Bekerja Sama dengan Teenage Engineering, Baidu Luncurkan Smart Speaker Berdesain Unik

Tidak mengejutkan bagi perusahaan seperti Baidu – yang memang serius mengembangkan teknologi AI – untuk terjun ke persaingan pasar smart speaker. Di Tiongkok sendiri, Alibaba sebelumnya sudah mengawali persaingan di kategori ini lewat Tmall Genie, yang dari bentuknya saja sudah kelihatan bahwa perangkat tersebut mengambil Amazon Echo dkk sebagai sumber inspirasinya.

Namun Baidu memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Dalam mendesain smart speaker-nya, mereka menggandeng Teenage Engineering, pabrikan asal Swedia yang dikenal lewat produk-produk eksentriknya, macam synthesizer Pocket Operator. Hasilnya adalah Raven H, yang sepintas lebih cocok dijadikan dekorasi ruangan dengan penampilan warna-warninya.

Baidu Raven H

Raven H melupakan gaya desain silindris atau membulat yang selama ini diadopsi hampir semua smart speaker lain. Panel teratasnya yang berlubang-lubang sebenarnya merupakan panel LED interaktif sekaligus panel kontrol berbasis sentuh, yang dapat dilepas dan dijadikan remote control jika perlu.

Di bawahnya, sederet speaker, mikrofon dan baterai menegaskan perannya sebagai perangkat audio portable. Perangkat ini menjalankan sistem DuerOS besutan Baidu sendiri, dan fungsi yang ditawarkan kurang lebih sama seperti smart speaker lain di pasaran. Nama Raven sendiri berasal dari startup AI bernama Raven Tech yang sebelumnya sudah diakuisisi oleh Baidu.

Raven R / Teenage Engineering
Raven R / Teenage Engineering

Sayangnya, seperti yang sudah bisa kita duga, Raven H hanya akan dipasarkan di Tiongkok saja, dengan banderol harga 1.699 yuan, atau sekitar 3,5 juta rupiah. Di saat yang sama, Baidu juga memperkenalkan smart speaker lain bernama Raven R, yang juga didesain bersama Teenage Engineering.

Raven R turut mengemas panel sentuh dan panel LED interaktif, tapi yang membedakannya dari Raven H adalah sebuah lengan robotik yang bisa berdansa mengikuti irama musik jika perlu, dan untuk sekarang ia masih berwujud prototipe ketimbang produk final.

Sumber: The Verge.

Baidu Ciptakan Router Wi-Fi Portable yang Dapat Menerjemahkan Secara Real-Time

Sampai di tahun 2017 ini, tarif roaming data masih tergolong mahal. Itulah mengapa turis biasanya memilih satu dari dua opsi berikut demi mendapatkan akses internet: membeli nomor lokal atau menyewa router Wi-Fi portable selama beberapa hari.

Raksasa internet Tiongkok, Baidu, punya ide yang menarik soal router Wi-Fi portable ini. Ketimbang hanya sebatas menyediakan akses internet, perangkat seharusnya juga bisa disisipi fungsi lain, salah satunya untuk menerjemahkan bahasa secara real-time.

Menurut laporan Nikkei, dimensi gadget buatan Baidu yang belum memiliki nama ini cukup ringkas dan tidak lebih besar dari smartphone pada umumnya, dengan bobot hanya 140 gram. Baidu merancangnya agar dapat beroperasi di berbagai jaringan di sekitar 80 negara.

Kemampuannya menerjemahkan baru terbatas pada tiga bahasa saja, yakni Tionghoa, Jepang dan Inggris, berdasarkan informasi yang didapat Nikkei sejauh ini. Untuk mengaktifkan fungsinya, pengguna hanya perlu berbicara selagi menekan tombol, lalu perangkat akan langsung membacakan hasil terjemahannya.

iTranslate Converse / iTranslate
iTranslate Converse / iTranslate

Solusi berbasis software sebenarnya sudah eksis, contohnya iTranslate Converse yang dirilis belum lama ini dan memiliki cara kerja serupa. Kendati demikian, solusi berbasis hardware macam yang dikerjakan Baidu ini jelas lebih praktis ketimbang harus membuka aplikasi terlebih dulu setiap kali diperlukan.

