Startup Assistive E-Commerce Kudo Kembali Peroleh Pendanaan

Kudo, layanan e-commerce yang membantu masyarakat (khususnya yang belum melek teknologi) berbelanja online, mengumumkan perolehan pendanaan sebesar 8 digit dollar Amerika (kisarannya sangat luas, antara 130 miliar hingga 1,3 triliun Rupiah) dari grup investor yang dipimpin EMTEK. Investor terdahulu, yaitu East Ventures, 500 Startups, Singapore Press Holdings, IMJ Investment Partners, dan Skystar Capital, juga turut berpartisipasi. Pendanaan ini disebutkan untuk membantu memperluas pengadaan agen yang lebih masif di seluruh Indonesia. Selain itu Kudo juga memperkenalkan Sukan Makmuri sebagai CTO perusahaan. Sukan sebelumnya kita kenal pernah berkiprah bersama Kaskus.

Diungkapkan dalam rilisnya, Kudo mengklaim saat ini memiliki lebih dari 150 ribu agen yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dan telah membantu lebih dari satu juta orang Indonesia yang sebelumnya belum pernah berbelanja online, karena keterbatasan perangkat dan alat pembayaran.

Kudo sendiri didirikan oleh Albert Lucius dan Agung Nugroho di awal tahun 2015. Perusahaan memperoleh pendanaan Seri A di bulan Mei 2015.

Dulu awalnya Kudo menggunakan perangkat khusus yang bisa diakses konsumen secara langsung. Kini mereka memastikan agen, dengan kelengkapan smartphone Android dan aplikasi Kudo, adalah sarana paling tepat untuk menyebarkan “virus” belanja online ke seluruh pelosok Indonesia. Kudo telah bermitra dengan berbagai pihak untuk melayani pembayaran berbagai kebutuhan bulanan (pulsa telepon, listrik prabayar), pembelian tiket pesawat, dan pembelian barang-barang melalui marketplace.

Co-Founder dan COO Kudo Agung Nugroho menyebutkan, “Kami ingin memberdayakan lebih dari 1 juta pengusaha digital [sebagai agen] dan memudahkan jutaan orang Indonesia untuk berbelanja online pertama kalinya di tahun 2018. Kami percaya pada kemampuan eksekusi kami di Indonesia. Kemitraan strategis kami dengan perbankan [yang banyak menyasar konsumen] di daerah pedesaan, BTPN, dan sejumlah mitra distributor dan ritel kunci akan membantu kami meraih tujuan ini dengan lebih cepat.”

Sementara disinggung soal penunjukan Sukan, yang sebelumnya sempat lama berkiprah di Amerika Serikat, Kudo berharap bisa mendorong lebih banyak diaspora teknologi yang “pulang kampung” dan berkontribusi untuk membangun ekonomi digital Indonesia, yang khusus untuk sektor e-commerce saja ditargetkan mencapai nilai $130 miliar di tahun 2020.

Bagi EMTEK, investasi di Kudo melengkapi lingkaran investasi yang dilakukannya setelah sebelumnya berinvestasi di marketplace umum Bukalapak dan layanan e-commerce barang mewah Bobobobo.

Deals@DS Minggu Ini (9 September 2016)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS kami terus perbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi pembaca terdaftar dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

Startup Teknologi Kesehatan HaloDoc Peroleh Pendanaan Seri A

Startup teknologi kesehatan HaloDoc mengumumkan perolehan pendanaan Seri A dari grup investor yang terdiri dari Clermont Group, Go-Jek, Blibli, dan NSI Ventures. Meskipun tidak spesifik menyebutkan perolehan di putaran kali ini, HaloDoc menyebutkan total pendanaan yang diperoleh oleh HaloDoc sebesar $13 juta (sekitar 170 miliar Rupiah). Pendanaan akan digunakan untuk meningkatkan kualitas aplikasi yang dikembangkan oleh grup, termasuk Apotik Antar, dan untuk membantu melayani dan mengatasi permasalahan akses kesehatan di seluruh Indonesia.

