Polytron Bangun Pabrik Smartphone di Kudus

Persaingan pasar ponsel lokal untuk “melokalisasi” produknya kian memanas. Setelah merek lokal Evercoss yang terlebih dahulu membangun pabrik untuk produksi mandiri, Polytron kini mengikuti jejaknya. PT. Hartono Istana Teknologi selaku produsen Polytron berencana tahun ini memproduksi smartphone di pabriknya yang didirikan di Kudus.

Direktur Jendral Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi, seperti dikutip Tempo, mengatakan, “Akhir Desember lalu (Polytron) sudah melakukan trial production. Intinya industrialisasi handphone di Tanah Air jalan terus. Mereka akan produksi smartphone.”

Pabrik ini sebenarnya sudah memproduksi produk elektronik seperti Video dan Audio. Namun sejak awal 2014 telah mulai memproduksi Feature Phone di pabrik yang sama. Seperti dikutip dari SindoNews, Public Relations dan Marketing Event Manager Polytron Santo Kadarusman menyatakan di lahan seluas 130.000 meter persegi tersebut Polytron menargetkan untuk dapat memproduksi 2,4 juta unit per tahun.

Santo mengakui sebagai pemain baru pangsa pasar ponsel Polytron di Indonesia masih belum begitu besar. Seiring dengan pertumbuhansmartphone kini 60% produksi ponsel Polytron di dominasi oleh smartphoneAndroid, sementara 40% lainnya masih di segmen feature phone. Pihaknya menargetkan di tahun 2015 pertumbuhannya mampu melonjak tajam.

Saat ini produk unggulan Polytron di pasaran adalah Polytron W9500 dan Polytron Crystal 4 yang masih diproduksi di Tiongkok dan masuk di segmen smartphone yang ditawarkan di kisaran harga Rp 2 juta.

“Saat ini Polytron masih fokus pada penetrasi pasar terlebih dahulu sembari edukasi produk ponsel Polytron ini ke masyarakat. Hal ini dilakukan karena selama ini masyarakat lebih mengenal Polytron pada produk elektroniknya saja. Padahal kami sudah punya handphone juga,” tegas Santo lebih lanjut.

Masih dari sumber yang sama, Santo mengklaim bahwa ponsel Polytron merupakan ponsel bikinan lokal dan satu-satunya merek asli Indonesia. Adapun bahan baku produksi, sesuai aturan dari pemerintah sebagai produk lokal, hampir 55% komponen produksi berasal dari dalam negeri. Jika permintaan pasar makin tinggi, Polytron akan terus meningkatkan produksinya, apalagi lini produksi ponsel masih bisa dioptimalkan hingga 100.000 unit per lini.

[Ilustrasi: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada. 

Freelancer Ungkap Profesi Pemasaran Media Sosial Saat Ini Paling Diminati di Indonesia

Platform marketplace global untuk freelancing dan crowdsourcing, Freelancer baru-baru ini telah merilis laporan terbaru yang bertajuk Pekerjaan bagi para“Entrepreneurs of the Future”: Pekerjaan Online yang Paling Pesat Perkembangannya untuk para generasi Millennial Indonesia.

Laporan tersebut mengungkap data yang bermuara pada satu pertanyaan, yakni pekerjaan online apa yang diminati oleh sebagian besar generasi muda Indonesia saat ini?

Dalam data yang dirangkum sepanjang kuartal ketiga 2014 ini, Freelancer mengumpulkannya dalam data Fast 50, di mana dalam data ini dijabarkan sebanyak 50 jenis pekerjaan yang dianggap paling tren di ranah online. Sebagai info, data Fast 50 dirangkum dari hasil review para ahli data Freelancer terhadap 295.259 pekerjaan online dari seluruh dunia.

Dalam laporannya disebutkan, di kuartal ketiga tahun ini, data Fast 50 menunjukkan tren pekerjaan yang sedang meningkat sebagian besar didominasi oleh pekerjaan yang berkaitan dengan media sosial, atau disetarakan meningkat sebesar 63% dibanding kuartal kedua 2014.

