Indonesian Music Streaming Service Ohdio to Launch June 14

Ohdio is a startup that aims to offer a free online music streaming service for Indonesians, backed by a comprehensive library of Indonesian music. We spotted Ohdio back in March when it was just a website with a logo and a sign up form. It actually still is today, but since then it has picked up a number of deals with local music labels and a significant funding from East Ventures, with a launch date set for June 14 according to its press release which was published on Tuesday.

Although Ohdio only announced publicly that it has begun to accept registration this week, the company actually has had it open since March. With one week to launch date, the company has scored deals with major local labels including Aquarius, Trinity and Nagaswara.

Ohdio CEO Yoga Nandiwardhana said in a statement, “The web music streaming concept is definitely not new, even in Indonesia, but we want to put forward how easy it is to search and share music. We want to empower one of the main characteristics of the Indonesian music listener – that listening to music is as much of a social activity as it is personal.”

Continue reading Indonesian Music Streaming Service Ohdio to Launch June 14

Rumor: Apple Akan Implementasikan Sistem Potong Pulsa Untuk App Store, Dimulai dengan Indosat

Berdasarkan informasi dari beberapa sumber, Apple dikabarkan akan menyediakan fasilitas potong pulsa untuk iOS App Strore dalam beberapa bulan ke depan sebagai cara tambahan bagi konsumen untuk membeli aplikasi.

Tidak seperti di beberapa negara. iTunes Gift Card tidak tersedia di hampir seluruh negara di Asia dan PayPal tidak bisa digunakan untuk App Store lokal. Saat ini satu-satunya cara bagi konsumen Indonesia untuk membeli aplikasi dari App Store adalah dengan menggunakan kartu kredit, tetapi mayoritas penduduk Indonesia tidak menggunakannya dan jumlah kartu kredit yang digunakan hanya sekitar 15 juta dengan rata-rata satu orang memiliki dua kartu. Sementara kurang lebih 80 persen pelanggan mobile Indonesia menggunakan layanan prabayar dan tentunya sebagian besar dari mereka tidak memiliki kartu kredit sehingga kurangnya variasi metode pembayaran di App Store menjadi hambatan bagi potensi pertumbuhan di platform tersebut.

Continue reading Rumor: Apple Akan Implementasikan Sistem Potong Pulsa Untuk App Store, Dimulai dengan Indosat

Rumor: Apple to Implement Carrier Billing for App Store Starting With Indosat

Apple is said to be debuting carrier billing for the iOS App Store in the coming months as an additional way for consumers to purchase apps according to a number of different sources. The scheme supposedly will be rolled out initially through Indosat, Apple’s third carrier partner in Indonesia, which launched the iPhone 4S on its network on Monday.

Unlike in several other countries, iTunes Gift Cards are not available in most Asian countries and PayPal is not accepted by the local App Stores. At the moment the only way for Indonesians to buy apps from the App Store is by using credit cards but the majority of the population do not use banks and the number of credit cards in use is only around 15 million with an average of two cards per person. Since around 80 percent of Indonesia’s mobile subscribers are on prepaid and most do not have credit cards, Apple’s single payment option limits the potential growth of the platform.

Indonesia is home to fewer than a million iOS devices among 15 million smartphones and the country is more known as a BlackBerry country as far as smartphones go. In fact, RIM is working hard to make sure that its devices remain among the top smartphone of choice among Indonesian consumers. The country also has the largest RIM developer community in the  world with 488 members in the BlackBerry DevID community, and thousands more unaffiliated according to RIM VP Developer Relations Alec Saunders on Monday at a Mobile Monday event in Jakarta.

Continue reading Rumor: Apple to Implement Carrier Billing for App Store Starting With Indosat

Apakah Aplikasi Facebook Camera Layak Untuk Digunakan?

Facebook akhirnya merilis aplikasi foto, yang telah lama menjadi rumor, untuk perangkat iOS, yang dinamakan Facebook Camera. Saat ini, aplikasi Facebook Camera hanya tersedia di App Store tertentu, dengan kata lain, belum tersedia secara luas untuk alasan yang belum diketahui. Saat tulisan ini dibuat, aplikasi ini belum tersedia di App Store Indonesia.

Berita seputar aplikasi ini muncuk tahun lalu ketika TechCrunch mempublikasikan detail tentang aplikasi tersebut beserta beberapa screenshot. Meskipun ketika dirilis aplikasi Facebook Camera ini berbeda dengan tampilan yang dikabarkan sebelumnya, ini hal biasa karena jeda waktu antara kabar tersebut dan tanggal rilis memang cukup lama.

Facebook Camera adalah komponen kedua yang diambil dari aplikasi utama Facebook, yang pertama adalah Messenger. Sebenarnya lebih masuk akal bagi Facebook untuk merilis aplikasi secara terpisah daripada mengumpulkan berbagai fungsi dalam satu aplikasi. Aplikasi jelas berbeda dengan website, di mana Anda dapat mengumpulkan semua layanan dalam satu tempat. Dengan aplikasi, orang sepertinya menginginkan kecepatan dan fokus. Memiliki berbagai layanan yang tidak terkait secara langsung dalam satu aplikasi hanya akan ‘menggembungkan’ aplikasi dan memperlambatnya, meskipun Facebook sepertinya bisa mengatasinya dengan membuat aplikasi utama mereka intuitif dan menarik.

Continue reading Apakah Aplikasi Facebook Camera Layak Untuk Digunakan?

Apakah Facebook Camera Akan Bernasib Sama dengan Facebook Messenger?

Ketika Facebook memilih untuk meluncurkan Messenger sebagai aplikasi terpisah, itu bukan keputusan yang sulit. Facebook telah lama merencanakan untuk membuat layanan pesan mereka sendiri untuk menggantikan SMS, email, dan instant messaging. Menggunakan banyak layanan pesan, menjadi tidak praktis di era konektivitas saat ini dan karena hampir semua orang yang berada di Internet terkoneksi melalui Facebook, ini menjadi solusi yang cukup jelas. Sebuah keputusan yang mudah dan brilian. Sayangnya aplikasi ini tidak populer.

Pada versi terbaru Facebook Messenger, kita bisa mengetahui tidak hanya ketika pesan yang kita kirimkan itu sudah terbaca, namun, jika kita mengirimkan pesan ke grup, kita juga bisa tahu siapa saja yang sudah membaca pesan kita. Aplikasi Messenger dari Facebook lebih fungsional, lebih berguna, dan lebih bisa diakses dari BlackBerry Messenger atau aplikasi pesan lain yang ada di pasaran, tapi bisa dibilang hampir tidak ada orang yang menggunakannya.

Orang masih terikat kepada saluran komunikasi yang mereka sukai. Pengguna fanatik BlackBerry terikat dengan BlackBerry Messenger, menyebutkan BBM Group, privasi, serta koneksi antar teman sebagai alasan utama untuk tetap menggunakannya. Pengguna lain, yang tidak menggunakan BlackBerry, memilih untuk menggunakan iMessage, WhatsApp, atau Line untuk pesan teks. Dan tentu saja ada SMS, yang kuno, tidak semenyenangkan maupun sefungsional Messenger, namun tersedia untuk setiap perangkat bergerak yang ada di bumi.

Continue reading Apakah Facebook Camera Akan Bernasib Sama dengan Facebook Messenger?

Is the Facebook Camera App Worth Using?

Facebook finally launched its long rumored photo app for iOS, called Facebook Camera. For now though, the app is only available from certain App Stores, in other words, it hasn’t been made available worldwide for some reason. As of this writing, it’s not yet available from the Indonesian App Store.

Word of this app dated back to last year when TechCrunch published details of the app including some screenshots. The released version however, turn out to be quite different from the leaked images, but that’s almost a given since it’s been a year after all.

Facebook Camera is the second component ripped out of the primary Facebook app, with the first being Messenger. It seems to make sense to have parts of the Facebook app running as their own separate app rather than a collection of functions inside one app. Apps are clearly different from websites in which you can shove all services into one place. With apps, people seem to want speed and focus. Having multiple and directly unrelated services in one app would only serve to bloat the app and slow it down, even though Facebook seems to have managed to make its primary app intuitive and attractive.

The release of Facebook Camera app posed the immediate question of, “Why would Facebook need two different photo apps?” Facebook of course, is waiting for the regulatory approval to acquire the popular photography-based social network Instagram, for a billion dollars. If it has Instagram, why would it need Facebook Camera?

Continue reading Is the Facebook Camera App Worth Using?

Will Facebook Camera Suffer the Same Fate As Facebook Messenger?

When Facebook spun off Messenger as a separate app, it was a no-brainer. Facebook had long planned to make itself the default messaging service for people to use in place of SMS, email, and instant messaging. Having multiple messaging solutions seems pretty clumsy in the age of connectivity and with Facebook being the one network that almost everybody online is connected on, it seems like an obvious solution. It was a no-brainer and a brilliant idea. Unfortunately it hasn’t caught on.

The latest update to Facebook Messenger app features notices to let people know not only whether the message has been read but also, if it’s a group message, which of the group members have actually seen or read the message. The Messenger app is more functional, more ubiquitous, and more accessible than BlackBerry Messenger or any other messaging app out there yet hardly anybody uses it.

Continue reading Will Facebook Camera Suffer the Same Fate As Facebook Messenger?

Akan Sulit Bagi Google untuk Menjaga Android Agar Tetap Gratis dan Terbuka

Google akhirnya berhasil melewati rintangan terakhir untuk mengakuisisi Motorola Mobility. Google berjanji kepada pemerintah Cina bahwa mereka akan tetap membuat Android gratis dan terbuka, setidaknya untuk lima tahun ke depan. Seperti yang dituliskan sebelumnya, sepertinya agak janggal ketika Google menyetujui persyaratan yang diminta, karena sejak Android diluncurkan tahun 2007, keterbukaan dan gratis telah menjadi mantra dan poin penjualan Android. Hal ini juga membantu meledaknya platfrom Android yang menjadi sistem operasi mobile paling populer hanya dalam lima tahun, mengalahkan Symbian milik Nokia.

Meskipun demikian, sejak saat itu, platform dari Google ini mendapatkan serangan dari perusahaan-perusahaan besar yang memegang berbagai paten yang berkaitan dengan industri mobile serta bagaimana perangkat keras dan perangkat lunak bekerja. Oracle adalah salah satu penentang utama yang menyerang Android karena penggunaan Java-nya, sedangkan Apple dan Microsoft bersama-sama memaksa pembuat perangkat Android untuk membayar lisensi kepada dua perusahaan ini atau memodifikasi produk mereka jika mereka menolak untuk melisensi paten yang telah dimiliki oleh dua perusahaan tersebut.

Continue reading Akan Sulit Bagi Google untuk Menjaga Android Agar Tetap Gratis dan Terbuka

Keeping Android Free and Open May Be Difficult For Google

Google has finally cleared the last hurdle to acquire Motorola Mobility It promised the Chinese authorities that it will keep Android free and open for at least the next five years. As we posted earlier, it seemed like a no-brainer that Google would agree to this, after all, ever since Android was released in 2007, being open and free had been its mantra and selling point. It certainly helped the explosion of the platform to become the most popular mobile operating system in just five years, shooting past Nokia’s Symbian.

However, since then the platform has been under fire from major companies holding various patents relating to the mobile industry and how the hardware and software operate together. Oracle is a major force in attacking Android for using Java while Apple and Microsoft have managed to force Android device manufacturers to pay license fees to the two companies or modify their products if they refuse to license patents belonging to the two companies.

Continue reading Keeping Android Free and Open May Be Difficult For Google

Apakah Google Chrome Telah Mengalahkan IE dan Menjadi Browser Paling Populer? Belum Tentu

Kemarin TheNextWeb menuliskan bahwa Google Chrome telah melewati Internet Explorer dan menjadi browser (peramban web) paling populer di dunia. Data yang dikemukakan berdasarkan dari laporan Global Stats oleh StatCounter yang pertama kali dituliskan oleh Joey deVilla. Joey menambahkan tulisan lanjutan tentang hal ini dengan sumber data tambahan dari W3Counter dan Clicky, yang menunjukkan bahwa Chrome belum menyalip IE. Lalu bagaimana sebenarnya?

Secara sederhana, pangsa pasar peramban web bukanlah ilmu pasti. Anda bisa saja menjalankan ratusan survei, penelitian, dan monitoring, dan Anda akan mendapatkan ratusan jawaban yang berbeda. Di sisi lain, jika ukuran sampel cukup luas, Anda akan mendapatkan banyak hasil yang serupa yang bisa Anda ambil kesimpulannya.

Satu hal yang hebat dari data StatCounter adalah Anda bisa menelusuri data tersebut menjadi data mingguan dan harian, tidak hanya data bulanan dan tahunan. Jika Anda menarik data mingguan, maka Anda akan menemukan bahwa dua peramban web ini saling bersaing ketat.

Continue reading Apakah Google Chrome Telah Mengalahkan IE dan Menjadi Browser Paling Populer? Belum Tentu