Bersamaan dengan pendanaan ini, HaloDoc juga secara resmi mengumumkan kolaborasi dengan investornya, Go-Jek, untuk pengembangan Go-Med sebagai layanan pengantaran produk kesehatan secara on-demand.

Pendiri dan CEO HaloDoc Jonathan Sudharta dalam rilisnya menyebutkan, “Visi kami untuk HaloDoc adalah membantu membawa layanan kesehatan yang lebih baik ke jutaan orang Indonesia. Kami ingin mengatasi [permasalahan ini] melalui teknologi untuk isu seperti sulitnya akses kesehatan. Putaran pendanaan ini membantu kami untuk terus membangun sumberdaya engineer dan mengembangkan produk yang paling cocok untuk adopsi yang lebih luas dalam rangka mencapai tujuan tersebut.”

HaloDoc diluncurkan bulan April lalu, HaloDoc memiliki sejumlah fitur kesehatan, seperti konsultasi medis menggunakan fitur video call (teleconsultation), pembelian obat melalui Apotik Antar yang lebih dulu hadir, pemeriksaaan lab secara on-demand, dan informasi direktori yang memuat informasi dokter dan pusat kesehatan di Indonesia.

Sepanjang tahun ini banyak startup teknologi kesehatan yang mendapatkan pendanaan baru. Meskipun demikian, menurut survei yang dilakukan DailySocial, penetrasi layanan teknologi kesehatan di Indonesia masih rendah karena hanya sepertiga responden yang mengenal startup di sektor ini.

Pendanaan seperti ini, menjadi titik tolak bagi HaloDoc untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas, yang tidak hanya belum mengerti soal produk-produk teknologi kesehatan, tapi juga kekurangan akses kesehatan yang memadai.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures Luncurkan Program Entrepreneur In Residence

Setelah menjadi investor dan membuka co-working space, dalam usahanya mendorong semangat kewirausahaan di Asia Tenggara, East Ventures mengumumkan program Entrepreneur In Residence (EIR) untuk membantu penggiat startup yang ingin menemukan “the next big thing“. Co-Founder Loyalbox Steven Suliawan dan mantan Associate Director of Investment Temasek Holdings Zing Yang menjadi dua peserta perdana program ini.

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca dalam rilisnya mengatakan, “Seringkali kami bertemu dengan orang-orang yang kami senang sekali berinteraksi, tetapi masih belum menemukan hal apa yang ingin dilakukan berikutnya atau vertikal/kategori apa yang menarik untuk mereka. Program EIR ini dibuat untuk mengutilisasi kemampuan mereka di dalam perusahaan dan membantu mereka memahami lebih jauh soal East Ventures. Peserta EIR juga bisa memberikan kontribusi di dalam lingkup internal East Ventures.

Pihak East Ventures mengkonfirmasi kepada DailySocial bahwa pada prinsipnya tidak ada limitasi soal kewarganegaraan, durasi, atau kebutuhan tertentu soal bagaimana seseorang bergabung di dalam program EIR ini. Pun tidak ada output khusus yang diharapkan. Program EIR didesain untuk memberikan peluang bagi peserta memanfaatkan jaringan yang dimiliki East Ventures sebagai salah satu perusahaan modal ventura paling aktif di Asia Tenggara. Tidak ada jaminan pendanaan bagi startup yang dibentuk oleh peserta EIR.

Program EIR memang cukup lazim didirikan oleh sebuah venture capital. Bedanya soal ekspektasi hasil yang diharapkan. Ada program EIR yang diharapkan bisa mendorong peserta untuk berhasl mendirikan sebuah startup yang sudah teruji dan didanai oleh VC tersebut, sementara program East Ventures ini lebih leluasa memberikan bantuan jaringan bagi pesertanya tanpa embel-embel harapan tertentu.