Dalam laporan ini disebutkan, media sosial Pinterest memegang peranan yang cukup besar dari hasil kajian tersebut, meski belum bisa melewati Facebook. Dianggap pula, banyak pelaku bisnis e-commerce meraih peningkatan performa penjualan dari upaya pemasarannya di Pinterest – yang akhirnya lahan pekerjaan di bidang media sosial berhasil diminati oleh banyak orang selama beberapa kurun waktu terakhir.

Melihat relevansinya dengan pasar Indonesia, pemanfaatan Pinterest sendiri tidaklah sekencang Facebook, Twitter, dan bahkan Instagram oleh para pebisnis e-commerce. Namun setidaknya, dari situasi yang dibeberkan Freelancer ini, mungkin bisa menjadi gambaran bagi bisnis e-commerce lokal di masa mendatang.

Sebagai pokok kajiannya, Freelancer menjabarkan seperti apa peningkatan signifikan dari minat kerja sebagian besar orang terhadap pekerjaan yang mengurusi konten pemasaran media sosial. Dijabarkan satu per satu, platform Google+ dikatakan telah meningkat secara apik dengan 532% dari 269 pekerjaan menjadi 1699 pekerjaan di kuartal ketiga, dan Google AdWords mengalami sedikit peningkatan yang juga cukup signifikan yakni sebanyak 22% atau menjadi 1238 pekerjaan.

Selain itu, profesi Social Media Marketing dinyatakan juga mengalami peningkatan yang juga luar biasa signifikan yakni mencapai 96% menjadi 3755 pekerjaan. Sementara lahan marketing di platform Twitter juga naik sebesar 56% menjadi 3662 pekerjaan dan Facebook Marketing naik 20% menjadi 8571 pekerjaan. Peningkatan signifikan dari pemasaran melalui media sosial ini juga diikuti oleh berbagai minat profesi yang juga mengalami peningkatan yang signifikan.

Pengaruh media sosial untuk kepentingan bisnis saat ini memang menjadi hal yang tak diragukan dan seakan menjadi “kewajiban” bagi setiap perusahaan untuk setidaknya, minimal memiliki satu kanal media sosial sebagai wujudonline presence-nya di masyarakat.

Tentunya hal ini juga bertujuan untuk dapat menjangkau pasar dengan lebih mudah. Melihat tren yang mesti dihadapi tentu tak aneh jika melihat laporan Freelancer ini menyatakan profesi yang berkaitan dengan pemasaran melalui media sosial saat ini menjadi profesi yang paling diinginkan oleh sebagian besar pencari kerja, hal ini juga semestinya bisa menjadi perhatian bahwa bagi para pelaku bisnis saat ini sepertinya sudah harus mulai menggenjot lagi kemampuan pemasaran media sosialnya.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Avi Tejo Bhaskoro. 

Penjualan BlackBerry Kini hanya Tiga Persen dari Total Penjualan Smartphone di Indonesia

Tiga tahun lalu BlackBerry adalah device yang wajib dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian IDC pada tahun 2011, 43%smartphone yang terjual di Indonesia adalah BlackBerry. Sayangnya hal itu tidak abadi. BlackBerry hanya mampu memiliki share 3% dari total smartphone yang terjual selama enam bulan pertama 2014.

Seperti yang disampaikan The Globe and Mail, peruntungan BlackBerry yang memudar di Indonesia disebabkan oleh kesalahan langkah strategi, persaingan ketat, dan gesekan dengan kantor pusat di Waterloo. Walaupun perangkat BlackBerry lama dengan tombol QWERTY masih terlihat umum digunakan serta politisi dan pebisnis masih terlihat menggunakan perangkat terbaru, daya tarik terhadap brand BlackBerry itu sendiri sudah menurun. Saat ini pangsa pasar BlackBerry sudah berada di bawah merek global seperti Samsung dan bahkan berada di bawah merk lokal, seperti Advan, Evercoss, dan Smartfren.

Dalam wawancara yang dilakukan oleh The Globe and Mail dengan mantan pimpinan BlackBerry di Indonesia Andy Cobham, BlackBerry mempunyai teknologi yang fantastis dan dapat menumbuhkan bisnisnya di sini sampai pada level yang mengagumkan sebelum semuanya hancur berantakan. Dia mengatakan ada beberapa kesalahan langkah karena keputusan kantor pusat di Waterloo. Contoh nyatanya adalah saat promosi dengan potongan harga sebesar 50% untuk 1000 pelanggan pertama saat peluncuran perangkat BlackBerry baru. Meski ditentang oleh pimpinan di Indonesia, toh hal tersebut tetap dijalankan oleh manajemen pusat. Hasilnya, seperti yang kita tahu, menimbulkan kekisruhan.

Blunder lain adalah bagaimana BlackBerry terang-terangan menghindari risiko dan legalitas ketika mereka mencoba memperluas pasar. Eksekutif perusahaan juga meremehkan operator lokal yang sukses, menurut Andy. “Kata arogansi tidak pantas. Kami mencoba memberitahu mereka bagaimana menjalankan bisnis,” ujarnya.

Telkomsel yang memiliki 130 juta pelanggan pun mengasingkan mereka.

Meskipun demikian, tak hanya pihak BlackBerry yang menyebabkan kehancuran pasar di Indonesia. Pemerintah Indonesia dianggap juga turut andil dalam hal ini. Pemerintah yang melarang konten pornografi meminta pihak BlackBerry untuk memyaring sekitar 400.000 situs yang dianggap menyebarkan konten tersebut, Pemerintah juga menuntut akses ke data BlackBerry yang aman, tapi BlackBerry menolak.

Keputusan BlackBerry untuk membangun pabrik di Malaysia, meskipun pemerintah Indonesia menginginkan pembangunannya di sini, menyebabkan hubungan keduanya semakin memburuk.

Ketersediaan BlackBerry Messenger (BBM) yang populer di platform lain, termasuk Android, jelas berimplikasi terhadap penurunan pengguna BlackBerry. Konsumen masih bisa menggunakan BBM, meski tak lagi dari perangkat BlackBerry.

Saat ini BlackBerry sudah meluncurkan aplikasi dompet lokal yang di sebut BBM Money dan meluncurkan BlackBerry Z3 “Jakarta Edition”. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah mereka masih dapat bertahan hanya dengan produk-produk itu, dengan perkembangan pasar yang kini sudah jauh meninggalkan mereka?

[Ilustrasi: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada.

Menkominfo Rudiantara Upayakan Buka Blokir Vimeo

Pendekatan berbeda diupayakan oleh Menkominfo Rudiantara untuk menyelesaikan polemik pemblokiran Vimeo. Ketimbang memblokir layanan video tersebut secara utuh, Rudiantara menginginkan Vimeo melakukanfiltering secara otomatis untuk konten yang berbau pornografi. Menkominfo sebelumnya Tifatul Sembiring, berdasarkan laporan Trust Positif, telah memblok akses ke situs konten video Vimeo sejak bulan Mei lalu karena indikasi memuat konten yang tidak sesuai.

Seperti dikutip dari Vivanews, Rudiantara mengatakan, “Saya sudah dua malam ini, mencoba telepon legal consult Vimeo langsung di New York, cuma belum berhasil. Saya tinggalkan pesan juga. Nah kalau memang nggak, saya kirim email. Kita kan punya generasi yang harus kita jaga ke depan. kita hutang kepada mereka agar internet sehat dan aman.”

Sesungguhnya langkah filtering seperti ini menurut kami lebih efektif untuk memblok konten pornografi. Ketimbang memblok akses ke keseluruhan situs, yang tidak melulu berisi konten yang dianggap tidak sesuai, lebih baik hanya menutup akses untuk konten tertentu saja. Faktanya Vimeo banyak digunakan juga oleh pembuat konten video di Indonesia untuk membagikan video berkualitas tinggi, karena hal tersebut merupakan keunggulan Vimeo dibandingkan YouTube.

Menurut pemantauan kami, filtering terhadap konten video tertentu sudah dilakukan oleh penyedia layanan video DailyMotion. Untuk keyword tertentu, mereka memblok akses terhadap konten-konten yang tidak diinginkan. Melihat bahwa pemblokiran konten di DailyMotion tidak menunjukkan label “Internet Sehat”, hanya sekedar menghilangkan akses terhadap konten tersebut, berarti DailyMotion sudah melakukan filtering untuk pengaksesan yang menggunakan IP Indonesia.

