Pelajar Indonesia di Jepang Kembangkan Aplikasi Mobile Produk Halal HalalMinds

Mahasiswa program doktor di Universitas Kyushu Fukuoka yang berasal dari Indonesia, Agung Pambudi, mengembangkan aplikasi mobile HalalMinds yang membantu umat Muslim mencari bahan-bahan makanan halal. Aplikasi HalalMinds saat ini sudah tersedia untuk platform Android dan fokus di pasar Jepang dengan jumlah penduduk Muslimnya berjumlah 150 ribu orang.

Menggunakan HalalMinds, kita bisa mengidentifikasi suatu produk halal atau tidak melalui pemindaian (scanning) barcode yang tertera di kemasan. Data yang diperoleh berdasarkan barcode tersebut akan dibandingkan dengan basisdata yang dimiliki oleh layanan ini dengan algoritma tertentu.

Selain kehalalan bahan makanan dan minuman, HalalMinds juga bisa digunakan untuk mencari lokasi restoran yang menyediakan makanan halal (di Jepang). HalalMinds juga menyediakan fitur arah Kiblat dan kutipan Quran untuk sehari-hari. Aplikasi versi iOS-nya diharapkan hadir per akhir bulan ini.

Seperti dikutip dari The Bridge, Agung yang tergabung dalam tim Kyushu Labs menjelaskan, “Sebagai Muslim, kami harus hidup setiap hari dengan makanan dan minuman halal. Sangat sulit untuk menemukan produk itu di Jepang karena sejumlah makanan olahan mengandung babi ataupun alkohol. Kami (Muslim) juga menganggap bahwa daging yang tidak diproses sesuai persyaratan sebagai non-halal. Kami mengembangkan HalalMinds tidak hanya untuk pengguna di Jepang, tetapi juga pengguna di seluruh dunia.

Aplikasi yang berkaitan dengan kebutuhan umat Muslim memiliki pangsa pasar yang sangat potensial. Muslim Pro yang dibuat oleh Bitsmedia Singapura mengumumkan produknya telah diunduh hingga 10 juta kali dengan tiga juta pengguna aktif setiap bulannya di 216 negara. HalalMinds bisa memiliki kesempatan penggunaan dan potensi monetisasi yang lebih luas jika bisa digunakan secara internasional. Disebutkan bahwa hampir lebih 1,2 juta Muslim mengunjungi Jepang setiap tahunnya dan mereka adalah pengguna potensial layanan ini.

[Gambar header hanya ilustrasi via: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Pengelola KRL Jakarta Gandeng Tiga Penyedia Layanan Telekomunikasi Untuk Mempermudah Penggunaan E-Ticketing

PT. KCJ, selaku pengelola kereta Commuter Jakarta, menjalin kerjasama dengan tiga penyedia layanan telekomunikasi Indonesia yaitu XL Axiata, Indosat, serta Telkom, untuk melakukan pengisian saldo e-ticketing melalui pengisian saldo dompet elektronik operator telekomunikasi tersebut. KRL (Kereta Rel Listrik) Commuter Jabodetabek jelas telah menjadi sarana transportasi kaum urban sehari-hari bagi ratusan ribu penduduk Jakarta dan sekitarnya. Dalam rangka memperbaiki dan mempermudah layanan, kerjasama e-ticket dengan tiga operator tersebut diharapkan akan meningkatkan respon positif dari penggunanya.

Sejak diresmikan pada 1 Juli 2013 lalu seluruh pengguna jasa KRL Jabodetabek menggunakan tiket elektronik (e-ticket) untuk membayar ongkos perjalanan KRL. Tiket elektronik ini menerapkan sistem tarif progresif, dimana pengguna layanan KRL hanya membayar sesuai jarak perjalanannya.

Ppihak KCJ menerbitkan dua jenis tiket elektronik yaitu Kartu Multi Trip (KMT) dan Tiket Harian Berjaminan (THB) atau tiket satu kali pakai. Dengan menggunakan KMT yang memiliki saldo minimum tujuh ribu rupiah, pengguna jasa tidak perlu lagi antre di loket setiap akan melakukan perjalanan. Saldo akan dikurangi langsung tiap kali melakukan perjalanan.

