Lirik Peluang, Puma Kerjasama dengan Cloud9

Garis pembatas antara industri hiburan olahraga ‘tradisional’ dengan esports kini sudah semakin tipis. Jika melihat kasus di negara-negara barat, sejumlah atlet bahkan sudah mulai investasi di dunia esports.

Salah satu contohnya adalah tim esports asal Amerika Serikat Echo Fox, yang dimiliki oleh atlet bola basket Rick Fox, gara-gara anaknya yang seorang gamers dan melihat megahnya industri esports League of Legends di Amerika Serikat. Lalu ada juga pemain bola basket mega bintang Amerika Serikat, Shaquille O’Neal, yang merupakan salah satu jajaran pemilik tim NRG Esports.

Sumber: twitter @echofoxgg
Rick Fox, mantan pebasket NBA yang kini jadi pemilik tim esports Echo Fox. Sumber: twitter @echofoxgg

Bukan hanya itu saja, ternyata baru-baru ini brand olahraga Puma juga melirik bisnis esports dengan menjalin rekanan bersama salah satu organisasi esports besar, Cloud9. Mengutip esportsobserver.com, dikatakan bahwa bentuk kerjasama brand antara Puma dengan Cloud9 ini meliputi menjadikan Puma sebagai pakaian, celana, serta sepatu bagi tim Cloud9 pada saat mereka bertanding di League of Legends Championship Series (LCS).

Tak lupa logo Puma juga tampil menjadi logo dada di dalam jersey utama Cloud9. Kerjasama ini memberi kami kesempatan untuk menjadi bagian dari apa yang dicintai oleh anak-anak (gaming) dan bagaimana brand kita menggerakan budaya gaming kata Matt Shaw kepala bidang digital marketing Puma di artikel Esports Observer. “Cloud9 menurut kami adalah brand paling unik yang dapat membantu kami mencapai hal tersebut”.

Sumber: esportsobserver.com
Sumber: esportsobserver.com

Kerjasama Puma dengan industri video game ini sebenarnya tidak bisa dibilang sebagai yang pertama kalinya. Sebelumnya ia pernah bekerja sama dengan Pro Evolution Soccer 2014. Namun ini adalah kali pertama mereka bekerjasama dengan organisasi esports, dalam hal kerja sama apparel, layaknya bekerjasama dengan klub olahraga

Cloud9 sendiri memang merupakan salah satu klub organisasi esports terbesar baik di Amerika Serikat sendiri atau secara global. Di Indonesia, organisasi ini salah satunya dikenal lewat divisi Dota 2 yang mereka miliki. Berdiri sejak tahun 2013 lalu, saat ini Cloud9 sudah memiliki berbagai macam tim esports di berbagai divisi, terutama di cabang game besar seperti League of Legends, CS:GO, dan tentunya Dota 2.

Bermain Solid, Actoz Stars Red Juarai PUBG Asia Invitational 2019

Selesai sudah gelaran PUBG Asia Invitational 2018. Kompetisi yang diikuti oleh tim terbaik dari berbagai penjuru Asia ini akhirnya memahkotai tim Actoz Stars Red dari Korea Selatan sebagai raja PUBG Asia! Kompetisi ini sendiri diikuti oleh 5 regional dengan komposisi 4 tim dari China, 4 tim dari Korea Selatan, 4 tim dari Asia Tenggara, 2 tim dari Jepang, dan 2 tim dari Taiwan/Hong Kong/Macau.

Dari total 16 tim peserta, terselip dua tim peserta yang mewakili Indonesia yaitu tim Aerowolf 7 dan tim Rex Regum Qeon. Walau Rex Regum Qeon terbilang masih belum bisa memberikan hasil yang terbaik, namun cukup membanggakan melihat tim Aerowolf 7 berhasil menduduki posisi 7 walau tidak sama sekali mendapatkan Chicken Dinner.

Sumber: duniaku.net
Sumber: duniaku.net

Melihat jajaran tim peserta PUBG Asia Invitational 2019 sebenarnya tim Actoz Stars Red malah terbilang di luar dari radar prediksi salah satu casters PUBG Indonesia ternama, Arwanto ‘WawaMania’ Tanumiharja. Dalam artikel Hybrid yang membahas peluang Aerowolf 7 di PUBG Asia Invitational, Wawa malah memprediksi tim Afreeca Freecs Fatal, dan OGN Entus Force yang bakal berbahaya dari regional Korea Selatan.

Kalau melihat selama liga rutin PUBG Korea League sendiri memang dua tim tersebut menjadi yang paling berbahaya secara di atas kertas. Afreeca Freecs Fatal menjadi pemuncak klasemen dengan perbedaan poin yang jauh dari OGN Entus Force. Sementara tim Actoz Stars Red terbilang inkonsisten selama sepanjang musim, dan baru on-fire ketika final day saat mereka berhasil menjadi juara dan membantai musuh-musuhnya selama pertarungan panjang 5 ronde.

Dari tiga hari pertandingan dengan total 12 ronde, permainan Actoz Stars Red terbilang sangat solid. Starlord dan kawan-kawan berhasil mengumpulkan 5 Chicken Dinner dengan raihan Kill yang cukup besar, menggilas tim-tim asia lainnya. Menariknya, tim Tiongkok seperti Luminous Stars atau SSS malah kurang menonjol pada hari-hari berikutnya.

Sumber: duniaku.net
Sumber: duniaku.net

Luminous Stars malah lebih unik lagi, pada hari pertama mereka seperti kesetanan. Dapat tiga kali chicken dinner dan berakhir di posisi tiga pada ronde dua, walau tak dapat chicken dinner. Namun entah kenapa pada hari kedua dan ketiga permainan mereka turun anjlok! Hari kedua mereka rata-rata finish di peringkat belasan.