Untuk mengurangi “kebocoran” akibat skema pemblokan melalui DNS yang digalakkan pemerintah, Kementerian Kominfo juga telah menginstruksikan semua penyedia layanan Internet untuk memblok akses ke DNS alternatif, seperti Google Public DNS dan OpenDNS.

[Ilustrasi: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Jongla Tantang Hegemoni Layanan Messaging Populer di Indonesia

Platform messaging asal Finlandia Jongla memasuki pasar Indonesia dengan menggandeng XL Axiata (XL) sebagai partner eksklusif. Jongla berharap usahanya ini bisa mendongkrak penggunaan layanan ini menjadi aplikasi tiga besar di segmen messaging di Indonesia per akhir tahun 2015. Saat ini pasar messaging di Indonesia dikuasai oleh BlackBerry Messenger, WhatsApp, dan Line.

Dalam konferensi pers yang diadakan hari ini, kerja sama eksklusif dengan XL akan berlangsung selama satu tahun. XL memberikan dua skema khusus bagi pengguna Jongla. Skema pertama adalah paket data khusus untuk mengakses Jongla. Tersedia paket berlangganan harian (Rp 1000), mingguan (Rp 5000), dan bulanan (Rp 20 ribu) untuk menggunakan Jongla sepuasnya dengan kuota 50 MB per harinya.

Skema berikutnya adalah kemampuan carrier billing untuk in-app purchase di dalam aplikasi, yang baru diterapkan untuk pengguna platform Android. Cara ini memudahkan konsumen Jongla untuk membeli set stiker menggunakan pulsa yang dimilikinya.

CEO Jongla Riku Salminen dalam rilis persnya mengatakan, “Ini adalah langkah besar bagi kami untuk masuk ke pasar Indonesia, pasar yang pengguna Internet-nya tengah berkembang pesar di Asia Tenggara. Kemitraan strategis dengan XL akan mempercepat dan memperbesar proses itu dan menawarkan kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk mengambil keuntungan dari Jongla, layanan pesan instan tak berbayar. Data dan pesan berjalan beriringan, sehingga kemitraaan ini menjadi lengkap dan sempurna.”

Jongla sendiri sudah tersedia secara multiplatform untuk iOS, Android, Windows Phone, dan Firefox OS. Mengutamakan unsur keamanan, Jongla menggunakan teknologi enkripsi TLS yang diklaim setingkat dengan level keamanan sistem perbankan.  Secara umum fungsi dan fiturnya tidak jauh berbeda dengan layanan messaging yang lain. Yang menjadi unggulan adalah set stiker yang interaktif, dengan animasi gerak dan kemampuan suara.

Beberapa hari yang lalu Jongla memperoleh pendanaan €3,4 juta dari sejumlah investor Finlandia untuk memastikan ekspansinya di pasar Asia yang potensial.

Jongla memang belum setenar nama besar lain di segmen ini, meskipun sudah hampir berusia dua tahun. Menolak untuk mengungkapkan berapa jumlah pengguna aktifnya saat ini, petinggi Jongla mengungkapkan 60% penggunanya berada di Asia, dengan jumlah pengguna terbesar berdomisili di Thailand. Yang menarik, meskipun berbasis di Helsinki Direktur Pengembangan Usahanya adalah Henry Pohan Simangunsong yang berkebangsaan Indonesia.

Model bisnis yang ditawarkan oleh Jongla adalah skema in-app purchasepembelian stiker yang diklaim cocok dengan kultur orang Asia. Ke depannya nampaknya Jongla akan mengikuti langkah Line untuk memperluas pasar pembuatan stikernya, termasuk bekerja sama dengan desainer lokal.

Dengan kerja sama ini, Jongla berniat untuk membuka kantornya di Jakarta. Sebelumnya Jongla telah memiliki kantor di Singapura yang melayani kawasan Asia Pasifik.

Senior GM Digital Entertainment XL Revie Sylviana menyebutkan, “Jongla dikenal sebagai layanan pesan yang handal dan cepat yang memungkinkan penggunanya dapat tetap berhubungan dengan orang-orang yang mereka sayangi. Kami terkesan dengan cakupan Jongla yang lintas platform, desain yang menarik, fitur yang berbeda dengan layanan pesan instan lainnya dan pengalaman pengguna yang teroptimalisasi, membuat layanan pesan instan Jongla benar-benar unik. Ini adalah pasangan sempurna bagi XL dan kami berharap ke depannya kerja sama ini akan berkembang.”

