Jadilah Bagian dari Masa Depan AI Indonesia

Industri kecerdasan buatan (AI) tengah menjadi tulang punggung revolusi digital dunia, dan Indonesia tidak ingin tertinggal. Dalam semangat menyongsong visi Indonesia Emas 2045, acara bertajuk “Accelerating AI Adoption for Indonesia Emas 2045” hadir untuk menggerakkan ekosistem AI yang kuat dan berkelanjutan. Acara ini menjadi bagian dari inisiatif AI Merdeka yang di dalamnya terdapat sejumlah program yang sangat berguna untuk inovator.

Diselenggarakan pada Sabtu, 23 November 2024 di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, acara ini menjadi peluang emas bagi komunitas startup Indonesia untuk tumbuh dan bersaing di panggung global.

Mengapa Anda Harus Hadir?

Terdapat sejumlah manfaat yang bisa didapatkan startup dengan menjadi bagian inisiatif AI Merdeka, di antaranya:

  • Mengatasi Tantangan Kekurangan Talenta Digital

Indonesia membutuhkan 15 juta talenta digital dalam beberapa tahun mendatang. Melalui inisiatif ini, peserta akan mendapatkan akses ke pelatihan intensif dan mentorship langsung dari para pakar, termasuk pembicara dari perusahaan terkemuka seperti NVIDIA.

Untuk pelajar dan dosen, terdapat program LASKAR AI menawarkan kursus, lokakarya, dan sesi mentoring yang dirancang untuk mempercepat pemahaman dan penguasaan AI. Ini adalah langkah penting untuk membangun fondasi karir di bidang AI.

  • Membangun Kolaborasi dan Inovasi

Program SEMESTA AI yang turut dikenalkan dalam event ini, hadir khusus untuk startup Indonesia guna menciptakan ekosistem yang memungkinkan kolaborasi dengan perusahaan besar, institusi pendidikan, dan sesama inovator. Bagi startup yang terlibat, akan mendapat peluang memperluas jaringan, memperkuat posisi bisnis, dan mengakses teknologi mutakhir.

  • Teknologi Terkini untuk Produk Anda

Sesi Technology Update yang dipandu oleh pakar dari NVIDIA akan memberikan wawasan tentang perkembangan terkini, termasuk AI generatif. Startup juga dapat belajar praktik terbaik yang relevan untuk startup Anda.

  • Eksposur dan Peluang Internasional

Dapatkan visibilitas global melalui acara yang dirancang untuk meningkatkan profil startup Anda. Dengan pembicara-pembicara ternama dari institusi pemerintahan, swasta, dan internasional ini adalah peluang untuk terhubung dengan tokoh-tokoh penting di industri.

Cara Bergabung

Pastikan Anda mendapatkan benefit dari inisiatif ini. Untuk itu, segera daftarkan diri Anda melalui situs resmi aimerdekalaunching.id sebelum 22 November 2024. Tempat terbatas, jadi pastikan Anda tidak melewatkan kesempatan ini.

Acara ini bukan hanya tentang AI, tetapi juga tentang menciptakan masa depan Indonesia yang lebih cerdas dan inklusif. Dengan bergabung, Anda berkontribusi langsung pada transformasi digital bangsa.

Daftar sekarang, dan jadilah penggerak perubahan untuk Indonesia Emas 2045.

Disclosure: DailySocial.id mendukung Lintasarta dalam acara ini

NVIDIA Tawarkan Program Khusus untuk Bantu Pertumbuhan Startup Tahap Awal

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan semakin banyaknya startup yang bermunculan di Indonesia, NVIDIA menghadirkan NVIDIA Inception Program, sebuah inisiatif yang didesain khusus untuk membantu startup tahap awal mempercepat perkembangan bisnis mereka. Program ini memberikan berbagai keuntungan kepada para pendirinya, terutama startup yang fokus pada teknologi terkini seperti AI, pembelajaran mesin, dan solusi berbasis komputasi tinggi.

Melalui program ini, startup bisa mendapatkan akses ke kredit pelatihan gratis dari NVIDIA Deep Learning Institute (DLI). Dengan kredit ini, startup dapat mengembangkan kemampuan teknis tim mereka, terutama dalam bidang AI dan deep learning, yang menjadi fondasi bagi banyak inovasi saat ini. Selain itu, startup juga akan mendapatkan akses ke Software Development Kit (SDK) NVIDIA yang dapat mempercepat pengembangan produk berbasis AI.

Tidak hanya itu, NVIDIA juga menyediakan diskon khusus untuk perangkat keras dan perangkat lunak NVIDIA, termasuk enterprise-grade GPU yang mampu mendukung performa tinggi dan keandalan dalam berbagai aplikasi industri. GPU berkualitas ini sangat penting bagi startup yang ingin meningkatkan kemampuan teknologi mereka, terutama dalam hal pemrosesan data yang kompleks.

NVIDIA juga menawarkan kredit cloud gratis, yang memungkinkan startup untuk menjalankan dan menguji produk mereka di lingkungan cloud tanpa perlu khawatir tentang biaya operasional yang besar. Hal ini menjadi solusi yang sangat menarik bagi startup yang ingin mengoptimalkan sumber daya mereka secara efisien.