Sementara tim SSS malah tak bisa mendapatkan hasil yang terbaik, bahkan berada di posisi klasemen 9; lebih rendah daripada tim Aerowolf 7. Actoz Stars Red sebagai pemenang PUBG Asia Invittaional 2019 berhasil membawa pulang hadiah sebesar US$250 ribu (Sekitar Rp3,5 Milyar) dan menjadi raja PUBG di Asia.

Selesainya PUBG Asia Invitational ini bisa dibilang sebagai selesainya musim kompetisi 2018-2019. Setelahnya, kompetisi PUBG akan dilanjutkan dengan liga rutin di berbagai regional seperti NPL untuk Amerika Utara, PEL untuk Eropa, PKL untuk Korea, dan PJS untuk Jepang. Sementara kompetisi regional SEA akan diselenggarakan dengan sistem circuit dengan tim dari negara SEA akan berebut poin demi lolos ke kompetisi internasional.

Game.ly dan Moonton Hadirkan MLBB Rising Stars!

Semakin berkembangnya industri esports di Indonesia tentu akan menuntut semakin meningkatnya kebutuhan akan talenta-talenta berbakat. Talenta berbakat ini termasuk dalam berbagai hal, entah itu pemain profesional, shoutcaster, analis/coach, atau bahkan streamer. Bagaimanapun, streamer mungkin bisa dibilang jadi salah satu bagian dari fenomena esports ini: ketika para gamers tak cuma hobi bermain tapi juga menonton orang lain main game.

Menjawab kebutuhan tersebut, tak heran jika platform streaming butuh bakat-bakat segar untuk mengisi daftar talenta streamer mereka. Maka dari itu Game.ly bekerja sama dengan Moonton Indonesia akan menggelar MLBB RISING STARS. Tujuan dari gelaran yang satu ini sendiri adalah untuk menggali potensi pemain Mobile Legends serta menciptakan bintang-bintang baru.

Terkait event ini Noppy Angreani selaku Community Manager Moonton Indonesia mengatakan Kegiatan MLBB Rising Stars diharapkan dapat menjadi wadah bagi siapapun untuk menjadi seorang influencer atau seorang public figure game Mobile Legends: Bang Bang, dan menciptakan generasi baru untuk influencer Mobile Legends.

Sementara itu, dalam rilis yang kami terima, Ryan Lymn selaku dari Vice President Game.ly mengatakan, “kompetisi ini adalah salah satu bentuk komitmen Game.ly untuk mendorong para gamer terutama streamer pada aplikasi Game.ly untuk berani menunjukkan kemampuannya sehingga membuahkan sebuah prestasi.”

Game streamer, salah satu karir bidang digital yang kini sedang bersemi seiring perkembangan budaya esport di Indonesia.Sumber: cybersmile.org
Game streamer, salah satu karir dunia digital yang kini sedang bersemi seiring perkembangan budaya esports di Indonesia. Sumber: Cybersmile

Penyelenggaraan MLBB Rising Stars akan dibagi ke dalam dua tahap. Tahap pertama berlangsung 15 Januari sampai 12 Februari 2019 mendatang. Dalam tahap ini, akan dipilih 20 peserta sebagai TOP 20 MLBB Rising Stars. Pemilihan berdasarkan akumulasi fans dan gift yang diterima selama periode tersebut dan tertera pada leaderboard dalam aplikasi Game.ly. Peserta yang terpilih akan melanjutkan ke tahap kedua.

Lalu pada tahap kedua atau Final Stage 20, MLBB Rising Stars terbaik yang berhasil lolos dari tahap pertama akan dinilai oleh juri berdasarkan skill serta cara berinteraksi dengan penonton. Tahap yang berlangsung pada tanggal 22 sampai 24 Februari 2019 mendatang ini akan mengakumulasi penilaian juri dan leaderboard yang lalu setelahnya akan menentukan ranking para TOP 20 MLBB Rising Stars.

Sumber: Gamely.com
Sumber: Gamely.com

Jajaran Top 20 MLBB Rising Stars ini nantinya akan berkesempatan menjalin kontrak eksklusif dengan Game.ly selama 1 tahun dan Moonton Indonesia selama 2-3 tahun. Selain mendapat kontrak eksklusif, mereka juga mendapatkan kesempatan berkolaborasi dengan para talenta streamer terpopuler Game.ly dan mendapatkan berbagai hadiah menarik lain yang didukung penuh oleh HONOR, brand smartphone terkemuka. HONOR 8X memberikan pengalaman game terbaik yang pernah Anda miliki.

Game.ly merupakan platform live streaming, yang mendapatkan investasi dari Google, untuk para mobile gamer generasi muda. Pertama kali didirikan pada tahun 2018 oleh Gamefield Hongkong Limited, Game.ly membawa slogan ‘Life as a Game”. Platform ini juga ditujukan untuk menjadi tempat bertemunya komunitas pecinta game untuk menyalurkan antusiasmenya. Didukung oleh high-quality real-time video technology, gamer dapat menyiarkan game apa pun, berinteraksi dengan streamer favorit kapanpun dan dimanapun.

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari MLBB Rising Stars

Cerita CEO tim RRQ Soal Tantangan Mengelola Tim Lintas Negara

Circle semakin mengecil, tersisa 13 orang dari empat tim. Meski tinggal tiga orang, RRQ.Athena berusaha semaksimal mungkin untuk menguasai area di dalam circle. Suara tembakkan datang dari berbagai sisi. Circle menutup, banyak korban berjatuhan sampai tersisa tim LHDouyu saja. Tim ini pun coba merangsek maju tapi terlambat, daerah circle sudah dikuasai RRQ.Athena. Mereka pun tinggal menembaki LHDouyu yang bergerak ke dalam circle secara ceroboh.

