Siaga Banjir Luncurkan Layanan Desktop untuk Memudahkan Pantauan Informasi Banjir di Jakarta

Menanggapi seriusnya permasalahan banjir di Ibukota, Siaga Banjir mengumumkan pengembangan layanan versi desktop untuk pelaporan informasi banjir. Siaga Banjir berbasis webini memberikan fungsi yang berbeda jika dibandingkan aplikasi mobile dengan nama yang sama. Meskipun demikian, kedua sistem ini saling melengkapi untuk memudahkan aliran data informasi soal banjir di Jakarta.

Sebelumnya aplikasi mobile Siaga Banjir memudahkan pengguna memantau status dan ketinggian pintu air di seluruh penjuru Ibukota DKI Jakarta untuk mengantisipasi titik banjir yang kemungkinan akan terjadi. Di versi desktop kali ini, pengguna dapat berkontribusi memberikan laporan melalui media sosial.

Memanfaatkan API Google Maps, pengguna yang mengakses http://siagabanjir.org/peta bakal disajikan peta Jakarta lengkap dengan laporan banjir yang dirangkum dari media sosial Twitter. Pengguna dapat berkontribusi dengan memberikan informasi melalui kicauan dengan membubuhi tagar #siagabanjir. Tim pengembang juga menggunakan streaming data dariakun Twitter resmi seperti @TMBerCPoldaMetro, @lewatmana, dan @RadioElshinta untuk menyajikan informasi yang lebih valid. Sepintas konsep ini menyerupai Jakarta Smart City yang digagas oleh Pemprov DKI Jakarta.

Screenshoot Siaga Banjir

Untuk kegiatan secara offline, Siaga Banjir membangun posko-posko di titik banjir yang dapat dipantau melalui sistem Siaga Banjir. Informasi yang ditampilkan mencakup kuota posko, jenis bantuan yang dibutuhkan, serta contact person. Fitur ini juga membuka kesempatan bagi posko yang ingin menjadi partner Siaga Banjir. Legitimasi posko juga dapat diakses pengguna langsung dari sistem Siaga Banjir.

Demi mengakomodir pengguna dengan mobilitas tinggi, Siaga Banjir menawarkan fitur push notification berdasarkan lokasi yang ingin dipantau oleh pengguna. Cukup daftarkan nama lokasi yang ingin dipantau dan pilih periode pengiriman notifikasi yang diinginkan, yaitu per 1/3/6/12 jam. Nantinya jika ada banjir yang terjadi dalam radius 2,5 km dari lokasi yang dipantau, maka pengguna akan mendapatkan notifikasi melalui e-mail. Fitur premium ini membutuhkan biaya Rp 50.000 (one time payment) yang nantinya 70% total dana akan didonasikan pada korban banjir.

Untuk mendukung pendanaan pengembangan situs versi mobile, pembuatan database posko bantuan, dan notifikasi banjir berdasarkan lokasi, Siaga Banjir membuka kanal crowdfunding di Kitabisa dengan target Rp 30 Juta. Jika tercapai, pihaknya menjanjikan layanan notifikasi gratis untuk semua warga Jakarta dengan jumlah lokasi pantauan tak terbatas hingga musim penghujan 2015 berakhir.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga. 

MEF: Mekanisme Pembayaran Transfer Pulsa dan Potong Pulsa Disukai di Indonesia

Dalam laporan tahunan yang diterbitkan MEF ditemukan bahwa kini masyarakat Indonesia semakin nyaman melakukan pembelian aplikasi berbayar. Hal ini berdampak pada metode pembayaran yang digunakan. Menurut MEF, metode pembayaran Airtime Transfer (transfer pulsa) dan carrier billing lebih disukai oleh masyarakat Indonesia.

Indonesia termasuk negara berkembang yang lebih terbuka terhadap perkembangan teknologi, termasuk segmen teknologi perangkat bergerak, dibandingkan negara yang lebih maju. Faktanya 79% konsumen perangkat bergerak menyatakan mereka ingin tetap dapat mengikuti perkembangan terbaru dalam teknologi perangkat bergerak, khususnya ponsel.