Artikel ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

IndonesiaStockShot Andalkan Koleksi Stok Video Bertemakan Indonesia

Industri e-commerce Indonesia semestinya tak melulu diisi dengan bisnisfashion, gadgets, kuliner, atau pun lain sebagainya. Seperti dengan salah satu startup lokal terbaru ini, bisnis yang dijalankan malah justru bermain di ceruk pasar yang berbeda, yakni menawarkan stok klip video sebagai barang dagangannya. Perkenalkan IndonesiaStockShot, meski belum resmi meluncur secara penuh, IndonesiaStockShot menawarkan segudang stok video bertemakan wajah Indonesia.

Dulu, mungkin cukup sulit bagi para film maker atau sinematografer untuk mencari stok potongan klip video yang bisa digunakan segala kebutuhan tanpa hak cipta yang mengikat. Di era serba digital dan terhubung seperti saat ini, kehadiran IndonesiaStockShot bisa menjadi solusi yang tepat. Sebelumnya, platform berskala global seperti Shutterstock, GettyImages, Dissolve, dan lain sebagainya mungkin telah cukup dikenal, namun koleksi stok video yang bertemakan Indonesia tentu tidak selengkap yang dibutuhkan.

indonesia-stock-shot

IndonesiaStockShot punya keandalan tersebut, dengan tagline “Capturing Indonesia Through Lenses”, menggapai pasar yang niche dan berpotensi tentu bukan jadi persoalan yang sulit bagi IndonesiaStockShot. Dalam platform ini pengguna bakal disuguhi ratusan jenis video dengan kategori tema yang bisa dipilih sesuai pencarian, seperti kategori Art, Building, City, Culinary, Culture, Economy, Nature, dan People. Tak perlu khawatir akan kualitas video yang rendah, IndonesiaStockShot hanya menyediakan stok video beresolusi 25fps agar sedap dipandang oleh mata. Dan juga tak lupa, untuk memudahkan format video yang disediakan juga dalam berbagai format umum seperti MP4, MOV, dan AVI.

Dengan predikatnya sebagai “e-commerce khusus stok video”, model bisnis dari IndonesiaStockShot jelas terletak pada penjualan stok video yang dibanderol dengan harga yang beragam. Sejauh penelusuran kami, paling murah harga yang dipatok sebesar US$ 5 per video, dan ada pula yang mencapai harga US$ 88, variasi harga mungkin tergantung dari jenis konten yang disajikan.

Mengenai harga yang dipasangnya dalam satuan kurs dollar Amerika Serikat, pihak IndonesiaStockShot mengatakan dalam halaman resminya, harga dalam kurs tersebut dipasang agar dapat dengan mudah menyesuaikan standar royalty free yang bisa dipakai untuk kebutuhan komersial atau editorial. Dengan kurs tersebut pengguna dalam skala global juga dapat dengan mudah membeli stok video dalam platform-nya.

Untuk pembayaran, metode yang baru dipasangnya saat ini masih mengandalkan platform PayPal dan belum terlihat ada metode pembayaran lain yang dimanfaatkannya. Cara ini mungkin kembali demi menyesuaikan terhadap sasaran pasar yang dicakupnya dengan skala global.

Terlihat jelas bahwa potensi pasar yang dimiliki IndonesiaStockShot telah berada dalam ceruk pasar tertentu, hal ini otomatis bakal bisa memberikan peluang yang baik bagi IndonesiaStockShot untuk meraup performa bisnis yang menjanjikan di tengah pasar Indonesia yang hingga saat ini sepertinya belum ada kompetitor dalam persaingan pasarnya.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Avi Tejo Bhaskoro. 

Travelcar Hadirkan Layanan Pemesanan Travel di 25 Kota (Updated)

Sektor pariwisata termasuk sektor yang memiliki banyak kesempatan untuk terus berkembang, apalagi dengan booming sektor ini di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai startup terus bermunculan untuk menggarap segmen ini, termasuk Travelcar yang melayani jasa pemesanan travel antar kota. Travelcar memiliki fokus berbeda ketimbang sejumlah startup lain yang lebih tertarik mengambil moda pesawat terbang dan kereta api.