Cerita tadi adalah sepenggal petualangan heroik Chicken Dinner ronde ketiga pada hari pertama dari tim PUBG Mobile RRQ.Athena. Walau menyandang nama RRQ mereka tidak berasal dari Indonesia.

RRQ atau Rex Regum Qeon merupakan sebuah organisasi esports ternama yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Organisasi atau klub ini pertama kali membumbungkan namanya lewat esports Dota 2. Prestasi mereka sangat baik di Dota 2 namun mereka sama sekali tidak lengah melihat peluang untuk merekrut tim di game lain.

Ketika esports mulai booming di Indonesia, RRQ pun segera mencatut beberapa nama terbaik pada beberapa cabang game lainnya. Contohnya seperti tim Oxygen (O2) dari Mobile Legends, tim Endeavour dari Point Blank, membuat tim Arena of Valor, menarik Eggsy pemain terbaik di FIFA 19, sampai membuat tim PUBG Mobile.

Namun menyandang nama King of Kings, RRQ tak serta merta puas merajai Indonesia saja. Memasuki tahun 2018 terlihat RRQ mulai giat mencoba ekspansi, mencatut talenta terbaik internasional untuk membawa bendera mereka. Salah satunya adalah tim RRQ.Athena, tim PUBG Mobile asal Thailand yang berhasil menjadi juara dunia lewat kompetisi PUBG Mobile Star Challenge 2018.

Sumber: twitter @PUBGMOBILE
Sumber: twitter @PUBGMOBILE

Kita semua penggemar esports mungkin jadi penasaran. Sebuah organisasi esports yang berbasis di Indonesia mengelola sebuah tim di negara lain? Bagaimana caranya? Apa tantangannya?

Hal ini sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh organisasi esports lainnya. Nama besar seperti Fnatic contohnya. Mereka berbasis di Berlin, Jerman namun mereka mengelola tim esports di berbagai negara di dunia. Fnatic Dota berbasis di Kuala Lumpur Malaysia, Fnatic Rainbow Six berbasis di Australia, dan Fnatic, CS:GO berbasis di Swedia.

Namun untuk organisasi esports Indonesia, ini merupakan hal baru. Walau mungkin bukan yang pertama melakukannya di Indonesia, langkah RRQ ini terbilang sebagai langkah yang berani dan terbukti membuahkan hasil; membawa nama brand esports Indonesia jadi mendunia.

Maka dari itu, pada kesempatan Meet & Greet dengan tim RRQ.Athena yang Hybrid hadiri pada 10 Januari kemarin di Warunk Upnormal Grogol kemarin, kami pun menanyakan serba-serbi peran manajemen RRQ serta tantangan mengelola tim esports di luar Indonesia. Menjawab hal tersebut, Andrian Pauline (AP) selaku CEO tim RRQ pun angkat bicara.

Mengingat prestasi RRQ.Athena yang begitu gemilang, Hybrid cukup penasaran soal peran manajemen RRQ dalam mengelola tim tersebut. Menanggapi hal tersebut, AP pun mengakui bahwa sebenarnya kemenangan ini sepenuhnya ada di tangan tim Athena sendiri.

Sumber: dokumentasi Hybrid, Akbar Priono
Dokumentasi: Hybrid / Akbar Priono

Jadi kami kalau nggak salah baru 6 bulan caplok tim Athena ini, jadi saya akui peran RRQ cukup minim di sini. Gaming house gitu kami belum kasih, device pun baru beberapa bulan belakangan kami berikan. Jadi untuk kemenangan ini sepenuhnya ada di tangan tim Athena itu sendiri. Tambahan dukungan kami saat PMSC 2018 adalah dukungan moril dengan kehadiran manajemen RRQ di Dubai, Uni Emirat Arab, saat itu.Cerita AP.

Mengelola tim berisikan pemain dari luar negeri, tentu memberi tantangan tersendiri; misalnya soal perbedaan bahasa ataupun budaya. Terkait tantangan ini, kami juga menanyakan hal tersebut kepada AP. Ia pun menjawab bahwa justru mengelola pemain yang berasal dari Thailand memberikan RRQ pengetahuan baru dan pengalaman baru.

Iya, jadi yang kami cukup kaget adalah saat membahas kontrak ada klausul perkara lembur. Mereka (pemain Athena dari Thailand) cukup ketat soal ini dan memberi ketentuan bayaran lembur apabila latihan lebih dari jumlah jam yang diwajibkan manajemen. Ternyata dari situ ketahuan bahwa mereka latihannya sangat keras: diwajibkan 10 jam oleh manajemen, mereka latihannya malah sering overtime sampai 12 jam atau lebih. Jawab AP.

Sumber: Twitter @PUBGMOBILE
Sumber: Twitter @PUBGMOBILE

Siapa yang sangka kalau ternyata disiplin serta etos kerja para gamers Thailand begitu keras dan juga punya tekad yang kuat. Tak heran RRQ Athena bisa menjadi juara di PMSC 2018 kemarin.

Kami manajemen RRQ malah kaget, budaya esports para pemain Thailand ini luar biasa sekali: latihannya sangat keras, disiplin, juga sangat profesional. Maka dari itu mengetahui soal ini, kami pun ingin mencoba membawa budaya tersebut kepada divisi RRQ lainnya.” Tutup AP.