Tiket elektronik KRL Jabodetabek sudah mencapai 600 ribu transaksi setiap harinya menurut siaran pers tang disampaikan ke DailySocial. Dari jumlah tersebut, lebih dari setengahnya, sekitar 55 persen, adalah pengguna KMT. Bila saldo KMT tersebut habis, pengguna tinggal mengisi melalui loket KRL.

Nah, dengan kerjasama tiga operator seluler ini pengguna tidak perlu antre lagi melakukan pengisian saldo, cukup mengaktifkan akun uang elektroniknya melalui Indosat Dompetku, XL Tunai, dan Telkom T-Money.

Saat mengisi ulang KMT, pengguna harus memasukkan 16 digit nomor kartu yang tertera di bagian belakang KMT. KMT yang telah diisi ulang kemudian harus diletakkan di vending machine stasiun untuk menuntaskan proses reload atau transfer dana dari uang elektronik provider telekomunikasi ke KMT.

Namun sayangnya saat ini vending machine baru tersedia di tiga stasiun: Sudirman, Bogor, dan Jakarta Kota. Bila tiga stasiun ini tidak menjadi daerah tujuan atau asal pengguna, sabar saja. Sebab rencananya akan dipasang di 20 stasiun KRL Jabodetabek lainnya. Ke depannya, mesin ini akan dipasang pada 66 stasiun KRL Jabodetabek.

Menurut Presiden Direktur XL, Hasnul Suhaimi dalam rilisnya, kerjasama ini merupakan salah satu bentuk dukungan XL terhadap kemajuan moda transportasi Indonesia. XL Tunai dapat digunakan untuk mengisi saldo KMT KRL Jabodetabek. Hasnul juga berharap, kerja sama ini akan semakin memudahkan masyarakat dalam bertransaksi dan semakin mendorong animo masyarakat, terutama dari kalangan pelanggan XL untuk menggunakan Commuterline sebagai moda transportasi utamanya, sehingga bisa mengurangi kemacetan di Jabodetabek.

Hasnul menambahkan, dalam pengisian melalui XL Tunai pelanggan diuntungkan karena tidak perlu mengantri. Namun pelanggan akan dikenakan biaya admin sebesar Rp 2.500 per transaksi isi saldo multi trip, dan Rp 350 untuk Tiket Harian Berjaminan (THB) nantinya. Keunggulan XL Tunai memang ada pada kemudahan dalam mengakses menu XL Tunai untuk pengisian KMT ini. Cukup tekan *123*120# dan pilih “Pembayaran”. Tidak ada pemotongan pulsa tambahan maupun pemotongan saldo XL Tunai.

Nada yang sama juga disampaikan President Director & CEO Indosat, Alexander Rusli yang menyatakan, hadirnya layanan uang elektronik untuk isi ulang KMT secara terintegrasi ini merupakan sebuah keharusan untuk memberikan kemudahan sistem pembayaran transportasi bagi pengguna KRL sekaligus pelanggan telekomunikasi. Plus kerjasama ini juga upaya mendukung program pemerintah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas sistem transportasi di Indonesia secara keseluruhan.

Khusus untuk isi ulang menggunakan layanan Dompetku, calon pengguna jasa cukup isi ulang melalui menu Dompetku di *789*2# dan melakukan konfirmasi update saldo kartu dengan tap KMT di vending machine yang disediakan di stasiun. Untuk setiap transaksi isi ulang KMT, calon penumpang akan dikenakan biaya Rp 2.500 per transaksi, sementara untuk kartu THB sebesar Rp 350. Apabila calon penumpang tidak melakukan konfirmasi atau update saldo divending machine hingga pkl 24.00 WIB di hari yang sama, maka saldo akan dikembalikan ke Dompetku calon penumpang.

Executive General Manager Solutions Convergence Division yang hadir mewakili Direktur Inovation & Strategic Portfolio Telkom, Achmad Sugiarto, menyampaikan bahwa setelah sukses membantu penyiapan e-ticketing KCJ dan dilanjutkan dengan vending machine untuk TopUp, Telkom juga menyediakan mobile apps TMoney yang dapat di download secara gratis di Google Play untuk melakukan isi ulang kartu multi trip (KMT).

Pengguna cukup  klik menu TopUp KCJ kemudian mengisi 16 digit Nomor Kartu KCJ. Selanjutnya pemegang kartu melakukan konfirmasi di vending machine di area stasiun Commuterline. Untuk setiap transaksi TopUp KMT, pelanggan dikenakan biaya sesuai tarif KCJ sebesar Rp. 2,500 per transaksi. Info lebih lanjut mengenai TMoney, dapat diakses di sini

Tentu mempermudah sistem pembayaran tidak serta merta membebaskan KCJ dari berbagai permasalahan yang dirundungnya saat ini namun setidaknya merupakan langkah yang cukup signifikan dan akan berdampak kepada penyelarasan layanan secara umum. Selanjutnya, KCJ masih perlu memperbaiki berbagai hal seperti sistem sinyal, keterlambatan kereta, dan tentunya keamanan dan kenyamanan kereta Commuter bagi seluruh penggunanya.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Hesti Pratiwi. 

Uang Elektronik Telkomsel dan Indosat Bakal Bisa Digunakan di Marketplace Elevenia

Masih soal uang elektronik, kali ini soal penggunaan e-money untuk layanan e-commerce. Marketplace online Elevenia mengisyaratkan bahwa T-Cash Telkomsel dan Dompetku Indosat bakal bisa digunakan di layanannya dalam waktu dekat. Ketersediaan ini melengkapi XL Tunai yang sudah bisa dipakai sejak awal berdirinya Elevenia sebagai joint venture XL Axiata (XL) dan SK Planet Korea.

Hal yang menarik adalah Elevenia tidak berusaha eksklusif untuk pelanggan XL saja, tetapi berusaha merangkul pengguna layanan seluler yang lain. Meskipun demikian, keputusan ini sangat wajar untuk mendorong perkembangan Elevenia agar bisa diterima secara luas. Seperti dikutip dari IndoTelko, Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi mengungkapkan, “Sekarang sedang negosiasi dengan kedua operator itu, kita memang ingin memudahkan semua pembeli dan penjual elevenia melalui sumber pembayaran yang variatif.”

Disebutkan bahwa  XL Tunai yang saat ini baru memiliki sekitar 500 ribu pengguna, sementara T-Cash telah mengklaim memiliki 15 juta pengguna terdaftar dan telah bekerjasama dengan 700 merchant. Vice President Digital Service Delivery XL Yessie D. Yosetya mengakui, “Kalau misalnya nanti justru produk T-Cash yang banyak digunakan ketimbang XL Tunai, kami menjadi terlecut. Kita ini kurangnya apa, itu gunanya kompetisi. Inilah salah satu alasan Elevenia itu dijadikan mandiri.”

Elevenia merupakan marketplace online yang dijalankan oleh PT XL Planet dan merupakan joint venture 50:50 antara kedua perusahaan dengan modal awal $36,6 juta. SK Planet yang berasal dari Korea Selatan sebelumnya sukses mengembangkan 11st sebagai salah satu marketplace terbesar di negara tersebut dan juga telah melebarkan sayapnya ke Turki.

Dengan Bank Indonesia semakin mendorong penggunaan uang elektronik, uang elektronik yang diterbitkan oleh operator seluler menjadi kendaraan menarik untuk meningkatkan adopsi e-money. Penetrasi layanan seluler yang jauh lebih besar ketimbang jumlah nasabah perbankan menjadi insentif besar bagi operator untuk memperluas bisnisnya ke sistem ini.

Selain bekerja sama langsung dengan operator seluler sebagai pemilik layanan, pemilik layanan e-commerce dan marketplace online bisa bekerja sama dengan pihak payment gateway untuk mengimplementasikan penerimaan e-money bagi bisnisnya.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin.

PinkEmma Buka Fasilitas Chat to Buy Bersama KakaoTalk

Toko fashion PinkEmma menawarkan cara baru untuk berbelanja. Dengan menggandeng aplikasi mobile messaging asal Korea Selatan KakaoTalk, PinkEmma membuka layanan berbelanja langsung melalui chatting dengan layanan yang disebut “Chat to Buy”. Layanan ini selain memberikan pengalaman berbelanja terbaru, juga dikatakan telah meningkatkan transaksi volume penjualan harian bagi PinkEmma.

Langkah PinkEmma kali ini bisa jadi merupakan langkah yang sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Iwan Tantra selaku CEO PinkEmma kepada kami di tahun 2013 lalu.  Kala itu, Iwan Tantra sempat mengatakan bahwa layanan chat yang diimplementasikan oleh pelaku e-commerce sangat dibutuhkan untuk menggaet first time online shopper. Apa yang disampaikan oleh Iwan kemudian diwujudkan dengan menghadirkan layanan Chat to Buy bersama KakaoTalk.

Dengan adanya Chat to Buy, pihak PinkEmma mengaku telah meraih peningkatan yang signifikan dalam hal penghasilan harian, dan bahkan sempat memberikan peningkatan transaksi harian hingga lebih dari 50%. Pada masa uji coba layanan Chat to Buy yang dilakukan selama tujuh pekan terakhir, PinkEmma mencatat peningkatan pemesanan barang hingga 552%.

Menurut siaran pers, PinkEmma “menumpang” fitur Plus Friend yang terdapat pada KakaoTalk untuk memuluskan fitur Chat to Buy. Dalam fitur ini, PinkEmma melakukan berbagai promosi produk dan menerima pesanan dari pengguna melalui interaksi dalam chat room Plus Friend.

Untuk dapat menikmati fitur ini, pengguna diharuskan untuk menambahkan akun PinkEmma sebagai teman di KakaoTalk. Setelah itu, pengguna bisa mengakses chat room yang tersedia dan langsung dapat memesan produk dengan cara memasukkan kode produk yang nantinya akan direspon secara langsung oleh bot admin yang akan mengkonfirmasi serta memberikan informasi mengenai detil pembelanjaan.

Untuk proses pembayarannya sendiri, sayangnya dari layanan ini PinkEmma masih mengandalkan cara pembayaran konvensional dengan melalui transfer antar rekening bank. Walau begitu, setidaknya proses pemesanan produk PinkEmma menjadi lebih mudah dengan adanya layanan Chat to Buy.

“Di PinkEmma kami percaya bahwa Indonesia membutuhkan pendekatan dan implementasi perdagangan elektronik yang unik. Kerja sama dengan KakaoTalk adalah awal dari semua itu. Kami senang bahwa dengan akun Plus Friend PinkEmma di KakaoTalk, pengguna memperoleh manfaat dari kemudahan akses perdagangan elektronik. Singkat kata, dengan Plus Friend PinkEmma di KakaoTalk, pemesanan sekarang semudah mengirim SMS, ” ujar Iwan Tantra dalam siaran pers.

Lewat kerja sama antara PinkEmma dengan KakaoTalk ini, industri e-commerce Indonesia bisa dikatakan memasuki babak baru dalam strategi penjangkauan konsumen secara luas. Pendekatan lewat layanan mobile messaging menurut saya pribadi cukup tepat dilakukan, mengingat konsumen Indonesia beberapa tahun terakhir telah akrab dengan “belanja online” yang biasa dilakukan melalui grup BlackBerry Messenger, sebuah praktek yang hingga kini masih sering ditemui.

Berdasarkan perilaku konsumen tersebut dan hasil uji coba yang dilakukan oleh PinkEmma, tampaknya peningkatan penjualan secara konsisten dalam beberapa waktu ke depan bukan menjadi hal yang sulit bagi PinkEmma.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Avi Tejo Bhaskoro.

Perubahan Peraturan Bank Indonesia Coba Dorong Penggunaan Uang Elektronik Yang Lebih Luas

Bank Indonesia pekan lalu mengumumkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 yang melakukan sejumlah perubahan terhadap Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money/e-money). Perubahan ini ditujukan untuk penyempurnaan regulasi e-money dan mendorong penggunaan e-money yang lebih luas untuk menggantikan penggunaan uang tunai.

Sebagaimana dicantumkan di deskripsi peraturan yang baru, Perubahan Peraturan Bank Indonesia ini dilakukan untuk menyelaraskan ketentuan Uang Elektronik dengan ketentuan transfer dana, meningkatkan keamanan teknologi dan efisiensi penyelenggaraan Uang Elektronik, serta memperluas jangkauan layanan Uang Elektronik untuk mendukung Strategi Nasional Keuangan Inklusif melalui penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital (LKD).

Sebagaimana dikutip dari Okezone, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Rosmaya Hadi berharap Indonesia dapat mencontoh negara Kanada yang masyarakatnya sudah hampir seluruhnya mengunakan e-money. Lebih lanjut, menurut Rosmaya, fungsi lain e-money adalah penggunaan ponsel untuk mengirim uang tanpa perlu ke mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) lagi. Dia mencontohkan, “Saat ini sistem pembayaran bus TransJakarta dan Kereta Api telah menggunakan e-money.”

Selain pemanfaatan e-money yang lebih luas, Peraturan Bank Indonesia yang baru ini juga memperjelas tata cara Lembaga Selain Bank untuk menjadi penyedia layanan uang elektronik, termasuk jika memiliki fasilitas transfer dana dan pembayaran tagihan. Selain itu Bank Indonesia juga mempertegas pernyataan bahwa e-money harus diperlakukan layaknya pengganti uang sehingga bisa digunakan hingga saldo nol/kosong, tidak boleh ada minimal dana, dan mudah untuk melakukan redeem/penukaran dalam bentuk tunai.

Dengan hadirnya peraturan ini, tidak boleh ada lagi eksklusivitas penyedia layanan e-money untuk aktivitas tertentu, misalnya pembayaran penggunaan jalan tol ataupun sarana transportasi umum. Mencontohkan di sejumlah negara Asia lainnya, sesungguhnya penyedia layanan transportasi umum, seperti misalnya kereta api, bisa saja menerbitkan kartu prabayarnya sendiri yang bisa digunakan untuk melakukan transaksi berbalanja dan membayar tagihan bulanan.

Rosmaya mengatakan saat ini baru enam bank nasional yang menyediakan e-money. Selain perbankan, tiga operator telekomunikasi juga tengah menggalakkan penggunaan uang elektroniknya untuk berbagai kemudahan, termasuk kerja sama baru-baru ini dengan operator kereta komuter sehingga bisa isi ulang saldo mulitrip Commuter Line Jakarta melalui Indosat Dompetku, XL Tunai, dan Telkom T-Money.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin.

Line Creators Market Sudah Dibuka, Stiker Bisa Dijual di Line Web Store Indonesia

Layanan mobile messaging populer Line akhirnya membuka Creators Market untuk umum yang membolehkan para desainer membuat set stiker di Line Web Store. Untuk awalan, stiker-stiker yang lolos seleksi bisa dijual mulai bulan Mei mendatang di Line Web Store empat negara, yaitu Jepang, Taiwan, Thailand, dan Indonesia yang mencerminkan empat negara pengguna Line terbesar di dunia. Satu set stiker yang berisi 40 stiker akan dijual seharga Rp 9.900, dengan 50%-nya didistribusikan untuk pembuat stiker.

Stiker di platform Line telah menjelma menjadi bisnis yang populer dengan pendapatan di perhitungan Agustus 2013 mencapai sekitar $10 juta (lebih dari Rp 120 miliar) per bulan bagi perusahaan yang berpusat di Jepang ini. Line mengklaim telah memiliki lebih dari 400 juta pengguna di seluruh dunia dengan lebih dari 20 juta di antaranya berasal dari Indonesia.

Sejak mulai ditawarkan bulan Oktober 2011, popularitas Line telah mencapai puncaknya hingga saat ini sekitar 1,8 miliar stiker terkirim setiap harinya. Meskipun nantinya pembukaan Creators Market belum tentu menambah penghasilan Line secara signifikan, diharapkan pembukaan ini bisa meningkatkan antusiasme penggunaan Line sebagai preferensi layanan messaging bagi konsumen di negara-negara yang menjadi fokus pasarnya.

Berdasarkan survei On Device, Line adalah layanan mobile messaging terpopuler ketiga di Indonesia setelah WhatsApp dan BlackBerry Messenger. Selain dukungan terhadap berbagai macam platform mobile, Line juga tersedia secara resmi untuk PC/Windows dan Mac. Untuk urusan stiker sudah berbagai macam perusahaan yang bekerja sama dengan Line untuk meningkatkan brand awareness-nya di layanan populer ini, termasuk di antaranya Pocari Sweat dan Rakuten.

Desainer Indonesia yang ingin bergabung dalam program ini bisa mendaftarkan akun Line yang dimilikinya. Informasi tentang ukuran set stiker yang disyaratkan bisa dilihat di halaman FAQ-nya. Bahasa Indonesia termasuk dalam tujuh bahasa yang didukung untuk ditampilkan dan diekspresikan dalam stiker. Untuk pembuat stiker yang berasal di luar Jepang, pendapatan akan ditransfer ke akun PayPal Premier atau PayPal Business. Akun PayPal Personal tidak bisa digunakan untuk memfasilitasi transaksi ini.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

TopiToga Tawarkan Wadah Interaksi Antar Sesama Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa, wadah berkomunitas dan berinteraksi antar sesama mahasiswa bisa dikatakan menjadi hal yang cukup wajib dilakukan untuk saling bertukar informasi seputar dunia perguruan tinggi. Di ranah online, hal ini tentu mudah dilakukan dengan platform sosial media, namun jika platform tersebut dirasa kurang pas, ada baiknya mencoba layanan satu ini yang bernama TopiToga. Layanan ini menyediakan wadah interaksi lengkap antar mahasiswa dan juga dosen.

Apa yang ditawarkan TopiToga cukup singkat dan padat. Seperti layaknya situs forum atau sosial media, TopiToga menyediakan tempat yang khusus untuk para mahasiswa berinteraksi, bertukar pikiran, berbagi info, dan hal lain sebagainya seputar dunia perkuliahan dalam satu tempat. Di TopiToga tak hanya kalangan mahasiswa saja yang bisa berinteraksi namun bagi sang dosen juga bisa ikut di dalamnya.

Wadah interaksi yang disediakan tidak bersifat umum. Dalam TopiToga, interaksi yang dilakukan hanya terbatas pada setiap fakultas atau program studi dari beberapa universitas di Indonesia. Jadi, ketika ingin mendaftarkan akun, pengguna diwajibkan untuk memasukkan keterangan perguruan tinggi dan program studi yang diikutinya. Untuk saat ini, TopiToga (mungkin) baru menyertakan daftar sejumlah universitas di enam provinsi di pulau Jawa yaitu Banten, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Daftar perguruan tinggi yang ada tampaknya cukup lengkap dan juga disertai dengan pilihan program studinya.

Setelah tergabung, secara otomatis pengguna akan memiliki halaman profil sendiri dan masuk ke dalam satu kanal khusus yang sesuai dengan universitas dan fakultasnya. Di sini lah kegiatan interaksi antar sesama civitas dilakukan. Jika sudah login, pengguna akan masuk ke halaman awal. Di sini terdapat tiga kanal yang bisa dipilih yakni kanal Home, Profile, dan Forum. Jika sudah familiar dengan situs sosial media, kanal-kanal ini tentu semestinya dapat dipahami dengan mudah.

Layanan utama TopiToga bisa dilihat pada kanal forum. Di sini pengguna bisa menjelajah lima sub forum yang disediakan yang terdiri dari QuestionArticlesEventsMembers, dan Voice. Kelima sub forum ini tentu memiliki topik masing-masing yang mendukung interaksi antar sesama mahasiswa satu fakultas. Info yang bisa diberikan sangat luas mulai dari pertanyaan, artikel terkait seputar program studi, info universitas, hingga informasi berbagi acara antar mahasiswa.

Selain wadah interaksi, di Topitoga pengguna juga bisa menemukan informasi lain seperti profil lengkap dari sejumlah universitas di beberapa wilayah di Indonesia, dan juga WikiDictio. WikiDictio berfungsi sebagai kamus akademik yang bermanfaat bagi pencarian definisi istilah-istilah akademis yang kadang membingungkan.

Dengan layanannya yang sedemikian rupa, TopiToga sebenarnya hanya mengambil sedikit celah yang sebenarnya dapat juga dilakukan dengan mudah pada platform sosial media. Dengan mengandalkan layanan yang diperuntukkan khusus kalangan perguruan tinggi, tampaknya TopiToga akan sedikit sulit menjaring minat yang luas dari pengguna. Fitur yang disediakan cenderung minim dan tak banyak yang bisa dilakukan di dalam TopiToga selain melihat posting dari beberapa teman satu fakultas.

Konsep yang diusung sebenarnya sudah cukup bagus, namun sayang TopiToga berkesan seperti kurang dikemas dengan baik dengan minimnya fitur yang disediakan. Sangat sayang jika startup seperti ini malah nantinya mungkin akan jalan di tempat, untuk itu yang diharapkan TopiToga mampu menawarkan kelebihan lain yang bisa menarik minat banyak pengguna.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Avi Tejo Bhaskoro. 

Telkomsel Video 500 Capai Satu Juta Pengguna

Layanan Telkomsel Video 500 yang didukung oleh Vuclip mengumumkanperolehan milestone satu juta pengguna dalam 75 hari peluncurannya. Video 500 yang diluncurkan akhir Desember 2013 adalah layanan video yang dapat dinikmati oleh pengguna feature phone dan juga smartphone melalui layanan 3G Telkomsel dengan tarif Rp 500+PPN per video (sudah termasuk biaya akses data).

Kesuksesan Video 500 merupakan indikasi awal bahwa penyediaan konten video berbayar melalui perangkat mobile ternyata tetap digemari oleh segala kalangan. Video 500 menyediakan berbagai konten televisi lokal populer seperti Dahsyat, Komeng Acak Adul, Go Spot, Awas ada Sule, Obsesi, Buka-buka an, 100% Ampuh dan Seputar Indonesia, SOS, Foody with Rudy, Stand Up Comedy Indonesia, Ayu Ting Ting – Alamat Palsu, dan Malam Minggu Miko yang berasal dari MNC Group, Viva, Kompas TV, Kapanlagi, Malesbanget.com, and Masak TV.

Telkomsel Video 500 menggunakan teknologi Dynamic Adaptive Transcoding yang dimiliki oleh Vuclip untuk menyiarkan video dengan mulus secara real-time tanpa buffering di setiap perangkat. Selain di Telkomsel, implementasi teknologi seperti ini juga telah dilakukan dengan Airtel India dan Maxis Malaysia.

Seperti yang sudah kami kemukakan sebelumnya, Tekomsel merancang layanan ini untuk dapat diakses oleh semua pengguna jaringan selulernya baik dengan kartu Halo, As, maupun Simpati melalui perangkat mobile apapun, kecuali untuk perangkat BlackBerry yang hanya bisa diakses oleh pengguna BlackBerry 10. Selain itu, Video 500 tidak bisa diakses melalui browser sejenis Opera mini dan Nokia Xpress yang mengandalkan teknologi kompresi data dan sambungan proxy. Setelah mendaftar, pengguna Telkomsel bisa mengakses alamat http://klip.telkomsel.com melalui mobile browser.

Menurut Direktur Perencanaan dan Transformasi Telkomsel Edward Ying dalam rilis persnya, “Visi Vuclip untuk membantu memudahkan konsumen memasuki dunia video seluler benar-benar transformatif. Kami sangat gembira bekerja sama dengan mitra yang membawa beraneka ragam mitra konten lokal populer, untuk menyediakan bagi pelanggan kami pengalaman menonton video yang mendorong keterlibatan kuat melalui inovasi dan teknologi terdepan di pasaran.”

Secara tidak langsung, layanan Video 500 bersaing dengan layanan milik induknya Telkom yang mengusung UseeTV, sementara layanan XL Nonton yang dihadirkan oleh XL Axiata malah sementara sedang dihentikan untuk perbaikan.

[Ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Pandume Bantu Pengguna Berbagi Momen dan Rute Melalui Perangkat Mobile

Hari ini layanan jejaring sosial Pandume resmi diluncurkan. Tersedia untukplatform iOS, Pandume berusaha membantu konsumen berbagi momen sekaligus rute untuk kegiatan yang dilaluinya. Untuk yang senang membuat itinerary dan berbaginya dengan teman-teman, layanan ini mungkin adalah layanan yang tepat untuk digunakan. Versi Android-nya sendiri diperkirakan baru tersedia pada akhir Juni 2014.

Sudah mulai diuji coba ke kalangan terbatas sejak pertengahan tahun 2013, Pandume memudahkan setiap pengguna untuk membuat rangkaian cerita dari kegiatan yang dilakukan. Rangkaian cerita ini bisa membuat momen lebih berarti dari sekedar berbagi satu-dua momen menarik di Twitter, Instagram atau bahkan Path. Seperti yang disebutkan oleh Dina dari blog traveling Dua Ransel yang diundang sebagai pembicara dalam peluncuran ini, Pandume sudah bersifat sebagai pengganti blog. Pandume merangkaikan gambar, caption 140 karakter, dan geotag sebagai identitas ceritanya.

Tentang perbedaan Pandume dibanding jejaring sosial lainnya, co-founder dan COO Pandume Roy Prawira dalam rilis persnya menyebutkan, “Berbeda dari aplikasi sosial lainnya, Pandume berfokus pada minat dan pengalaman pengguna yang kemudian memadukannya dengan konsep jejaring sosial. Kami percaya setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menikmati momen perjalanan hidupnya. Ada yang mewujudkannya dalam bentuk wista, namun ada juga yang menyalurkannya melalui hobi lainnya. Apapun minat Anda, baik itu wisata, makanan, musik, fotografi, olahraga, budaya, atau sejarah, Pandume memungkinkan pengguna untuk terhubung dan berbagi hal tersebut dengan dunia.”

Untuk memulai, kita harus mendaftarkan diri dengan mengkoneksikan akun Facebook atau Twitter. Sejauh ini tidak tersedia kemampuan untuk menghindari pengkoneksian ini. Setelah dikoneksikan, masih ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk benar-benar terdaftar dan memiliki username dan password. Langkah yang ditempuh termasuk memilih tiga gambar favorit dari sejumlah gambar yang diberikan untuk mengetahui jenis perjalanan/liburan yang diminati. Berdasarkan percobaan yang saya lakukan, lebih baik mendaftarkan diri dulu melalui situsnya sebelum mencoba layanannya di aplikasi mobile.

Ada fitur Route, Now, Search, Share, dan Was & Want yang memperkaya layanan Pandume. Dengan Route, konsumen bisa membuat rute perjalanan hingga 8 gambar yang diperindah dengan sejumlah filter layaknya Instagram. Contoh yang bisa dihasilkan bisa berupa “Pantai Indah di Kawasan Bali Selatan” atau “Makanan Enak di Daerah Bendungan Hilir”. Setidaknya dibutuhkan tiga item untuk membentuk sebuah rute. Saat diakses melalui aplikasi mobile, tersedia rute semua lokasi yang diarahkan dan diikuti menggunakan Google Direction. Jika layanan Internet tidak memungkinkan saat pengunjungan lokasi, lokasi geotag bisa diberikan setelah koneksi memungkinkan.

Rute bisa dijalani (oleh orang lain) dengan fungsi Now dan bisa disebarkan secara internal dengan fungsi Re-route (serupa retweet di Twitter). Rute yang terdaftar di menu Now bisa dianggap selesai jika setidaknya tiga lokasi berhasil dikunjungi. Untuk berbagi, selain ke Twitter dan Facebook, pengguna juga bisa berbagi ke Pinterest, Tumblr, maupun Email. Untuk rute yang sudah diselesaikan pengguna bisa memberi label “Was”, sementara perjalanan yang ingin dilakukan bisa diberi label “Want”.

Secara umum saya menilai fitur-fitur yang diberikan Pandume sangat menarik dalam segmen gaya hidup untuk membantu konsumen merekam dan membagikan pengalamannya. Keberhasilannya sebagai layanan berbasis user generated content sangat bergantung pada seberapa banyak para pengguna yang antusias berbagi rutenya dan menyebarkannya di layanan sosial populer.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Aplikasi Muslim Pro Umumkan Raih 10 Juta Unduhan Dengan Tiga Juta Pengguna Aktif Per Bulan

Lama tak terdengar kabar, aplikasi jadwal ibadah MuslimPro punya kabar gembira. Hari ini (16/4), aplikasi bentukan pengembang asal Singapura Bitsmedia tersebut mengumumkan telah meraih jumlah unduhan hingga mencapai lebih dari 10 juta yang berasal dari pengguna di 216 negara. Lewat pencapaian ini, Muslim Pro menjadi salah satu aplikasi khusus umat muslim yang paling sukses di seluruh dunia.

Continue reading Aplikasi Muslim Pro Umumkan Raih 10 Juta Unduhan Dengan Tiga Juta Pengguna Aktif Per Bulan