Steven, yang startupnya akhirnya bubar karena tidak mampu memenuhi product-market fit, bergabung dalam program EIR selama 4 bulan dan belajar mengenal sejumlah startup di luar vertikal yang dipahaminya. Untuk memahami hal baru tersebut, Steven banyak berkomunikasi dengan pengguna dan bahkan orang-orang lain secara acak. Hal ini menambah insight untuk memahami vertikal tersebut.

Sementara Zang, yang memiliki latar belakang bisnis investasi dan korporasi, mencoba memberikan perspektif bagi pendiri startup tentang hal apa yang diharapkan oleh investor dan bagaimana para pendiri startup ini mencoba berbagi ide baru.

Go-Med, Layanan Kesehatan Kolaborasi Go-Jek dan Apotik Antar, Tinggal Tunggu Pembaruan Aplikasi Resmi (UPDATED)

Lebih dari sebulan yang lalu, kami memberitakan soal Go-Med, sebuah layanan yang kabarnya bakal menjadi kolaborasi Go-Jek dan Apotik Antar dalam menyediakan obat dari apotek secara on-demand. Berdasarkan pengamatan kami, rilis resmi Go-Med tinggal menunggu pembaruan Go-Jek berikutnya. Situs yang didedikasikan khusus untuk Go-Med sudah tersedia dan kami sudah mendapatkan gambaran bagaimana Go-Med (dan Go-Auto) diintegrasikan ke dalam aplikasi.

Go-Med pada dasarnya sama dengan layanan Apotik Antar saat ini. Mitra pengemudi Go-Jek membantu konsumen membeli obat-obatan, vitamin, dan peralatan medis dari apotek yang berlisensi. Sesungguhnya Apotik Antar pun dari awal tahun pun sudah menggunakan Go-Jek sebagai mitra transportasi, apalagi Go-Jek merupakan investor grup pendiri Apotik Antar.

Tampilan Go-Auto dan Go-Med di aplikasi Go-Jek
Tampilan Go-Auto dan Go-Med di aplikasi Go-Jek

Titik kritisnya, seperti yang sudah saya jelaskan di artikel sebelumnya, ada dua macam:

Ada dua isu yang menjadi pusat perhatian jika Go-Med benar-benar diluncurkan. Pertama adalah bagaimana streamline prosedur pencarian obat dari tim Apotik Antar ke tim dan mitra pengemudi Go-Jek. Di Apotik Antar, pencarian obat dilakukan oleh tim internal karena ketersediaan suatu obat sangat bervariasi antara satu apotek dan apotek yang lain. Hal ini berbeda dengan Go-Mart yang praktis barang dagangannya lebih seragam dan lebih umum.

Masyarakat tidak biasanya menunggu lama dan waktu tunggu saat mencari ketersediaan sebuah obat di apotek terdekat harus benar-benar diminimalisir.

Hal kedua adalah soal obat dengan resep dokter dan jenis obat-obat yang tidak dijual bebas. Memang benar bahwa dalam syarat dan ketentuannya mereka tidak mengakomodasi hal ini, tapi di lapangan siapa berani bertanggung jawab? Kedua hal menjadi titik krusial kesuksesan Go-Med yang harus siap mengakomodasi jenis dan jumlah konsumen yang lebih beragam.

Selain itu kami juga telah mendapatkan gambaran bagaimana Go-Med dan Go-Auto dimasukkan ke dalam halaman depan aplikasi. Go-Auto sendiri saat ini baru bisa diakses melalui situsnya dan kanal Go-Jek di LINE.

Tak cuma sekedar fitur membersihkan kendaraan, Go-Auto sudah berkembang untuk mengakomodasi servis berkala (misalnya penggantian oli) atau kebutuhan darurat (misalnya ban kempes atau kebutuhan derek kendaraan). Pasti bakal sangat berguna jika sehandal yang diharapkan, apalagi saat kendaraan mogok di jalan tol atau saat malam hari.

Berikut ini adalah screenshot menu Go-Med:

Sementara berikut ini adalah screenshot menu Go-Auto:

Update: Go-Auto mulai diintegrasikan di dalam aplikasi untuk sejumlah pelanggan terpilih.