RRQ Athena adalah juara dunia kompetisi internasional PUBG Mobile yang bertajuk PUBG Mobile Star Challenge 2018 (PMSC 2018), di Dubai, Uni Emirat Arab tahun 2018 lalu. Tim yang berisikan pemain dari Thailand tersebut diakuisisi oleh Rex Regum Qeon, organisasi esport yang berbasis di Indonesia, setelah menunjukkan prestasi dan potensi permainannya.

Inilah Daftar Para Pemain yang Masuk di FIFA 19 FUT Team of the Year

Kalau harus bertanya game apa yang tidak pernah salah, jawabannya mungkin adalah game sepakbola! Sebagai olahraga paling populer di dunia, game sepak bola bisa dicintai begitu mudahnya oleh mereka para pecinta olahraga sepakbola. Maka dari itu tak heran juga jika FIFA 19 jadi salah satu game sepakbola favorit di kalangan gamer.

Beberapa faktor yang membuat FIFA 19 jadi favorit adalah karena grafisnya yang makin ke sini makin terlihat detil, efek physics yang terasa nyata seperti main sepakbola betulan, dan tentunya tak lupa keseruan dari FUT atau FIFA Ultimate Team. FUT sendiri merupakan mode permainan daring dari FIFA 19. Dalam permainan ini kamu diperkenankan untuk membuat tim kamu sendiri dengan komposisi pemain terbaik dari berbagai belahan dunia.

Sumber: easports.com
Sumber: easports.com

Lalu bagaimana cara mendapatkan dan memasukkan pemain-pemain tersebut ke dalam tim Anda? Tentunya adalah dengan gacha! Dalam FUT, para pemain bola memiliki semacam grade yang berpengaruh kepada performa sang pemain. Baru-baru ini, FIFA 19 juga merilis daftar FUT Team of the Year. Sekumpulan pemain terbaik di dunia nyata, sehingga mereka juga memiliki performa terbaiknya di dalam FUT 19!

Walau memang ada unsur RNG (Random Number Generator) di sana namun performa pemain dalam FIFA FUT 19 ini tidak sembarangan. Dalam FUT Team of the Year ini, pemain dipilih dan dikurasi sedemikian rupa. Pemain yang terpilih menjadi Team of the Year ini harus melewati voting dari para media, para atlitnya sendiri, dan tentunya komunitas EA SPORTS FIFA.

Sebelas pemain FUT 19 Team of the Year pertama pun sudah diumumkan. Pemain ini terdiri dari 3 orang pemain CF, 3 orang pemain MF, 4 orang pemain DEF, dan tentunya 1 pemain GK. Pemilihan Team of the Year ini tak terlekang oleh waktu, jadi kamu bisa melihat nama seperti CR dan Messi, lalu Marcello, dan bahkan De Gea yang bisa dibilang kini sudah tidak lagi sebagus dahulu.

https://twitter.com/EASPORTSFIFA/status/1082275695433138182

Menyandang gelar Team of the Year, para pemain-pemain ini tentu saja memiliki stats terbaik di dalam FUT 19. Bayangkan saja, Ronaldo, Messi dengan grade Team of the Year memiliki skill-rate 99!

Walau juga menerima beberapa respon negatif namun sejauh ini respon komunitas terhadap pemain pilihan dalam Team of the Year terbilang cukup positif. Mewakili komunitas Indonesia beberapa pemain pro FIFA 19 pun sedikit memberikan komentarnya.

  • NXL> Denis Pugu: “Harganya mahal-mahal banget!”
  • PG.Barrax.Icanbutski: “Ini bakal game changing banget sih, ngubah META!”
  • E8.Fadhkarim: “Stat dewa semua! Ngeri!”
Pemuka komunitas FIFA 19 saat hadir di acara serba serbi gamers dari Revival TV. Sumber: revivaltv.id
Pemuka komunitas FIFA 19 saat hadir di acara serba serbi gamers dari Revival TV. Sumber: revivaltv.id

Kehadiran Team of the Year ini sendiri ternyata menciptakan hype tersendiri di kalangan komunitas para pecinta sepakbola dan tentunya game bola. Begitu hebohnya, sampai-sampai sempat ada 300 ribu penonton di saat yang bersamaan menonton streamer FIFA 19 di Twitch!

Selain komunitas, mereka yang tidak kalah heboh tentunya para streamer; mengingat pemain dengan kelas Team of the Year ini hanya bisa didapatkan dalam waktu yang sangat terbatas.

Sumber: gamerant.com
Sumber: gamerant.com

Salah satu yang beruntung adalah streamer bernama Castro yang berhasil mendapatkan pemain Right Wing, Mbappe, dengan grade Team of the Year. Namun memang mendapatkan kartu pemain Team of the Year ini tidak mudah. Kenapa? Tentu karena kartu ini sangat langka dan dengan persentase untuk mendapatkannya hanya kurang dari 1%!

Untuk kartu FUT 19 TOTY ini sendiri hanya bisa didapatkan secara terbatas sampai akhir pekan ini saja. Anda bisa mendapatkannya dari berbagai macam pack selama masih punya grade kartu gold di dalamnya tapi, ingat, kartu FUT 19 TOTY adalah kelas SSR!

FIFA 19 dan PUBG jadi Game PS4 Paling Favorit di Desember 2018

Secara mengejutkan PUBG dan FIFA 2019 menjadi dua game yang paling banyak diunduh oleh para pemain PlayStation 4. Dua game ini bahkan menempati posisi teratas dalam daftar tersebut dan berhasil melampaui penjualan COD: Black Ops 4, Red Dead Redemption 2, bahkan Marvel’s Spider-Man untuk bulan Desember kemarin.

