Kalahkan Argentina, Tim Esports Perancis Juara FIFA eNations Cup 2019

Kompetisi esports sepak bola internasional, FIFA eNations Cup, baru saja selesai digelar pada hari Minggu, 14 April 2019 lalu. Dalam kompetisi yang baru pertama kali ada ini, dipertandingkan 20 tim nasional dari enam wilayah konfederasi FIFA yang tertidi dari CONCACAF, CONMEBOL, CAF, OFC, AFC, dan UEFA. Setiap negara diwakili oleh dua orang, dan dibebaskan untuk mencari perwakilan sendiri, misalnya lewat turnamen lokal.

FIFA eNations Cup digelar di kota London, dan memiliki format permainan 1-lawan-1 maupun 2-lawan-2. Kompetisi ini terbagi ke dalam dua fase. Pertama yaitu Group Stage pada tanggal 13, dilanjutkan dengan Playoff di tanggal 14. Pada akhirnya, dua negara yang berhasil lolos ke babak Grand Final adalah tim Perancis dan Argentina.

FIFA eNations Cup - Match
Sumber: FIFA

Tim Perancis diwakili oleh Maestro (Corentin Thullier) dan DaXe (Lucas Cuillerier), sementara duo dari Argentina adalah nicolas99fc (Nicolas Villalba) dan Yagocai (Gabriel Fawaz). Kedua tim sempat melalui perjalanan yang berat sebelum tiba di final. Perancis misalnya, sempat berjibaku di Grup A yang merupakan “grup neraka”, termasuk di dalamnya adalah tim Saudi Arabia yang diwakili oleh MsDossary7 (Mosaad Aldossary), juara FIFA eWorld Cup 2018.

Sementara itu tim Argentina harus berhadapan dengan tim Inggris yang diwakili oleh F2Tekkz (Donovan Hunt) di perempat final. Anda mungkin mengenal namanya sebagai penggemar berat Liverpool FC yang beberapa waktu lalu menjuarai kompetisi ePremier League. Baik Saudi Arabia maupun Inggris sama-sama merupakan favorit juara, sehingga keberhasilan Perancis dan Argentina maju ke final benar-benar patut diapresiasi.

Babak final terbagi menjadi dua leg, dengan leg pertama dimainkan oleh Maestro versus nicolas99fc. Ketegangan besar membebani kedua tim, karena di leg ini ternyata hasilnya imbang 1-1. Leg kedua jadi ronde penentuan, dan setelah pertandingan sengit akhirnya DaXe dapat menumbangkan Yagocai dengan skor 2-1.

“Saya sangat senang dapat memberikan gelar FIFA eNations Cup pertama pada Perancis—sungguh momen yang luar biasa ketika memenangkannya,” ujar Daxe dalam wawancara setelah pertandingan. Ia juga mengakui kehebatan lawannya. “Yagocai sangat hebat, dia sebelumnya mengalahkan Tekkz di turnamen. Kami tidak pernah bermain di final, (tapi) kami memenangkan final. Kami berhasil melakukannya. Allez Les Bleus!”

https://twitter.com/FIFAeWorldCup/status/1117473238374862848

Kegembiraan serupa juga diungkapkan oleh Maestro, yang punya kebiasaan meniru gaya Kylian Mbappe saat mencetak gol. “Babak grup sangat, sangat sulit bagi kami,” ujarnya, “Kami meraih peringkat dua di grup berkat kemenangan besar Finlandia. Mereka menyelamatkan kami di turnamen ini.” Selepas Group Stage, Perancis sempat melawan tim-tim kuat lain seperti tim Brasil dan Portugal, namun mereka tidak gentar.

Dengan kemenangan di FIFA eNations Cup, DaXe dan Maestro berhak menerima uang hadiah senilai total US$40.000 (sekitar Rp562,7 juta), juga mendapatkan 1.500 poin di FIFA 19 Global Series. Artinya mereka selangkah lebih dekat untuk maju ke kompetisi global FIFA eWorld Cup 2019. Tapi lebih dari semua itu, yang paling penting bagi mereka adalah kebanggaan membawa nama Perancis menjadi yang terbaik di dunia.

FIFA eNations Cup - Winners
Sumber: FIFA

“Memenangkan turnamen ini adalah sebuah hal yang sangat besar bagi kami. Kami menjadi juara dunia lagi dan berharap dapat meraih gelar berturut-turut tahun depan,” ujar DaXe. Tapi sebelum FIFA eNations Cup 2020, masih ada gelaran FIFA eWorld Cup 2019. Bisakah Perancis mengulang kesuksesan yang sama, kita lihat saja nanti.

Sumber: FIFA

Industri Esports Tiongkok Diprediksi Serap 250.000 Tenaga Kerja di Tahun 2020

Industri esports belakangan tengah menjadi pembicaraan yang sangat hangat. Dengan banyaknya atlet lokal yang meraih prestasi di kancah global, serta kemunculan beragam event berskala besar dan berkualitas tinggi belakangan ini, ekosistem esports Indonesia seolah mendapat suntikan gairah baru. Meskipun tentu masih ada yang ragu, sebetulnya sebesar apa potensi industri ini di dalam roda perekonomian sebuah negara.

Saat ini esports Indonesia memang sudah ramai, tapi sebetulnya kita tergolong negara yang cukup terlambat dalam pengembangan esports. Negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Tiongkok sudah lebih dahulu terjun ke dalamnya, dan kini pun industrinya sudah lebih besar dan maju dibandingkan esports negara kita. Pencapaian negara-negara tersebut bisa kita jadikan pelajaran sekaligus gambaran akan kemungkinan yang dapat dicapai oleh industri esports kita di masa depan.

Worlds 2018 - Photo 1
Sumber: Riot Games

Salah satu pelajaran itu bisa kita ambil dari Tiongkok, yang sudah diakui sebagai salah satu wilayah esports paling kompetitif dunia. Belum lama ini, China Central Television (CCTV) melaporkan perkembangan terbaru industri esports di negara tersebut, serta proyeksi perkembangan dalam setahun ke depan. CCTV adalah stasiun televisi milik negara yang populer di Tiongkok, dan merupakan sumber informasi terpercaya dengan pemirsa mencapai 1 miliar orang.

Dilansir dari Esports Insider, laporan CCTV itu menyebutkan bahwa nilai pasar esports Tiongkok di tahun 2018 telah mencapai 8,48 miliar Yuan (sekitar Rp17,8 triliun). Sementara nilai total output industri ini diperkirakan akan mencapai 21,1 miliar Yuan (sekitar Rp44,1 triliun) pada tahun 2020 mendatang.

Sementara dari sisi tenaga kerja, CCTV menyebutkan saat ini telah ada lebih dari 50.000 orang yang bekerja di industri esports Tiongkok. Sama seperti nilai industrinya, penyerapan tenaga kerja tersebut diperkirakan akan meningkat pesat bahkan hingga 250.000 jiwa di tahun 2020. Tenaga kerja ini bukan hanya atlet, tapi meliputi semua elemen profesi dalam dunia esports.