Jadwal rilisnya sejauh ini masih belum diketahui, tapi Baidu rencananya bakal menjual sekaligus menyewakannya di kampung halamannya terlebih dulu. Opsi menyewa terdengar sangat masuk akal mengingat target pasar Baidu adalah konsumen yang keluar dari Tiongkok untuk keperluan bisnis maupun liburan.

Di sisi lain, perangkat ini bisa sangat membantu turis yang datang ke Tiongkok apabila mereka dapat menyewanya setibanya di bandara. Sesudah Tiongkok, Baidu berencana membawa perangkat ini ke Jepang mulai tahun depan.

Sumber: Nikkei dan The Verge.

Baidu Rilis Fitur Live Streaming untuk DU Recorder

Memulai kiprah dari pasar lokal Tiongkok, Baidu menjelma menjadi raksasa internet yang makin ditakuti. Cetak biru produk-produk yang dilahirkan dari tangan-tangan kreatif di belakang Baidu nyaris mirip dengan apa yang dilakukan oleh Google. Memulai sebagai layanan mesin pencari, kini Baidu sudah mempunyai banyak produk mulai dari aplikasi peta, platform periklanan, merancang asisten virtual, mobil pintar dan menggarap piranti lunak untuk mobile.

Salah satu produk unggulannya di ranah piranti lunak mobile adalah jajaran aplikasi DU Apps yang terpecah dalam berbagai produk keluaran. Di dalamnya ada yang namanya aplikasi Du Recorder yang cukup populer di Tiongkok. Dan dalam rangka merayakan rekor 10 juta pengguna, Baidu menggulirkan fitur baru live streaming ke Du Recorder, sehingga memungkinkan pengguna menyiarkan secara langsung apa yang ditampilkan di layar. Fitur live stream menawarkan mode baru picture-in-picture menggunakan tool Facecam. Dengan adanya kemampuan ini, pengguna bisa merekam reaksi Anda sendiri saat sedang menyiarkan pertandindan di stadion secara langsung.

Du Recorder sendiri adalah aplikasi perekam layar yang memudahkan para gamer atau pembuat konten untuk menangkap tampilan layar smartphone, menyimpan, meng-edit lalu diunggah ke dunia maya.

Semua proses tersebut dilakukan cukup dari satu aplikasi, sebab selain fungsi utamanya untuk merekam, Du Recorder juga punya fitur untuk meng-edit video, seperti menambahkan musik latar, menggabungkan klip, memotong, membuang dan melakukan peningkatan kualitas rekaman.

Cailin Tang, product director of Baidu Global Business Unit dalam rilis resminya mengatakan, bahwa penambahan fitur live stream diharapkan dapat meningkatkan basis pengguna aplikasi. Goal utamanya adalah menjadikan Du Recorder sebagai yang terdepan yang memberikan solusi pembuatan konten video dari mobile.

DU_Recorder

Sumber berita Businesswire.

Baidu Gandeng Nvidia Maksimalkan Peran AI untuk Mobil Tanpa Sopir dan Cloud Computing

Nvidia yang kita kenal sekarang bukan lagi sekadar produsen kartu grafis. Perusahaan yang bermarkas di Santa Clara tersebut juga serius mengembangkan artificial intelligence (AI), yang salah satu implementasinya berupa sistem kemudi otomatis Drive PX. Dua tahun sejak Drive PX pertama diumumkan, rupanya sudah ada pihak yang tertarik dengan potensinya.

Tidak main-main, yang tertarik dengan teknologi Nvidia ini adalah raksasa internet asal Tiongkok, Baidu. Kedua perusahaan baru-baru ini mengumumkan rencana mereka untuk bekerja sama dalam memaksimalkan peran AI pada ranah mobil tanpa sopir, cloud computing serta home assistant.