Application Information Will Show Up Here

Grocery On-Demand Honestbee Uji Coba Layanan di Indonesia

HappyFresh mulai mendapat pesaing sepadan di Indonesia. Layanan grocery on-demand Honestbee, yang berpusat di Singapura, memulai uji coba layanannya di Indonesia, meskipun baru mencakup sejumlah kawasan di Jakarta. Mitra jaringan ritel Honestbee sejauh ini adalah Transmart Carrefour dan Stevan Meat Shop. Honestbee didirikan tahun 2014 dan telah mendapatkan pendanaan Seri A senilai $15 juta tahun lalu.

Honestbee memang sempat mencari Country Manager untuk Indonesia melalui sejumlah platform lowongan pekerjaan. Dengan persaingan di Singapura yang semakin ketat dan pasar yang terbatas, langkahnya berekspansi ke Indonesia adalah hal logis untuk memperluas pasar. Selain negara-negara Asia Tenggara, Honestbee juga berekspansi ke Hong Kong, Taiwan, dan Jepang.

Berkebalikan dengan Honestbee, HappyFresh yang baru saja memperoleh pendanaan Seri B justru menutup layanannya di dua tempat, Filipina dan Taiwan, untuk berkonsentrasi di pasarnya yang menghasilkan profit. HappyFresh sudah menggandeng Lotte Mart, grup Ranch Market, dan Superindo.

Saya belum benar-benar mencoba merasakan bagaimana Honestbee bekerja, tapi prinsip layanannya sama persis dengan HappyFresh. Mereka menawarkan slot pengantaran per jam dengan insentif layanan antar gratis untuk pembelian dalam jumlah tertentu. Sejauh ini metode pembayaran yang diakomodasi hanya kartu kredit. Tak hanya melalui platform mobile, pembelian melalui Honestbee juga bisa dilakukan di web browser.

Dengan sejumlah layanan di sektor ini menutup layanannya, praktis HappyFresh melenggang tanpa pesaing di ritel B2C. Persaingan sehat akan mendorong dua layanan memberikan yang terbaik untuk konsumen. Pemain lain di bisnis ini adalah layanan on-demand Go-Mart milik startup transportasi Go-Jek.

Application Information Will Show Up Here

Publikasi Digital IDN Media Peroleh Pendanaan Seri A

Publikasi digital IDN Media mengumumkan perolehan pendanaan Seri A, dalam jumlah yang tidak disebutkan, dari North Base Media, GDP Venture, East Ventures, dan MNM Creative. Pendanaan akan digunakan untuk memperkuat kualitas dan skalabilitas IDN Media, termasuk mengekspansikan program digital berbasis video IDNtv, memperkuat tim IDN Creative, dan membangun platform iklan IDN Ads.

IDN Media didirikan di tahun 2014 oleh Winston Utomo dan William Utomo. Saat mereka memiliki dua properti utama, IDN Times dan Popbela. Dengan fokus pembaca kaum millenial, IDN Times disebutkan telah memiliki 13 juta pageviews per bulannya, sedangkan Popbela di angka 2 juta.

Co-Founder dan CEO IDN Media Winston Utomo dalam pernyataannya mengungkapkan, “Saat ini adalah waktu yang menarik bagi industri media, ketika terjadi konvergensi antara sosial, mobile, dan digital yang mendorong perubahan cara konsumen mengkonsumsi konten. Kami percaya IDN Media adalah [yang terdepan] di era baru media digital.”

CEO GDP Venture Martin Hartono, tentang keputusannya mendukung IDN Media, menyebutkan, “IDN Media memiliki visi dan pemahaman yang sama dengan kami tentang masa depan media dan peranannya dalam membangun negara yang lebih kuat.”

Sementara Managing Partner East Ventures Willson Cuaca, dalam partisipasi pendanaan kembali untuk IDN Media, menambahkan, “Mereka telah meraih audiens yang loyal dan masif dan telah terbukti termasuk dalam jajaran pemain media baru yang paling kreatif, populer, dan berpengaruh.”