Invictus Gaming
Sumber: Invictus Gaming

Bang Xu, Vice President Tomorrowland Esports Ltd, mengungkapkan kepada CCTV, “Tiga tahun lalu, mungkin bisa butuh dua atau tiga bulan untuk mendapat satu atau dua aplikasi untuk posisi direktur sebuah liga esports. Jumlah liga esports di tahun 2016 masih kurang dari 10. Sekarang, kita bisa mendapatkan lusinan aplikasi dalam sebulan, dan jumlah liga esports (di Tiongkok) telah melebihi 100.”

Angka demikian mungkin terlihat besar, tapi menurut Xu sebetulnya masih kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan tenaga kerja di industri ini. “Meskipun makin banyak orang yang mau masuk ke dalam industri esports, talenta-talenta esports jumlahnya masih kurang dibandingkan kecepatan perkembangan industrinya,” ujar Xu. Untuk mendorong munculnya talenta-talenta tersebut, sejumlah kampus di Tiongkok telah membuka pendidikan yang berkaitan dengan esports, termasuk di bidang event management, event operation, esports broadcasting, serta esports streaming.

Worlds 2018 - Photo 2
Sumber: Riot Games

Pemerintah Tiongkok juga mulai awal tahun 2019 ini telah mengakui esports professional dan esports operator sebagai bidang profesi resmi. Bahkan beberapa pemerintah daerah di Tiongkok sudah menjadikan esports sebagai salah satu fokus dalam strategi pengembangan kota. Misalnya dengan membangun fasilitas-fasilitas esports, serta menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan untuk mengadakan event dan pendidikan esports.

Kecepatan pertumbuhan industri esports memang sedang sangat tinggi. Bahkan negara dengan jumlah penduduk sebanyak Tiongkok bisa sampai kesulitan mencari talenta untuk mengisi industri ini. Potensi serupa pun ada di Indonesia, namun untuk merealisasikan potensi itu butuh kontribusi dari banyak elemen. Baik dari talenta-talenta atlet esports itu sendiri, partisipasi brand, hingga dukungan dari pemerintah.

Mudah-mudahan saja di masa depan industri esports Indonesia bisa berkembang subur dan sehat, tidak kalah dengan negara-negara maju lainnya. Atlet-atlet esports kita sudah membuktikan bahwa kita punya sumber daya manusia yang mampu bersaing. Kini giliran elemen-elemen industri di sekitarnya untuk membuktikan hal yang sama.

Sumber: Esports Insider

Bandai Namco Beberkan Jadwal Tekken World Tour Dojo, Puluhan Turnamen Telah Terdaftar

Tekken World Tour 2019 telah resmi diluncurkan. Selama 8 bulan terhitung sejak bulan April, para penggemar Tekken dari seluruh dunia dapat bertarung dalam berbagai turnamen untuk mengumpulkan poin guna menentukan siapa yang layak tampil di acara puncak Tekken World Tour Finals di Bangkok, Thailand. Yang menanti sang juara di podium nanti bukan hanya trofi, namun juga hadiah uang senilai total US$100.000 (dan masih bisa bertambah).

Ada yang spesial di Tekken World Tour (TWT) tahun ini, karena Bandai Namco memberi kesempatan pada komunitas fighting game level akar rumput untuk turut berpartisipasi menggelar turnamen resmi dengan nama Dojo. Turnamen-turnamen buatan komunitas yang terdaftar sebagai Dojo dapat memberikan Ranking Point, meski jumlahnya lebih kecil daripada turnamen-turnamen kasta di atasnya.

Tekken World Tour 2019 - Ranking Points
Pembagian Ranking Points TWT 2019 | Sumber: Bandai Namco

Turnamen TWT pertama di tahun ini akan digelar pada tanggal 20 April, yaitu turnamen The Mixup di kota Lyon, Perancis. Baru-baru ini, Bandai Namco juga telah memberi update tentang jadwal turnamen-turnamen Dojo yang telah terdaftar lewat situs resmi TWT. Ternyata jumlahnya sangat banyak, hingga sekarang sudah ada hampir 100 turnamen Dojo yang akan digelar di seluruh dunia. Anda dapat melihat jadwal lengkapnya di tautan berikut.

Sama seperti The Mixup, turnamen Dojo pertama juga jatuh pada tanggal 20 April, dan di tanggal tersebut saja ada 12 turnamen di Tiongkok, Inggris, Belanda, Amerika Serikat, Kanada, hingga Finlandia. Sistem Dojo ini dirancang oleh Bandai Namco agar Tekken World Tour bisa dinikmati oleh lebih banyak orang, termasuk di negara-negara yang sebelumnya kurang diperhitungkan. Melihat tingginya jumlah turnamen yang terdaftar, dapat disimpulkan bahwa para penggemar Tekken memang sangat antusias untuk bermain ataupun menonton permainan di level kompetitif.

Rangchu
Rangchu, juara TWT 2018 yang menjagokan Panda | Sumber: Tekken Project

Jumlah turnamen Dojo masih akan terus meningkat, karena para organizer bisa terus mendaftarkan turnamen baru hingga akhir musim. Acara Tekken World Tour Finals sendiri belum mendapat jadwal yang pasti, tapi bila berkaca pada musim lalu kemungkinan acara tersebut akan jatuh di bulan Desember 2019. Dengan begitu banyak turnamen dalam berbagai skala, tahun 2019 ini kelihatannya akan menjadi tahun yang sangat seru bagi dunia esports Tekken 7, dan mungkin saja kesuksesan sistem Dojo ini bisa ditiru oleh fighting game lainnya.

Kita yang tinggal di Indonesia juga berharap akan ada turnamen Dojo yang digelar oleh komunitas lokal. Apalagi mengingat Tekken 7 adalah fighting game terpopuler di negara ini, bahkan sempat tampil di Indonesia Esports Games dan menjadi turnamen sampingan ESL Indonesia Championship. Namun sejauh ini kami belum mendapat informasi tentang organizer yang akan menggelar turnamen Dojo di sini. Semoga saja dalam waktu dekat ada rencana pasti, supaya ekosistem fighting game Indonesia bisa lebih terhubung dengan kancah esports dunia.

Sumber: Bandai Namco, EventHubs

Inilah Jajaran Pemain yang Mengisi Street Fighter League: Pro-US 2019 Season 1

Street Fighter League (SFL) adalah liga baru Street Fighter yang digelar oleh Capcom untuk menghadirkan suasana kompetisi baru dengan strategi serta drama tersendiri. Pertama kali diumumkan pada bulan Januari lalu, liga ini punya keunikan di mana permainannya menggunakan format team battle 3-lawan-3. Setiap tim itu diisi oleh satu pemain profesional sebagai kapten, ditambah dengan dua pemain amatir yang datang dari kualifikasi online dan voting komunitas.

Menariknya lagi, setiap pemain di pertandingan SFL harus memilih karakter yang berbeda dari anggota tim lainnya. Tiap tim juga diberi kesempatan untuk melakukan ban terhadap satu karakter, sehingga ada elemen strategi drafting di sini, mirip seperti game bergenre MOBA. Total ada 6 tim yang bertanding di liga ini, itu artinya 6 atlet Street Fighter profesional dan 12 pemain amatir yang menjadi partisipan.

Musim pertama kompetisi SFL dibuka untuk wilayah Amerika Utara, dengan nama Street Fighter League: Pro-US 2019 Season 1. Kompetisi ini dimulai tanggal 11 April 2019 dan akan ditayangkan dalam 12 episode hingga bulan Juni. Dua tim terkuat dari Season 1 kemudian berhak maju ke Season 2 di bulan November. Nantinya, tim yang menjuarai Season 2 inilah yang berhak menyandang gelar juara.

Capcom baru-baru ini telah merilis daftar pemain yang akan mengisi Street Fighter League: Pro-US 2019 Season 1. Berikut ini daftarnya.

Pro Players (Captain):

  • NuckleDu
  • Justin Wong
  • Punk
  • iDom
  • Toi
  • Nephew
Street Fighter League Pro-US Season 1
Para kapten SFL: Pro-US Season 1 | Sumber: Capcom

Draft Pool:

  • UpToSnuff
  • RobTV
  • JB
  • Justakid
  • Samurai
  • Psycho
  • Brian_F
  • Shine
  • Dual Kevin
  • ElChakotay
  • Clasico
  • AGBrolylegs

Beberapa nama dalam Draft Pool di atas adalah sosok yang sudah familier dalam komunitas Street Fighter. Brian_F contohnya, adalah YouTuber yang cukup sering membuat video tutorial dan strategi Street Fighter V, terutama untuk karakter Necalli dan Balrog. AGBrolylegs juga merupakan pemain yang disegani karena ia sanggup menunjukkan level permainan tinggi meskipun memiliki disabilitas.

Pemain-pemain amatir yang jumlahnya 12 orang itu disebut Draft Pool karena nantinya, tiap kapten harus memilih 2 orang di antara mereka untuk masuk menjadi anggota tim. Setiap orang tentu memiliki gaya bermain serta karakter andalan berbeda-beda, jadi para kapten harus cermat memilih anggota tim yang cocok. Sebagai contoh, Punk adalah pemain yang terkenal ahli menggunakan Karin. Bila ia ingin tim yang optimal, sebaiknya ia tidak memilih anggota yang sama-sama pemain Karin sebab 1 karakter hanya boleh dimainkan oleh 1 pemain.

Format team battle dan sistem ban ini memang terdengar agak aneh, namun justru karena itulah kita akan bisa melihat hal-hal yang biasanya tidak ada di dalam esports fighting game. Capcom juga berkata bahwa mereka akan mendengarkan masukan dari para penggemar tentang format kompetisi baru ini dan melakukan perubahan di masa depan bila diperlukan. Jangan lewatkan pertandingan-pertandingan Street Fighter League: Pro-US Season 1, tayang mulai tanggal 11 April melalui Twitch dan YouTube resmi Capcom Fighters.

Sumber: Capcom-Unity

HTC Sponsori Tim FaZe Clan dan Perpanjang Kontrak dengan Team SoloMid

Sebagai perusahan teknologi yang juga berkecimpung di bidang video game, kiprah HTC Vive dalam dunia esports adalah sesuatu yang sangat natural. Mereka telah menjadi sponsor untuk salah satu organisasi esports asal Amerika Serikat, Team SoloMid (TSM), sejak tahun 2015. Kerja sama ini, menurut HTC, telah mengantar Team SoloMid meraih kesuksesan besar dan menjadikannya salah satu tim paling populer terutama di bidang Fortnite.

Di bulan April ini HTC mengumumkan bahwa kerja sama tersebut akan mereka perpanjang. Tidak ada informasi detail mengenai nilai kerja sama ataupun durasinya, akan tetapi tampaknya ini adalah kerja sama jangka panjang.

“HTC dan TSM memiliki visi yang sama tentang membangun di sekitar inovasi dan teknologi baru seperti VR,” kata Brad Sive, Chief Revenue Officer TSM, di situs resmi HTC. “Dengan dukungan dan komitmen jangka panjang dari HTC, kami dapat menggaet marketplace dengan cara-cara baru yang revolusioner. Memiliki partner yang begitu fokus pada masa depan adalah salah satu faktor besar dalam kesuksesan TSM yang berkelanjutan.”

HTC Vive Pro
HTC akan banyak mempromosikan Vive lewat influencer | Sumber: HTC

Salah satu tujuan HTC melakukan partnership ini memang berkaitan erat dengan teknologi VR. Seiring membesarnya pangsa pasar streaming, HTC melihat adanya kesempatan untuk mempromosikan perangkat virtual reality HTC Vive lewat siaran-siaran live streaming. Ke depannya mereka akan mengajak para streamer atau influencer tertentu untuk tampil di siaran bernama Vive Showcases.

Tak hanya memperpanjang kontrak dengan TSM, HTC juga menjalin sponsorship baru dengan tim yang kalah prestisius yaitu FaZe Clan. Anda yang mengikuti dunia esports genre first-person shooter pasti sudah akrab dengan nama ini. Merek adalah tim yang disegani di dunia Counter-Strike: Global Offensife, Fortnite, Tom Clancy’s Rainbow Six: Siege, dan banyak lagi. Beberapa prestasi yang pernah mereka raih antara lain juara 1 di turnamen OGA PIT Season 2, dan runner-up di Pro League Season 8 Finals.

Sejalan dengan visi baru yang banyak melibatkan dunia influencer, HTC juga mengubah nama divisi mereka dari yang tadinya HTC Esports menjadi HTC Gaming. United Talent Agency (UTA) yang menggolkan kerja sama HTC dan FaZe Clan berperan memberi masukan terkait arah bisnis tersebut.

“HTC Esports akan mengembangkan brand-nya untuk mencakup seluruh aspek gaming,” kata Andrew Wu, Partner Marketing Manager for Gaming di HTC. “Gaming, bagi kami, adalah payung lebih besar yang mencakup esports. Seiring tim kami bekerja sama dengan lebih banyak lagi gaming influencer, terutama di platform Twitch dan YouTube, kami sangat gembira dapat bekerja bersama para anggota hebat dari TSM dan FaZe Clan untuk membawa VR ke bawah sorotan.”

Program kerja sama tiga pihak ini dibuka dengan acara Vive Summit, siaran live streaming yang mempromosikan berbagai game VR pilihan pada tanggal 10 April 2019. Acara tersebut akan dibawakan oleh streamer populer Alexia Raye, juga diikuti oleh anggota tim FaZe Clan dan TSM. Alexia Raye juga akan menjadi host bagi serial YouTube HTC Gaming yang bernama IRL.

“Saya sungguh gembira dapat menjadi host untuk HTC IRL. Tak hanya dapat bekerja dengan brand prestisius dan sederet pemain esports hebat, saya juga tak sabar menyambut berbagai aktivitasnya dan menunjukkan kehidupan pemain-pemain ini di kehidupan nyata!” ujar Raye. “Saya sudah lama menjadi penggemar VR dan Vive, juga memilikinya satu di rumah untuk bermain Beat Saber sepanjang waktu. Saya senang dapat menyajikan acara HTC Vive Summit dan mengumpulkan beberapa teman terbaik saya di komunitas Twitch untuk memainkan Vive secara langsung, serta menunjukkan betapa asyiknya VR pada para pemirsa di rumah.”

Sumber: HTC, Team SoloMid

JD Gaming Ungkap Standar Gaji Atlet Esports League of Legends Tiongkok

Seiring industri esports berkembang menjadi besar, atlet esports pun semakin tumbuh menjadi profesi yang menjanjikan. Tidak jarang kita mendengar ada atlet memiliki penghasilan miliaran, seperti atlet-atlet Korea Selatan yang mengikuti liga League of Legends Champions Korea (LCK). Apalagi di wilayah-wilayah yang memang memiliki level kompetisi tinggi dan penggemar dalam jumlah banyak.

Tiongkok juga terkenal sebagai negara dengan perkembangan esports yang pesat, bahkan diakui sebagai salah satu wilayah kompetitif terkuat di kancah esports dunia. Tentu kemudian jadi pertanyaan, berapakah penghasilan atlet di negara tersebut? Baru-baru ini salah satu organisasi esports Tiongkok yaitu JD Gaming membuka lowongan untuk masuk ke dalam roster League of Legends mereka yang bermain di Tencent League of Legends Pro League (LPL). Dalam lowongan tersebut, JD Gaming membeberkan berapa gaji yang ditawarkan beserta syarat-syarat untuk menjadi atlet anggota.

Tencent League of Legends Pro League
LPL adalah liga League of Legends paling prestisius di Tiongkok | Sumber: The Esports Observer

Dilansir dari VPEsports, iklan yang dipasang JD Gaming di situs Weibo itu menawarkan gaji tahunan antara 500.000 – 10.000.000 Yuan (1,05 miliar – 21 miliar rupiah). Sementara untuk tim akademi Joy Dream (JDM), kisaran gajinya adalah antara 250.000 – 1.000.000 Yuan (78,4 juta – 312,1 juta rupiah) per tahun. Ini merupakan angka yang sangat besar, apalagi untuk atlet-atlet yang sudah senior.

Bila kita perhatikan di sini terdapat ketimpangan yang sangat besar antara batas bawah dengan batas atas gaji yang ditawarkan. Hal serupa juga terjadi di negara lain seperti Korea Selatan, tapi tampaknya ketimpangan di Tiongkok punya jurang yang lebih lebar. Dari laporan Inven Global, gaji esports Korea Selatan berkisar antara 20 juta – 500 juta Won (248,6 juta – 6,2 miliar rupiah) per tahun. Selisihnya masih relatif dekat dibandingkan dengan tawaran dari JD Gaming.

Kara Dang Vu
Karier esports atlet muda butuh dukungan dari orang tua | Sumber: CBS

JD Gaming juga membuka rekrutmen untuk Youth Team (usia 15 – 20 tahun) dengan tawaran gaji lebih kecil, sekitar 80.000 – 200.000 Yuan. Tapi atlet Youth Team bisa saja diangkat langsung ke tim Joy Dream hanya dalam waktu satu bulan setelah bergabung, bila ia menunjukkan performa yang luar biasa. Sementara itu untuk naik dari tim Joy Dream ke JD Gaming utama, mereka harus bermain lebih dulu di League of Legends Development League (LDL) setidaknya selama satu musim.

Menariknya, salah satu syarat perekrutan itu JD Gaming adalah adanya dukungan dari pihak keluarga. Sebagai sebuah profesi yang baru di industri yang masih muda, atlet esports memang masih sering dipandang sebelah mata. Mudah-mudahan seiring esports semakin menyebar di masyarakat, dan seiring munculnya kisah-kisah sukses dari industri esports, para orang tua dari generasi sebelumnya akan dapat lebih membuka diri dan menerima bila ada anak mereka yang berkeinginan untuk menjadikan atlet esports sebagai profesi.

Sumber: VPEsports, DBLTAP

Update: Koreksi terhadap konversi nominal ke mata uang rupiah.

Selayang Pandang Tentang Ekosistem Esports Pokémon GO di Indonesia

Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara, dengan jumlah penduduk mencapai 267 juta jiwa dan populasi pengguna internet 82 juta jiwa (data Newzoo 2018). Dengan jumlah pasar sebesar ini, potensi Indonesia sebagai pasar game kompetitif pun sangat luas. Tidak hanya judul-judul raksasa seperti Mobile Legends: Bang Bang atau PlayerUnknown’s Battlegrounds yang punya tempat, tapi juga komunitas untuk penggemar game yang lebih kecil.

Di tengah selera masyarakat gamer yang begitu majemuk, Pokémon GO menempati posisi yang cukup unik. Sempat menjadi fenomena global bahkan hingga taraf cukup mengkhawatirkan di tahun 2016, tiga tahun kemudian Pokémon GO seperti sudah tenggelam, hilang terlibas gelombang judul-judul baru yang lebih menonjol di masyarakat. Akan tetapi sejatinya game augmented reality karya Niantic ini belum mati.

Banyak penggemar berat di Indonesia

Superdata melaporkan bahwa Pokémon GO memiliki 147 juta pengguna aktif di bulan Mei 2018, angka yang masih sangat fantastis walaupun jauh dibanding total unduhannya yang mencapai 800 juta kali. Dalam sebuah wawancara dengan Vice, seorang penggemar berat Pokémon GO berkata bahwa game ini telah melalui fase “seleksi alam”, sehingga kini pemain-pemain yang tersisa adalah para pemain die-hard.

Bukti bahwa Pokémon GO masih banyak dimainkan di Indonesia dapat kita lihat dalam gelaran acara Piala Presiden Esports 2019, tanggal 30 – 31 Maret 2019 lalu. Di acara ini, komunitas Pokémon GO Indonesia mendapat undangan untuk menggelar turnamen eksibisi terbuka. Meski dengan persiapan yang sangat singkat serta publikasi minimal, turnamen ini berhasil menarik peserta hingga 243 orang, terbanyak di dunia! Sebelum eksibisi Piala Presiden ini, rekor peserta turnamen terbanyak dipegang oleh komunitas Pokémon GO negara Chili dengan 186 peserta.

Pokemon GO - Piala Presiden Esports 2019
Kemeriahan komunitas Pokémon GO di Piala Presiden Esports 2019 | Sumber: Dokumentasi Pokémon GO Indonesia

“Awalnya kami komunitas Jabodetabek yang suka Community Day bareng di Taman Suropati. Setelah event Tempest Cup kami diundang EO exhibition Piala Presiden buat isi acara di sana. Lalu langsung buat panitia kilat karena persiapan kami kurang dari satu minggu,” tutur Wahyu Widyantoro, salah seorang panitia turnamen Pokémon GO Indonesia, kepada Hybrid.

Wahyu melanjutkan, “Karena butuh hype yang tinggi, kami undang semua komunitas Indonesia untuk partisipasi dukung event ini. Akhirnya kita putuskan untuk buat satu payung untuk event nasional dengan nama Pokémon GO Indonesia, yang isinya koordinator wilayah dari komunitas-komunitas aktif bermain Pokémon GO se-Indonesia.”

Bersama dengan Mohamad Khaerul Fahmi sebagai ketua panitia, Vivi Aryani selaku panitia dan sponsor dari Club 40 Indonesia (perkumpulan pemain-pemain Pokémon GO yang telah mencapai level 40), Christopher Satriandaru sebagai ketua judge, serta banyak anggota panitia lainnya dari berbagai komunitas, Wahyu akhirnya berhasil menggelar turnamen eksibisi Piala Presiden dengan sukses. Ikbal Mappirewa keluar sebagai juara pertama, disusul runner-up Nicholas Anderson, serta Frenky Simanjuntak di peringkat tiga.

Ramai namun tersebar

Tingginya antusiasme penggemar terhadap Pokémon GO tak lepas dari andil Niantic sendiri yang konsisten memberikan konten menarik. Wahyu bercerita bahwa setiap bulannya Pokémon GO selalu mendapatkan event rutin, di mana para pemain dapat berburu suatu Pokémon spesial. Di bulan April ini misalnya, event tersebut jatuh pada tanggal 13 dengan durasi 3 jam, dari pukul 15:00 – 18:00.

Event rutin ini—yang disebut Community Day—memberikan peluang besar pada pemain untuk mendapatkan jurus-jurus tertentu serta berbagai imbalan menarik, namun dengan jangka waktu yang sangat terbatas. Oleh karena itu Community Day selalu jadi alasan bagi para penggemar Pokémon GO untuk berkumpul di mal, taman, atau tempat-tempat lainnya yang memiliki banyak Pokéstop dan berburu bersama.

Pokemon GO Community Day April 2019
Pokémon GO Community Day April 2019 | Sumber: Niantic

“Selain itu, setiap bulan juga kita ada tema PvP Battle yang baru dan akhirnya semua komunitas Pokémon GO mengadakan turnamen sendiri-sendiri atau beberapa komunitas bahkan mengadakan turnamen gabungan. Contohnya di Taman Suropati kemarin yang bisa didatangi sampai hampir 300 pemain Pokémon GO dan 66 peserta PvP Battle. Bahkan di salah satu mal pernah sampai total 600 lebih penonton,” cerita Wahyu.

Keunikan Pokémon GO yang merupakan game berbasis lokasi juga menjadi alasan mengapa game ini memiliki banyak komunitas regional. Biasanya komunitas Pokémon GO terbagi-bagi berdasarkan kotanya, jadi bila Anda menelusuri Facebook misalnya, Anda akan menemukan banyak grup komunitas seperti Pokémon GO Surabaya, Pokémon GO Bandung, Pokémon GO Jakarta, dan seterusnya.

Pokemon GO - Piala Presiden Esports 2019 Winners
Vivi Aryani, sponsor dari Club 40 Indonesia, memberikan piala kepada para pemenang | Sumber: Dokumentasi Pokémon GO Indonesia

Memang ada beberapa komunitas terpusat seperti PKMN-id yang menaungi segala hal seputar Pokémon, juga ada grup Pokémon GO Indonesia yang memiliki lebih dari 47.000 anggota. Tapi dalam kesehariannya komunitas-komunitas ini jarang saling berhubungan, dan tidak semuanya rajin mengadakan event. Barulah ketika muncul undangan dari Piala Presiden Esports, komunitas-komunitas regional ini bersatu-padu mendukung satu acara yang sama.

“Sebelumnya komunitas-komunitas Pokémon GO ini dibagi berdasarkan kota aja, Mas. Tapi dengan adanya event turnamen Pokémon GO tanggal 31 Maret di Istora Senayan itu, kita sepakat kerja sama semua komunitas Indonesia untuk jadi bentuk Pokémon GO Indonesia.” Wahyu juga menjelaskan bahwa para penggemar Pokémon GO di seluruh dunia sudah rutin mengadakan turnamen, dan mulai tanggal 16 April nanti, akan ada leaderboard global yang mencatat pencapaian seluruh pemain Pokémon GO secara terpusat.

Kompetisi untuk semua orang

“Dari sisi esports ini potensial banget,” ujar Wahyu, “Selain bisa dimainkan oleh anak-anak sampai yang tua, data komunitas se-Indonesia itu semuanya aktif, bahkan beberapa brand udah mulai mau support Pokémon GO. Harapannya sih Pokémon GO bisa hype lagi kayak dulu pertama kali rilis, bahkan lebih dari itu.”

Sesuai dengan pandangan bahwa para pemain Pokémon GO yang tersisa sekarang adalah penggemar-penggemar die-hard, ekosistem kompetitif Pokémon GO pun tumbuh berkat keuletan para fans berat di level akar rumput. Sejak fitur PvP dirilis pada akhir tahun 2018 kemarin, Niantic sebetulnya belum memberikan fasilitas untuk menggelar turnamen secara resmi. Tapi sekelompok penggemar antusias kemudian menciptakan sirkuit kompetisi sendiri, yang dikenal dengan sebutan Silph Arena.

Pokemon GO - Piala Presiden Esports 2019 Final
Final turnamen Pokémon GO di Piala Presiden Esports 2019 | Sumber: Dokumentasi Pokémon GO Indonesia

Silph Arena digagas oleh The Silph Road, jaringan komunitas Pokémon GO internasional yang telah berdiri sejak tahun 2016. Tujuan pendirian The Silph Road pada awalnya adalah untuk saling berbagi riset, menciptakan alat pendukung, serta menyatukan komunitas Pokémon GO dari seluruh penjuru dunia. Setelah fitur PvP muncul, Silph Arena pun diluncurkan untuk menjadi wadah para penggemar untuk berkompetisi.

Hebatnya, walau Silph Arena ini merupakan sirkuit tak resmi, cara mereka beroperasi sudah sangat rapi. Mereka memiliki platform penyelenggaraan dan pencatatan turnamen sendiri, peta lokasi turnamen dunia, sistem Player Tier dan Rank, season kompetisi yang berubah setiap bulan, leaderboard global, hingga rencana untuk mengadakan turnamen besar Regional dan World Invitational. Tempest Cup yang diceritakan Wahyu di awal artikel ini pun merupakan bagian dari musim kompetisi dalam Silph Arena.

Silph Arena - The Kingdom Cup
Musim kompetisi Silph Arena bulan April 2019 bernama Kingdom Cup | Sumber: Silph Arena

Tentu saja, karena Silph Arena merupakan ekosistem ciptaan pihak ketiga, para pemain Pokémon GO tidak wajib untuk mengikutinya. Tapi menarik sekali melihat dedikasi para penggemar untuk menumbuhkan esports Pokémon GO, bahkan jaringannya sudah menjangkau seluruh dunia tanpa ada campur tangan developernya. Season kompetisi yang digunakan oleh Silph Arena pun memiliki berbagai aturan khusus, sehingga memunculkan meta permainan baru yang seru.

“Pokémon GO bisa dimainin segala usia. Sebelum battle perlu banget atur strategi mau bawa Pokémon apa dan dikombinasikan dengan jurus dan Pokémon apalagi, gitu Mas,” kata Wahyu menjelaskan mengapa Pokémon GO menarik untuk dimainkan secara kompetitif. Pokémon GO juga memiliki mekanisme permainan yang jauh berbeda dari Pokémon VGC, jadi dua ekosistem ini bisa berjalan secara paralel dengan pangsa pasar berbeda.

Meski dengan segala keterbatasannya, turnamen eksibisi Piala Presiden Esports kemarin telah menunjukkan bahwa Pokémon GO di Indonesia punya komunitas yang subur dan siap untuk maju ke level permainan lebih serius. Wahyu sendiri berharap ke depannya Pokémon GO bisa ambil bagian dalam Piala Presiden Esports sebagai cabang kompetisi resmi.

“Kendalanya masih kurang dapet sorotan,” ujarnya, “Semoga aja nih abis event ini bisa dapet sorotan lebih.”

Xian Juara Capcom Pro Tour Online Asia Tenggara, Pemain Indonesia Raih Top 8

Capcom Pro Tour 2019 telah dimulai! Sejak tanggal 15 Maret lalu, sirkuit kompetisi global untuk game Street Fighter V: Arcade Edition ini telah berjalan, dengan turnamen Final Round 2019 sebagai ajang pertamanya. Sesuai pengumuman resmi dari Capcom, CPT 2019 memiliki empat tingkatan turnamen di mana para pemain dari seluruh dunia bisa mengumpulkan poin kualifikasi untuk maju ke turnamen puncak Capcom Cup. Empat tingkatan itu adalah Super Premier Event, Premier Event, Ranking Event, dan Online Ranking Event.

Akhir pekan lalu salah satu turnamen Online Ranking Event itu baru saja digelar, dengan nama Online Event: Asia Southeast. Turnamen ini diikuti oleh sekitar 50 partisipan, dan akhirnya menghasilkan Xian dari tim Razer sebagai pemenang. Pemain asal Singapura yang memiliki nama asli Kun Xian Ho itu merupakan wajah yang sudah cukup dikenal di dunia Street Fighter. Ia pernah memenangkan sejumlah kejuaraan bergengsi, termasuk EVO 2013.

Xian - EVO 2013
Xian melawan Tokido di Grand Final EVO 2013 | Sumber: Shoryuken.com

Di pertandingan kali ini Xian menjagokan Ibuki, karakter ninja yang memang menurutnya merupakan salah satu karakter tier tertinggi di Street Fighter V season 4. Tapi konsensus di kalangan penggemar Street Fighter saat ini, perbedaan antara tiap tier karakter tidaklah begitu jauh. Xian berhadapan dengan IamChuan di Grand Final, mantan atlet tim Atlas Bear yang saat ini berstatus free agent. IamChuan sendiri menjagokan Guile.

Sayang, karena acara ini bersifat online, Capcom tidak menayangkan semua pertandingan di dalamnya, hanya pertandingan-pertandingan Top 8 saja. Anda dapat menonton videonya di bawah, tapi bila Anda hanya tertarik pada Grand Final, Anda bisa langsung menonton di timestamp 2:31:30. Dengan kemenangan ini maka Xian berhasil mengantongi 200 CPT Point, setara dengan posisi 4 besar di turnamen kelas Super Premier.

Menariknya, turnamen Online Event: Asia Southeast ini juga diikuti oleh beberapa pemain Indonesia. Salah satunya yaitu AronManurung yang beberapa waktu lalu menjuarai turnamen ESL Fighting Arena dan Fight Fest 2019. Kali ini ia kurang beruntung, harus kalah di ronde terakhir pool oleh Brandon dari tim SIN.

Pemain Indonesia satu lagi adalah runner-up turnamen Fight Fest, yaitu Burung yang juga merupakan pendiri tim Atlas Bear dulu. Berbekal Birdie andalannya, Burung berhasil meraih maju hingga peringkat 5 dan menggondol 10 CPT Point. Burung gugur oleh pemain asal Filipina, PBE|Don, yang menjagokan Akuma. Anda dapat menonton aksi Burung melawan PBE|Don di timestamp 1:27:20. Sebenarnya Burung sempat bertanding melawan Xian juga di pool Winners’ Bracket, namun sayangnya pertandingan itu tidak ditayangkan.

Burung vs AronManurung
Burung (kiri) saat melawan AronManurung (kanan) di Fight Fest 2019 | Sumber: Advance Guard

Berikut ini peringkat lengkap Top 8 CPT 2019 Online Event: Asia Southeast:

  • Juara 1: RZR|Xian
  • Juara 2: IamChuan
  • Juara 3: Bravery
  • Juara 4: PBE|Don
  • Juara 5: Burung
  • Juara 5: Dixon (Gambleboxer)
  • Juara 7: TJ|MindRPG
  • Juara 7: SIN|Brandon

Capcom Pro Tour masih akan terus berjalan hingga bulan Desember 2019 nanti. Khusus untuk wilayah Asia, turnamen CPT berikutnya adalah Versus Masters 2019 yang akan digelar pada tanggal 27 – 28 April nanti. Anda dapat melihat jadwal lengkap Capcom Pro Tour 2019 di tautan berikut. Akankah muncul juara baru yang merebut gelar Capcom Cup dari tangan Gachikun nantinya?

Sumber: Capcom

10 Pilihan Karier Industri Esports Selain Menjadi Atlet

Esports dewasa ini telah tumbuh menjadi begitu besar. Dari yang tadinya hanya berupa pertandingan-pertandingan di arcade center, kini sudah menjadi sebuah industri bernilai ratusan juta dolar. Bila dulu gamer identik dengan kultur nerd yang kurang pergaulan, sekarang atlet-atlet esports diidolakan dan dipuja bagai rockstar. Beberapa tahun lalu mungkin perkembangan ini tak terbayangkan, tapi mau tak mau kita harus menerima bahwa zaman sudah berubah.

Bersama dengan tumbuhnya esports sebagai sebuah industri, ekosistem ini pun memunculkan beragam lapangan kerja potensial. Ketika masyarakat Generation Z (kelahiran setelah tahun 1995) sampai di usia produktif, esports bisa jadi bidang pilihan untuk mencari nafkah. Tidak harus jago main game bahkan, karena industri esports tak hanya butuh atlet, namun juga butuh peran-peran lain untuk mendukung kelangsungan hidupnya.

Apa saja pilihan karier industri esports selain menjadi atlet? Inilah beberapa di antaranya.

Shoutcaster

Sebuah pertandingan sepak bola tentu akan kurang seru bila tidak ada komentator yang memandu penonton. Malah kadang-kadang, cara komentator itu menyajikan pertandingan merupakan hiburan tersendiri yang dapat membuat orang-orang berminat menonton. Begitu pula dengan esports, sebuah turnamen akan menjadi lebih heboh dengan panduan dari satu atau beberapa komentator. Komentator esports ini disebut dengan istilah Shoutcaster (atau Caster saja).

Tujuan utama Shoutcaster adalah membuat pertandingan terasa menarik untuk diikuti. Oleh karena itu, Shoutcaster harus punya pemahaman mendalam akan game yang ia siarkan, sehingga mampu menciptakan konteks atau cerita berdasarkan aksi yang dilakukan atlet-atlet di layar. Seorang Shoutcaster veteran dunia fighting game, James Chen, pernah berkata bahwa Shoutcaster sebaiknya fokus pada “mengapa sesuatu terjadi”, daripada sekadar memberi tahu menonton “apa yang sedang terjadi”.

Analyst

Bila Shoutcaster berperan menghibur penonton seiring pertandingan berjalan, Analyst adalah mereka yang mengisi waktu ketika pertandingan sedang rehat. Ketika tampil di depan kamera (atau mikrofon), para Analyst akan melakukan hal yang sama seperti judul pekerjaannya, yaitu menganalisis pertandingan. Menjelaskan kepada penonton tentang strategi yang dilakukan para pemain, serta memprediksi langkah dan hasil selanjutnya, diskusi-diskusi semacam ini dapat menjaga supaya penonton tidak bosan saat menunggu pertandingan berikutnya.

Analyst perlu menguasai strategi permainan secara cukup mendalam dan harus tahu fakta/data seputar game yang ia bawakan. Semakin banyak fakta dan data dalam genggaman, semakin luas topik pembicaraan yang bisa ia sajikan. Selera humor yang baik juga bisa menjadi bumbu tambahan.

Content Creator

Jurnalis, fotografer, videografer, streamer, dan sebagainya, semua ini masuk dalam satu kategori yang sama yaitu Content Creator. Isi dari konten yang diciptakan bisa beraneka ragam. Mulai dari berita (seperti situs yang sedang Anda baca ini), replay pertandingan, dokumentasi, hingga meme. Seorang Content Creator juga bisa independen ataupun bergabung dengan perusahaan. Banyak tim esports yang memiliki divisi atau anggota khusus bidang penciptaan konten, contohnya EJ Gaming yang merupakan Content Creator untuk tim EVOS.

Mungkin tips terpenting bagi seorang Content Creator adalah bahwa Anda harus selalu jadi diri sendiri. Setiap orang punya karakter berbeda-beda, dan karakter itu akan menentukan seperti apa wujud konten yang kita ciptakan. Dengan menonjolkan karakter itulah kita akan bisa menciptakan konten dengan keunikan tersendiri.

Event Organizer

Sebuah turnamen tentu tidak bisa terselenggara bila tidak ada Organizer yang menjadi panitianya. Dan Organizer ini pun umumnya tidak hanya terdiri dari satu orang, melainkan merupakan tim. Semakin besar ajang yang digelar, tentu akan semakin besar juga timnya, dari yang mengatur susunan acara, mendesain tata panggung, logistik, dokumentasi, dan lain-lain.

Event Organizer acara esports harus tahu apa saja standar yang diperlukan agar kompetisi dapat berjalan lancar. Contohnya seperti standar konektivitas internet, fasilitas streaming dan shoutcasting, hingga penataan layar agar dapat dinikmati penonton dengan nyaman. Penyelenggaraan turnamen esports sering kali menyangkut uang dalam jumlah banyak, jadi Event Organizer punya tanggung jawab yang besar.

Esports Manager

Istilah Esports Manager sebetulnya agak ambigu, namun konteks penggunaannya di sini adalah posisi dalam perusahaan developer game yang bertugas mengatur segala hal seputar esports dalam game milik mereka. Contohnya seperti Luis Andre di Moonton, Katsuhiro Harada di Bandai Namco, atau Cary Lambert di Ubisoft.

Posisi ini memiliki beberapa sebutan lain, misalnya Director of Esports Operations, atau Esports Supervisor. Tapi pada intinya sama. Tugas Esports Manager adalah menangani program-program perusahaan game seputar esports, merancang strategi untuk meraih metrik tertentu, serta menjalin relasi dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan ekosistem esports suatu game.

Katsuhiro Harada
Katsuhiro Harada, Esports Supervisor di Bandai Namco | Sumber: Katsuhiro Harada

Event Administrator/Referee

Hasil dari pertandingan esports umumnya sudah terlihat cukup gamblang dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Dalam kondisi seperti ini, pertandingan esports tidak butuh seorang wasit (Referee). Akan tetapi ada juga beberapa game yang cukup kompleks dan sering ada kejadian tak terduga. Di kasus-kasus seperti ini, wasit haruslah seseorang yang profesional dan paham game tersebut luar dalam.

Beberapa game yang menggunakan wasit dalam pertandingannya misalnya Magic The Gathering Arena, Counter-Strike: Global Offensive, Pokemon, dan lain sebagainya. Wasit bertugas memastikan bahwa tidak ada pemain yang melanggar peraturan, mengambil keputusan ketika ada kejadian yang tak dijelaskan di peraturan, pada intinya secara umum memastikan agar pertandingan berjalan lancar dan adil.

Esports Physician

Esports Physician adalah profesi dokter yang khusus menangani kesehatan para atlet esports. Meski tidak melibatkan aktivitas fisik yang sangat berat, atlet-atlet esports sesungguhnya juga rawan terkena cedera. Dengan jadwal latihan yang padat (bisa mencapai 10 jam per hari) serta kebutuhan traveling yang cukup banyak, kesehatan menjadi salah satu faktor penting yang mulai mendapat banyak perhatian.

Riset di British Journal of Medicine telah menunjukkan bahwa tim-tim esports butuh perawatan khusus untuk mencegah cedera, serta protokol perawatan cedera yang baik, sama halnya dengan atlet olahraga konvensional. Beberapa masalah yang lazim mendera atlet esports adalah kesehatan mata, sakit punggung dan leher akibat postur duduk yang buruk, cedera otot, gangguan tidur, hingga masalah kesehatan mental. Ini adalah bidang penting yang bisa jadi pilihan para calon dokter di masa depan.

Community Manager

Community Manager bertugas menjalin interaksi dengan para penggemar, membagikan informasi seputar perusahaan yang ia wakili, serta mempromosikan brand lewat media sosial. Penggemar sebuah game belum tentu juga menyukai esports dari game tersebut. Karena itu perusahaan game sering kali memiliki jalur komunikasi dan akun media sosial tersendiri untuk menyampaikan informasi esports.