Permintaan ini tercermin dalam pertumbuhan transaksi melalui perangkatmobile. Dalam jumlah persentase yang sama (79%), responden menyatakan bahwa mereka melakukan beberapa jenis transaksi melalui perangkat mobile mereka pada tahun 2014 lalu. Hal ini meningkat 10% dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut data yang dikumpulkan oleh MEF, penduduk Indonesia sangat senang berbelanja melalui perangkat mobile mereka,  bahkan jika dibandingkan secara global, baik itu dalam membeli produk digital maupun fisik. Saat masayarakat Indonesia berbelanja produk digital ataupun fisik menggunakan ponselnya, 29% menghabiskannya untuk produk dengan harga yang lebih tinggi. Persentase tersebut lebih tinggi 6% jika dibandingkan rata-rata global yang hanya 23%.

MEF Digital & Physical Spend Indonesia

Pola perilaku masyarakat Indonesia yang gemar berbelanja ini membuka peluang usaha seperti metode pembayaran secara digital. Faktanya di tahun 2014 sendiri Indonesia banyak menemukan jenis mekanisme pembayaran baru. Masing-masing mekanisme pembayaran tersebut pun mengalami peningkatan yang signifikan seiring dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang gemar berbelanja melalui perangkat ponsel mereka.

Data lebih lanjut soal peningkatan kematangan perangkat bergerak sebagai sebuah platform pembayaran, penggunaan kartu kredit atau debit menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Jumlah konsumen yang menggunakan layanan tersebut untuk berbelanja melalui ponsel tumbuh tiga kali lipat, dari 5% menjadi 18%, di tahun 2014. Peningkatan juga ditunjukkan oleh layanan lain seperti online payment service, skema loyalitas dengan voucher atau kupon, mobile wallet, hingga ke layanan uang digital seperti bitcoin.

MEF Chart Mekanisme Pembayaran

Keberhasilan terbesar diraih oleh skema airtime transfer (transaksi pulsa) untuk pertukaran panggilan dan pesan dari satu akun ponsel ke yang lain. Tahun lalu mekanisme ini digunakan oleh 29% pengguna ponsel di Indonesia, meningkat 8% dibandingkan tahun 2013. Kabar baik juga muncul dari layanan carrier billing. Menurut data MEF, jumlah konsumen yang menggunakan layanan ini pada tahun 2014 melompat hingga 62% (dari 13% menjadi 21%).

Layanan carrier billing bukanlah hal baru di Indonesia. Namun penerapannya di Indonesia sendiri, khususnya perangkat populer seperti Android, bisa dikatakan masih hijau. Angka penggunaan carrier billing secara global lebih moderat, yaitu dari 11% menjadi 14%.

[Gambar header: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada. 

Indonesia Miliki Persentase Pengakses Facebook Melalui Perangkat Mobile Tertinggi di Dunia

Indonesia, mobile, dan media sosial adalah rangkaian kata yang tampaknya sulit untuk dipisahkan. Berdasarkan data terbaru yang diperoleh eMarketer, tercatat 92,4% pengguna Facebook di Indonesia mengakses layanan media sosial ini menggunakan perangkat mobile. Angka ini jauh lebih tinggi ketimbang negara manapun, termasuk Amerika Serikat dan India yang memiliki jumlah pengguna Facebook melalui perangkat mobile lebih banyak.

Seperti diungkap dalam data tersebut, meskipun jumlah pemakai perangkat mobile untuk pengaksesan Facebook di Amerika Serikat dan India lebih tinggi, tapi persentase masing-masing untuk negara tersebut hanya 79,1% dan 82,9%. Pengguna Facebook melalui mobile di dua negara tersebut sudah melewati angka 100 juta pengguna.

Dalam skala global, jumlah pengguna Facebook melalui perangkat mobile akan mendekati milestone 1 miliar. Di sisi pemasukan, segmen mobile akan semakin jauh meninggalkan desktop, dengan perbandingan 73:27 di tahun ini.

Facebook_mobile_indonesia_eMarketer

Secara total eMarketer mencatat sekitar 62,6 juta pengguna Facebook di Indonesia yang menggunakan perangkat ponsel. eMarketer memprediksikan angka tersebut angka berkembang menjadi 95,1 juta di tahun 2018 atau 98,8% dari total pengguna Facebook di negara ini.

Diperkirakan pula bahwa di tahun 2018 tersebut jumlah pengguna Facebook melalui perangkat mobile sudah mencapai lebih dari separuh dari total pengguna ponsel di Indonesia. Data yang terakhir kami peroleh dari paparan Facebook di Indonesia empat bulan lalu mencatat jumlah total pengguna Facebook secara aktif di Indonesia mencapai 69 juta.