Salah satu bentuk kerja samanya adalah penggunaan Drive PX 2 pada platform mobil tanpa sopir Baidu, Apollo, plus rencana untuk mengembangkan mobil kemudi otomatis bersama sejumlah pabrikan otomotif besar di Tiongkok. Baidu sendiri sangat serius dalam hal pengembangan sistem kemudi otomatis sampai-sampai co-founder-nya, Robin Li, memberanikan diri untuk datang ke sebuah event dengan menunggangi mobil tanpa sopir meskipun hal ini melanggar hukum setempat.

Di ranah cloud computing, platform Baidu Cloud nantinya akan ditenagai oleh GPU Nvidia Volta, yang memang dirancang secara spesifik untuk implementasi AI. Selain itu, Volta juga akan membantu optimalisasi PaddlePaddle, framework deep learning besutan Baidu yang open-source, sehingga akses untuk para akademisi dan peneliti pun bisa diperluas lagi.

Terakhir, kolaborasi ini juga akan membuahkan integrasi asisten virtual DuerOS kepunyaan Baidu pada perangkat Nvidia Shield TV untuk pasar Tiongkok, mengubahnya menjadi semacam home assistant ala Amazon Echo, atau yang baru saja diluncurkan untuk pasar Tiongkok oleh Alibaba, Tmall Genie.

Sumber: Engadget dan Nvidia.

Baidu Luncurkan Baidu Maps dan Qunar untuk Dukung Pariwisata Indonesia

Bersama dengan Kementerian Pariwisata, perusahaan teknologi asal Tiongkok Baidu kembali melanjutkan kemitraan strategis dengan meluncurkan dua aplikasi tambahan, Baidu Maps dan Qunar. Diharapkan dua aplikasi ini dapat mendongkrak target pemerintah yang ingin mendatangkan 2 juta wisatawan Tiongkok ke Indonesia pada tahun ini.

Dua aplikasi tambahan ini nantinya bakal melengkapi produk Baidu lainnya, di antaranya Baidu Search Engine, Display Ads, dan Baidu Travel. Seluruh produk tersebut diklaim sangat efektif dalam mengedukasi masyarakat Tiongkok tentang destinasi andalan Indonesia, seperti Bali, Lombok, Banyuwangi, Jogja-Solo-Semarang, Manado, dan Labuan Bajo.

Baidu Maps adalah peta digital yang menawarkan tampilan citra satelit, peta jalan, dan peta dalam ruang. Selain itu, Baidu Maps juga menyediakan rekomendasi akan beragam jenis transportasi terbaik yang dapat dipertimbangkan wisatawan dalam mencapai destinasi tujuan.

Diklaim saat ini pengguna aktif Baidu Maps mencapai 300 juta orang per bulannya, memiliki cakupan point of interest (POI) global sebanyak 140 juta dan mengelola permintaan lokasi sebanyak 72 miliar per harinya. Aplikasi ini dapat diunduh untuk pengguna Android dan iOS.

Sementara itu, Qunar adalah aplikasi perjalanan wisata nomor satu di Tiongkok dengan 4,5 juta pengunjung aktif harian. Dengan mengakses Qunar, wisatawan yang ingin berwisata di Indonesia dapat memperoleh informasi akurat tentang penerbangan domestik dan internasional, paket liburan, hingga informasi lainnya.

Qunar sendiri merupakan perusahaan mobile dan online travel platform (OTP) yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Baidu.

Tampilan Baidu Maps
Tampilan Baidu Maps

“Setelah peluncuran di Indonesia, kami akan meluncurkan Baidu Maps di negara-negara Asia Pasifik lainnya. Pada peluncuran pertama di Indonesia, akan tersedia 1.000 POI mencakup Jakarta dan Bali. Angka tersebut akan terus dikembangkan, termasuk 10 destinasi utama lainnya yang menjadi prioritas Kemenpar,” terang Business Director Baidu Indonesia Ken Tao, Kamis (4/5).

Dia melanjutkan, “Pendekatan OTP yang menjadi fokus kerja sama ini juga sangat strategis untuk diterapkan karena mayoritas wisatawan Tiongkok berusia di bawah 45 tahun dan 68% dari mereka menjadikan informasi berbasis internet sebagai salah satu referensi utama dalam menentukan destinasi wisata.”