Membangun jejaring dengan investor dan pakar teknologi

Selain keuntungan teknis, NVIDIA Inception Program juga membuka peluang bagi startup untuk memperluas jaringan bisnis mereka. Program ini memungkinkan startup untuk terhubung dengan para investor dalam jaringan NVIDIA, sehingga memberikan kesempatan bagi startup untuk mendapatkan pendanaan yang dibutuhkan untuk ekspansi lebih lanjut. Tidak hanya itu, para founder startup akan memiliki akses ke jaringan pakar dan mentor yang dapat membantu mereka menavigasi tantangan di dunia startup yang kompetitif.

Program ini ditujukan khusus untuk startup tahap awal yang memiliki tim developer. NVIDIA mencari startup dengan potensi besar yang siap berkembang dan mengoptimalkan teknologi NVIDIA untuk mempercepat inovasi mereka. Syarat utama bagi para pendaftar adalah startup harus memiliki email dengan domain bisnis sebagai tanda validitas dan profesionalisme startup yang mendaftar.

Bagi para founder startup yang tertarik untuk mempercepat perkembangan bisnis dan memanfaatkan akses ke teknologi kelas dunia, pendaftaran dapat dilakukan melalui petunjuk di tautan berikut: https://dly.social/inception. Silakan daftar sebelum tanggal 19 November 2024.

NVIDIA percaya bahwa kolaborasi dengan startup tahap awal dapat menciptakan ekosistem teknologi yang lebih inovatif dan dinamis. NVIDIA Inception Program adalah salah satu bentuk komitmen NVIDIA untuk mendukung perkembangan startup Indonesia agar siap bersaing secara global.

Dengan berbagai manfaat yang ditawarkan, NVIDIA Inception Program diharapkan dapat menarik minat startup tahap awal di Indonesia untuk ikut serta dan mendapatkan akses ke sumber daya mutakhir. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk bergabung dan mempercepat perjalanan bisnis startup Anda dengan dukungan teknologi dari NVIDIA.

Disclsoure:

  • DailySocial.id mendukung Lintasarta dalam mempromosikan program NVIDIA Inception Program di Indonesia
  • Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Monitor 27 Inci Beresolusi 1440p Bakal Jadi Standar Baru Esport Menurut Nvidia

Monitor gaming terbaik adalah yang bisa memenuhi preferensi bermain penggunanya secara tepat. Percuma Anda menggunakan monitor 4K 60 Hz kalau yang dimainkan setiap saat adalah game-game kompetitif seperti Valorant atau Apex Legends. Sebaliknya, menggunakan monitor 1080p 360 Hz untuk memainkan Red Dead Redemption 2 akan terasa seperti buang-buang uang.

Kesimpulan sederhananya, gamer kompetitif lebih mementingkan kemulusan permainan berkat refresh rate yang tinggi, sementara gamer non-kompetitif lebih memprioritaskan kualitas visual yang terbaik. Itulah mengapa di saat monitor-monitor 1440p dan bahkan 4K sudah menjadi mainstream, monitor 1080p masih menjadi kepercayaan di ranah esport.

Namun berhubung performa prosesor dan kartu grafis selalu meningkat dari generasi ke generasi, Nvidia menilai sudah waktunya standar resolusi monitor esport naik kelas dari 1080p menjadi 1440p. Nvidia mencontohkan bahwa kombinasi prosesor Intel Core i9-12900K dan kartu grafis GeForce RTX 3080 kini sanggup menjalankan beberapa judul game esport di lebih dari 360 fps pada resolusi 1440p secara konsisten.

27 inci dengan resolusi 1440p, serta refresh rate hingga 360 Hz, itulah spesifikasi yang Nvidia harapkan bisa menjadi standar baru untuk monitor esport ke depannya. Sepintas ini mungkin terdengar seperti trik murahan yang Nvidia galakkan untuk membujuk konsumen agar mereka mau membeli kartu grafis yang lebih high-end, akan tetapi Nvidia mengklaim ada manfaat dari sisi kompetitif yang bisa didapat oleh pengguna.

Berdasarkan riset internalnya, Nvidia bilang monitor 27 inci 1440p dapat membantu meningkatkan akurasi bidikan hingga 3% dibanding jika menggunakan monitor 24 inci 1080p, sebab target yang pengguna lihat lebih besar sekaligus lebih detail. 3% mungkin kedengarannya sepele bagi sebagian besar orang, tapi Nvidia percaya ini bisa berdampak besar buat para gamer kompetitif.

Selain resolusi, kekayaan warna juga menjadi faktor yang tak kalah penting dalam konteks gaming kompetitif. Itulah mengapa monitor-monitor esport baru ini juga akan mengemas fitur bernama Esports Vibrance, yang dapat diaktifkan kapan saja untuk meningkatkan intensitas warna secara optimal.

Fitur Reflex Analyzer kini juga bisa dikonfigurasikan secara otomatis pada monitor-monitor esport baru ini. Jadi cukup dengan menyambungkan mouse yang kompatibel ke monitor dan menekan tombol Alt + R, maka pengguna dapat langsung memonitor latensi sistem secara real-time.

Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, setelah terbiasa menggunakan monitor 1080p selama bertahun-tahun, bisakah pengguna beradaptasi dengan ukuran dan resolusi baru ini? Untuk mengatasinya, Nvidia punya siasat dalam bentuk fitur Dual-Format. Saat fitur ini diaktifkan, tampilan layar otomatis mengecil menjadi 25 inci (jadi seperti punya bezel yang amat tebal), dan resolusinya pun turun menjadi 1080p. Jadi kalau memang masih kesulitan beradaptasi, pengguna tidak perlu repot mengganti monitor.