[Gambar: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat dia DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Insight Pola Perilaku Pengguna Android di Indonesia

Penetrasi intensif yang dilakukan MoboMarket di industri mobile Indonesia sejak tahun 2014 membuahkan hasil yang cukup menarik untuk disimak. Dalam riset di kuartal keempat tahun lalu, MoboMarket memaparkan data seputar perilaku pengguna gadget berbasis Android di tanah air. Salah satu temuannya adalah kepopuleran mobile game masih menjadi raja di Indonesia, ukuran layar empat inci adalah primadona, dan aplikasi media sosial tetap memegang peranan penting.

Sebagai marketplace aplikasi yang fokus menyasar hasil tangan-tangan kreatif pengembang lokal, MoboMarket kerap mengorbitkan karya-karya para pengembang lokal untuk diperkenalkan dalam skala nasional. Setelah menghelat kompetisi aplikasi Android terbaik dalam tajuk “Find Top 50 Local Apps” beberapa waktu lalu, kini mereka memaparkan insight unik yang dapat dimanfaatkan para pengembang lokal untuk mempelajari konsumennya.

Riset ini dirangkum berdasarkan 517.000 aplikasi terdaftar dalam MoboMarket. Seribu di antaranya merupakan milik pengembang lokal. Berdasarkan angka tersebut, MoboMarket mencatat 265 juta distribusi aplikasi yang dilakukan para penggunanya selama kuartal keempat tahun 2014. Komitmen MoboMarket untuk memajukan ekosistem mobile di Indonesia akan berlanjut dengan merilis laporan ini secara rutin setiap kuartal.

Menurut MoboMarket, aplikasi permainan masih mendominasi total unduhan keseluruhan, ketimbang aplikasi media sosial, tools, produktivitas, dan lain sebagainya. Hal ini seharusnya menumbuhkan semangat saing para pengembang mobile game lokal untuk menghadirkan produk berkualitas. CEO Touchten Anton Soeharyo nampaknya seirama bahwa potensi ekosistemmobile game di Indonesia bakalan bertumbuh lebih baik tahun ini.

Lebih lanjut, hasil riset MoboMarket memaparkan bahwa ternyata di antara banyak pilihan layargadget yang tersedia di pasar, masyarakat cenderung nyaman dengan memiliki gadget berukuran empat inci dengan resolusi layar 800×480 piksel. Di tengah keberagaman ukuran layar, paramobile developer sebaiknya mengoptimasi tingkat responsivitas di ukuran tersebut.

Media sosial tetap memegang peranan penting dalam perkembangan perangkat mobile di Indonesia. Argumen tersebut juga diperkuat bahwa kebanyakan pengguna memasang tiga hingga empat aplikasi media sosial dalam ponsel mereka. Aplikasi-aplikasi tersebut justru memiliki tingkat pembaruan yang lebih sering ketimbang aplikasi game. Data tersebut mencerminkan mayoritas pengguna membutuhkan aplikasi media sosial untuk jangka waktu yang panjang.

Perihal waktu akses, MoboMarket menuturkan pukul 17.00 sebagai awal mula keaktifan pengguna menggunakan gadgetnya dan mencapai waktu puncak akses pertama pada pukul 20.00, yaitu saat mereka beristirahat sepulang bekerja. Di luar dugaan, justru antara 23.00 hingga 24.00 menjadi puncak akses tertinggi. Bisa diasumsikan bahwa para pengguna terbiasa menggunakan gadget mereka sebelum tidur. Mempelajari jam-jam tersebut, kesempatan untuk monetisasi aplikasi tentunya dapat lebih terarah dan efektif memanfaatkan waktu akses tertinggi.

[Header: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Michael Erlangga.

Ookla Net Index Ungkap Kecepatan Rata-Rata Unduhan di Indonesia Awal Tahun 2015 Capai 5,3 Mbps

Membahas kecepatan Internet di Indonesia biasanya selalu berdasarkan sumber dari Laporan State of Internet yang diterbitkan secara berkala oleh Akamai. Kali ini kami akan mencoba melihat dari salah satu penyedia layanan uji kecepatan Internet yang cukup dikenal, baik secara global maupun di Indonesia, yaitu Ookla yang mengembangkan aplikasi Speedtest. Melalui halaman Ookla Net Index, terungkap bahwa kini kecepatan rata-rata unduh di Indonesia di jaringanbroadband di awal tahun 2015 mencapai 5,3 Mbps dan terus menunjukan peningkatan yang signifikan.

Apa yang dapat kita lihat melalui Ookla Net Index sebenarnya sudah bisa diprediksikan. Hal ini bisa dilihat melalui Laporan terbaru Akamai yang berbasiskan data kuartal ketiga 2014. Laporan tersebut menunjukkan Indonesia mengalami lonjakan statistik dalam hal peningkatan kualitas dan kecepatan Internet mencapai 149% ketimbang periode yang sama pada tahun sebelumnya dan 49% lebih baik ketimbang kuartal kedua tahun 2014. Di periode tersebut kecepatan Internet rata-rata Indonesia mencapai 3,7 Mbps.

Secara keseluruhan, berdasarkan Ookla Net Index Indonesia berada di peringkat 147 dari 197 Negara di Dunia. Data Ookla Net Index ini diambil dengan menganalisis hasil uji kecepatan data dari 20 Desember 2014 hingga 18 Januari 2015. Total uji kecepatan yang digunakan mencapai hampir 33 juta data dari Indonesia dengan 4.446.309 merupakan unique IP.

Jika dipaparkan lebih jauh, data Ookla Net Index ini menampilkan kecepatan unduh dan unggah di Indonesia baik itu melalui kanal pitalebar ataupun mobile. Pada kanal pitalebar, kecepatan rata-rata unduh mencapai 5,3 Mbps dan kecepatan unggah mencapai 3,2 Mbps. Sedangkan untuk akses melalui kanal mobile, kecepatan rata-rata unduh Indonesia mencapai 3,2 Mbps dan kecepatan unggahnya mencapai 1,1 Mbps. Belum signifikan secara global, karena rataan unduhan global mencapai 21, 87 Mbps, tapi jelas memberikan peningkatan yang menggembirakan ketimbang tahun sebelumnya.

indonesia_ookla_index_jan_2015

Ookla Net Index juga menyebutkan nilai tengah (median) untuk biaya langganan per Mbps per bulan di Indonesia adalah $17,27 (sekitar Rp 217 ribu). Angka ini sekitar 3 kali lipat lebih mahal ketimbang nilai tengah global yang mencapai $5,46 (sekitar Rp 69 ribu).

Berdasarkan laporan ini, juga ditemukan informasi bahwa MNC Play Media dengan implementasi teknologi FTTH-nya menjadi ISP yang naik daun. MNC Play Media menduduki posisi puncak dengan nilai kecepatan rata-rata unduhan mencapai 51,54 Mbps, lebih cepat dua kali lipat ketimbang posisi kedua dan ketiga.

[Header: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada.

Survei Microsoft: Penduduk Negara Berkembang Lebih Terbuka Terhadap Perkembangan Teknologi Ketimbang Negara Maju

Microsoft mengumumkan hasil survei tahunan yang dilakukan terhadap lebih dari 12 ribu orang di lima negara maju dan tujuh negara berkembang, termasuk Indonesia, tentang bagaimana teknologi mengubah hidup kita. Temuan menarik dalam survei ini adalah perbedaan cara pandang masyarakat negara maju dan negara berkembang tentang dampak teknologi bagi pertalian sosial (social bonds), dampak layanan sharing (seperti Airbnb dan Uber), dan ketertarikan untuk bekerja di bidang-bidang eksakta. Penduduk negara berkembang disimpulkan lebih terbuka dalam menerima perkembangan teknologi.

Berdasarkan survei yang dilakukan di Brazil, Tiongkok, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Jepang, Rusia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, and Amerika Serikat, secara umum responden mengungkapkan bahwa teknologi telah secara luas meningkatkan kualitas bagaimana mereka berbelanja, bekerja, belajar, dan meningkatkan produktivitas untuk menyelesaikan berbagai persoalan.

Executive Vice President dan Chief Stategy Officer Mark Penn menyebutkan, “Pengguna Internet sangat setuju bahwa teknologi personal telah membuat dunia lebih baik dan memiliki peranan yang makin vital. Meskipun demikian ada divergensi digital dalam sikap pengguna Internet di negara berkembang dan negara maju terkait bagaimana teknologi mempengaruhi mereka ke depannya.”

Secara umum responden di 12 negara juga mengekspresikan kekhawatirannya soal privasi, meskipun khusus di India mereka cenderung melihat teknologi memiliki dampak positif terhadap privasi. Baik responden di India maupun di Indonesia menyatakan mereka mengetahui data pribadi seperti apa yang dikumpulkan dari mereka.

Yang menarik adalah bagaimana responden di negara berkembang dan negara maju menyikapi dampak teknologi bagi pertalian sosial, dampak layanan sharing (seperti Airbnb dan Uber), dan ketertarikan untuk bekerja di bidang-bidang eksakta.

Ada 60% pengguna Internet di negara berkembang yang berpendapat teknologi personal memiliki dampak positif bagi pertalian sosial, sementara hanya 36% penduduk negara maju yang berpendapat seperti itu.

Kemudian 59% pengguna Internet di negara berkembang berpendapat layanan sharing yang dimudahkan teknologi, seperti Uber dan Airbnb, lebih baik bagi konsumen ketimbang layanan tradisional, seperti hotel dan taksi. Sebaliknya hanya 33% masyarakat di negara maju yang berpendapat layanan baru ini lebih bagi konsumen.

Yang cukup mengejutkan adalah rendahnya minat penduduk di negara maju untuk bekerja di bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika (STEM) ketimbang penduduk di negara berkembang. Tercatat hanya 59% responden di negara maju yang berminat di area ini. Lebih jauh hanya 46% perempuan di negara maju yang berminat bekerja di bidang yang terkait STEM.

Di sisi lain, ada 85% penduduk di negara berkembang yang tertarik untuk bekerja di bidang-bidang STEM. Jika spesifik terhadap gender, ada 77% perempuan di negara berkembang yang berminat bekerja di segmen eksakta ini.

[Gambar header: Tech via Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin. 

Asiafone Investasikan 100 Miliar Rupiah untuk Bangun Pabrik Ponsel di Jakarta Utara

Sepanjang tahun 2014 kemarin para vendor smartphone beramai-ramai mendirikan pabrik di Indonesia, termasuk vendor lokal seperti Polytron dan Evercoss. Kini Asiafone mengikuti jejak dua pendahulunya memindahkan produksi dari luar negeri ke Indonesia dengan membangun pabrik perakitan ponselnya di kawasan Pluit, Jakarta Utara. Untuk membangun pabrik diatas tanah seluas 3500 meter persegi di kawasan tersebut, Asiafone menginvestasikan dananya sebesar Rp 100 Milyar.

Asiafone menghabiskan waktu satu tahun lebih untuk menyiapkan pabrik hingga siap beroperasi di tahun ini. Menurut Presiden Direktur Asiafone Herman Zhou, pihaknya melakukan alih transfer teknologi dari pabrikan yang ada di Cina ke Indonesia. Belum tersedianya komponen yang menjadi pendukung di Indonesia menjadi salah satu alasannya, sehingga hampir semua komponen masih didatangkan dari luar negeri.

Seperti dikutip dari JagatReview, Herman Zhou mengatakan, “Proses alih transfer teknologi,  membutuhkan waktu yang cukup panjang, karena kita harus menyiapkan semuanya dari nol.”

Pabrik yang terletak di kawasan Pluit tersebut akan terintegrasi dengan Head Office Asiafone untuk memudahkan pihak Asiafone dalam proses pengawasan, manajemen dan penjualan produk-produknya ke seluruh Indonesia. Di samping itu Asiafone juga akan menyiapkan dua line yang mampu memproduksi ponsel hingga 100.000 unit setiap bulan. Nantinya kapasitas produksi tersebut akan terus ditingkatkan seiring dengan permintaan pasar.

Asiafone berharap dengan berdirinya pabrik mereka di Indonesia industri komponen yang mendukung produksi ponsel seperti chip, layar, baut, mur,casing, dan sebagainya juga akan ikut berkembang. Bagi Asiafone sendiri, pabrik ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan produk dari luar negeri sehingga dapat menghemat biaya produksi mereka.

Langkah yang diambil oleh Asiafone untuk mendirikan pabrik juga sejalan dengan program pemerintah yang mendorong para pelaku industri untuk membangun produksinya di dalam negeri. Selain itu langkah ini juga bisa dikatakan sebagai ancang-ancang Asiafone karena beberapa waktu yang lalu tiga kementerian telah sepakat untuk memperketat regulasi tentang perangkat bergerak, terutama yang mendukung 4G/LTE. Regulasi tersebut menyebutkan bahwa perangkat 4G/LTE harus sudah memiliki kandungan lokal sebesar 40% per tanggal 1 Januari 2017.

“Harapan kita kepada pemerintah adalah bagaimana menyediakan ekosistem industri nasional, sehingga pelan-pelan bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor,” pungkas Herman.

[Gambar header: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Adjie Priambada. 

Layanan M2M Indosat Dukung Pengembangan Smart City di Kota Surakarta

Guna mendukung perwujudan rencana pengembangan smart city di Kota Surakarta, Indosat bersama anak perusahaannya, PT StarOne Mitra Telekomunikasi (SMT), bekerja sama mengembangkan pemasaran produk dan solusi end to end Machine to Machine (M2M). Smart city saat ini menjadi tren global sebagai tuntutan masyarakat masa depan berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang kini juga mulai digelar di berbagai kota di tanah air. Sementara M2M merupakan salah satu komponen penting dalam perwujudan sebuah smart city.

Beberapa solusi M2M yang telah dimiliki Indosat di antaranya solusi e-government, e-tax, e-transportation, smart tourism, workforce management, dan smart street lightning. Pemkot Surakarta menyambut baik usulan Indosat tersebut, dan untuk tahap awal akan ditindaklanjuti dengan implementasi solusie-tax. Solusi e-tax digarap lebih dahulu dengan harapan agar pendapatan retribusi pajak daerah dari pelaku usaha yang wajib dapat lebih transparan dan tepat termonitor setiap waktu sehingga pada akhirnya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat oleh Pemkot Surakarta.

“Indosat siap untuk mendukung terwujudnya smart city di Surakarta dengan portfolio layanan M2M mulai dari koneksi sampai solusi end to end yang tepat guna meliputi perangkat dan berbagai aplikasi,” ujar Division Head M2M Solution Indosat, Hendra Sumiarsa.

Rencana pembangunan perkotaan yang disusun pemerintah dalam kerangka Sistem Perkotaan Nasional (SPN), salah satunya bertujuan meningkatkan peran dan fungsi sekaligus manajemen pembangunan berskala global yang sasarannya adalah meningkatkan pelayanan masyarakat, daya saing, dan kontribusi ekonomi. Selanjutnya pembangunan perkotaan diarahkan menuju kota yang layak (decent), hijau (greener), dan pintar (smarter).

Dukungan platform M2M dalam smart city ialah berupa penyediaan solusi terintegrasi yang akan membantu menata koneksi dan layanannya, serta untuk mengontrol ratusan atau ribuan perangkat/mesin yang ada. Indosat tidak hanya menyediakan solusi connectivity ke perangkat/mesin. Operator dapat mengontrol penuh seluruh aktifitas instalasi, operasi, pemeliharaan, terminasi, dan pelaporan.

Riset Machina Research menyebutkan bahwa potensi pasar M2M di Indonesia tahun 2014 mencapai 4,7 juta yang melalui konektivitas seluler dan diperkirakan akan menjadi 20,9 juta di tahun 2020. Tak heran jika saat ini para operator seluler berlomba-lomba berinovasi di layanan tersebut.

Jika Indosat terlihat lebih fokus di sektor publik, berbeda dengan solusi M2M yang diusung Telkomsel. November lalu Telkomsel juga merilis perluasan produk M2M dengan menawarkan solusi otomasi untuk sektor bisnis di bidang keuangan, otomotif, dan utilitas yang dikombinasikan dengan perangkat seluler.

[Foto: PR]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Randi Eka Yonida.

Prediksi Konsumsi Game Asia Tenggara Hingga 2017

Asia Tenggara merupakan salah satu daerah yang paling cepat berkembang untuk game berkat peningkatan adopsi smartphone yang meningkat, terutama Indonesia dan Malaysia. Konsumen game di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam menghabiskan $1,1 miliar untuk permainan pada tahun 2014, menurut perusahaan riset pasar Newzoo. Para analis di Newzoo memprediksikan pertumbuhan di  Asia Tenggara hingga tahun 2017 secara rata-rata adalah 28,8 persen per tahun. Di tahun tersebut, pasar permainan Asia Tenggara bernilai $2,2 miliar.