East Ventures adalah yang pertama secara publik memberikan pendanaan untuk IDN Media persis setahun yang lalu. Di segmen yang menempatkan Buzzfeed sebagai panutan, IDN Media bersaing dengan Hipwee (yang diakuisisi Migme akhir tahun lalu) dan WowShack.


Disclosure: DailySocial dan GDP Venture berada di bawah naungan induk perusahaan yang sama

Application Information Will Show Up Here

Startup E-Commerce Perhiasan ORORI Peroleh Pendanaan Seri A Senilai Jutaan Dollar

Startup e-commerce perhiasan dan berlian ORORI mengumumkan perolehan pendanaan Seri A dari Indonusa Dwitama, East Ventures, 500 Startups, dan IMJ Investment Partners. Meski tidak disebutkan secara pasti, nilai investasi yang diperoleh di putaran kali ini mencapai 7 digit (dalam dollar) atau antara 13 miliar hingga 130 miliar Rupiah. Indonusa Dwitama, sebagai investor baru ORORI, sebelumnya kita kenal sebagai investor awal Tokopedia. Pendanaan ini akan digunakan untuk biaya pemasaran dan meningkatkan pertumbuhan perusahaan. ORORI menargetkan pencapaian 80 ribu transaksi per tahun dalam beberapa tahun ke depan.

ORORI, yang didirikan oleh George Budi Sumantri pada tahun 2004, bervisi menjadi marketplace perhiasan ritel dengan reputasi terbaik di Indonesia. Untuk mencapai target tersebut, selain jumlah transaksi yang sudah disebutkan per tahunnya, mereka juga berharap mendapatkan Gross Merchandise Volume, atau total nilai penjualan, tahunan sekitar $25 juta (sekitar 331 miliar Rupiah).

Di sektor niche ini ORORI praktis tanpa pesaing berarti. Selain fokus di pasar B2C, ORORI menyebutkan akan berevolusi menjadi pemain C2B (Consumer-to-Business), dan C2C (Consumer-to-Consumer) untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Disebutkan nilai pasar sektor ini di Indonesia mencapai $8 miliar (sekitar 104 triliun Rupiah).

“Visi terbesar kami adalah untuk bisa menyediakan para konsumen tersebut dengan pengalaman mulus untuk ekosistemnya secara menyeluruh. Marketplace ini tidak hanya akan mengubah perilaku pembelian dari konsumen dalam hal perhiasan,” lanjut George, yang keluarganya sudah lama malang melintang di bisnis perhiasan ini.

Mimpi menciptakan marketplace perhiasan sendiri bukanlah mimpi baru. George dalam wawancara dengan DailySocial di akhir tahun 2014 sudah menyuarakan hal yang sama. Hal lain yang nampaknya belum kesampaian adalah pembukaan gadai emas secara online.

Para investor dalam pernyataan tertulisnya menambahkan, “E-commerce untuk perhiasan dan emas masih dalam tahap awal di Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya indikasi potensi yang besar untuk pertumbuhan dengan unit ekonomi secara berkelanjutan.”

Aulia Marinto Terpilih Sebagai Ketua Umum idEA Periode 2016-2018

Aulia Ersyah Marinto, CEO Blanja yang merupakan perusahaan patungan Telkom dan eBay, akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum idEA menggantikan Daniel Tumiwa untuk periode 2016-2018. Aulia menyisihkan calon lain Ferriyandi dan Bima Laga, dengan perolehan 28 suara dari total 40 suara yang masuk, dalam pemilihan ketua umum baru hari ini, 1 September 2016. Aulia bervisi ingin mewujudkan industri  ekosistem ecommerce Indonesia sebagai salah satu pilar utama ekonomi Indonesia pada 2045 mendatang.

Dengan portofolionya sebagai CEO sebuah layanan marketplace besar, Aulia ternyata dianggap paling cocok menjadi nahkoda idEA. Tantangan idEA ke depan adalah memastikan ekosistem e-commerce Indonesia menjadi lebih matang sekaligus meneruskan inisiasi program-program sebelumnya yang telah disusun bersama pemerintah.