Mengenai komitmennya dalam mendukung pariwisata Indonesia dan bisnis secara keseluruhan, Ken mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk meningkatkan nilai investasinya pada tahun ini hingga dua kali lipat dari jumlah investasi di tahun sebelumnya sebesar US$5 juta.

Capai target

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan kerja sama yang dilakukan dengan Baidu pada tahun lalu menunjukkan hasil yang impresif. Dengan pendekatan online, berhasil mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan Tiongkok sampai 27,3% atau senilai 1,14 juta orang, khusus Bali meningkat hingga 43,4%.

Akses informasi terkait pariwisata Indonesia yang terpublikasi di berbagai perjalanan wisata maupun di Baidu Travel, dalam waktu singkat mampu menarik minat lebih dari 320 ribu pembaca dengan impresi di atas 1 juta.

Pencarian destinasi dengan kata kunci “Bali Island” juga meningkat sebesar 45% dan kata kunci “Indo Travel” juga meningkat jadi 11%.

“Zaman sekarang kalau strategi pemasarannya tidak pakai digital, ya rugi,” terang Arief.

Dia menuturkan, “Lewat kerja sama dengan Baidu, saya rasa jadi faktor utama yang mendongrak tercapainya target kunjungan wisatawan Tiongkok jadi 1,14 juta. Tahun ini kami targetkan angkanya meningkatnya jadi 2 juta wisatawan.”

Sebelumnya, pemerintah menargetkan terima kunjungan 2 juta wisatawan Tiongkok pada tahun ini dan 10 juta kunjungan di 2019.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ditenagai Kecerdasan Buatan, Aplikasi Keyboard TypeTalk Mampu Lahap Input Suara dengan Akurat

Baidu memang tak begitu populer di pasar Amerika Serikat, tapi di Tiongkok mereka menguasai 80% pangsa pasar pencarian internet dan menjadi salah satu perusahaan internet beromzet terbesar di sana. Seperti halnya Google dan Microsoft, Baidu juga memiliki divisi pengembangan teknologi bernama Baidu Research yang belakangan fokus pada pengembangan teknologi kecerdasan buatan. Hasilnya adalah berupa aplikasi keyboard bernama TypeTalk yang secara resmi diumumkan.

TypeTalk sejatinya sudah melenggang ke Play Store basis dari jutaan aplikasi Android sejak bulan Juli lalu. Kawasan Amerika Serikat menjadi tujuan pasarnya. Dari pantauan Dailysocial, TypeTalk memang belum dapat dijumpai yang tampaknya disebabkan oleh batasan itu.

Typetalk_1

Beberapa saat setelah diluncurkan, TypeTalk mendapatkan jatah pembaruan mayor pada hari Senin kemarin. Berbeda dengan Swype, Google Keyboard, Go Keyboard atau SwiftKey, melalui TypeTalk Baidu ingin meminimalkan penggunaan jari dalam menulis pesan. Mereka menambahkan ikon mikrofon yang dibubuhi label “Speak now.” Menurut Baidu, hampir semua aplikasi keyboard dilengkapi tombol mikrofon, bedanya mereka menempatkan tombol ini di urutan terdepan yang merupakan konsep dasar TypeTal, yakni sebagai aplikasi keyboard voice-centric alias aplikasi keyboard yang berfokus pada perintah suara.

Perencanaan Baidu bukan sesuatu yang mengada-ada. Hampir semua perangkat Android tiba dengan dukungan voice-to-text. Tapi berkat teknologi kecerdasan buatan Deep Speech yang terbenam di TypeTalk, membuat kemampuan tersebut meningkat tajam, jauh lebih akurat dan mampu belajar dari waktu ke waktu seiring penggunaannya.