Karena Community Manager akan berhubungan dengan banyak orang, kemampuan komunikasi menjadi modal utama dalam pekerjaan ini. Selain itu, bukan rahasia lagi bahwa warganet cukup sering berperilaku “aneh-aneh”, jadi Community Manager butuh kesabaran yang tinggi. Pemahaman tentang metrik-metrik media sosial juga penting untuk dimiliki.

Official Cosplayer

Cosplay yang dilakukan dengan kualitas tinggi punya potensi untuk menjadi pekerjaan, apalagi bila cosplay itu berhubungan dengan game tertentu. Perusahaan-perusahaan game sudah lazim menyewa cosplayer untuk memerankan karakter game mereka dan berpartisipasi dalam kampanye iklan. Bahkan ada juga tim esports yang memiliki anggota khusus dengan peran sebagai cosplayer resmi.

Cosplay profesional pada dasarnya adalah pekerjaan modeling. Keahlian-keahlian modeling seperti kemampuan berpose di depan kamera dan kemampuan berekspresi perlu dimiliki. Sebagian cosplayer lebih suka membuat kostum sendiri daripada membeli dari orang lain, jadi untuk kasus tersebut tentu keahlian membuat kostum juga penting. Dan yang pasti, cosplayer itu harus mau berpenampilan menarik serta menjiwai karakter yang ia perankan.

Houston Outlaws - Jordyn McCoy
Jordyn McCoy, Official Cosplayer tim Houston Outlaws | Sumber: Jordyn McCoy

Team Owner

Tidak ingin jadi pekerja? Bagaimana kalau jadi pengusaha saja? Bila Anda orang yang visioner dan tahu cara menjalankan bisnis, membentuk sebuah tim esports sendiri bisa jadi jalan hidup yang menjanjikan. Posisi Owner ini bisa datang dari berbagai latar belakang. Bisa saja Owner adalah investor yang memiliki modal untuk mendanai pembentukan tim esports baru. Bisa juga berupa perusahaan atau brand yang membeli franchise esports.

Tak jarang juga seorang Team Owner sebenarnya adalah atlet anggota tim itu sendiri, yang membesarkan tim dari nol hingga jadi sebuah bisnis. Dengan demikian walau sang atlet pensiun, ia tetap bisa berkontribusi dan mendapatkan keuntungan dari tim atau organisasi esports yang telah didirikannya. Clement “Puppey” Ivanov dari Team Secret adalah contoh Owner yang sekaligus juga bermain aktif sebagai atlet dalam timnya.

Itulah 10 profesi yang ada di industri esports selain atlet. Sebetulnya masih sangat banyak profesi lain di dalam industri ini, seperti Host, Interviewer, Coach, hingga Software Engineer. Maklum, dengan cakupan industri begitu luas, roda gigi yang berputar di dalamnya pun sangat banyak dan kompleks bahkan mungkin tanpa kita sadari.

Dengan memahami bahwa peluang karier di industri esports ada sangat besar, kita berharap para orang tua dan pemuda dapat memiliki pemikiran yang lebih terbuka terhadap esports. Bahwasanya esports isinya bukan bermain saja, tapi juga merupakan lapangan pekerjaan baru yang masih segar. Dengan masuknya talenta-talenta baru ke lapangan pekerjaan ini, kita dapat membuat ekosistem esports Indonesia tumbuh lebih berkualitas lagi, dan hal itu akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita.

Setelah Pro Evolution Soccer, FC Barcelona Kini Rekrut Tim Esports Rocket League

Ekosistem esports di benua Eropa dalam dua tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang cukup unik. Semakin banyak tim-tim olahraga konvensional yang ikut terjun ke dunia esports, terutama yang sering kita lihat adalah tim sepak bola. Sebagian dari mereka merekrut tim di cabang esports yang berkaitan dengan sepak bola itu sendiri, seperti Manchester City yang merekrut atlet-atlet FIFA. Namun ada juga yang tidak berkaitan, contohnya FC Schalke 04 dengan tim League of Legends mereka.

Salah satu tim raksasa Eropa yang melakukan hal serupa adalah sang juara liga Spanyol, FC Barcelona. Klub tempat merumput Lionel Messi ini pertama kali masuk ke dunia esports pada tahun 2018 lalu, ketika mereka merekrut tim Pro Evolution Soccer (PES). Langkah tersebut sangat tepat, karena developer PES yaitu Konami sendiri sebetulnya merupakan salah satu sponsor dari klub FC Barcelona.

Cloud9 - RLCS Season 6
Cloud9 juara RLCS Season 6 | Sumber: Psyonix

Baru-baru ini, FC Barcelona kembali mengumumkan perekrutan sebuah tim esports profesional, yaitu dari cabang Rocket League. Game yang menggabungkan tema sepak bola dengan mobil-mobilan akrobatik ini memiliki kejuaraan resmi bernama Rocket League Championship Series (RLCS). Menurut keterangan di situs resmi FC Barcelona, tim Rocket League yang baru mereka rekrut akan ikut berpartisipasi di turnamen-turnamen bergengsi, salah satunya RLCS Season 7 mulai bulan April 2019 ini.

Roster Rocket League di Blaugrana (sebutan untuk FC Barcelona) terdiri dari pemain-pemain yang dulunya merupakan anggota tim Savage!. Mereka adalah Bluey (Dan Bluett), Deevo (David Morrow), Alpha54 (Yanis Champeonis), dan ByMateos (Adrian Mateos). Mereka dikenal sebagai tim kuat di dunia Rocket League, dengan sederet prestasi termasuk juara RLCS Season 6 – Europe: Rocket League Rival Series.

Rocket League - Esports Shop
Sumber: Psyonix

“Menjadi bagian dari FC Barcelona adalah penghargaan tertinggi yang bisa diraih oleh atlet mana pun, jadi saya merasa sangat terhormat dapat memimpin tim ini,” kata Robert Kendall, manajer sekaligus pelatih tim Rocket League FC Barcelona. Menurutnya, langkah FC Barcelona masuk ke dunia Rocket League adalah kesuksesan bagi klub ini maupun bagi komunitasnya. Kendall akan melatih tim ini dengan nilai-nilai yang telah tertanam di FC Barcelona, termasuk gaya permainan yang erat akan kombinasi dan kerja sama tim.

FC Barcelona bukanlah satu-satunya klub bola Eropa yang telah berinvestasi di esports Rocket League. Selain mereka, ada juga Paris Saint-Germain FC dari Perancis dan Servette FC dari Swiss yang melakukan hal serupa. Esports Rocket League tahun 2019 ini memang tengah berkembang. RLCS Season 7 memperluas wilayah kompetisi ke Amerika Selatan, dan Psyonix (developer Rocket League) baru mengumumkan fitur Esports Shop di dalam game mereka. Mungkinkah Rocket League akan tumbuh menjadi esports besar, seperti Overwatch atau Rainbow Six: Siege di masa depan?

Sumber: The Esports Observer, FC Barcelona