Sebelum mengurusi Blanja, Aulia lama malang melintang di dunia telekomunikasi bersama Telkomsel.

Ini adalah pemilihan kedua Ketua idEA setelah pemilihan sebelumnya, tanggal 9 Juni lalu, tidak memenuhi kuorum. Aulia menjadi kandidat kuat setelah menggantikan kandidat sebelumnya, Riyeke Ustadiyanto, yang mengundurkan diri.

Seperti dikutip dari IndoTelko, terkait pencalonannya, Aulia mengatakan, “Saya ingin mengembangkan asosiasi menjadi organisasi yang independen, mandiri serta memberikan manfaat optimal, khususnya bagi anggota asosiasi di seluruh Indonesia.”

Executive Director idEA Irwan Edianto yang dihubungi DailySocial mengatakan, “Proses pemilihan ketua umum baru telah melewati fase mulai daftar, verifikasi, dan penyampaian visi misi dan program. Member idEA yang mempunyai hak suara telah menentukan suara mereka hari ini. Kami [sekretariat] yakin bahwa member telah paham akan program kerja Pak Aulia untuk meneruskan organisasi ini yang telah berjalan baik 4 tahun ke belakang dengan tujuan untuk memajukan industri e-commerce Indonesia.”

“Tantangan idEA terbesar [untuk kepengurusan selanjutnya] adalah mengawal inisiatif tatakelola industri, yaitu roadmap e-commerce dan RPP e-commerce yang sudah disusun bersama [antara] pemerintah dan idEA,” tutupnya.

Jualo Kembali Peroleh Pendanaan Jutaan Dollar

Platform iklan baris online Jualo mengumumkan perolehan pendanaan senilai jutaan dollar dari grup investor yang terdiri atas Susquehanna International Group (SIG), Lionrock Capital, dan Alpha JWC Ventures. Perolehan hanya berselang 7 bulan dari perolehan pendanaan Seri A Januari lalu yang dipimpin oleh NSI Ventures. Jualo akan menggunakan untuk memperkuat jajaran talenta, mengkonsolidasi posisi bisnis, dan berekspansi (. Di ranah ini, praktis pesaing Jualo adalah OLX Indonesia.

Bisnis iklan baris memang sedikit berbeda dibanding marketplace. Untuk menjangkau pasar barang-barang bekas, Jualo mencoba menawarkan fitur geolocation, escrow payment (rekening bersama), seller verification dengan harapan mengurangi fraud yang kerap terjadi di bisnis ini. Baru-baru ini Jualo juga menawarkan fasilitas “mengutang” Jualo Kasbon, bermitra dengan Kredivo, sebagai salah satu usahanya untuk memahami cara berbelanja orang Indonesia.

Dalam rilisnya, Co-Founder dan CEO Jualo Chaim Fetter mengatakan, “Tim kami terdiri dari wirausahawan yang memiliki pengalaman signifikan di negara berkembang Asia dan dapat mendorong Jualo untuk menjadi pemimpin di pasar yang sangat padat di negara berkembang Asia.”

Kehadiran sejumlah investor yang mendukung Jualo praktis tak lepas dari besarnya potensi pasar e-commerce di Indonesia. Dengan segmen B2C (marketplace) disesaki oleh banyak pemain bermodal besar, segmen C2C mulai dilirik kembali hanya diisi oleh OLX Indonesia dan Jualo. OLX Indonesia didukung oleh sejumlah pemain besar global dan Jualo sebagai startup independen bisa menjadi kendaraan untuk menjangkau pasar yang lebih besar di Indonesia.

Selain Chaim, tim inti Jualo kini dipegang Ahmed Aljunied (CTO) dan Pedro Principe (COO). Remco Lupker, Co-Founder Tokobagus yang menjadi cikal bakal OLX Indonesia, juga kini mendukung Jualo sebagai Advisor.

Application Information Will Show Up Here