Pada tahun 2014, ini 60 juta konsumen menghabiskan rata-rata $ 18,40. Thailand berada pada peringkat atas dan  diperkirakan tidak akan bergeser hingga tahun 2017. Indonesia meskipun masih berada di urutan bawah tahun 2014 lalu, diperkirakan konsumsinya akan terus menanjak dan bakal menduduki posisi kedua di tahun 2017.

Asia Tenggara memiliki jumlah penduduk sekitar lebih dari  626 juta, tetapi hanya 29 persen  atau sekitar 179 juta orang yang memiliki akses Internet. Industri game global telah melampaui konsumsi $93 miliar dan negara-negara berkembang akan memainkan peran besar untuk melewati tonggak $100 miliar di masa mendatang.

Salah satu kesamaan perilaku di negara-negara Asia Tenggara memiliki kesamaan terkait urbanisasi. Tren ini akan membantu meningkatkan pengeluaran karena lebih banyak orang mendapatkan akses ke Internet. Tercatat negara-negara di kawasan ini memiliki pertumbuhan yang pesat dalam urbanisasi, rata-rata sekitar  1,4 persen per tahun. Angka itu jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Tiongkok yang hanya 0,5 persen. Demografi kaum muda yang tech-savvy merupakan faktor-faktor yang kuat yang mendorong pertumbuhan konsumsi game.

Pasar Permainan Asia Tenggara / Newzoo

Menariknya pengembang game yang ingin memasuki dan mencicip besaran kue pasar di wilayah Asia Tenggara, mungkin harus masuk dengan mobile game, karena besarnya pertumbuhan dan adopsi smartphone di kawasan ini.

[Gambar header: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Hesti Pratiwi. Ada perubahan judul dari artikel asli tanpa mengubah maksud dan tujuan tulisan. 

Statistik Internet Indonesia Melonjak dalam Laporan Terbaru Akamai

Laporan State of the Internet Akamai yang dirilis setiap kuartal biasanya menjadi bahan olokan kualitas Internet Indonesia yang selalu terbelakang di kawasan Asia Pasifik. Kali ini Indonesia boleh berbangga karena statistik Internet dalam laporan terbaru Akamai berbasiskan data kuartal ketiga 2014 menunjukkan Indonesia mengalami lonjakan yang luar biasa dalam hal peningkatan kualitas dan kecepatan Internet.

Seperti dilaporkan oleh Akamai, di periode ini kecepatan Internet rata-rata di Indonesia mencapai 3,7 Mbps. Angka itu meningkat 149% ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya dan 49% lebih baik ketimbang kuartal kedua 2014. Dengan capaian tersebut, kecepatan Internet rata-rata di Indonesia sudah mendekati Tiongkok dan meninggalkan Vietnam, Filipina, dan India. Untuk kategori ini, seperti biasa Korea Selatan memimpin secara global dengan kecepatan rata-rata 25,3 Mbps, diikuti oleh Hong Kong dan Jepang.

Ketika di-breakdown berdasarkan persentase konsumen yang sudah menikmati Internet dengan kualitas broadband, lagi-lagi Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang mencengangkan. Ada 35% pengguna di Indonesia yang memiliki sambungan Internet dengan kecepatan lebih dari 3 Mbps, 3,3% yang memiliki sambungan dengan kecepatan lebih dari 10 Mbps, dan 0,9% yang memiliki sambungan berkecepatan tinggi di atas 15 Mbps. Di tiap kategori tersebut, persentase pertumbuhan yang dicapai Indonesia jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya mencapai angka 4 digit (lebih dari 1000%).

Average Internet Speed APAC Q3 2014 / Akamai

Sayangnya untuk laporan kali ini Akamai tidak mengikutsertakan Indonesia untuk kecepatan Internet rata-rata menggunakan koneksi mobile/seluler.

Jika melihat periode perhitungan Akamai di kuartal ketiga 2014, memang banyak informasi kehadiran atau upgrade jaringan Internet seantero Indonesia. Telkom Speedy tidak ingin ketinggalan dalam era broadband Internet, sementara pemain baru MNC Play Media mulai mengimplementasikan teknologi Fiber To The Home (FTTH) yang menjanjikan kualitas Internet berkecepatan tinggi dengan harga yang relatif terjangkau.

Kami perkirakan statistik Internet Indonesia akan terus membaik sepanjang tahun 2015, seiring dengan implementasi LTE dan adopsi broadband Internet yang lebih luas di berbagai daerah di tanah air.

[Gambar header: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin.