/jam, sesuai batasan maksimum lajur sepeda yang ditetapkan oleh banyak negara. Ada tiga mode kecepatan yang tersedia, yang bisa dipilih melalui layar sentuh pada bagian speedometer Ojo.

Pertama melihat tampilan layar sentuh tersebut, saya agak kaget dengan icon Bluetooth yang tampak di sisi kiri. Usut punya usut, Ojo rupanya juga dilengkapi sepasang speaker Bluetooth, yang tertanam di sisi kiri dan kanan sasis depannya.

Ford Ojo Commuter Scooter

Ojo sejatinya masih penuh dengan sentuhan modern di samping layar sentuh dan speaker Bluetooth itu tadi. Contoh lainnya adalah port USB untuk mengecas smartphone, kunci wireless yang dapat digunakan untuk melacak lokasi skuter maupun mengaktifkan dan menonaktifkan alarm, serta penggunaan LED sebagai lampu depan dan belakangnya.

Elemen-elemen unik inilah yang pada akhirnya memicu ketertarikan Ford untuk bekerja sama dengan Ojo. Banderol harga Ford Ojo dipatok mulai $2.199, dan pemasarannya akan dimulai dalam waktu dekat di Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa.

Sumber: PR Newswire.