Dalam hal PUBG, mereka memang baru-baru ini merilis versi PlayStation 4. Sudah ada tanda-tanda terkait hal ini sejak dari bulan November 2018 sampai akhirnya game ini pun dirilis pada 14 November 2018. Perilisan PUBG untuk PS4 cukup memunculkan perdebatan tersendiri di dalam komunitas. Pasalnya para pemain PUBG di Steam merasa bahwa masih ada cukup banyak masalah dalam game mereka, sehingga perilisan PUBG PS4 dikhawatirkan akan membuat PUBG Corp. jadi tak fokus dalam memperbaiki game buatannya.

Meski begitu akhirnya PUBG Corp. pun tetap merilis PUBG untuk PS4 tepat sesuai jadwalnya. Tak lupa perilisan ini pun juga diwarnai dengan sebuah paket penjualan PUBG yang dilengkapi dengan skin yang membuat karakter kamu jadi seperti Nathan Drake dari Uncharted, serta sebuah tas punggung seperti milik Ellie yang ada di dalam Last of Us.

Lalu bagaimana dengan FIFA 19? Mungkin hal ini tentu tak lain dan tak bukan dipengaruhi karena sepakbola yang memang masih menjadi olahraga paling populer di seluruh dunia. Terlebih console cenderung biasanya jadi alat untuk main game ketika kumpul bersama dengan teman atau keluarga, maka tak heran jika banyak pemilik PS4 membeli game FIFA untuk dimainkan bersama.

Sumber: windowscentral.com
Sumber: windowscentral.com

Kedua game tersebut sendiri berhasil meraih penjualan yang luar biasa untuk pasar Amerika Serikat dan juga Eropa. Berikut daftar lengkap game yang paling banyak di-download untuk pasar Eropa dan juga Amerika Utara.

PS4 Top Downloads for December – Europe

  1. FIFA 19
  2. PUBG
  3. Battlefield 5
  4. Call of Duty: Black Ops 4
  5. Grand Theft Auto 5
  6. God of War
  7. Red Dead Redemption 2
  8. Marvel’s Spider-Man
  9. The Forest
  10. The Sims 4

PS4 Top Downloads for December – North America

  1. PUBG
  2. Call of Duty: Black Ops 4
  3. Grand Theft Auto 5
  4. Red Dead Redemption 2
  5. Battlefield 5
  6. FIFA 19
  7. Mortal Kombat XL
  8. Marvel’s Spider-Man
  9. NBA 2K19
  10. Madden NFL 19

Kalau soal FIFA 19, mungkin memang tidak mengherankan jika laku keras. Namun kalau PUBG, sebenarnya saya sendiri cukup kaget melihatnya. Mengingat bermain PUBG di konsol sebenarnya terbilang cukup sulit bagi beberapa orang, terutama yang memang tidak terbiasa main game shooter di konsol. 

Saya sendiri sempat mencoba PUBG di konsol dan, secara kualitas, merasakan banyak kekurangan dalam hal performa karena masih kerap terjadi FPS (Frame per Second) drop dan maksimal di 30 FPS saja.

Melihat angka download tadi, bisa dibilang strategi PUBG Corp. merilis PUBG versi PS4 untuk mendongkrak penjualan mereka terbilang berhasil. Walau sesekali masih menerima sentimen negatif sendiri dari kalangan gamer, namun mereka berhasil menuai kesuksesan sambil terus berusaha memberikan yang terbaik kepada para pemainnya.

Analisa Peluang Aerowolf 7 di PUBG Asia Invitational 2019 dari WawaMania

Membuka tahun 2019 ini, Bluehole serta PUBG.Corp langsung saja menunjukkan komitmen mereka dalam mengembangkan esports PUBG versi PC (Steam). Hal ini memang sudah sempat diumumkan sendiri oleh PUBG.Corp bahwa mereka akan berkomitmen untuk menyelenggarakan esports PUBG yang berjenjang rapih mulai dari kelas regional sampai internasional.

Dari semua kompetisi, regional pertama yang akan langsung bertanding di Januari 2019 ini adalah regional Asia, lewat PUBG Asia Invitational 2019. Kompetisi ini merupakan kompetisi kelas Major yang diselenggarakan oleh PUBG. Corp sendiri dan diikuti oleh 5 regional besar di Asia, yaitu Cina, Korea Selatan, SEA, Jepang, dan Taiwan/Hong Kong/ Macau.

Salah satu alasan kompetisi ini jadi wajib Anda tonton adalah karena kehadiran wakil Indonesia yaitu Aerowolf 7. Tim ini merupakan hasil akuisisi dari Juggernaut Fortissiumus ini beranggotakan. M. Salman ‘Avocrn’ Alfarizi, Rizky ‘TomketslkyAr’ Andikarama, Naufal ‘GodlyMonarch’ Nasrullah, Erlangga ‘Angga’ Ahmad Gani. Namun Angga sendiri harus digantikan oleh Ridho ‘RDK’ gara-gara belum mencukupi usia regulasi esports PUBG internasional.

Sumber: medcom.com
Sumber: medcom.com

Tim Aerowolf 7 sendiri berhasil lolos ke PUBG Asia Invitational setelah berhasil mendapatkan posisi 4 di JIB PUBG SEA Championship. Permainan mereka selama hari pertama terbilang cukup inkonsisten: kadang bisa dapat posisi bontot, kadang bisa dapat top 5 dalam satu ronde. Namun pada ronde-ronde terakhir mereka berhasil mendapatkan tempo permainannya sendiri dan sempat mendapat poin yang besar karena finis di posisi 3 dengan mengamankan 16 kill.