Dengan klaim lebih dari 40 vendor travel yang bergabung, Travelcar kini melayani di 25 kota besar di Jawa dan Bali, terutama di kawasan Jawa Timur yang menjadi basis Travelcar. Travelcar sendiri berpusat di Malang. Menurut observasi kami, Travelcar belum menjajaki area Jawa Barat, padahal rute Jakarta-Bandung mungkin merupakan rute perjalanan darat yang paling populer.

Penggunaan Travelcar pun cukup mudah. Tidak hanya melalui desktop, situs Travelcar bersifat responsif dan bisa diakses secara penuh melalui perangkat smartphone atau tablet. Seperti halnya saat mengakses situs reservasi pesawat, konsumen cukup menentukan lokasi asal, lokasi tujuan, dan tanggal keberangkatan. Tidak ada opsi pulang-pergi seandainya konsumen ingin sekaligus memesan rute bolak-balik.

Ada tiga cara pembayaran yang diterima oleh Travelcar. Melalui kerja sama dengan iPaymu, Travelcar mendukung pembayaran melalui ATM dengan 142 bank di Indonesia. Selain itu Travelcar juga melayani pembayaran melalui PayPal. Masih tidak percaya dengan skema pembayaran elektronik? Konsumen bisa membayarkan biaya perjalanannya melalui sopir setelah sampai di tempat tujuan.

Travelcar memberikan fasilitas pelacakan dan real-time live report untuk perjalanan setiap rute partnernya. Hal ini memberikan kemudahan dan kepastian bagi para keluarga atau teman yang menunggu kedatangan kita. Sayangnya informasi tentang travel yang ditampilkan kurang lengkap, misalnya nomor kontak travel yang sedang digunakan.

Tak hanya mempermudah pelanggan, Travelcar juga berusaha membantu para pemilik usaha travel untuk mendapatkan pelanggan. Layanan ini berfungsi sebagai kanal pemasaran bagi pemilik usaha yang membutuhkan bantuan untuk memasarkan kendaraan dan rutenya. Diperlukan minimal 10 armada kendaraan untuk bergabung dengan Travelcar.

Ada inovasi baru yang coba ditonjolkan oleh Travelcar di halaman utamanya, yaitu kemudahan pembelian voucher secara online untuk memudahkan pembayaran. Sayangnya halaman yang dituju masih berupa dummy dan belum bisa digunakan.

Travelcar menjanjikan cara baru memesan travel secara online. Ketimbang kita harus datang ke kantor travel atau mengecek ketersediaan kursi melalui telepon, layanan ini mengotomasi solusi terhadap permasalahan tersebut. Tentu saja layanan ini masih belum sempurna, tapi perluasan kerja sama dengan berbagai macam usaha travel dan pembukan pelayanan terhadap rute-rute baru bakal meningkatkan daya saing Travelcar yang praktis belum memiliki saingan yang sepadan.

[Ilustrasi: Shutterstock]

Update: Pihak pengembang menginformasikan bahwa pembelian voucher secara online sudah bisa dilakukan di segmen Shop. Selain itu mereka juga memberikan preview terhadap shuttle service yang merupakan layanan terbarunya.

Telkom Rilis Aplikasi Mobile Zapa Guna Dorong Perluasan Pasar Bagi UKM

PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) mendorong para pelaku bisnis UKM dengan memfasilitasi mereka sebuah aplikasi mobile yang dipercaya dapat meningkatkan potensi bisnis yang tengah berjalan. Menyempurnakan program Indonesia Digital Entrepreneur (IndiPreneur) yang telah berjalan sejak tahun lalu, Telkom rupanya ingin terus mendongkrak pemanfaatan teknologi oleh satu juta pelaku UKM pada 2015 nanti dengan aplikasi Android bernama Zapa.

Dalam siaran resminya, dengan mengacu pada data internal bahwa sebesar 65,7%, pelaku UKM yang dikelola Telkom menggunakan perangkat smartphonedalam mengakses media sosial maupun bertransaksi. Berdasarkan data tersebut pihak Telkom mengembangkan aplikasi yang dapat digunakan oleh pelaku UKM melalui perangkat mobile mereka melengkapi implementasi IndiPreneur.