Tanpa perlu menunggu lama, sejauh ini sudah ada empat produsen monitor yang berpartisipasi untuk mewujudkan visi baru Nvidia ini. Mereka adalah Asus, AOC, MSI, dan ViewSonic. Tiga di antaranya bahkan turut mengadopsi teknologi Mini-LED yang menjanjikan tingkat kontras yang lebih superior.

Kapan kita bisa membeli monitor-monitor esport baru ini? Nvidia cuma bilang dalam waktu dekat, dan sejauh ini baru ViewSonic saja yang mengumumkan bahwa monitornya akan meluncur pada kuartal ketiga tahun 2022 ini. Harga jualnya pun masih belum diketahui, namun saya menduga pasti lebih mahal dari Rp14,5 juta (harga monitor 24 inci 1080p 360 Hz bikinan Asus).

Sumber: Nvidia via Engadget.

[Review] Dell Precision 3561: Workstation Entry Level dengan Kinerja Tinggi dan NVIDIA Quadro

Membeli sebuah komputer dan laptop yang digunakan untuk sebuah pekerjaan profesional memang tidak bisa sembarangan. Hal tersebut dikarenakan untuk pekerjaan berat tentu saja membutuhkan spesifikasi yang berbeda pula, seperti pada sisi GPU-nya. Untuk pekerjaan tersebut, seseorang akan membutuhkan sebuah laptop workstation yang memang memiliki kinerja tinggi dan tentu saja harga yang tinggi pula. Seperti halnya Dell memperkenalkan laptop workstation Dell Precision 3561 yang baru-baru ini datang ke Dailysocial.

Dell Precision 3561 merupakan sebuah laptop workstation yang sudah menggunakan Intel Tiger Lake H. Saat ini, masih banyak laptop workstation yang masih menggunakan Tiger Lake U, seperti saudaranya Precision 3560. Pada sisi grafisnya, Dell Precision 3561 ternyata sudah menggunakan GPU dari NVIDIA yang memang khusus dipakai oleh para developer dan desainer, yaitu NVIDIA Quadro T1200. Kemampuan Quadro sendiri cukup berbeda dengan GeForce yang khusus dibuat untuk gaming.

Sebuah workstation juga membutuhkan ruang untuk melakukan upgrade. Hal tersebut juga diusung oleh Dell pada Precision 3561-nya yang mudah untuk menambahkan storage serta RAM yang ada. Laptop ini bahkan sudah menyediakan sebuah tambahan slot NVMe PCI-e x4 Gen 4 yang sepertinya masih tidak banyak dimiliki oleh laptop lainnya.

Spesifikasi lengkap dari Dell Precision 3561 yang saya dapatkan dapat dilihat pada tabel berikut ini

Prosesor Intel Core i7 11800H (8C16T) 2,3 GHz, Turbo 4,6 GHz
GPU Intel UHD + NVIDIA Quadro T1200
RAM 16 GB LPDDR4 3200 MHz Dual Channel
Storage Western Digital SN530 M.2 NVMe PCI-e 256 GB
Layar IPS 15,6 inci 1920×1080 IPS
WiFi 802.11 ax atau WiFi 6
Bobot 2,15 kg
Sistem operasi Windows 10 Pro
Dimensi 357.80 x 233.30 x 22.67 mm
Baterai 97 Wh

Spesifikasi dari CPU-Z dan GPU-Z bisa dilihat dari gambar berikut ini:

Unboxing: Charger

Didalam paket penjualannya, selain dokumen dan kartu garansi, hanya terdapat charger dan kabel listrik. Unit charger yang ada pada paket penjualannya menggunakan standar Power Delivery. Kabelnya sendiri adalah USB-C to USB-C yang bisa digunakan pada semua perangkat yang menggunakan port ini. Charger-nya sendiri dapat mengisi daya hingga 130 watt.

Desain

Dell Precision 3561 memiliki warna seperti kebanyakan laptop yang beredar selama ini, yaitu abu-abu perak. Agar bobotnya tidak tambah berat, Dell juga menggunakan body berbahan plastik polikarbonat pada laptop ini. Walaupun begitu, Dell Precision 3561 masih terasa kokoh saat dipegang yang juga menandakan bahwa kualitas produksinya yang sangat baik. Finishing matte-nya juga membuat minyak bekas sidik jari sulit menempel pada permukaannya.

Precision 3561 menggunakan layar dengan jenis IPS yang memiliki resolusi tinggi, yaitu 1920 x 1080 atau 1080p. Layar ini juga memiliki dimensi 15,6 inci dengan rasio 16:9 yang memang cocok digunakan untuk bekerja. Dell mendesain bingkai kanan dan kirinya cukup kecil untuk sebuah workstation, namun bingkai atas dan bawahnya masih terasa cukup tebal.

Laptop untuk bekerja menandakan pula bahwa layout keyboard-nya juga harus mendukung. Hal tersebut pula yang membuat Dell Precision 3561 memiliki desain Full Keyboard lengkap dengan NumPad. Keyboard ini sendiri nyaman digunakan untuk mengetik karena ruangnya yang lebar dan juga memiliki LED backlit yang otomatis menyala saat ditekan salah satu tombolnya. Satu-satunya yang cukup tidak saya sukai adalah tombol panah atas dan bawah yang sangat kecil dan cukup menyulitkan untuk ditekan.

Di sisi kanan atas dari keyboard ini terdapat sebuah tombol Power yang juga sekaligus sebagai pemindai sidik jari. Lalu pada bagian bawah keyboard terdapat sebuah touchpad yang cukup responsif dan juga cukup nyaman saat ditekan pada bagian kanan dan kirinya. Uniknya, pada sisi sebelah kanan touchpad tersebut terdapat sensor NFC multifungsi.

Dell Precision 3561 juga memiliki 2×2 watt speaker yang terletak pada bagian bawahnya. Uniknya suara yang keluar dari laptop ini, entah dari speaker maupun earphone, menjadi lebih baik karena Audio Enhancement yang bisa diakses pada aplikasi Dell Optimizer dan sudah menyala secara default. Selain itu, laptop ini juga memiliki 2 microphone yang dapat menghalau noise.

Port yang ada pada laptop ini juga tergolong lengkap. Pada sisi kanannya dapat ditemukan slot microSD, port audio 3,5 mm, 2 x USB 3.2 Gen 1, HDMI 2.0, RJ-45, dan lock slot. Pada bagian kirinya terdapat 2 x USB-C 4 / Thunderbolt 4 dan slot Smart Card.

Sistem operasi yang terpasang pada laptop Dell Precision 3561 adalah Windows 10 Pro. Tentunya dengan cip TPM 2.0 yang terpasang pada laptop ini membuatnya bisa di-upgrade ke Windows 11 Pro. Dell juga sudah memasangkan software Dell Optimizer yang akan mendeteksi segala update yang dibutuhkan pada laptop ini.

Pengujian

Dell Precision 3561 menggunakan prosesor Core i7-11800H atau sering dikenal dengan Tiger Lake H dan memiliki kartu grafis terintegrasi Intel UHD Gen 11. Intel UHD ini sendiri memiliki 32 Execution Unit yang kencang. Prosesornya sendiri memiliki 8 core dengan 16 threads dengan kecepatan 2,3 GHz dan memiliki Turbo hingga 4.6 GHz yang beroperasi pada TDP 35 watt hingga 45 watt. Tiger Lake sendiri sudah menggunakan litografi 10 nm SuperFin.

Laptop ini juga datang dengan discrete graphics card didalamnya. GPU tersebut adalah NVIDIA Quadro T1200. GPU ini memiliki memori GDDR6 sebesar 4 GB dengan 1024 unified shaders. Sebagai informasi, Quadro lebih ditujukan kepada rendering 3D dan bukan untuk bermain game.

RAM yang terpasang pada perangkat ini juga sudah menggunakan mode dual channel. RAM tersebut juga dapat dengan mudah diganti karena tidak tersolder pada motherboard-nya. Dell mempercayakan penyimpanan SSD NVMe pada Western Digital dengan SN530 yang memiliki form factor 2230. Untuk menambah kapasitasnya, Dell juga sudah menyediakan sebuah port NVMe PCIe x4 Gen 4 pada board-nya.

Oleh karena pangsa pasar dari laptop ini bukan lah gamer, saya langsung skip pengujian untuk bermain game. Walaupun begitu, sesekali saya mencoba bermain beberapa game seperti Valorant Dan CS:Go yang bisa disetting maksimum dan dapat mencapai 60 fps. Tentunya para pekerja ju akan sesekali bermain game untuk mengurangi kepenatan.

Dalam bekerja, laptop yang satu ini memang sudah tidak perlu lagi diragukan keandalannya. Terus terang, artikel ini sebagian besar ditulis langsung pada Dell Precision 3561. Namun, sepertinya Dell harus lebih memperhatikan dari sisi software, karena laptop ini beberapa kali mengalami lag saat melakukan browsing saat memakai Microsoft Edge. Hal tersebut pun berlaku pada saat saya melakukan reset.

Sayangnya, saya tidak memiliki kemampuan dalam melakukan desain 3D. Namun saat melakukan editing pada Adobe Photoshop dan sedikit menggunakan Filmora untuk editing video, saya tidak menemukan masalah sama sekali. Laptop ini sangat nyaman untuk digunakan dalam mengerjakan pekerjaan yang saya lakukan.

Untuk mengukur kinerjanya, saya menggunakan beberapa aplikasi benchmark. Dan untuk mengukur kinerjanya, saya kembali menghadirkan laptop dengan prosesor Intel Core i7 1165G7 dan 10850H, sang pendahulunya. Berikut adalah hasil benchmarking-nya

Dapat dilihat bahwa kinerja dari laptop dari Dell ini sangat baik. Tentunya lebih baik jika dibandingkan dengan sang pendahulunya. Dengan kinerja tersebut, maka seluruh pekerjaan akan dapat terselesaikan dengan baik. Namun, kinerja dari GPU-nya memang belum cukup untuk melakukan desain 3D dengan yang lebih intensif.

Uji Baterai

DailySocial menguji laptop yang satu ini berdasarkan berapa lama sebuah perangkat bisa menonton file video 1080p dengan container file MP4. Perlu diketahui bahwa tidak satu tes baterai pun yang mampu memberikan hasil yang sama dengan penggunaan sehari-hari. Hanya saja, sebuah riset pernah dilakukan untuk mengukur pemakaian sebuah laptop.

Hasilnya, untuk nonton video, laptop yang satu ini ternyata bisa bertahan selama 10 jam 11 menit. Namun saat menggunakan laptop ini untuk melakukan rendering dan editing, seharusnya hasilnya akan lebih pendek. Saat mengisi baterainya, dengan menggunakan charger bawaan yang memakai 130 watt, laptop ini akan terisi secara penuh dalam waktu sekitar 1,5 jam lebih.

Saya juga mencoba mengisi baterai dengan menggunakan charger 65 watt. Hasilnya, laptop ini akan mengeluarkan notifikasi slow charging. BIOS-nya pun juga akan mengeluarkan notifikasi bahwa baterai akan terisi secara pelan.

Verdict

Dalam mencari laptop workstation yang memiliki kinerja tinggi memang cukup sulit untuk saat ini. Apalagi, beberapa pekerjaan memang tidak dapat dilakukan dengan laptop consumer biasa. Untuk mendapatkan laptop yang memiliki kinerja tinggi, Dell pun memiliki solusinya. Salah satunya dengan Dell Precision 3561.

Kinerja yang dimiliki oleh laptop ini memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Dengan menggunakan Intel Core i7 11800H dengan 8 core dan 16 thread, dapat menangani segala pekerjaan dengan sangat baik. Memiliki NVIDIA Quadro T1200 juga akan membuat segala pembuatan desain dengan lebih nyaman. Hal tersebut didukung dengan daya tahan baterai yang cukup panjang.

Dell menjual Precision 3561 dengan harga mulai dari Rp. 25.750.000 dan sudah termasuk pajak. Dengan harga tersebut, konsumen bisnis sudah bisa mendapatkan laptop workstation sekelas PC dengan kinerja dan keamanan yang tinggi. Sama seperti sebuah desktop, laptop ini juga bisa di-upgrade dengan mudah karena terdapat slot NVMe PCIe x4 Gen 4 ke 2, RAM, SATA, dan beberapa port lainnya.

Sparks

  • Spesifikasi serba tinggi membuat laptop ini memiliki kinerja yang kencang
  • Tersedia slot microSD, NFC, serta 2 buah Thunderbolt 4
  • Tersedia slot PCIe NVMe x4 Gen 4 kosong
  • Mudah di-upgrade untuk RAM dan penyimpanan internal
  • Daya tahan baterai cukup baik

Slacks

  • Bobotnya terasa cukup berat untuk sebuah laptop
  • Material body-nya masih menggunakan plastik

Nvidia Luncurkan GPU Laptop RTX 2050, Lebih Terjangkau Lagi dari RTX 3050

Krisis yang terus berkelanjutan di industri semikonduktor memaksa Nvidia untuk mengambil langkah-langkah yang tidak umum, salah satunya adalah meluncurkan varian baru dari kartu grafis yang sudah berusia hampir tiga tahun, yakni RTX 2060 12 GB. Yang terbaru, Nvidia mengumumkan GPU laptop bernama RTX 2050.

Ya, 2050, padahal kita tahu RTX 3050 sudah eksis cukup lama dan bisa kita temukan di sejumlah laptop gaming dengan harga 15 jutaan. Lebih aneh lagi, RTX 2050 ini menggunakan arsitektur Ampere milik RTX 30 Series, bukan arsitektur Turing seperti yang dipakai oleh semua GPU lain dari keluarga RTX 20 Series. Kenapa begitu? Bisa jadi karena Nvidia enggan menamainya RTX 3040.

Secara teknis, RTX 2050 memiliki 2.048 CUDA core, sama persis seperti jumlah yang tertanam di RTX 3050. Yang berbeda adalah clockspeed-nya; RTX 2050 punya rentang clockspeed 1.155-1.477 MHz, sementara RTX 3050 punya rentang 1.057-1.740 MHz. Kecepatan yang lebih rendah ini wajar mengingat RTX 2050 memang memiliki konsumsi daya yang lebih rendah, cuma 30-45 W.

Juga ikut dipangkas adalah memory bus width-nya, dari 128-bit menjadi 64-bit saja, sehingga total memory bandwith-nya pun cuma separuh milik RTX 3050. Kapasitas VRAM-nya sendiri sama, yakni 4 GB. Meski terkesan low-end, RTX 2050 tetap dibekali tensor core dan ray tracing (RT) core, dua komponen yang memang menjadi unggulan seri kartu grafis Nvidia RTX.

Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, deretan laptop yang ditenagai RTX 2050 bakal meluncur di musim semi 2022 (antara Maret-Juni). Buat yang merasa 15 juta masih kelewat mahal untuk sebuah laptop gaming dengan RTX 3050, mungkin Anda bisa bersabar menanti kedatangan laptop gaming dengan RTX 2050, yang semestinya bakal dijual di harga yang lebih terjangkau lagi.

Dalam kesempatan yang sama, Nvidia turut memperkenalkan dua GPU baru lain dari seri MX, yakni MX550 dan MX570. MX550 adalah penerus langsung dari MX450. Arsitektur yang digunakan masih Turing, akan tetapi jumlah CUDA core-nya diperbanyak, demikian pula memory clockspeed-nya.

MX570 di sisi lain mengadopsi arsitektur Ampere, menjadikannya pantas disebut sebagai adik kecil RTX 2050 tadi. Kedua GPU MX baru ini juga bakal bisa kita jumpai di beberapa laptop anyar mulai musim semi 2022.

Sumber: AnandTech dan Nvidia.

Nvidia Luncurkan RTX 2060 12 GB, Performa Sedikit di atas Versi Standarnya

Februari lalu, Nvidia mengungkap rencananya untuk memproduksi kembali RTX 2060 dan GTX 1050 Ti sebagai salah satu solusi untuk mengantisipasi isu kelangkaan stok kartu grafis yang terus berkelanjutan. Ketimbang sebatas berwacana, Nvidia rupanya sudah siap untuk mengeksekusi rencana tersebut dalam waktu dekat.

Kepada The Verge, Nvidia mengonfirmasi bahwa mereka akan segera merilis varian baru RTX 2060 Founders Edition yang dibekali VRAM sebesar 12 GB, dengan pemasaran yang dijadwalkan berlangsung mulai 7 Desember 2021. Selain versi Founders Edition, nantinya juga akan ada versi custom dari pihak OEM.

Kenapa kapasitas VRAM-nya harus didobel? Nvidia memang tidak memberi penjelasan, tapi bisa diasumsikan ini demi mengantisipasi tuntutan game yang semakin tinggi. Di game seperti Battlefield 2042 misalnya, pengujian yang dilakukan Tom’s Hardware menunjukkan bahwa GPU Nvidia dengan VRAM 6 GB atau kurang kerap mengalami stuttering apabila setelan texture quality-nya dalam posisi mentok — meski perlu diingat juga bahwa game itu memang masih dilanda banyak kendala teknis.

Namun yang ditingkatkan rupanya bukan cuma kapasitas VRAM-nya saja. Dibandingkan varian standarnya, RTX 2060 12 GB turut mengemas jumlah CUDA core yang lebih banyak (2.176 dibanding 1.920) dan base clock speed yang lebih tinggi (1.470 MHz dibanding 1.365 MHz), sehingga performanya pun dipastikan bakal lebih baik. Juga sedikit bertambah adalah konsumsi dayanya, dari 160 W menjadi 185 W.

Menariknya, jumlah CUDA core dan base clock speed-nya itu sama persis seperti yang dimiliki RTX 2060 Super. Yang berbeda adalah spesifikasi memory bus width dan total memory bandwith-nya. Terkait dua hal ini, RTX 2060 Super masih lebih unggul dengan bus width 256-bit dan total bandwith sebesar 448 GB/detik, sehingga performanya secara keseluruhan semestinya tetap bakal lebih kencang daripada RTX 2060 12 GB.

Sayang sekali Nvidia sejauh ini belum mengungkap harga jual resmi RTX 2060 12 GB. Mereka cuma bilang bahwa berhubung ini merupakan versi premium dari RTX 2060 6 GB, harganya pun bakal menyesuaikan. Sebagai konteks, RTX 2060 6 GB dihargai $349 saat pertama dirilis di tahun 2019.

Sumber: The Verge.

GPU FengHua buatan Xingdong Tantang NVIDIA dan AMD Radeon

Selama ini, pasar discrete GPU dikuasai oleh 2 merek, yaitu NVIDIA dan AMD Radeon. Sudah lama sekali produsen GPU seperti S3, Matrox, dan SiS XGI tidak lagi bermain pada pasar ini. Pemain seperti Intel juga nantinya akan mengeluarkan discrete GPU. Yang saat ini sudah meluncurkan GPU discrete-nya adalah perusahaan asal Tiongkok, yaitu Xingdong dengan Fenghua.

Kita mungkin belum pernah mendengar perusahaan bernama Xingdong. Xingdong bekerja sama dengan perusahaan bernama Innosilicon dalam mendesain GPU bernama Fenghua No. 1. Innosilicon sendiri dikenal sebagai produsen cip mesin mining untuk cryptocurrency, ASIC. Tidak main-main, spesifikasi yang dimiliki oleh Fenghua No. 1 ini  pun bisa dikatakan cukup tinggi.

Fenghua No.1 merupakan GPU dengan multi chip yang menggunakan memori berbasis GDDR6X. GPU ini bahkan sudah mendukung beberapa API modern seperti DirectX, Vulkan, OpenGL, OpenCL, dan juga OpenGL ES. GPU ini juga nantinya menggunakan interface PCIe Gen 4 dan memiliki konektor seperti DisplayPort, eDP 1.4, serta HDMI 2.1. GPU ini juga dirancang untuk dapat bekerja pada beberapa sistem operasi seperti Windows, Linux, serta Android.

Kinerja dari Fenghua No. 1 memang belum muncul di dunia maya. Walaupun begitu, Xingdong mengatakan bahwa GPU ini nantinya memang ditujukan untuk PC desktop, cloud gaming, cloud gaming untuk smartphone, serta workstation. Kinerjanya tentu akan lebih kencang karena Fenghua No. 1 nantinya bakal bisa melakukan rendering dengan multi-GPU, yang kemungkinan akan mirip dengan SLI atau CrossFireX.

Apakah nantinya GPU Fenghua akan menjadi penantang NVIDIA GeForce dan AMD Radeon di pasaran, tentunya belum diketahui. Jika memang GPU ini dijual diluar negara Tiongkok, tentunya akan menjadi sebuah solusi pilihan untuk membeli sebuah GPU. Apalagi, saat ini masih terjadi kelangkaan chip yang membuat harga GPU NVIDIA dan AMD menjadi lebih tinggi.

GPU Fenghua juga kemungkinan menjadi sebuah angin segar untuk mereka yang melakukan mining. Hal tersebut dikarenakan GPU ini juga didesain oleh Innosilicon. Innosilicon sendiri memiliki banyak mesin yang digunakan untuk melakukan mining Ethereum, seperti Innosilicon A10 Pro yang secara teoritis dapat melakukan penambangan dengan kecepatan 500MHs dan menggunakan daya kurang dari 1000W.

Sumber: TomsHardware

Nvidia Image Scaling Diperbarui, Kini Open-Source dan Cross-Platform seperti AMD FSR

Bicara soal teknologi upscaling untuk menambah frame rate (fps), kalangan gamer saat ini pada dasarnya punya dua opsi utama: Deep Learning Super Sampling (DLSS) besutan Nvidia dan FidelityFX Super Resolution (FSR) besutan AMD.

Untuk mendapatkan kualitas gambar terbaik, DLSS adalah pilihan yang paling tepat, tapi fitur ini hanya bisa dinikmati jika menggunakan seri kartu grafis RTX, serta belum kompatibel dengan semua game. FSR di sisi lain bisa dinikmati di lebih banyak kartu grafis (baik buatan AMD maupun Nvidia), akan tetapi juga masih bergantung pada dukungan dari masing-masing game.

Alternatifnya, ada opsi ketiga yang tidak kalah menarik, yakni Nvidia Image Scaling. Fitur ini sebenarnya sudah ada sejak 2019, akan tetapi Nvidia baru saja memperbaruinya guna meningkatkan performa sekaligus kualitas gambar yang dihasilkan. Namun bagian yang paling istimewa adalah, Nvidia memutuskan untuk menjadikannya open-source sekaligus cross-platform (sama seperti FSR).

Berhubung open-source, developer kini dapat langsung mengintegrasikan fitur ini langsung ke dalam game bikinannya, dan itu berarti pengguna kartu grafis AMD (dan Intel) pun bisa ikut menikmati fiturnya. Untuk konsumen Nvidia, mereka malah tidak perlu menunggu sama sekali, sebab fitur ini dapat langsung diaktifkan di tingkat driver (yang berarti berlaku untuk semua game) via Nvidia Control Panel.

Kualitas gambar yang dihasilkan memang tidak akan sebagus DLSS yang mengandalkan AI (bahkan dalam setelan Performance Mode), akan tetapi Nvidia mengklaim ada peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan algoritma versi sebelumnya. Secara umum, kualitas yang dihasilkan Nvidia Image Scaling nyaris identik dengan FSR, demikian pula peningkatan frame rate yang didapat.

Sekali lagi, Nvidia Image Scaling sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggantikan DLSS, melainkan sebagai alternatif bagi yang tidak memiliki kartu grafis RTX maupun pada game yang belum mendukung DLSS.

Bagi gamer yang memiliki spesifikasi PC pas-pasan, fitur seperti Nvidia Image Scaling dan FSR tentu akan sangat membantu meningkatkan pengalaman bermain. Pasalnya, naik dari 30-an fps menjadi 40-an fps saja sudah akan sangat terasa efeknya, dan itu bisa didapat secara cuma-cuma tanpa terlalu mengorbankan kualitas gambar lebih jauh lagi.

Tahun depan, konsumen malah bakal kedatangan satu opsi tambahan lagi, yakni XeSS yang dikembangkan oleh Intel, yang kabarnya juga akan dibuat cross-platform.

Sumber: PC Gamer.

Asus GeForce RTX 3070 Noctua Edition Diungkap, Kartu Grafis Pertama dengan Cooler Besutan Noctua

Selama sekitar 16 tahun berdiri, Noctua telah dikenal sebagai produsen kipas komputer dan CPU cooler kelas premium. Produk-produk bikinannya punya tampilan yang sangat khas, dengan kombinasi warna cokelat dan krem yang sering kali kelihatan kurang cocok dengan estetika PC modern bertabur RGB.

Terlepas dari penampilannya yang eksentrik, performa produk-produk Noctua sudah tidak perlu diragukan lagi. CPU air cooler-nya bahkan mampu menyaingi performa sejumlah solusi AIO water cooling kelas high-end, dan dari situ banyak konsumen yang berharap Noctua juga bisa menghadirkan solusi pendinginan untuk komponen kartu grafis.

Setelah sekian lama, harapan tersebut akhirnya terkabul. Bekerja sama dengan Asus, Noctua mengumumkan kartu grafis pertama yang dibekali sistem pendingin hasil rancangannya, yakni Asus GeForce RTX 3070 Noctua Edition.

Secara teknis, produk ini sebenarnya merupakan Asus TUF Gaming GeForce RTX 3070, tapi yang sistem pendinginnya sudah dirombak total. Seperti yang bisa kita lihat, ketiga kipasnya telah digantikan oleh sepasang kipas Noctua NF-A12x25 PWM dengan diameter masing-masing 120 mm. Lalu di bawah kipasnya, ada heatsink tebal yang juga dikembangkan oleh Noctua.

Saking tebalnya produk ini, ia bakal memakan 4 slot kartu grafis di PC. Bandingkan dengan TUF Gaming RTX 3070 standar yang memakan hampir 3 slot. Untuk panjangnya, RTX 3070 Noctua Edition berada di kisaran 310 mm. Ia dibekali dua konektor 8-pin, dan Asus menyarankan penggunaan PSU berkapasitas minimal 750 W.

Tipikal Noctua, cooler-nya tak hanya memiliki kinerja yang sangat efektif, tapi juga amat senyap ketika beroperasi. Dibandingkan TUF Gaming RTX 3070 standar, Noctua Edition diyakini mampu mengurangi tingkat kebisingan sampai sebesar 15 dB.

Mengutip hasil pengujian lab Noctua, dengan kecepatan kipas yang diatur di titik rendah, RTX 3070 Noctua Edition hanya menghasilkan suara sekeras 12,6 dB, sementara versi standarnya menghasilkan 18,3 dB. Istimewanya, suhunya justru lebih rendah di Noctua Edition (60° C) ketimbang di TUF Gaming RTX 3070 (64° C).

Di setting kecepatan kipas sedang, Noctua Edition masih sangat sunyi di 21,1 dB, sementara versi standarnya sudah menembus angka 36,8 dB. Meski begitu, suhu GPU di kedua kartu sama-sama 53° C.

Di setting kecepatan maksimum, Noctua Edition menghasilkan suara sekeras 33,3 dB, sedangkan versi standarnya 42,2 dB. Suhunya sedikit lebih dingin di Noctua Edition (50° C) ketimbang di TUF Gaming (51° C).

Bagi kalangan enthusiast, mereka dapat mengutak-atik performa kipas RTX 3070 Noctua Edition lebih lanjut menggunakan software Asus GPU Tweak III, termasuk halnya menyetel custom fan curve. Bagi yang tidak mau ambil pusing, Noctua masih memberikan opsi kustomisasi dalam bentuk profil BIOS ganda.

Jadi pada pelat belakang RTX 3070 Noctua Edition, ada tuas kecil yang bisa digeser ke kiri atau kanan, dengan label “P Mode” dan “Q Mode” di atasnya. P Mode (Performance) berarti yang diprioritaskan adalah suhu GPU serendah mungkin, sementara Q Mode (Quiet) ditujukan bagi pengguna yang ingin PC-nya beroperasi sesenyap mungkin.

Untuk tugas-tugas yang ringan, kartu grafis ini malah tidak akan menghasilkan suara sama sekali, sebab kipasnya baru akan aktif ketika suhu GPU mencapai angka 50° C. Di bawah itu, kipasnya akan berhenti bekerja secara otomatis.

Asus bakal menawarkan RTX 3070 Noctua Edition dalam dua versi: standar dan OC. Versi standarnya memiliki base clock 1.500 MHz, boost clock 1.725 MHz pada mode gaming dan 1.755 MHz pada mode OC. Versi OC-nya dibekali base clock yang sama persis, akan tetapi boost clock-nya jauh lebih agresif di 1.815 MHz (gaming mode) dan 1.845 MHz (OC mode).

Selebihnya, RTX 3070 Noctua Edition identik dengan versi TUF Gaming-nya, dengan dua port HDMI 2.1 dan tiga DisplayPort 1.4. Kedua varian RTX 3070 Noctua Edition ini kabarnya akan dijual mulai pertengahan bulan Oktober. Sayang sejauh ini belum ada bocoran mengenai harga jualnya — wajar mengingat MSRP tidak ada artinya dalam kondisi seperti sekarang, dan stok barangnya sendiri mungkin juga bakal sangat terbatas.

Sumber: AnandTech dan Noctua.

Nvidia Tingkatkan Persediaan RTX 3060 untuk Pasok Warnet

Setelah berbulan-bulan para gamer dan PC builder dipusingkan dengan langkanya stok kartu grafis, perlahan-lahan pasokan kartu grafis mulai stabil.

Seperti yang dilaporkan banyak pihak, NVIDIA kini tengah meningkatkan pasokan kartu grafis RTX 3060 nya. Namun dikatakan bahwa stok awal ini diprioritaskan untuk para pemilik internet cafe alias warnet khususnya di Tiongkok yang ingin memesan kartu grafis baru.

Kiriman besar kartu grafis tersebut dilaporkan akan mulai tiba di pasaran sekitar 10 Juli mendatang dan para pemilik warnet sudah dapat membayar deposit mulai Juni ini untuk memenuhi kebutuhan warnet-nya.

Namun untuk orang-orang yang ingin membeli kartu grafis untuk personal tidak perlu khawatir. Pasalnya, setelah pesanan untuk warnet ini terpenuhi, dikabarkan bahwa akan ada lebih banyak pasokan kartu grafis yang akan dikirimkan untuk sektor retail.

Image Credit: 3DCenter

RTX 3060 memang menjadi salah satu kartu grafis Nvidia paling populer tahun ini. Kartu grafis ini menjadi opsi bagi para gamer untuk menjajal kartu grafis dengan teknologi ray-tracing dengan harga terjangkau.

Namun daya tarik tersebut juga berlaku buat para penambang crypto karena performa mining-nya yang menggiurkan. Hingga akhirnya Nvidia mengeluarkan versi LHR (Limited Hash Rate) yang membatasi kemampuan mining dari RTX 3060.

Tren mining yang melonjak pada awal tahun ini bahkan membuat harga RTX 3060 yang awalnya dipasarkan dengan harga Rp5,6-8 jutaan ini meroket hingga Rp10-15 jutaan.

Image credit: jcutrer

Selain stok kartu grafis yang terus berusaha dipenuhi, NVIDIA juga berusaha tetap mengeluarkan produk-produk terbaru mereka untuk mengisi pasar. NVIDIA mengeluarkan kartu grafis yang memang dikhusukan untuk mining bernama Nvidia CMP serta penyegaran lini RTX lewat RTX 3080Ti dan RTX 3070Ti.

Harga kartu grafis juga diprediksi akan turun setelah pihak pemerintah Tiongkok menutup banyak tambang Bitcoin yang ada di sana. Hal tersebut akhirnya membuat harga Bitcoin turun drastis dan permintaan untuk pasar cryptocurrency menjadi berkurang.

Jadi, bagi Anda yang berencana untuk membangun PC ataupun melakukan upgrade dari kartu grafis lama. Ada baiknya untuk sedikit bersabar setidaknya hingga beberapa bulan lagi bila menginginkan harga kartu grafis yang lebih bersahabat.