Melihat hal ini, sebenarnya seberapa menjanjikan Aerowolf 7 bisa memberikan prestasi dan kebanggaan kepada Indonesia dengan permainannya? Hybrid menanyakan analisa peluang Aerowolf 7 di PUBG Asia Invitational kepada Arwanto ‘WawaMania’ Tanumiharja.

Jadi akankah Aerowolf 7 bisa membawa pulang piala PUBG Asia Invitational 2019? Prediksi Wawa sendiri sebenarnya, asalkan Aerowolf 7 bisa bermain seperti hari kedua di JIB PUBG SEA Championship 2018 kemarin, tim ini seharusnya minimal bisa mengamankan posisi top 4. Namun dengan syarat, RDK bisa cepat dapat chemistry dengan tim Aerowolf 7 ini.

Terkait soal posisi RDK sebagai standin, Wawa mengatakan bahwa secara teknis kehadiran RDK akan sangat membantu meningkatkan performa dari tim Aerowolf 7. Kenapa? Salah satunya karena memang jam terbang serta pengalaman RDK yang sudah pernah bermain di panggung besar.

Sumber: Facebook @Aerowolf Organizer
Sumber: Facebook @Aerowolf Organizer

Lalu bagaimana kalau soal chemistry? Karena ini mungkin lebih kepada soal dapur tim Aerowolf itu sendiri, Wawa hanya bisa bilang hal ini kembali lagi kepada proses persiapan tim Aerowolf 7 sebelumnya. Kalau dari gue sih cuma bisa berharap semoga chemistry RDK dengan Aerowolf 7 ini sudah bonding ya.

Tim Juggernaut Fortissimus yang akhirnya diakuisisi menjadi Aerowolf 7 ini sendiri memang bisa dibilang secara mengejutkan bisa muncul sebagai top 4 di JIB PUBG SEA Championship. Namun Wawa sendiri mengatakan bahwa sebenarnya hal tersebut tidak sebegitu mengejutkan, karena salah satu kelebihan tim tersebut adalah aim mereka yang sudah sangat terlatih.

Memang aim pemain Aerowolf 7 ini sudah tajam-tajam sekali ya, hal itu yang jadi kelebihan mereka. Selain itu, menurut saya Scout tim AW 7 itu oke punya banget. Dengan tambahan Ridok (RDK), tentunya akan membuat permainan makro game tim AW 7 ini bakal jadi semakin kuat.” Tambah Wawa menceritakan kelebihan dari tim Aerowolf 7.

Lalu bagaimana dengan kelemahannya sendiri? Ternyata memang kelemahan tim ini datang dari mentalitas mereka. Mengingat mereka terbilang masih baru di kancah internasional PUBG, mungkin hal ini masih bisa dianggap wajar. Wawa mengatakan kalau mereka sudah terbebani entah dari segi percaya diri atau terbebani kekalahan ronde sebelumnya, kerja sama mereka hancur dan tidak bermain di dalam tim.

Sumber: Facebook @PlaybattlegroundsKR
Sumber: Facebook @PlaybattlegroundsKR

Dalam PUBG Asia Invitational ini, Aerowolf 7 tentu harus berhadapan dengan tim-tim yang sangat kuat. Ancaman terbesarnya datang dari regional Tiongkok dan Korea Selatan. Menurut Wawa ada tim SSS, 17 Gaming dan Luminous Star kalau dari Cina. Sedangkan dari Korea Selatan, ada Afreeca Freecs Fatal dan OGN Entus Force.

Memang dua regional tersebut masih jadi dua region terkuat di esports. Dalam hal PUBG, kekuatan Korea Selatan salah satunya karena kehadiran PUBG Korea League, kompetisi rutin yang memaksa para pemain untuk terus mengasah skill mereka. Lalu Cina, walau tak ada liga, atlet esports mereka terkenal selalu bekerja keras untuk menjadi yang terbaik dan punya mental baja.

Tim Aerowolf 7 akan bertanding di PUBG Asia Invitational 2019 mulai Kamis, 10 Januari 2019 ini sampai Minggu, 12 Januari 2019 mendatang. Mari kita sama-sama dukung Aerowolf 7 agar bisa mendapatkan hasil yang terbaik di dalam kompetisi PUBG Asia Invitational 2019.

Senjakala Esport Vainglory: Sang Pionir yang Kini Kian Tertinggal

Tahun 2014 lalu, mobile gaming belum heboh seperti sekarang karena banyak faktor, teknologi salah satunya. Bahkan mobile gamers kerap didiskriminasi gamers secara umum, dianggap bukan gamers karena game mobile kebanyakan casual, tanpa ada kedalaman cerita, ataupun grafis megah.

Namun kala itu ada satu pengembang game andal bersatu padu dari berbagai latar belakang bekerja sama menciptakan Super Evil Megacorp (SEMC). Mereka menciptakan sebuah karya yang tak terpikirkan di masanya: sebuah game mobile dengan grafis memukau layaknya di konsol atau PC, sebuah game MOBA yang dimainkan bersamaan secara real-time bernama Vainglory.

Pada saat perilisannya, Vainglory segera menarik perhatian jutaan pasang mata. Bayangkan saja, game mobile yang ketika itu hanya game mengiris-iris buah ataupun berlari tanpa akhir sampai bosan mendadak berubah menjadi sebuah game yang begitu kompetitif.

Vainglory The First MOBA on Mobile

Sumber: vainglorygame.com
Sumber: vainglorygame.com

Kalau boleh jujur, Vainglory sebenarnya tidak bisa sepenuhnya dikatakan sebagai yang pertama, mengingat sudah ada game seperti Heroes of Order and Chaos besutan Gameloft. Namun satu hal yang saya sepakat dengan SEMC adalah bahwa Vainglory merupakan game MOBA mobile pertama dengan gameplay yang unik, kontrol intuitif, namun memiliki kedalaman mekanik yang cukup membuat pemain MOBA kompetitif jadi penasaran; atau bisa dibilang MOBA paling sempurna pertama pada masanya.

Rilis pertama tahun 2014, Vainglory pertama kali tampil dalam presentasi produk Apple iPhone 6. Presentasi tersebut segera memukau para pengguna smartphone karena secara grafis, Vainglory adalah game pertama yang berjalan secara 60 FPS, punya grafis detil, lengkap dengan efek particle dan animasi yang kompleks.

Game ini segera menjadi pusat perhatian, bahkan ketika itu salah satu Youtuber tersohor pun turut memainkannya. PewDiePie sempat bermain Vainglory dan mengunggahnya pada 1 Agustus 2015 lalu. Mengutip salah satu media teknologi ternama VentureBeat, Vainglory berhasil mencapai 1,5 juta pemain aktif bulanan pada 1 Juli 2015 saat baru dirilis.

Kesuksesan ini menggerakan Super Evil Megacorp ke langkah berikutnya. Mencoba meniru kesuksesan League of Legends dan Dota 2, mereka pun mencoba mengembangkan esports Vainglory.

Menjadi esport Mobile Pertama di Dunia dan Indonesia

Sumber: fortune.com
Sumber: fortune.com

Setelah menuai kesuksesan dari perilisan pertamanya di tahun 2014, Vainglory akhirnya mulai menjajaki dunia esport satu tahun berikutnya; tepatnya pada Mei 2015. Ketika itu mereka segera melakukan kerja sama dengan berbagai ekosistem dunia esports, ESL dan OGN Korea salah satunya.

Mengutip Fortune, lewat sebuah kompetisi liga lokal Korsel bertajuk Korean eSports league OGN Vainglory Invitationals pada bulan Juli 2015, Vainglory meraup penonton sampai dengan satu juta orang.

Tak lupa juga gelaran Vainglory Premiere League di September 2015 yang menawarkan total hadiah US$80 ribu dan diikuti oleh 12 tim dari empat kawasan (Amerika Utara, Tiongkok, Korea, dan Eropa) semakin melanggengkan Vainglory sebagai esport mobile games pertama dan terbesar di masanya.

Sementara itu Vainglory sendiri mulai memanas di Indonesia saat tahun 2017. Ketika itu ada Indonesia Games Championship 2017 dan Vainglory 8 Summer Championship Jakarta. Bahkan ketika itu Indonesia baru saja berbangga setelah lolosnya tim Elite8 ke jenjang internasional lewat Vainglory 8 Spring Championship Manila. Tak lupa juga ajang kumpul komunitas terbesar, Halcyon Gathering 2.0, ketika itu juga terjadi di Indonesia.

Gempuran MOBA Mobile Asia Timur dan Munculnya 5v5

Sumber: vainglorygame.com
Sumber: vainglorygame.com

Masih pada tahun 2017, esports Vainglory di Indonesia terbilang dibilang sedang panas-panasnya. Sayangnya, SEMC ketika itu seolah abai dengan gempuran MOBA Mobile asal Tiongkok yang berhasil mengambil hati banyak gamers di Indonesia. Tahun 2017 adalah tahun ketika Mobile Legends mendapatkan banyak perhatian gamers dan industri esports Indonesia.

Potensi esports Mobile Legends terlihat pertama kali saat kualifikasi dan acara utama Mobile Legends SEA Cup (MSC 2017). Event tersebut berhasil membuat venue jadi penuh sesak, yaitu di Gandaria City pada saat kualifikasi dan Mall Taman Anggrek pada saat acara Grand Final. Selain Mobile Legends, Garena Indonesia di sisi lain juga tengah mempersiapkan sesuatu.

Sumber: revivaltv.id
Sumber: revivaltv.id

Garena ingin merilis versi global dari MOBA yang selama ini jadi favorit banyak orang di Tiongkok sana, Kings of Glory. Game tersebut akhirnya rilis di Indonesia dengan nama Mobile Arena dan berganti menjadi Arena of Valor pada Agustus 2017 lalu. Kedua game ini segera menyedot perhatian banyak gamers karena grafis yang lebih enteng di smartphone orang Indonesia, gameplay yang lebih sederhana, dan mudah dipelajari oleh berbagai kalangan. 

Vainglory Worlds 2017, SEMC akhirnya merilis Vainglory 5v5 yang segera memunculkan kontroversi di kalangan komunitas. Ada yang menganggap 3v3 terlalu bergantung pada skill individu yang membuat permainan jadi membosankan dan ada juga yang menganggap 5v5 menghilangkan ciri khas dari Vainglory. Hal ini pada akhirnya menciptakan sebuah dilema tersendiri bagi Vainglory.

Senjakala esport Vainglory di Tahun 2018

Sumber: gankstars.gg
Sumber: gankstars.gg

Berlanjut ke tahun 2018 yang sebenarnya menjadi kebangkitan MOBA Mobile dan mobile esports secara keseluruhan, bagaimana dengan Vainglory? Lucunya tahun 2018 malah jadi momen mati suri Vainglory esport secara global maupun Indonesia.

Secara global, esports Vainglory mulai gonjang-ganjing ketika banyak organisasi mundur. Tim seperti Gankstars, Cloud9, bahkan TeamSoloMid menutup divisi Vainglory mereka. Menanggapi kepanikan komunitas, FlashX pun angkat bicara terkait hal ini. Ia mengatakan bahwa memang Super Evil Megacorp memotong anggaran esport Vainglory yang akhirnya menciptakan permasalahan tersebut

Bagaimana dengan Indonesia? Untungnya berkat bantuan pihak ketiga, kancah kompetitif Vainglory Indonesia masih cukup hangat. Kaskus Battleground Season 1 mengisi kalender esports Vainglory awal tahun 2018. Lalu masuk pertengahan tahun akhir tahun, ada Vainglory Premier League Indonesia yang merupakan liga esports Vainglory yang diselenggarakan secara online oleh tim AGe Network. Lalu ditutup dengan perjuangan tim Elite8 di tingkat Asia dalam kompetisi WESG 2018.

Sumber: revivaltv.id
Herrboy (paling kiri) bersama dengan 2 shoutcaster VG lainnya. Sumber: revivaltv.id

Herry ‘Herrboy’ Sudharma, sebagai salah satu shoutcaster dan penggiat esports Vainglory di Indonesia, angkat bicara soal problematika ini. Ia mengatakan memang salah satu masalah terbesar adalah perkara tingkat kesulitan Vainglory yang lebih tinggi dibanding MOBA mobile lainnya serta kebutuhan spesifikasi smartphone yang juga lebih tinggi. Hal tersebut membuat mobile gamers enggan mainkan Vainglory yang mana hal tersebut memberi efek domino kepada esport Vainglory.

Daniel “Deipno” Lam, salah satu caster senior Vainglory, juga turut menambahkan. Ia merasa bahwa senjakala Vainglory di tahun 2018 adalah akibat SEMC yang seperti salah langkah. Sejak tahun 2017 potensi playerbase Vainglory di Indonesia sudah terlihat jelas lewat Halcyon Gathering 2.0 yang dihadiri seribu orang. Namun alih-alih fokuskan pemasaran di pasar SEA terutama Indonesia, SEMC tetap bersikukuh untuk fokuskan pemasaran Vainglory di Amerika Serikat dan juga Eropa.

Sumber: AGe Network
Sumber: AGe Network

Dari sisi pemain, Heinrich ‘OfficialHein’ Ramli yang merupakan bintang Vainglory asal Indonesia dan salah satu yang paling berjasa menggerakkan esports Vainglory di sini, mengatakan bahwa tak bisa dipungkiri bahwa SEMC mengambil peran besar dalam redupnya esports Vainglory. Hein selaku atlet Vainglory serta pemilik tim Elite8 mengatakan ada komunikasi yang kurang lancar dari SEMC terhadap tim dan komunitas yang akhirnya membuat esport Vainglory di Indonesia jadi terbengkalai.

Vainglory Cross-platform dan Prediksi Masa Depan Esport Vainglory

Sumber: duniagames.co.id
Sumber: duniagames.co.id

Kemenangan Vainglory pada masanya adalah karena SEMC ketika itu mendorong kemampuan smartphone sampai maksimal, menciptakan game sekelas konsol atau PC yang bisa dimainkan dalam genggaman Anda. Akhir tahun 2018 ini, SEMC mencoba mengulang inovasi tersebut dengan mengampanyekan Vainglory X, MOBA cross-platform pertama yang akan bisa mempertemukan pemain mobile, PC, atau konsol dalam satu pertandingan.

Di Venture Beat, CEO SEMC Kristian Segerstrale mengatakan bahwa game multi-platform adalah masa depan gaming. Namun hal ini tentu mengundang tanda tanya dan keraguan besar karena kehadiran Vainglory di PC berarti akan membawa mereka ke dalam kompetisi bisnis yang lebih berat: menantang langsung dua raksasa MOBA PC yaitu Dota 2 dan League of Legends

Herrboy kembali angkat bicara soal prediksi cross-platform dan kembalinya kejayaan Vainglory di tahun 2019 baik secara player base maupun esports. Ia merasa bahwa hal ini kembali lagi bagaimana keputusan SEMC, apakah ia ingin mengembalikan esports Vainglory atau tidak. Mengingat Fortnite terbilang sukses dengan sistem cross-platform ini, mereka berhasil menciptakan player base yang besar walau tanpa kehadiran event esports internasional.

Akankah SEMC dapat mengulang kesuksesan Vainglory Worlds 2017 yang bisa tembus rekor jumlah penonton di Twtich. Sumber: redbull.com
Akankah SEMC dapat mengulang kesuksesan Vainglory Worlds 2017 yang bisa tembus rekor jumlah penonton di Twitch. Sumber: redbull.com

Sebab, bagaimanapun juga intinya, hal yang ingin dicapai SEMC adalah membuat Vainglory kembali dimainkan banyak orang. Terkait hal ini, saya sendiri sejujurnya cukup pesimis. Kenapa? Pertama, kehadiran Vainglory di PC tentu akan membuat SEMC harus berhadapan dengan dedengkot MOBA itu sendiri dan membuat persaingan jadi semakin berat.

Kedua, saya juga cukup setuju dengan apa yang selalu jadi opini komunitas dan apa yang dikatakan Deipno; bahwa SEMC selama ini terlihat kurang giat memasarkan Vainglory, terutama di pasar Asia dan SEA. Jika kehadiran cross-platform tidak diiringi dengan kegiatan pemasaran yang aktif, maka jumlah pemain Vainglory mungkin tidak bakal segitunya banyak berubah.

Bagaimana kalau secara esports? Melihat SEMC yang kini lebih fokus kepada pengembangan game Vainglory cross-platform, saya kembali pesimis dengan esports Vainglory di 2019. Sebab sekalipun kampanye Vainglory cross-platform berhasil meningkatkan jumlah pemain, jika SEMC tidak menghendaki kehadiran esports, maka mau tak mau kita harus kubur dalam-dalam harapan kita untuk bisa melihat kembali serunya aksi pemain Vainglory kelas wahid.