Laporan Akamai: Pandemi Memunculkan Tantangan Monetisasi Bagi Platform Konten

Pandemi Covid-19 berdampak terhadap industri konten Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Laporan ini berdasarkan hasil wawancara dengan para pemimpin media senior di Indonesia sepanjang Maret-Mei 2020, seperti MediaCorp, MNC Media, Vidio.com, Foxtel, Telin, dan Kayo Sports.

Menurut laporan terbaru Akamai bertajuk “Indonesia: The Challenge of Monetizing in a Fast-Growing Market“, industri konten tanah air mengalami pertumbuhan signifikan, baik dari sisi trafik maupun pendapatan.

Pertumbuhan ini tercermin dari kenaikan trafik internet di 2020. Secara tahunan (YoY), pertumbuhan trafik di kuartal pertama 2020 mencapai 73 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang berkisar 139 persen. Sementara, secara kuartalan (QoQ), trafik dari Q1 ke Q2 2020 naik 46 persen dibandingkan periode sama 2019 yang hanya sekitar 5 persen.

Sumber: Akamai / Diolah kembali oleh DailySocial
Sumber: Akamai / Diolah kembali oleh DailySocial

Regional Sales Director South Asia Akamai Matthew Lynn mengungkapkan bahwa peningkatan signifikan pada platform konten dan layanan berbasis internet lainnya memang tidak disangka oleh pelaku bisnis di bidang ini. Apalagi, penetrasi internet dan layanan konten belum sepenuhnya merata.

Sebagaimana diketahui, Indonesia mencapai milestone luar biasa selama dua dekade ini dari sisi jumlah pengguna internet. APJII sebagaimana dikutip Akamai dalam laporannya mencatat jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat dari 2 juta di tahun 2000 menjadi 152 juta pengguna di 2019.

“Responden melihat pandemi menjadi faktor pendorong bagi kuntuk berlangganan konten dari sumber yang berkualitas dan kredibel. Karena situasi ini, persaingan untuk membuat konten eksklusif atau konten agregator serta upaya untuk memonetisasinya menjadi semakin ketat,” ungkap laporan ini.

Alasan konsumen tertarik untuk berlangganan antara lain dikarenakan oleh variasi konten banyak (51%), ketersediaan konten original (45%), ketersediaan konten existing yang sulit dicari di platform lain (27%), opsi free trial (24%), menonton tanpa iklan (17%), konten layak ditonton untuk anak-anak (16%), dan bundle dengan layanan lain (15%).

Ditambah lagi, secara umum industri media/konten di Indonesia dinilai terbilang masih berada di fase awal. Tak heran, kondisi ini memicu ruang pertumbuhan terhadap pemain baru jika melihat besarnya potensi pasar Indonesia.

Tekanan untuk monetisasi konten, model langganan atau iklan?

Pandemi mendatangkan trafik luar biasa terhadap bisnis konten. Akamai juga mencatat peningkatan pendapatan, terutama pada layanan video on-demand dengan CAGR 9,7% atau sebesar $306 miliar.

Akan tetapi, situasi ini justru memunculkan tantangan baru untuk tahapan selanjutnya: bagaimana melakukan scale up dan monetisasi layanan? Belum lagi, pandemi justru membuat konsumen lebih berhati-hati mengeluarkan budget untuk membeli konten.

Sumber: Statista / Diolah kembali oleh DailySocial
Sumber: Statista / Diolah kembali oleh DailySocial

Masih dikutip di laporan Akamai, APJII melaporkan penurunan pendapatan pada 500 anggotanya, di mana hampir 45 persen dari bisnis mereka turun hingga 30 persen. Adapun, sebanyak 6 persen terpaksa menutup bisnisnya karena tidak sanggup untuk mengeluarkan biaya lebih banyak lagi.

Sejak awal, responden memang memprediksi terjadinya market correction, tetapi mereka tidak menduga situasi tersebut bakal terjadi secepat ini. Pasalnya, pelaku bisnis saat ini masih berupaya mencari cara lain untuk memonetisasi kontennya.

“Ini menjadi pressure buat para pelaku bisnis konten, terutama demi memenuhi permintaan konsumen yang mulai shifting pada kebiasaan baru selama masa pandemi, yakni menonton konten secara online,” papar Lynn.

Saat ini sebagian besar model bisnis konten mengandalkan langganan (subscription) dan iklan (ads). Kedua model ini cukup banyak diadopsi demi menaikkan viewership dan mudah dimonetisasi. Sebanyak 70 persen responden menilai subscription menjadi model yang sustainaible untuk monetisasi.

“Khususnya pada layanan streaming, bisnis konten ini terbilang kompetitif karena ditunjang oleh model free trial. Konsumen dimanjakan dengan berbagai opsi berlangganan. Pada akhirnya, platform ini fokus terhadap akuisisi dan retensi pelanggan,” jelasnya.

Beberapa responden memilih untuk menggunakan pendekatan hybrid sebagai model yang tepat. Caranya dimulai dengan menawarkan konten gratis dengan kualitas dan experience terbatas. Model ini dapat membuka peluang lebih lanjut bagi konsumen untuk menikmati experience lebih baik dengan berlangganan.

Bagi responden, strategi ini dinilai menarik karena konsumen dapat menikmati konten selagi mempertimbangkan untuk berlangganan, dan di saat yang sama penyedia platform dapat memonetisasinya melalui iklan dari opsi free trial.

“Ini berarti budget iklan harus bisa menghasilkan return yang lebih baik melalui penayangan iklan berkinerja tinggi yang dapat menunjukkan peningkatan addressability pada one-to-one advertising,” ungkap laporan ini.

 

Akamai: Jumlah Serangan Siber yang Menargetkan Gamer Naik Selama Pandemi

Dalam 2 tahun terakhir, industri game mengalami lebih dari 10 miliar serangan siber. Jumlah serangan siber yang menargetkan para gamer juga melonjak naik selama pandemi, menurut laporan terbaru dari Akamai, perusahaan penyedia layanan cloud.

“Saat game menjadi online dan menggunakan infrastruktur cloud serta menyediakan fitur cross-platform dan cross-generation, di sana muncul kesempatan untuk serangan siber,” kata Steve Ragan, peneliti keamanan siber di Akamai, pada GamesBeat. “Perusahaan-perusahaan game berusaha sekuat tenaga untuk melindungi game dan para pemain mereka, walau saya tetap khawatir, industri game merupakan target yang sangat menarik bagi para kriminal siber.”

Gamer menjadi incaran para kriminal siber karena mereka memenuhi beberapa kriteria, seperti aktif di komunitas online. Selain itu, gamer juga punya pemasukan yang siap mereka belanjakan. Dan biasanya, mereka akan menghabiskan uang tersebut untuk game. Jadi, para kriminal siber melihat para industri game sebagai sasaran empuk.

Laporan dari Akamai menunjukkan bahwa selama pandemi, serangan siber yang menargetkan para gamer naik. Alasannya sederhana, karena ketika karantina diberlakukan, para gamer menjadi semakin aktif bermain game. Hal ini membuat para gamer menjadi target para kriminal siber.

serangan siber pada gamer
Metode serangan yang biasa digunakan kriminal siber untuk menargetkan gamer. | Sumber: Akamai via GamesBeat

Salah satu metode yang paling sering digunakan untuk menyerang gamer adalah credential stuffing, yaitu ketika hacker menggunakan credentialsusername dan password — yang telah bocor di internet untuk mengambil alih sebuah akun. Jika hacker sukses mmengambil alih akun seorang gamer, dia akan bisa membeli banyak hal, seperti skin dalam game dan memindahkan item tersebut ke akun lain. Sementara orang yang harus membayar tagihan dari pembelian sang hacker adalah pemilik akun.

“Jika saya tidak hati-hati, saya bisa mendapatkan tagihan sebesar US$10 ribu karena seorang hacker membeli 100 skin dalam game,” kata Ragan.

Selain credential stuffing, metode lain yang biasa hacker gunakan untuk menyerang para gamer adalah phishing. Melalui metode ini, hacker akan membuat situs palsu dari situs game atau platform gaming tertentu. Situs palsu tersebut akan dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai situs aslinya. Tujuannya adalah untuk menipu gamer sehingga mereka akan memasukkan credentials berupa username dan password mereka.

Menariknya, meskipun cukup banyak gamer yang pernah menjadi korban dari serangan siber, kebanyakan tidak terlalu khawatir akan keamanan dari akun mereka. Dalam survei yang Akamai adakan bersama DreamHack, 55% responden yang mengklaim sebagai pemain reguler mengungkap, akun mereka pernah diserang. Namun, hanya 20% dari mereka yang merasa khawatir atau sangat khawatir akan keamanan dari akun mereka. Survei tersebut juga menunjukkan, sebanyak 54% gamer menganggap keamanan siber merupakan tanggung jawab mereka dan perusahaan game.

Sumber header: Wikimedia

Mulai Mewaspadai Serangan Siber

Perkembangan industri internet dan digital di mana pun selalu berbarengan dengan ancaman-ancaman yang menghantuinya. Jenis kejahatan yang mengancam pun beragam, mulai dari kebocoran data, lumpuhnya layanan, hingga dibobolnya sistem yang menyebabkan data dan infrastruktur “porak-poranda”. Di Indonesia, perusahaan atau startup yang mengandalkan sistem digital dan internet harus mulai peduli dengan keamanan data dan sistem mereka. Karena bukti ancaman memang sudah ada di depan mata.

Dari laporan bertajuk keamanan internet yang dikeluarkan Akamai untuk kuartal kedua tahun ini beberapa ancaman keamanan terungkat. Dua yang menjadi sorotan adalah DDoS (Distributed Denial of Services) Attack dan Web Apps Attack. Keduanya, meski dengan cara berbeda berpotensi untuk melumpuhkan sistem atau layanan sebuah bisnis. Efek yang ditimbulkan pun jelas, pengguna kesulitan mengakses layanan dan profit pun melayang.

Untuk DDoS Attack, industri yang paling sering terkena serangan ini adalah industri gaming. Secara global serangan yang mengarah ke industri gaming melonjak hingga 40%. Lonjakan yang cukup signifikan, dan karena perputaran bisnis dan uang di gaming cukup tinggi hal ini tentu membawa risiko tersendiri.

Industri selanjutnya yang tercatat di sasar DDoS antara lain adalah telekomunikasi, layanan keuangan, dan beberapa lainnya. Meski laporan dari Akamai ini berdasarkan data global Indonesia pun tidak harus lengah, mengingat serangan digital ini bisa bersumber dari mana saja dan menyerang negara mana saja.

Serangan lain yang tak kalah mengkhawatirkan adalah serang untuk aplikasi web. Secara teknis serangan ini cukup memberikan dampak yang  besar untuk ketersediaan layanan dan mungkin kebocoran data. Mengingat serangan ke aplikasi web menyasar langsung ke layanan.

Dari laporan Akamai ditemukan serangan SQLI, LFI, dan XSS masih menjadi tiga serangan aplikasi web yang paling banyak di temukan. Untuk global, Amerika, Tiongkok dan Brazil penyumbang tertinggi untuk serangan ini. Negara-negara tersebut disebut menjadi negara dengan sumber serangan tertinggi di dunia. Sementara untuk Asia Pasific serangan paling besar berasal dari Tiongkok, India, dan Jepang.

Serangan-serangan keamanan tersebut sebenarnya cukup mengkhawatirkan untuk industri startup Indonesia jika para pelakunya tidak sejak dini mengantisipasinya. Selain keamanan dari segi aplikasi (yang bisa dilakukan dengan membuat kode yang baik, terstruktur dan aman untuk setiap aplikasi) startup juga bisa memulai mengantisipasi serangan dengan pemilihan layanan infrastruktur yang digunakan.

76% Konektivitas Internet di Indonesia Kini Berkecepatan Minimal 4 Mbps

Salah satu kesuksesan penetrasi ekosistem digital di Asia Tenggara ada pada infrastruktur jaringan internet. Pasar-pasar potensial seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam bisa semakin besar karena infrastruktur yang semakin baik. Akamai, salah satu perusahaan penyedia layanan Content Delivery Network (CDN), kembali mengeluarkan survei mengenai penggunaan layanan broadband dan kecepatan internet. Untuk daerah Asia Pasifik, Korea Selatan dan Hongkong masih menjadi dua negara dengan rata-rata internet tercepat. Untuk wilayah Asia Tenggara, Singapura dan Thailand menjadi dua teratas.

Survei berjudul “Q1 2017 State of The Internet Connectivity Report” ini memaparkan bagaimana kondisi internet di berbagai negara, termasuk wilayah Asia Pasifik. Di kawasan Asia Tenggara posisi Indonesia untuk rata-rata kecepatan internet masih belum beranjak naik. Dengan peningkatan 59% dari tahun sebelumnya, Indonesia memiliki rata-rata kecepatan internet mencapai 7,2Mbps. Kalah dengan Singapura 20,3 Mbps, Thailand 16 Mbps, Vietnam 9,5 Mbps, dan Malaysia 8,9 Mpbs.

Salah satu yang mengejutkan adalah penurunan rata-rata kecepatan puncak / maksimal (Peak connection) penggunaan internet di Indonesia. Dari seluruh negara di Asia Pasifik hanya Indonesia yang mengalami penurunan, sebesar 40% jika dibanding tahun sebelumnya. Meski angka rata-rata peak connection masih berkisar di 66,1 Mbps, sedikit di atas Malaysia, dan Vietnam.

survei Akamai rata-rata kecepatan internet / Akamai
survei Akamai rata-rata kecepatan internet / Akamai

Adopsi broadband di Indonesia cukup tinggi

Selain kecepatan, Akamai juga melaporkan bagaimana adopsi penggunaan internet di Indonesia. Di kuartal pertama tahun ini Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika di bandingkan dengan tahun sebelumnya. Total kenaikan mencapai 496% atau 22% jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya untuk broadband 10Mbps.

Untuk broadband 4 Mbps Indonesia naik 66% jika dibandingkan tahun sebelumnya atau naik 7% dari kuartal sebelumnya. Kini 76% pengguna Internet di Indonesia sudah menggunakan konektivitas minimal 4 Mbps. Angka tersebut lebih tinggi dibanding Malaysia, meskipun masih kalah dengan Vietnam, Singapura, dan Thailand.

Melonjaknya adopsi internet broadband di negara-negara berkembang di Asia Tenggara sedikit memaparkan bagaimana negara-negara tersebut mulai menyiapkan diri untuk ekosistem digital. Penambahan tersebut bisa jadi dari pelanggan rumahan yang semakin sadar akan kebutuhan internet dan kecepatan internet, bisa juga berasal dari industri, atau kreator yang membutuhkan koneksi yang cepat dan stabil.

Akamai: Serangan ke “Web Application” Meningkat di Kuartal Terakhir 2016

Akamai baru saja merilis laporan mengenai catatan keamanan internet melalui sebuah laporan berjudul “Akamai Q4 2016 State of The Internet (SOTI)”. Dalam laporan tersebut, selain memaparkan fenomena DDoS (Distributed Denial of Service), dijelaskan juga bagaimana serangan ke web application juga tumbuh.

Pada laporan setebal dua puluh lima halaman tersebut diterangkan bahwa serangan jenis DDoS mengalami penambahan sebesar 4% jika dibandingkan rentang waktu yang sama di tahun lalu. Sementara itu kenaikan signifikan juga terjadi pada volume-nya. Ada sekitar 140 % jika dibandingkan tahun lalu. Sumber serangan didominasi oleh Amerika Serikat dengan 24%, diikuti Inggris dengan 9,7%. Untuk kawasan Asia, Tiongkok masih menjadi posisi teratas.

Selain DDoS, laporan Akamai juga mengidentifikasi kenaikan pada serangan web application. Tercatat ada peningkatan 27% dibandingkan kuartal sebelumnya di tahun yang sama. Untuk sumber, Amerika Serikat masih berada di posisi pertama dengan persentase mencapai 72%.

Peningkatan frekuensi serangan untuk web application ini bisa disebabkan banyak faktor. Salah satunya kurangnya kesadaran pengelola web application terhadap ancaman-ancaman yang terjadi. Meski belum masuk catatan sebagai negara yang terdampak, Indonesia bisa saja berpotensi menjadi salah satunya.

Amerika Serikat, Brazil, Jerman, dan India menjadi empat negara teratas yang merasakan dampak serangan web application di kuartal keempat tahun ini.

Akamai Q4 Report

Banyak strategi yang bisa dilakukan. Paling utama adalah menumbuhkan kesadaran pengelolanya mengenai adanya ancaman. Di laporan Akamai di periode November, tercatat industri penerbangan, apparel, dan otomotif menjadi sektor yang paling merasakan dampaknya. Juga terdapat beberapa industri populer, seperti travel dan hotel, game, dan food service

Banyaknya jenis industri yang terkena dampak menggambarkan bahwa serangan tidak memiliki pola yang spesifik. Dengan kata lain semua sektor yang memiliki web application perlu memperhatikan ini. Serangan-serangan populer untuk web application meliputi SQL injection, LFI (Testing for Local File), XSS, dan lain-lain.

Akamai: Kecepatan Internet Rata-Rata Indonesia Kini 6,4 Mbps

Secara periodik dalam jangkauan kuartal (3 bulanan), lembaga riset Akamai mengadakan survei di seluruh dunia terhadap konektivitas internet dan beberapa komponen pendukung lain dalam kaitannya dengan penggunaan oleh konsumen. Pada laporan kali ini Indonesia masuk dalam beberapa highlight pembahasan, salah satunya terkait dengan sebaran kecepatan konektivitas broadband.

Dalam laporan tersebut disampaikan sebanyak 64% dari total pengguna di Indonesia masih menikmati kecepatan setara atau di bawah 4 Mbps. Berikutnya penikmat konektivitas di atas 10 Mbps hanya 12% dari total pengguna dan di atas 15 Mbps hanya ada 3,1%.

Jika mengambil data rerata kecepatan konektivitas, per kuartal ketiga ini Indonesia berada di urutan ke-63 secara global dengan kecepatan rata-rata 6,4 Mbps atau naik 115% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Korea Selatan, Hong Kong, dan Singapura berada di tempat teratas untuk negara-negara Asia.

Screen Shot 2016-12-18 at 11.10.23 PM

Terkait jumlah aktivasi konektivitas baru, di kuartal ketiga (Q3) tahun 2016, Akamai mencatat adanya kenaikan 0,7% secara global yakni mencapai 806 juta, mengalami kenaikan 6 juta pengguna dibanding dengan laporan kuartal kedua tahun ini. Indonesia masih menyumbang angka aktivasi yang minim, yakni hanya di kisaran 3 juta aktivasi.

Khusus untuk konektivitas mobile, secara global trafik bertumbuh sebesar 11% dengan rata-rata kecepatan tertinggi mencapai 23,7 Mbps dan terendah di kisaran 2,2 Mbps.

Hasil laporan di atas sejalan dengan apa yang tercatat dalam hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Oktober lalu pihaknya mengumumkan bahwa kini lebih dari separuh warga Indonesia telah menggunakan internet, atau totalnya mencapai 132,7 juta orang dari populasi sebesar 256,2 juta orang. Terkait persebarannya, sebanyak pulau Jawa (65%), Sumatera (15,7%), Sulawesi (6,3%), Kalimantan (5,8%), Bali dan Nusa Tenggara (4,7%), terakhir Maluku dan Papua (2,5%).

Akamai Dorong Pentingnya Kesadaran Keamanan Awan

Akamai, penyedia jasa security cyber, mengungkapkan semakin banyaknya perusahaan berbasis teknologi di Indonesia menjadi momok baru untuk diserang oleh penyerang siber. Contoh nyata serangan siber terjadi saat flash sale layanan e-commerce. Saat itu jumlah pengunjung dalam waktu tertentu membludak dari biasanya.

Pada saat itu, tidak adanya kesiapan dari perusahaan e-commerce bisa membuat server jadi lumpuh. Kerugian pun akhirnya tidak terelakkan. Hal inilah yang menjadi fokus utama Akamai.

Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) merupakan salah satu serangan siber yang paling sering menghantam dunia siber. DDoS adalah metode serangan siber lewat pemenuhan server dengan trafik tinggi dan bertujuan untuk menghentikan layanan karena server kelebihan kapasitas.

[Baca juga: Tren Serangan Siber yang Terus Meningkat dan Langkah Antisipasinya]

Akamai mengklaim solusi pencegahan serangan siber DDoS dengan fitur kemampuan yang dapat mendeteksi trafik yang berlebih, tidak wajar, yang mengundang kecurigaan. Fitur tersebut dapat mendeteksi alamat Internet Protocol (IP) yang berubah-ubah.

Akamai lalu mencoba menghentikan serangan di ujung saluran server agar tidak masuk ke infrastruktur internal perusahaan dengan membuang trafik DDoS dan mengalihkan pengguna internet ke jalur yang aman.

“Akamai bisa mendeteksi apakah itu serangan DDoS atau bukan, lewat deteksi IP, user agent, cookie, session ID. Kemudian, apakah serangan itu melakukan request yang berkali-kali, akan terlihat wajar atau tidaknya. Lewat parameter itu, secara otomatis Akamai akan mengalihkan serangan ke jalur lain, sehingga pengguna internet jadi tidak terganggu saat mengakses situs,” terang Ali Hakim, Country Manager Akamai Indonesia, Selasa (12/10).

Menurut data Akamai per kuartal II/2016, serangan DDoS naik 129% secara year-on-year (yoy) dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya. Akamai mengklaim telah menanggulangi sebanyak 4.919 serangan DDoS selama kuartal II/2016.

Kapasitas serangan DDoS terbesar yang dipantau oleh Akamai mencapai 363 Gbps dan terjadi pada 20 Juni 2016. Serangan ini menargetkan sebuah sebuah perusahaan dari sektor media di negara Eropa. Pada saat bersamaan, nilai tengah atau median dari serangan turun 36% menjadi 3,85 Gbps.

Selama kuartal II, Akamai melihat ada 12 serangan yang telah melampaui 100 Gbps dan dua diantaranya mencapai 300 Gbps. Serangan ini menyasar pelaku usaha di industri media dan hiburan.

Laporan Akamai: Kualitas Internet di Indonesia Meningkat, Berkah Pengusaha Digital

Sebagai negara dengan wilayah yang cukup luas dan mayoritas berupa lautan, pembangunan infrastruktur dijadikan salah satu alasan mengapa kualitas internet Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Namun berkat jor-joran pemerintah dan para operator telekomunikasi kualitas internet di Indonesia mulai membaik dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan di laporan Akamai edisi kuartal pertama tahun 2016 disebutkan Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan rata-rata puncak kecepatan tertinggi untuk global. Sebuah angin segar untuk bisnis teknologi di Indonesia.

Internet adalah pemagang kunci dalam bisnis digital di manapun itu. Di Indonesia internet baru mengalami pertumbuhan dalam 5 sampai 6 tahun terakhir. Banyak faktor yang mempengaruhinya, beberapa di antaranya seperti mulai diterapkannya teknologi 4G oleh hampir semua operator telekomunikasi Indonesia dan juga upaya pemerintah membangun jaringan broadband nasional.

Dari laporan Akamai disebutkan pertumbuhan rata-rata puncak kecepatan akses internet di Indonesia tumbuh hingga lima kali lipat di banding periode yang sama di tahun lalu. Angkanya mencapai 535%. Tertinggi untuk global.

Laporan Akamai State of the Internet
Laporan Akamai State of the Internet

Angka yang tak kalah fantastis juga dicatatkan untuk kategori adopsi koneksi broadband 10 Mbps. Pertumbuhan di Indonesia mencapai 7 kali lipat atau tepatnya naik 738% untuk kuartal pertama tahun ini. Meski demikian pertumbuhan ini masih kalah jika dibanding dengan Vietnam yang tumbuh lebih dari 1000%. Angka yang cukup fantastis.

Pertumbuhan kecepatan ini cukup terasa di kota-kota besar di Indonesia. Dalam urusan merata mungkin masih menunggu waktu. Tapi dengan melejitnya angka kecepatan internet di Indonesia ini menjadi berkah para startup dengan layanan-layanannya, terlebih yang merupakan mengandalkan teknologi cloud. Setidaknya untuk pelanggan di kota-kota besar para startup tidak perlu lagi memusingkan bagaimana mereka bisa mengakses layanan yang disediakan, tinggal bagaimana mereka menjaga kualitas pelayanan (selain akses ke server) mereka.

Internet cepat, transaksi semakin lancar, dan pelanggan semakin berdatangan, kurang lebih begitu pengharapan para pengusaha startup dengan membaiknya koneksi internet di Indonesia. Namun di lain sisi, ada yang juga harus diantisipasi. Yakni serangan-serangan cyber seperti DDOS (Distributed Denial of Service).

Akamai’s Q1 2015 Report: Indonesia’s Internet Speed is Declining

Akamai published their latest State of the Internet, which is regularly published once every three months. This time, the statistic of Indonesia gets decreased, as Indonesia is placed 117th among countries in Asia Pacific, behind Singapore, Malaysia, and even the Philippines which was below Indonesia in last year’s report. Continue reading Akamai’s Q1 2015 Report: Indonesia’s Internet Speed is Declining

Akamai Q1 2015: Kecepatan Internet Indonesia Mengalami Penurunan

/ Shutterstock

Akamai kembali mengeluarkan laporan State of the Internet terbarunya yang biasa dirilis secara berkala tiap kuartal. Dalam laporan State of the Internet Q1 ini, statistik Indonesia kembali menurun. Kali ini Indonesia berada di peringkat 117 untuk wilayah Asia Pasifik, tertinggal dari Singapura dan Malaysia, bahkan Filipina dan Vietnam yang pada kuartal ketiga tahun lalu berada di bawah Indonesia.

Continue reading Akamai Q1 2015: Kecepatan Internet Indonesia Mengalami Penurunan