Tak hanya itu, TypeTalk juga dibekali fitur pendeteksi kesalahan, sebuah komponen yang digodok oleh tim TypeText untuk meminimalisir kesalahan transkrip. Teknologi ini mampu memangkas waktu yang dibutuhkan untuk menemukan kata yang keliru dan melakukan perbaikan secara otomatis. Dengan pengembangan terbarunya, mesin transkrip TypeText mampu mengurangi kesalahan hingga 20,4%.

typetalk_2

Kendati mendahulukan input suara, namun TypeTalk tetap dapat dipergunakan secara manual menggunakan ketikan jari seperti cara lama. Berbagai pilihan tema juga tersedia untuk dicoba.

Sumber berita Venturebeat dan gambar header Fueladdicts.

Application Information Will Show Up Here

Nvidia dan Baidu Berkolaborasi Kembangkan Teknologi Mobil Self-Driving

Ketertarikan para raksasa teknologi terhadap driverless car meningkat beberapa tahun ke belakang. Mungkin terpicu oleh Google, kita tahu Baidu menggandeng BWM untuk menggarap mobil tanpa pengemudi. Dan di CES 2016, Nvidia juga menyingkap supercomputer  Drive PX 2. Dan bidang ini jadi kian menarik setelah kedua perusahaan itu memutuskan buat berkolaborasi.

Strategi kerja sama tersebut diumumkan CEO Baidu Robin Li dan CEO Nvidia Jen-Hsun Huang dalam acara Baidu World Conference di Beijing minggu lalu. Masing-masing perusahaan akan saling berbagi apa yang mereka miliki. Baidu belum lama ini memperoleh izin untuk menguji mobil self-driving mereka di Kalifornia, sedangkan Nvidia bertanggung jawab menyediakan platform komputer untuk mengembangkan mapping HD, sistem kendali dan parkir otomatis.

Lewat langkah ini, Nvidia dan Baidu berharap agar semua aspek di driverless car dapat terpenuhi, misalnya sistem cloud, perakitan kendaraan, sampai kecerdasan buatan. AI sendiri bukanlah hal baru bagi kedua perusahaan itu, dan Baidu bahkan boleh berbangga dengan karena chief scientist-nya, Andrew Ng, sempat membuat terobosan di ranah AI dan memicu kelahiran ratusan startup.

Pertama-tama, mereka mencoba menjawab sejumlah tantangan besar di AI, salah satunya ialah menciptakan mesin yang pintar. Tentu saja, misi utama Nvidia dan Baidu adalah membuat mobil tersebut aman, baik untuk penumpang serta orang-orang di sekitarnya – mampu meminimalisir bahaya dan jumlah korban ketika kecelakaan tidak dapat dihindari. Selanjutnya, produsen harus memastikan kendaraan bisa dimanfaatkan oleh semua orang.

Berdasarkan informasi yang ditulis oleh Fortune, platform kreasi Baidu dan Nvidia itu akan diimplementasikan sebagai layanan taksi di Tiongkok. Mereka juga mempersilakan siapapun untuk menggunakannya karena kedua kreatornya mengusung konsep open platform, memungkinkan perusahaan-perusahaan lain menerapkan teknologi tersebut di kendaraan self-driving mereka.

Arsitektur mobil self-driving Nvidia sendiri terdiri atas tiga komponen utama: pertama adalah supercomputer Drive PX (Drive PX 2-nya disiapkan untuk Roborace Championship, sudah diadopsi oleh Volvo), berfungsi buat memproses data yang masuk dari rangkaian sensor serta kamera; kedua ialah sistem operasi berbasis algoritma; dan terakhir adalah sistem map 3D beresolusi HD berbasis cloud.

Baidu sendiri sudah menyelesaikan uji coba kendaraan otomatis mereka sejauh 30-kilometer, dan berencana mengenalkannya di10 kota di China. Selanjutnya, Baidu memiliki keinginan untuk melakukan produksi massal lima tahun lagi.

Sumber: Nvidia.

Survei Baidu: Ponsel Pintar Kini Jadi Media Utama Mencari Informasi Berita

Pesatnya perkembangan teknologi berhasil merubah cara masyarakat dalam memperoleh dan mengkonsumsi informasi. Temuan dari penelitian Baidu dan GfK Indonesia mengungkap bahwa kini ponsel pintar telah menjadi pilihan utama masyarakat perkotaan Indonesia dalam mengkonsumsi berita, diikuti dengan televisi. Mayoritas masyarakat perkotaan Indonesia juga disebutkan telah mengikuti berita dan informasi secara teratur dengan konten bervariasi yang dikonsumsi

Oktober hingga November 2015 silam, Baidu dan GfK Indonesia bekerja sama untuk melakukan sebuah riset yang mempelajari konsumsi berita daring di Indonesia. Riset ini mengambil fokus di perkotaan Indonesia yang berada di Jawa seperti Jakarta, kawasan Bodetabek, Bandung, Semarang dan Surabaya dengan pendekatan mobile dan wawancara langsung kepada responden. Rentang usia responden sendiri berada di usia 13-55 tahun.

[Baca juga: Pengguna Mobile Internet Indonesia Gemar Mencari Berita Terlebih Dahulu Sebelum Belanja Online]

Hasilnya, Baidu menarik lima kesimpulan utama yang menjawab pertanyaan-pertanyaan mulai dari konsumen berita daring, topik yang dicari, perangkat yang digunakan untuk mengakses berita daring, waktu mengakses berita daring, dan bagaimana konsumen tersebut mengakses beritanya.

Karakteristik konsumsi topik berita daring Indonesia

Rangkuman Karakteristik Konsumen dan Topik Berita Daring di Indonesia / Baidu

Menurut temuan Baidu, mayoritas (81 persen) masyarakat Indonesia sebenarnya sudah mengikuti berita dan informasi secara teratur. Hal yang menarik adalah pergeseran dalam cara mengkonsumsi berita dan informasi ini. Kini, menurut Baidu, ponsel pintar (96 persen) dan televisi (91 persen) adalah dua media utama yang digunakan masyarakat Indonesia dalam memperoleh informasi.

Konsumi topik berita daring berdasarkan umur

Baidu menyebutkan bahwa konsumen berita daring di Indonesia lebih condong kepada mereka yang berusia 33-42 tahun dan kelas ekonomi yang lebih tinggi. Jenis kelamin pria juga terlihat lebih sering mengkonsumsi berita daring dibanding perempuan. Namun, tidak ada konten yang dominan di Indonesia menurut Baidu.

Tapi bila harus dipecah lagi, konsumen di usia muda adalah kelompok yang mengkonsumsi topik hiburan paling banyak. Sedangkan di usia tua, preferensi akan bergeser ke topik yang lebih serius seperti masalah sosial politik, agama, hingga orang tua.

Karakteristik perangkat dan waktu untuk mengakses berita daring

Rangkuman Karakteristik Perangkat dan Waktu untuk mengakses berita daring / Baidu

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, telah terjadi pergeseran di masyarakat perkotaan Indonesia dalam cara mengkonsumsi berita dan informasi. Ponsel pintar kini menjadi media utama mengkonsumsi informasi dan berita, diikuti media televisi. Namun bila harus dispesifik kembali kepada berita daring, urutannya yaitu, ponsel pintar (97 persen), komputer kantor (16 persen), komputer pribadi (13 persen), dan tablet (6 persen).

Sedangkan waktu favorit bagi masyarakat perkotaan Indonesia dalam mengakses berita dan informasi daring adalah pada saat istirahat siang di hari kerja, sekitar pukul 12 siang hingga 3 sore pada hari Senin-Jumat. Ini juga tak jauh berbeda dengan hari Sabtu yang menunjukkan waktu puncak akses berita daring pada pukul 12 siang hingga 6 sore. Sedangkan di hari Minggu, waktu puncak cenderung lebih panjang, yakni pada pukul 12 siang hingga 9 malam.

Waktu puncak akses berita daring di Indonesia

Jalur untuk menemukan berita daring di Indonesia sendiri masih merupakan kombinasi dari upaya aktif dan rujukan ke saluran lain. Ini bisa berasal dari mesin pencari (31 persen) seperti Google, Bing, atau Yahoo, saluran lain di domain yang sama (28 persen), media sosial (24 persen), situs berita (10 persen), atau rujukan lainnya (7 persen).

[Baca juga: Survei Baidu: Efektivitas Iklan Online di Indonesia Masih Rendah]

Satu hal lain yang perlu diperhatikan oleh para penggiat bisnis daring, termasuk media, adalah mengenai iklan. Menurut penelitian Baidu, masyarakat Indonesia merasa sangat terganggu terhadap iklan seperti Intrusive Ads, Targeting, Ads, dan Mobile Ads. Toleransi terhadap iklan lebih ditunjukkan pada iklan daring seperiti Social media Ads, Search Engine Ads, dan Email Ads.

Survei Baidu: Efektivitas Iklan Online di Indonesia Masih Rendah

Kendati banyak yang menilai bahwa In-App Purchase akan menjadi masa depan monetisasi aplikasi mobile, saat ini kontribusi mobile advertising masih mendominasi untuk pendapatan pengembang, sekaligus menjadi cara yang efektif untuk menjalin pangsa pasar. Per tahun 2015 di Indonesia, menurut studi bertajuk “Mobile Apps Market Study Indonesia” yang dilakukan Baidu, mobile advertising menyumbang $20,8 juta dari total pendapatan aplikasi mobile sebesar $28,1 juta.

Terkait efektivitas mobile advertising dalam membangun kesadaran publik, Managing Director Baidu Indonesia Bao Jianlei menyampaikan seputar karakteristik mobile advertising di Indonesia:

“Sebanyak 27% pengguna smartphone di Indonesia dalam setiap bulannya selalu meng-klik iklan online yang menyambangi perangkatnya. Uniknya, peminat iklan online ini mayoritas berasal dari segmentasi sosial ekonomi kelas C, berusia antara 23-32 tahun dan sebagian besar adalah laki-laki. Karakteristik pengakses iklan online yang ditemukan melalui studi ini dapat dijadikan pertimbangan bagi para pemasar dalam menyiapkan bentuk komunikasi yang tepat.”

Efektivitas iklan online di Indonesia masih rendah

Kendati demikian, jika minilik hasil riset secara mendalam, iklan online secara keseluruhan masih menunjukkan efektivitas yang rendah di Indonesia. Sementara itu iklan di media sosial dan mesin pencari dinilai memiliki efektivitas yang lebih baik sehubungan dengan kemampuannya membangun tingkat kesadaran yang tinggi di kalangan pengguna perangkat mobile.

Dari survei Baidu ditemukan fakta sebanyak 68% responden mengaku sadar akan kehadiran iklan di media sosial dan 13% mengaku melakukan pengaksesan terhadap iklan tersebut. Sementara itu, sebanyak 69% responden menyadari adanya iklan di mesin pencari yang tengah mereka gunakan di perangkat mereka dan 12% memutuskan untuk mengklik iklan tersebut.

Dan berikut ini adalah persentase penggunaan iklan online dan traksi pengguna dari berbagai platform iklan online yang ada di Indonesia:

Online Advertising Indonesia

“Video Ads menjadi salah satu iklan yang kehadirannya cukup berhasil membangun kesadaran pemirsanya. Namun tingkat efektivitasnya ternyata masih rendah mengingat masih sedikit pemirsa yang lantas memutuskan untuk mengaksesnya. Implikasi atau makna dari fakta ini adalah para pengiklan harus benar-benar memperhatikan daya tarik konten yang disampaikan agar tingkat interaksi yang terbangun dengan pemirsanya bisa menjadi semakin mendalam,” pungkas Bao Jianlei.

Aplikasi Mobile Kian Jadi Candu Pengguna Smartphone

Sudah menjadi fakta yang umum seputar meningkatnya penggunaan ponsel pintar serta perangkat mobile lainnya di Indonesia. Hal ini berdampak pada makin bergantungnya masyarakat Indonesia terhadap aplikasi mobile, terutama di kalangan muda. Hal ini turut menggeser sebuah tren digital yakni seputar penggunaan web browser untuk mengakses layanan online. Studi yang dilakukan Baidu terhadap pengguna ponsel pintar di Indonesia menunjukkan sebuah fakta bahwa penetrasi aplikasi lebih tinggi (97%) dibanding web browser (76%) untuk mengakses berbagai layanan digital.

Bagi pengembang jelas saja ini penting untuk menjadi perhatian. Menurut hasil riset Baidu, aplikasi mobile akan menawarkan pendapatan yang semakin menjanjikan dari tahun ke tahun. Di tahun 2013, pendapatan yang berasal dari aplikasi mobile di Indonesia mencapai $62,1 juta. Sedangkan di tahun 2015 melonjak tinggi mencapai $118,2 juta. Diperkirakan, di tahun ini akan mencapai $142,1 juta dan di tahun 2018 nanti akan mencapai $197,6 juta.

Berbicara seputar pendapatan pengembang, Baidu dalam risetnya juga memaparkan bahwa hingga saat ini, pendapatan dari aplikasi mobile paling besar masih disumbangkan oleh Mobile Advertising, disusul Paid-Apps Purchase dan In-Apps Purchase.

Managing Director Baidu Indonesia Bao Jianlei mengatakan, kendati saat ini pembelian In-Apps masih memberikan kontribusi terendah, namun di masa depan diperkirakan kontribusi dari In-Apps Purchase akan melampaui kontribusi yang disumbangkan dari Paid-Apps Purchase.

Monetisasi Aplikasi Mobile di Indonesia

“Tahun 2015, pendapatan dari Mobile Advertising dari 5 wilayah yaitu Jakarta, Bodetabek, Bandung, Surabaya dan Semarang mencapai USD15 juta (71%), mengungguli kontribusi yang disumbangkan oleh Paid Apps Purchase yaitu sekitar $3,2 juta (15%) dan In-Apps Purchase sekitar $2,9 juta (13%). Tahun ini, pendapatan dari Mobile Advertising dari wilayah yang sama diperkirakan akan mencapai $20,8 juta,” ujar Jianlei.

Karakteristik penggunaan aplikasi mobile di Indonesia

Games (38%), instant messaging (27%) dan media sosial (19%) tercatat sebagai aplikasi mobile yang paling sering diunduh oleh pengguna perangkat mobile di Indonesia. Namun uniknya, aplikasi-aplikasi itu pulalah yang paling sering dihapus kembali oleh mereka – games (50%), instant messaging (29%) dan media sosial (16%).

Aplikasi-aplikasi lainnya yang digemari oleh orang Indonesia adalah aplikasi untuk berbelanja online (8%), transportasi (6%), buku dan aneka referensi (6%), peta dan navigasi (3%), serta berita dan informasi (3%). Sementara aplikasi-aplikasi lainnya yang sering dihapus adalah aplikasi belanja online (10%) dan transportasi (3%).

Karakteristik Pengguna Aplikasi Mobile

Alasan orang Indonesia mengunduh aplikasi sangat beragam. Games banyak mereka unduh karena bersifat menyenangkan dan menghibur. Adapun aplikasi media sosial, belanja online dan transportasi mereka unduh karena pertimbangan fungsi, manfaat dan rekomendasi dari pihak lain.

Lebih dari separuh responden (58%) mengatakan mereka pasti melakukan kegiatan mengunduh aplikasi dalam setiap bulannya. Jumlah ini jauh lebih banyak dari jumlah para pengguna perangkat mobile yang gemar menghapus aplikasi yang telah diunduhnya dalam setiap bulannya (16%).

Sebagian pengguna perangkat mobile yang memutuskan untuk menghapus aplikasi yang sebelumnya telah mereka unduh biasanya disebabkan karena aplikasi tersebut jarang mereka gunakan (42%), memori sudah tidak mencukupi lagi (36%) atau bosan dengan aplikasi tersebut (27%).

Alasan lain yang mengemuka adalah karena aplikasi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (15%), pengguna lebih memilih aplikasi lainnya (13%), serupa dengan aplikasi lainnya (9%), tidak sesuai dengan kebutuhan anak (4%), dan aplikasi yang ingin diunduh terlalu mahal (3%).