“Secara prinsip, Telkom siap mendukung dan mewujudkan visi pemerintahan Jokowi-JK dalam hal pengembangan UKM Indonesia menjadi lebih hebat,” papar Muhammad Awaluddin Direktur Enterprise & Business Service Telkom mengutip siaran pers di halaman situs resmi Telkom.

Aplikasi Zapa sendiri menjadi bukti inovasi terbaru dari Telkom dengan konsep yang diberi label SO-LO-MO. “SO” merepresentasikan social-media, di mana kekuatan media sosial sebagai sarana promosi dan komunikasi pelaku UKM menjadi salah satu hal yang esensial. Pengguna diwajibkan memiliki satu akun media sosial untuk mendaftar menjadi pengguna Zapa CRM Mobile Apps.

Faktor selanjutnya merupakan “LO” yang berarti local. Awaluddin mengungkapkan bahwa pelaku UKM memang dikenal sangat kental dengan pasar dan konten lokal. Kabarnya, Zapa dirancang sedemikian rupa untuk dapat menyajikan layanan terkini mengikuti kondisi pasar lokal. Yang terakhir, “MO” merupakan faktor mobile, pasalnya data yang disajikan Telkom menunjukkan 95% masyarakat melakukan akses pencarian barang melalui perangkatsmartphone, hanya 57% yang melakukan pembelian.

“Pelaku UKM diberi kemudahan untuk menghubungi Telkom terdekat dimana dia berada dengan menu Near Me. Lalu pelaku UKM dapat memperoleh informasi-informasi terkait event yang sedang dan akan berlangsung sehingga pelaku UKM dapat mendapatkan akses langsung ataupun terlibat pada event tersebut. Yang pasti, UKM akan menjadi komunitas sendiri dan dapat sharing antar sesama UKM. Ini yang akan menjadi salah satu point benefit dari layanan Mobile Apps ini,” papar Awaluddin.

Dalam pengembangannya, Telkom menggandeng PT. Infomedia Nusantara (member Telkom Group) untuk menghadirkan aplikasi Zapa. Namun saat ini hanya tersedia untuk platform Android, sementara pihaknya sedang merencanakan ketersediaan aplikasi Zapa pada platform lain.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga.

Smartfren dan Bakrie Telecom Resmi Kolaborasi Penyelenggaraan Jaringan

Dua layanan seluler CDMA yang tersisa, Bakrie Telecom (BTEL) dan Smartfren, resmi bekerja sama untuk penyelenggaraan jaringan. Keduanya bersepakat mendorong peralihan teknologi CDMA menuju layanan 4G berbasis FDD-LTE. Dalam kemitraan ini, jaringan BTEL akan digabungkan dengan jaringan Smartfren sehingga pelanggan Esia akan menikmati layanan melalui jaringan Smartfren dengan konsep sewa.

Presiden Direktur BTEL Jastiro Abi dalam rilis persnya mengatakan, “Kerja sama ini adalah respon cepat kami, operator CDMA, terhadap arahan pemerintah untuk mendorong ‘broadband society’ dan ‘broadband economy’ di seluruh Indonesia. Kerja sama strategis ini sekaligus membuka kemungkinan untuk mengatasi perkembangan lebih lanjut dari teknologi CDMA yang kami gunakan selama ini. Setelah ini, pelanggan BTEL dan Smartfren bukan hanya mendapatkan layanan yang berkualitas tapi di masa mendatang dapat berkesempatan menikmati layanan 4G berbasis LTE FDD.”

Secara teknis, jaringan BTEL akan digabungkan dengan jaringan milik Smartfren. Selanjutnya BTEL akan menyewa jaringan dari Smartfren untuk melayani pelanggan Esia, sehingga pelanggan Esia dapat terlayani dengan jangkauan yang lebih baik.

Sebelumnya dua operator CDMA lainnya, Telkom Flexi dan Indosat StarOne, telah menghentikan layanannya dan memigrasikan pelanggannya ke layanan “saudaranya” di ranah GSM.

“Kerja sama ini membuka peluang bisnis yang jauh lebih besar bagi BTEL dan juga Smartfren sebagai operator yang sudah diijinkan untuk menggunakan teknologi netral pada frekuensi 800 MHz. Sehingga pemegang saham dan seluruh stakeholders mempunyai kesempatan lebih terbuka lagi untuk mengembangkan usahanya karena kami telah menemukan solusinya lewat kerja sama strategis ini,” menurut Abi.

Senada dengan Abi, Presiden Direktur Smartfren Rodolfo Pantoja juga mengatakan bahwa Smartfren sangat yakin program penyehatan industri CDMA ini akan benar-benar berhasil dengan kolaborasi usaha antara BTEL dan Smartfren ini.

Lebih lanjut, BTEL dan Smartfren akan segera menjajaki kemungkinan pengembangan jaringan menuju layanan 4G berbasis LTE FDD guna meningkatkan kualitas dan layanan bagi para pelanggannya.

Abi dan Rodolfo secara bersama menyatakan, “Kami berdua mendapat kesempatan berkontribusi positif dalam pengembangan telekomunikasi di Indonesia sehingga masyarakat Indonesia dapat merasakan layanan telekomunikasi seperti layaknya negara maju lainnya.”

[Ilustrasi: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Palang Merah Indonesia Luncurkan Aplikasi Android Mass Rapid Assessment

Mencegah lebih baik daripada mengobati, nampaknya peribahasa tersebut dicatat dengan baik sebagai filosofi oleh Palang Merah Indonesia (PMI). Melalui pemberitaan Jakarta Post (31/10), PMI telah meluncurkan aplikasi berbasis Android yang memperingatkan para penggunanya tentang bencana alam yang kemungkinan akan terjadi. Aplikasi tersebut dinamakan Mass Rapid Assessment (MRA) dan sudah tersedia di platform Android.

Sebagai organisasi pemerintah yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan, meningkatkan pelayanan kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Terlebih jika menyangkut keselamatan banyak orang. Setelah sebelumnya menyajikan layanan secara online guna mendorong lebih banyak pihak untuk melakukan donor darah, kini PMI dikabarkan telah meluncurkan aplikasi mobileterkait peringatan dan informasi lainnya seputar bencana alam.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana PMI Sumarsono menyatakan hasratnya meluncurkan aplikasi tersebut sebagai langkah PMI untuk meningkatkan kesiapan serta penanggulangan akan bencana alam bagi masyarakat Indonesia.

“Aplikasi perangkat mobile ini memfasilitasi asupan informasi dari bencana alam yang sedang terjadi di sekitar lokasi pengguna saat kejadian,” papar Sumarsono dalam peluncuran aplikasi di tengah seminar tentang kesiapan dan ketahanan masyarakat akan bencana alam.

Sebelumnya, gagasan serupa telah diciptakan oleh rekan-rekan pengembang aplikasi muda dari Indonesia. Melalui aplikasi Jakarta Flood Alert dan Quick Disaster, pengguna mendapatkan informasi terkini dari bencana alam yang kemungkinan akan, sedang, dan telah terjadi. Menyajikan data seputar bencana, langkah penyelamatan, dan penanggulangannya dalam kepraktisan yang bisa diakses langsung melalui gadget para penggunanya.

Walau bukan yang pertama memiliki inisiatif ini, ada baiknya MRA menghadirkan fitur yang lebih komprehensif memanfaatkan sumber daya yang didukung oleh pemerintah agar bisa diterima dengan baik oleh masyarakat secara lebih luas. Permasalahan persaingan nilai jual aplikasi mana yang lebih baik menjadi tidak valid ketika konteksnya adalah menyangkut keselamatan banyak orang. Apalagi Indonesia dikenal sangat rawan akan berbagai bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, dan gunung meletus yang bisa terjadi kapan saja.

“Negara Indonesia bagaikan sebuah toko yang menyediakan banyak bencana alam. Itulah sebabnya, berbagi segala informasi yang berkaitan dengan bencana sangatlah esensial, dan penting bagi kita untuk meningkatkan kesiagaan. Berkat pemanfaatan teknologi masa kini, hal tersebut dapat dipermudah dengan hadirnya aplikasi mobile,” tambah Sumarsono.

[Ilustrasi: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga.