Adakan Pertandingan Eksibisi Game Lokal, Piala Presiden Esports 2020 Mau Dorong Industri Game Lokal

Tahun ini adalah tahun kedua Piala Presiden Esports dilaksanakan. Hanya saja, kali ini, turnamen tersebut tidak hanya mengadu tim-tim asal Indonesia saja, tapi tim esports di Asia Tenggara. Beberapa negara tetangga mengadakan kualifikasi untuk mencari tim yang akan mewakili negara mereka. Pada Oktober 2019, babak kualifikasi di Thailand diadakan. Illuminate dan EVOS-MG1 keluar sebagai juara dan akan mewakili Thailand pada babak final yang diadakan pada 1-2 Februari 2020 di Indonesia Convention Exhibigion (ICE), BSD City.

Dalam konferensi pers yang diadakan di Plaza Indonesia, Hari Santosa Sungkari, Deputi Infrastruktur, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) mengatakan bahwa dengan menjadikan Piala Presiden Esports 2020 sebagai turnamen tingkat regional, diharapkan hal ini akan mendorong “sport tourism”. “Kalau babak final, selain atlet esports yang datang, para supporter juga pasti akan datang,” kata Hari. Memang, turnamen esports terbukti memberikan dampak positif pada perekonomian lokal. Sebelum ini, disebutkan bahwa turnamen Rainbow Six Raleigh Major memberikan kontribusi ekonomi langsung sebesar US$1,45 juta atau sekitar Rp20,5 miliar.

Satu hal lain yang membedakan Piala Presiden kali ini dengan tahun lalu adalah game yang dimainkan. Tahun lalu, game yang diadu hanya satu, yaitu Mobile Legends. Kali ini, ada dua game yang akan dipertandingkan, yaitu Free Fire dan Pro Evolution Soccer. Tidak hanya itu, dalam Piala Presiden Esports 2020, juga akan diadakan pertandingan eksibisi dari Ultra Space Battle Brawl, game buatan Mojiken Studio dan dirilis oleh Toge Productions.

Ultra Space Battle Brawl.
Ultra Space Battle Brawl.

“Industri game adalah industri yang sangat besar. Kita tahu begitu banyak game-game lokal yang butuh platform agar bisa jadi lebih diketahui,” kata Ketua Panitia Penyelenggara, Piala Presiden Esports 2020, Giring Ganesha. Dia menjelaskan, pendaftaran untuk pertandingan eksibisi akan dibuka pada hari ini. Namun, jika slot yang tersedia tidak terisi penuh, maka pengunjung pada babak final Piala Presiden Esports 2020 juga bisa ikut serta.

Selain pertandingan eksibisi, Piala Presiden Esports 2020 juga memberikan kesempatan bagi developer lokal untuk memamerkan game-game buatan mereka. “Kita tidak hanya ingin membesarkan industri esports, tapi juga industri game lokal,” ujar Giring. Memang, menurut laporan Statista, pendapatan industri game mobile di Indonesia akan mencapai US$672 juta pada tahun ini. Industri game terlihat begitu menjanjikan sehingga perusahaan telekomunikasi raksasa Indonesia, Telkom pun berniat mendukung game developer lokal dengan menyediakan inkubator.

Sementara itu, Hari memperkirakan bahwa industri game 2,5 kali lipat lebih besar dari industri film. Menurutnya, ini terjadi karena game bisa dimainkan berulang kali. Berbeda dengan film yang ditayangkan di bioskop dalam waktu terbatas. Hari percaya, industri game di Indonesia juga memiliki potensi besar. Sayangnya, developer lokal hanya mendapatkan pangsa pasar sekitar 0,4 persen. Dia mengatakan, pemerintah ingin agar pangsa pasar itu naik menjadi 20 persen dalam waktu 5 tahun.

Game Gacha Sukses, Nintendo Dapat Rp13,7 Triliun dari Game Mobile

Pendapatan Nintendo dari game mobile telah menembus US$1 miliar (sekitar Rp13,7 triliun), menurut data dari Sensor Tower. Game yang memberikan kontribusi paling besar adalah Fire Emblem Heroes dengan pemasukan mencapai US$656 juta (sekitar Rp9 triliun), diikuti oleh Animal Crossing: Pocket Camp yang memberikan kontribusi sebesar US$131 juta (sekitar Rp1,8 triliun).

Salah satu kunci kesuksesan Fire Emblem Heroes adalah kemampuan developer Intelligent Systems untuk membuat format game yang sesuai untuk dimainkan di smartphone. Selain itu, mereka juga secara rutin menambahkan karakter baru, sehingga para pemainnya tidak bosan bermain. Dari segi model bisnis, Fire Emblem Heroes adalah game “gacha”. Lain halnya dengan game yang memungkinkan pemain untuk membeli skin atau item kosmetik lain, game gacha menggunakan sistem random, layaknya lootbox.

Memang, pemain bisa membeli kesempatan untuk mendapatkan karakter yang mereka inginkan, tapi, apakah mereka akan mendapatkan karakter tersebut tergantung pada keberuntungan. Jika beruntung, seseorang bisa langsung mendapatkan karakter yang mereka inginkan. Namun, jika tidak beruntung, seseorang bisa menghabiskan uang hingga jutaan rupiah dan mereka tetap tidak mendapatkan karakter yang mereka mau. Game dengan pendapatan terbesar kedua, Animal Crossing: Pocket Camp, juga menggunakan model bisnis yang sama.

Pendapatan dari game-game mobile Nintendo. | Sumber: SensorTower
Pendapatan dari game-game mobile Nintendo. | Sumber: SensorTower

Seperti yang dapat Anda lihat pada grafik di atas, pendapatan dari Super Mario Run, game mobile pertama dari Nintendo, justru tidak terlalu besar. Meskipun begitu, game tersebut merupakan game yang paling populer. Secara keseluruhan, total download game-game mobile Nintendo adalah 452 juta. Super Mario Run berkontribusi 54 persen atau sekitar 244 juta download. Game kedua yang paling sering diunduh adalah Mario Kart Tour dengan 147 juta unduhan atau sekitar 32 persen dari total download. Menariknya, total unduhan Fire Emblem Heroes hanya empat persen dari total download game mobile Nintendo.

Nintendo telah mencoba untuk menggunakan berbagai model monetisasi sejak mereka pertama kali masuk ke pasar game mobile pada pertengahan 2016. Dan tampaknya, mereka telah menemukan formula yang tepat. Meskipun jumlah unduhan Fire Emblem Heroes kecil, tapi game tersebut memberikan pemasukan yang berkelanjutan. Jika membandingkan jumlah unduhan dan pendapatan, Nintendo mendapatkan US$41 (sekitar Rp560 ribu) per satu unduhan Fire Emblem Heroes.

Sumber: The Verge

Pendapatan Divisi Gaming Microsoft Turun 21 Persen

Microsoft mengumumkan laporan keuangan untuk Q2 tahun fiskal 2020. Total pendapatan perusahaan naik 14 persen dari tahun sebelumnya menjadi US$36,9 miliar. Namun, divisi gaming tidak memberikan kontribusi besar. Total pendapatan dari divisi gaming hanya mencapai US$3,4 miliar, turun 21 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

“Pendapatan divisi gaming turun US$905 juta atau 21 persen. Pendapatan dari penjualan hardware Xbox turun 43 persen, utamanya karena turunnya jumlah penjualan konsol dan penurunan harga konsol yang dijual. Pendapatan dari layanan dan konten Xbox turun US$295 juta atau 11 persen,” kata Microsoft, seperti dikutip dari Forbes. Sementara penurunan pendapatan dari segmen konten dan service disebabkan karena tingginya pendapatan pada tahun sebelumnya karena adanya game buatan pihak ketiga.

Sebagian besar orang menduga, game pihak ketiga yang dimaksud oleh Microsoft adalah Fortnite. Pada 2018, game itu berhasil mendorong penjualan konsol dan konten dalam game. Namun, pada 2019, hype dari game tersebut mulai menurun, yang berarti para pemainnya tak lagi terlalu aktif dalam membeli item dalam game. Selain Fortnite, game lain yang diduga dimaksud oleh Microsoft adalah Red Dead Redemption 2 yang diluncurkan pada 2018. Pada 2019, tidak ada game lain yang memiliki hype layaknya game tersebut.

Meskipun pendapatan dari divisi gaming mengalami penurunan yang cukup signifikan, Microsoft merasa bahwa ini adalah hal yang wajar. Tahun ini, mereka akan meluncurkan konsol generasi baru, Xbox Series X. Pesaing mereka, Sony, juga disebutkan akan meluncurkan konsol baru tahun ini. Karena itu, tidak heran jika konsumen lebih memilih untuk menunggu hingga konsol terbaru diluncurkan.

Kabar baiknya, jumlah pelanggan Xbox Live dan Game Pass bertambah. Memang, Microsoft telah berhenti mengumumkan jumlah Monthly Active Users (MAU) dari Xbox Live. Namun, CEO Microsoft Satya Nadella mengatakan bahwa jumlah pengguna aktif bulanan dari Xbox Live mencapai rekor tertinggi pada Q2. Sementara jumlah pelanggan Xbox Game Pass bertambah lebih dari dua kali lipat. Selain itu, Microsoft tampaknya memiliki alasan sendiri untuk tetap bertahan di industri game.

Sumber: Forbes, GeekWire, GameIndustry

Sumber header: Pexels

Hasil Penjualan Tiket Bisa Jadi Sumber Pemasukan Baru Bagi Tim Overwatch League dan Call of Duty League

Setelah sukses dengan Overwatch League, Activision Blizzard membuat liga baru tahun ini, yaitu Call of Duty League. Kedua liga tersebut menggunakan model franchise. Selain itu, Activision Blizzard juga meniru sistem kandang-tandang yang digunakan pada olahraga tradisional. Jadi, setiap tim yang ikut serta dalam OWL atau CDL harus memiliki markas di kota mereka untuk menyelenggarakan pertandingan.

Call of Duty League dimulai pada akhir pekan lalu. Pertandingan perdana diadakan di The Minneapolis Armory, yan gmerupakan markas dari Minnesota Rokkr. Menurut laporan The Esports Observer, tiket untuk pertandingan tersebut terjual habis. Secara total, ada 10 ribu fans yang menghadiri pertandingan yang berlangsung selama tiga hari tersebut. Sementara itu, Scott Wilpon, pemilik New York Excelsior, tim yang berlaga di Overwatch League, mengatakan bahwa dia optimistis tiket untuk pertandingan perdana OWL juga akan terjual habis. Pertandingan tersebut akan diadakan di Hammerstein Ballroom yang memiliki kapasitas hingga 2.200 kursi.

“Pasar lokal sangat memudahkan kami dalam mengembangkan dan menumbuhkan bisnis ini,” kata Wilpon. “Ini membedakan tim kami dari tim-tim lain dan memberikan tujuan serta fokus pada kami sebagai organisasi. Kami telah memiliki fans setia di New York yang memang sudah tertarik dengan gaming, dan hal ini memberikan mereka alasan untuk mendukung kami.”

Kabar tiket yang terjual habis membuat Pete Vlastelica, CEO Activision Blizzard Esports dan Comissioner of OWL merasa optimistis tentang penjualan tiket pertandingan sepanjang musim. Meskipun begitu, dia juga tak mau merasa terlalu percaya diri. “Penjualan tiket untuk pertandingan pada awal musim terlihat menjanjikan, ini kabar baik,” kata Vlastelica, seperti dikutip dari The Esports Observer. Dia menambahkan, ada beberapa tim yang hampir menjual habis tiket pertandingan di markas mereka. “Kami akan membuat pengumuman tentang penjualan tiket pada tahun ini, dan itu adalah pencapaian tersendiri.”

Penonton di Overwatch League | Sumber: Activision Blizzard
Penonton di Overwatch League | Sumber: Activision Blizzard

Pada 2020, semua tim OWL akan menyelenggarakan pertandingan di markas mereka setidaknya dua kali. Masing-masing tim mendapatkan 50 persen dari total penjualan tiket, hak siar media, merchandise, dan sponsorship. Saat ini, belum ada satu pun tim OWL yang telah mendapatkan untung. Namun, ini adalah tahun pertama mereka akan mulai mendapatkan penghasilan dari penjualan tiket. Masing-masing tim dapat memutuskan harga tiket pertandingan. Misalnya, harga tiket pertandingan Houston Outlaws dihargai sekitar US$50 sampai US$90. Sementara harga tiket pertandingan Boston Uprising berkisar US$40 sampai US$140 dan Philadelphia Fusion menawarkan tiket dari US$45 sampai US$150.

Vlastelica mengaku, masing-masing tim memiliki kemampuan untuk menjual tiket yang berbeda-beda. Narasumber lain mengatakan, tim yang dapat menjual tiket dengan lebih baik adalah tim yang memiliki eksekutif yang berpengalaman dalam mengadakan sebuah event. “Ini adalah waktu belajar bagi para tim esports. Ada banyak organisasi yang baru melakukan ini untuk pertama kalinya,” ungkap Vlastelica. “Sebagian tim OWL dimiliki oleh organisasi yang juga memiliki tim olahraga tradisional, tapi tidak semuanya. Mereka harus dapat belajar dengan cepat.”

Akankah Super Smash Bros. Ultimate Gantikan Melee?

Nintendo meluncurkan Super Smash Bros. Melee pada 2001 untuk konsol Gamecube. Meskipun sudah berumur hampir dua puluh tahun, game tersebut masih memiliki komunitas esports yang aktif. Sampai saat ini, komunitas Melee masih ikut turun dalam kompetisi esports. Untuk mempertahankan tradisi, mereka juga biasanya masih menggunakan televisi CRT. Tampaknya, keengganan untuk berubah adalah salah satu alasan mengapa komunitas Melee tetap berkeras untuk memainkan Melee meski telah muncul game Smash baru.

Walaupun begitu, tahun ini, domuniasi Melee mungkin akan tergoyahkan dengan keberadaan Super Smash Bros. Ultimate. Nintendo meluncurkan Ultimate pada tahun lalu untuk konsol Switch. Dan game itu terbukti sukses. Faktanya, Ultimate telah menjadi game fighting dengan angka penjualan tertinggi sepanjang masa. Game itu telah terjual sebanyak 15,5 juta kali. Sebagai perbandingan, total penjualan Melee hanya mencapai 7,4 juta.

Selain itu, karena Nintendo tidak pernah merilis ulang Melee untuk konsol yang lebih baru, orang-orang yang tertarik untuk memainkan game itu harus membeli konsol lama dan hanya bisa menemukan game Melee bekas. Ini mungkin bisa menurunkan minat seseorang untuk mencoba bermain Melee, terutama karena sekarang, Anda bisa mengunduh game seperti Fortnite secara gratis dengan mudah.

Menariknya, selama ini, Melee selalu bisa bertahan bahkan setelah muncul game Smash baru. Sebelum ini, Nintendo telah merilis Super Smash Bros. Brawl untuk Wii atau Super Smash Bros 4 untuk Wii U. Kedua game itu memang mendapatkan sambutan hangat ketika pertama kali diluncurkan. Meskipun begitu, pada akhirnya, ketertarikan para pemain akan game tersebut memudar, membuat Melee kembali populer. Menurut kreator konten Melee, Andrew “PracticalTAS” Nestico, inilah yang akan terjadi.

Andrew Nestico 🐼🌎📊@PracticalTAS

The cycle never fails to occur.

* new smash game comes out
* Melee starts losing attendance and viewership
* “Melee is dying”
* sick Melee happens right beside new smash game (YOU ARE HERE)
* fans of the new smash game become Melee fans
* Melee is miraculously revived

372 people are talking about this

Sebagian orang percaya, Melee tak lagi bisa berkembang. Mengingat game itu telah berumur 19 tahun, para pemainnya sudah tahu semua celah dalam game untuk mendapatkan hasil paling maksimal. Sementara Nintendo berencana untuk membuat Ultimate menjadi lebih kompetitif dari dua game pendahulunya, Brawl dan Smash 4. Perusahaan Jepang itu secara rutin mengeluarkan patch untuk memastikan metagame dari Ultimate tidak menjadi stagnan — masalah yang menghantui Smash 4. Switch juga diterima dengan baik di kalangan konsumen. Ini dapat mendorong pertumbuhan scene esports Ultimate.

Super Smash Bros. Ultimate. | Sumber: Nintendo via Engadget
Super Smash Bros. Ultimate. | Sumber: Nintendo via Engadget

Sayangnya, sulit untuk membandingkan data antara Ultimate dan Melee. Pada turnamen Genesis 7 tahun ini, turnamen Melee diikuti oleh 1.106 orang. Sementara dalam peserta Ultimate mencapai 1.680 orang. Namun, Melee masih unggul dari segi penonton. Pada puncaknya, jumlah penonton Melee hampir mencapai 100 ribu orang, sementara jumlah penonton Ultimate hanya berkisar pada angka 90 ribuan.

Satu hal lain yang harus diingat adalah scene esports game Smash memang kurang mendapatkan dukungan dari Nintendo sebagai publisher. Karena itu, biasanya, biaya penyelenggaraan turnamen ditanggung oleh komunitas. Sementara total hadiah untuk peserta juga dikumpulkan dari biaya pendaftaran turnamen. Jika dibandingkan dengan total hadiah turnamen esports lain, total hadiah untuk turnamen Smash jauh lebih kecil. Biasanya, pemain profesional Smash bisa bertahan hidup karena mereka bergabung dengan organisasi esports besar, seperti Team Liquid dan Cloud9. Mengingat Ultimate kini tengah populer, kemungkinan besar, organisasi-organisasi esports tersebut akan lebih melirik pemain Ultimate ketimbang pemain Melee.

Meskipun begitu, Melee masih memiliki pemain baru, termasuk Zain Naghmi, yang baru saja memenangkan turnamen Melee di Genesis 7. Zain dianggap sebagai pemain “post-doc”, sebutan untuk orang-orang yang menjadi fans setelah dokumentar The Smash Brothers dirilis pada 2013. Zain bukan satu-satunya pemain Melee profesional baru.

“Kabar baik bagi Melee untuk mendapatkan pemain baru, khususnya iBDW,” kata Zain pada ESPN. Pemain yang Zain maksud adalah Cody “iBDW” Schwab, yang duduk di peringkat 9 dalam daftar 100 pemain terbaik Super Smash Bros. Melee pada 2019. “Saya rasa, dia akan terus naik level dan akan masuk dalam daftar top 8. Melee tampaknya masih akan bertahan. Pada 2020, ada banyak orang yang bisa ikut dalam turnamen.”

Sumber header: Polygon

Samsung Dukung Piala Presiden Espots 2020 untuk Dekatkan Diri dengan Gamer

Babak final dari Piala Presiden Esports 2020 akan diadakan di pada 1-2 Februari 2020. Samsung menyatakan bahwa mereka akan mendukung turnamen tersebut dengan menyediakan smartphone yang akan digunakan oleh para peserta. Smartphone yang Samsung siapkan adalah Galaxy A80, A51, dan A71. Dalam acara yang diadakan pada 27 Januari 2020, Irfan Rinaldi, Product Marketing Manager, Samsung Electronics Indonesia mengatakan, semua smartphone yang akan digunakan dalam babak final Piala Presiden telah diuji oleh Garena.

Tahun lalu, Piala Presiden Esports hanya memperlombakan Mobile Legends. Namun, tahun ini, pihak penyelenggara memutuskan untuk mengadu Free Fire dan Pro Evolution Soccer. Giring Ganesha, Ketua Panitia Penyelenggara, Piala Presiden Esports 2020 membanggakan, tahun ini, ada 177 ribu orang yang mendaftar untuk ikut serta dalam turnamen itu. Sebagai perbandingan, tahun lalu, ada 18 ribu orang yang mendaftar. Ini berarti, ada kenaikan hampir 10 kali lipat. Satu hal yang harus diingat, Piala Presiden tahun ini memiliki jangkauan yang lebih luas, mencapai Asia Tenggara.

Irfan menjelaskan, sejak awal, Galaxy A Series memang ditujukan untuk anak muda. Selama ini, Samsung menargetkan orang-orang yang ingin menjadi kreator konten. Sekarang, generasi milenial dan gen Z juga mulai tertarik dengan gaming dan esports. Karena itulah, Samsung memutuskan untuk mendukung Piala Presiden Esports 2020. Selain menyediakan perangkat untuk digunakan para peserta turnamen, Samsung juga akan membuka booth, memungkinkan pengunjung untuk mencoba smartphone mereka, Galaxy A71 dan A80.

Samsung Galaxy A71. | Sumber: Dokumentasi Hybrid/Ellavie I.A.

Samsung Galaxy A71. | Sumber: Dokumentasi Hybrid/Ellavie I.A.

“Kami melihat, Piala Presiden memiliki scoop yang luas. Tahapan turnamen mereka tidak terbatas ke nasional, tapi juga regional,” ujar Irfan saat ditanya mengapa Samsung memutuskan untuk mendukung Piala Presiden dan bukannya turnamen esports lain. Memang, tahun ini, Piala Presiden Esports juga akan mempertemukan tim-tim terbaik dari luar Indonesia, seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Kamboja.

Irfan lalu menambahkan, “Acara ini juga didukung oleh pemerintah.” Piala Presiden memang merupakan hasil kolaborasi antara empat badan pemerintah, yaitu Kantor Staff Presiden (KSP), Kementrian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA), Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), dan Kementrian Komunikasi dan Informatika (KEMENKOMINFO).

Irfan mengatakan, ke depan, Samsung juga akan terus berusaha untuk mendekatkan diri dengan komunitas gaming dan esports. “Kita juga akan engage dengan developer dan publisher game,” ujarnya. “Nantinya, kita juga akan mengadakan roadshow ke kampus. Karena membangun komunitas dan talenta di esports, itu juga perlu.” Dia mengungkap, tidak tertutup kemungkinan, Samsung akan bekerja sama dengan salah satu organisasi esports di Indonesia. “Kita masih dalam tahap diskusi tentang endorsement ke tim.”

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Esports kini memang tengah menjadi primadona. Selain merek endemik, banyak merek non-endemik yang turut mendukung liga dan organisasi esports. Meskipun begitu, juga ada kekhawatiran bahwa nilai industri esports terlalu dilebih-lebihkan. Terkait hal ini, Irfan mengatakan bahwa Samsung tidak khawatir.

Overhype esports bukan hal yang negatif. Dan hype-nya terbukti tidak hanya di Indonesia,” ungkap Irfan. Dia sadar, masyarakat Indonesia lebih suka dengan mobile esports daripada game esports pada PC atau konsol. Menurutnya, itu karena mobile gaming jauh lebih mudah untuk diakses. “Beberapa game kayak Free Fire sangat accessible untuk perangkat dari berbagai macam spesifikasi,” katanya. “Kalau bermain game di konsol atau PC, investasinya lebih besar.”

Fnatic Gandeng PCSpecialist Sebagai Penyuplai PC Gaming

Fnatic mengumumkan kerja sama dengan PCSpecialist, menjadikan perusahaan manufaktur komputer tersebut sebagai rekan PC gaming mereka. Itu artinya, PCSpecialist akan menyediakan PC gaming untuk semua tim Fnatic. Saat ini, Fnatic memiliki beberapa tim yang berlaga di berbagai game esports, seperti League of Legends, Counter-Strike: Global Offensive, dan Fortnite. PCSpecialist tidak hanya memberikan PC gaming untuk para pemain Fnatic, mereka juga akan menyuplai markas Fnatic yang ada di London, Berlin, dan Kuala Lumpur dengan PC gaming serupa. Selain itu, PCSpecialist dan Fnatic juga akan bekerja sama untuk membuat konten yang akan diunggah ke media sosial Fnatic.

“PCSpecialist adalah rekan hardware yang sempurna untuk kami. Mereka mengerti apa yang tim kami perlukan dan mereka dapat memberikan perangkat yang memiliki performa yang sangat baik, memungkinkan pemain kami untuk menunjukkan performa terbaik mereka,” kata Patrik Sättermon, Chief Gaming Officer, dikutip dari Esports Insider. “Mereka juga memungkinkan fans dan orang-orang yang ingin menjadi atlet esports profesional di Eropa untuk bermain game menggunakan Official Fnatic Gaming PC.”

Official Fnatic Gaming PC. | Sumber: Fnatic via Esports Insider
Official Fnatic Gaming PC. | Sumber: Fnatic via Esports Insider

Memang, salah satu bagian dari kerja sama antara PCSPecialist dan Fnatic adalah pengadaan Official Fnatic Gaming PC yang tersedia untuk konsumen di Eropa. PC tersebut bisa dibeli secara online atau di toko Currys PC World. Official Fnatic Gaming PC dihargai GBP 1.599 (sekitar Rp28,4 juta). Inilah spesifikasi dari PC tersebut:

Prosesor: AMD Ryzen 7 3700X
VGA: AMD Radeon RX 5700 XT
RAM: 16GB Corsair VENGEANCE RGB Pro 3200MHz
Storage: 500GB Samsung 970 EVO PLUS M.2 SSD dan 2TB SEAGATE BARRACUDA HDD
Cooler: PCS Frostflow RGB High Performance Liquid Cooler
OS: Windows 10 Home

John Medley, Commercial Manager, PCSpecialist mengaku bangga dengan kolaborasi ini. “Gaming merupakan bagian penting dari DNA PCSpecialist. Jadi, kesempatan untuk bekerja sama dengan salah satu organisasi esports terbesar di dunia adalah prospek yang sangat membanggakan bagi kami,” ujarnya.

Esports kini memang tengah menjadi perhatian semua orang. Tahun lalu, nilai industri esports diperkirakan telah menembus US$1 miliar. Angka itu diduga masih akan terus naik. Tidak hanya merek endemik seperti merek hardware yang tertarik untuk mendukung esports, merek-merek non-endemik — mulai dari merek makanan sampai perusahaan manufaktur mobil — yang juga tertarik untuk mendukung esports. Pemerintah dan politikus pun mulai melirik esports.

Twitch, Mixer, YouTube Gaming, dan Facebook Gaming Berebut Streamer Populer

Industri konten game memiliki total pendapatan sebesar US$6,5 miliar pada 2019, menurut data dari SuperData, perusahaan Nielsen yang fokus untuk melacak data industri game. Sementara total jam yang dihabiskan penonton untuk menonton konten video game mencapai jutaan jam setiap harinya. Karena itu, tidak heran jika perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Amazon, Facebook, Google, dan Microsoft berlomba-lomba untuk menyediakan platform streaming game. Saat ini, Twitch milik Amazon masih merajai bisnis platform streaming. Meskipun begitu, dalam waktu setengah tahun belakangan, banyak streamer ternama yang mulai berpindah dari Twitch ke platform pesaing.

Pada Oktober 2019, Michael “Shroud” Grzesiek pindah ke Mixer. Satu bulan kemudian, Soleil “Ewok” Wheeler, streamer Fortnite berumur 14 tahun, menyusul jejak Grzesiek. Sementara Corinna Kopf pindah ke Facebook Gaming pada Desember 2019. Bulan ini, setidaknya ada tiga streamer Twitch yang pindah ke YouTube Gaming. Salah satunya adalah Rachell “Valkyrae” Hofstetter. Tidak heran jika platform streaming saling berebut streamer populer. Menawarkan konten eksklusif dari streamer ternama memang salah satu cara untuk menarik penonton ke sebuah platform streaming.

Perang untuk memperebutkan streamer ini dimulai ketika Mixer menarik Tyler “Ninja” Blevins dari Twitch, pada Agustus 2019. Blevins adalah streamer Fortnite yang sangat populer. Dia mengaku total pendapatannya pada 2018 hampir mencapai US$10 juta. Dia juga memiliki kontrak dengan Adidas dan Red Bull. Menurut Justin Warden, CEO Ader, agensi manajemen talent dan marketing yang bekerja dengan Blevins, Mixer membayar sekitar US$20-30 juta untuk bisa mendapatkan kontrak dengan Blevins.

Sumber: YouTube/Tyler "Ninja" Blevins
Sumber: YouTube/Tyler “Ninja” Blevins

Sementara Ryan Morrison, CEO Evolved, agensi talent, mengatakan bahwa streamer yang memiliki concurrent viewers hingga 10 ribu atau lebih di Twitch bisa mendapatkan tawaran lebih dari US$10 juta dan streamer dengan jumlah fans yang lebih kecil bisa mendapatkan tawaran sampai US$1 juta.

“Sekarang, perang antara platform streaming telah dimulai. Pemicunya adalah kepindahan Ninja,” kata Devin Nash, Chief Marketing Officer di N3RDFUSION, agensi talenta yang mewakili influencer di Twitch dan YouTube. Sementara bagi para perusahaan teknologi, alasan mereka rela untuk mengeluarkan uang besar demi mendapatkan streamer ternama adalah untuk menarik hati para penggemar game dan esports.

“Saya ingin para penonton merasa bahwa mereka bisa menonton semua konten yang mereka mau di YouTube,” kata Ryan Wyatt, Global Head of Gaming, YouTube. Masing-masing platform streaming memiliki kelebihan. Misalnya, jumlah pengguna aktif bulanan Facebook sudah mencapai dua miliar orang. Perusahaan media sosial itu berkata, lebih dari 700 juta orang pengguna Facebook “berinteraksi” dengan konten gaming. Sementara itu, YouTube adalah platform video terbesar di luar live streaming dan Twitch adalah raja platform streaming game saat ini. Sementara Mixer, di bawah Microsoft, memiliki akses ke komunitas Xbox dan nantinya, cloud gaming.

Menurut beberapa mantan pekerja Twitch yang tak mau disebutkan namanya, streamer yang sudah sangat populer seperti Ninja bisa pindah ke platform manapun yang mereka mau. “Mereka tahu betapa berharganya mereka dan mereka juga tahu bahwa kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali. Jadi, mereka akan mencoba untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin saat mereka masih populer,” kata salah satu dari mantan pekerja Twitch, menurut laporan CNN Business.

Alasan Streamer untuk Pindah atau Bertahan di Twitch

Selama bertahun-tahun, Twitch merupakan satu-satunya platform streaming game. Karena itu, tidak heran jika mereka mendominasi pasar platform streaming saat ini. Namun, tidak semua streamer Twitch merasa puas. Salah satu keluhan para streamer adalah karena Twitch tidak konsisten dalam menegakkan peraturan mereka. Misalnya, sebagian streamer yang dianggap melakukan hal-hal terlarang masih diperbolehkan untuk menyiarkan konten mereka sementara sebagian streamer yang lain akan diblokir.

Ki-ka: DrLupo, TimTheTatman, Ninja, dan CouRage. | Sumber: Twitter
Ki-ka: DrLupo, TimTheTatman, Ninja, dan CouRage. | Sumber: Twitter

“Saya lebih senang dengan regulasi Facebook,” kata Corinna Kopf, streamer Fortnite dan model Instagram yang memutuskan untuk pindah ke Facebook dari Twitch pada Desember 2019. Dia mengaku, dia pernah diblokir sementara karena dianggap menggunakan pakaian yang tidak senonoh. “Saya yakin Facebook memiliki regulasi dan peraturan yang lebih konsisten.” Sementara Grzesiek mengatakan bahwa dia tidak menyesali keputusannya untuk pindah ke Mixer. Meskipun jumlah penontonnya kini lebih sedikit, dia merasa penonton Mixer lebih baik dari Twitch.

Tentu saja, tidak semua streamer memutuskan untuk pindah dari Twitch. Tidak sedikit yang memutuskan untuk bertahan, seperti Ben “DrLupo” Lupo, Saqib “LIRIK” Zahid, dan Timothy “TimTheTatman” Betar. “Saya telah menyiarkan konten di Justin TV/Twitch selama tujuh atau delapan tahun sekarang, hampir selama umur platform ini,” kata Nick “NickMercs” Kolcheff. “Saya ingin bisa bertahan di satu platform, sama seperti atlet yang bertahan di satu tim profesional, sepanjang karir saya. Itu adalah pencapaian bagi saya.”

Twitch juga telah memiliki fanbase yang lebih besar. “Saya terlalu sayang pada komunitas saya dan kualitas dari konten saya,” kata Jayden Diaz, yang dikenal di Twitch sebagai “YourPrincess” dan memiliki lebih dari 100 ribu followers. “Saya peduli dengan para penonton. Jika saya pergi demi uang, itu sama saja saya menjual karir saya.”

Di dunia, Twitch memang masih menjadi raja platform streaming untuk konten game. Namun, di Indonesia, platform milik Amazon itu justru kalah telak dari YouTube.

YouTube Gaming Dapat Hak Siar Eksklusif Atas Liga Overwatch, Call of Duty, dan Hearthstone

Persaingan antara platform streaming game semakin memanas seiring dengan semakin populernya game dan esports. Memang, Twitch masih menjadi platform nomor satu, menguasai tiga per empat pangsa pasar, tapi, mereka mulai kehilangan momentum karena para streamer bintang mereka — seperti Michael “Shroud” Grzesiek dan Jack “CouRage” Dunlop — memutuskan untuk pindah ke platform lain seperti Mixer dari Microsoft atau YouTube Gaming.

Seolah itu tidak cukup buruk, Activision Blizzard baru saja mengumumkan bahwa mereka telah menjadikan YouTube Gaming sebagai rekan eksklusif untuk menyiarkan liga dan acara esports profesional mereka. Selain Overwatch League, turnamen esports Activision juga meliputi Call of Duty League, Hearthstone Esports, dan World of Warcraft Esports.

“Misi kami adalah memberikan hiburan berkualitas yang bisa ditonton oleh para fans kami, baik secara live atau sebagai konten on-demand. Dan kami ingin juga menjadikan para pemain profesional kami sebagai superstar. Kerja sama ini memungkinkan kami untuk memenuhi misi tersebut,” kata CEO Activision Blizzard, Pete Vlastelica, dikutip dari PC Gamer. Activision mengatakan, melalui kolaborasi dengan YouTube Gaming, mereka juga akan dapat mengakses berbagai tool AI dari Google Cloud yang dapat menawarkan konten rekomendasi yang telah dikurasi pada para penonton.

“Dalam beberapa tahun belakangan, kami menjalin kerja sama erat dengan Activision Blizzard di berbagai game mobile untuk meningkatkan kemampuan analitik mereka serta memperbaiki pengalaman bermain para pemain. Kami senang karena sekarang, kerja sama kami menjadi lebih dalam dan kami bisa bekerja sama dengan salah satu game developer paling besar dan paling dikenal di dunia,” ujar Head of Gaming, Google Cloud, Sunil Rayan.

Pada akhir 2019, YouTube Gaming memiliki pangsa pasar 22,1 persen. Mendapatkan hak siar eksklusif atas sejumlah liga esports ternama akan membantu mereka untuk meningkatkan pangsa pasar mereka. Doron Nir, CEO Stream Elements mengatakan, saat ini platform streaming game fokus untuk mendapatkan hak siar eksklusif atas konten streamer ternama untuk mendongkrak jumlah penonton mereka. Namun, liga atau turnamen esports sebenarnya juga menarik banyak penonton.

Nir berkata, “Turnamen esports biasanya memiliki penonton paling besar. Di Twitch, dua channel yang paling sering ditonton sepanjang 2019 adalah Riot Games dan Overwatch League. Ini berarti, kontrak eksklusif Activision Blizzard dengan YouTube akan memiliki dampak signifikan dalam membangun portofolio mereka dan menunjukkan komitmen mereka pada pasar platform streaming.”

Overwatch League kini akan disiarkan di YouTube Gaming. | Sumber: PC Gamer
Overwatch League kini akan disiarkan di YouTube Gaming. | Sumber: PC Gamer

Sekarang, Twitch memang masih mendominasi pasar platform streaming. Namun, pangsa pasar mereka terus turun. Menurut laporan Forbes, salah satu alasannya adalah karena penghasilan Twitch tidak sebanyak yang diharapkan Amazon, perusahaan induknya.

Bulan ini, Twitch dilaporkan bahwa mereka gagal mencapai target penghasilan yang telah ditetapkan. Mereka hanya berhasil mendapatkan US$300 juta dari target US$500-600 juta. Sebagai perbandingan, total pendapatan Amazon bisa mencapai US$232,9 miliar. Ini menunjukkan betapa kecilnya kontribusi Twitch pada total pendapatan Amazon. Jadi, kecil kemungkinan Amazon akan memberikan dana besar pada Twitch untuk mendapatkan kontrak eksklusif dengan streamer atau turnamen esports.

Sementara itu, setiap tahunnya, YouTube berkontribusi sekitar US$16-25 miliar pada pendapatan Google. Dan Facebook memiliki pendapatan US$16,9 miliar per tahun. Baik YouTube maupun Google bisa menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan divisi live streaming mereka, misalnya dengan membuat perjanjian eksklusif dengan kreator konten atau mendapatkan hak siar atas liga esports. Tak hanya itu, Facebook dan Google juga telah memiliki pengalaman yang lebih baik dalam memonetisasi konten via iklan.

Saat ini, Twitch memang masih sukses. Namun, tren menunjukkan bahwa dominasi mereka mulai tergerus oleh para pesaingnya. Amazon mungkin harus menyuntikkan dana besar pada Twitch agar platform streaming tersebut bisa bersaing dengan para pesaingnya.

OverActive Media Kolaborasi dengan Universal Music Canada

Musik memiliki peran penting dalam game dan esports karena ia bisa digunakan untuk membangun atmosfer. Dengan tujuan untuk menggabungkan musik dan esports, OverActive Media bekerja sama dengan Universal Music Canada.

OverActive Media adalah perusahaan yang memiliki tim dari Overwatch League, Toronto Defiant serta Toronto Ultra, tim yang akan berlaga di Call of Duty League. Dengan kerja sama ini, para pemain dari masing-masing tim dapat membuat playlist sendiri. Memang, sebelum ini, para pemain Toronto Ultra dan Defiant menggunakan Twitter untuk meminta saran pada para fans mereka tentang musik yang harus mereka masukkan dalam playlist mereka. Playlist itu kini sudah bisa didengarkan melalui Spotify, Apple Music, dan YouTube. Selain itu, tim Toronto Defiant dan Ultra juga mendapatkan musik saat tim melakukan walk-out.

President dan CEO OverActive Media, Chris Overholt menyambut hangat kolaborasi ini. Dia percaya, kerja sama tersebut akan memberikan dampak positif untuk industri esports dan musik. “Musik adalah bagian penting dari para pemain kami, baik dalam kehidupan pribadi atau profesional mereka, dan kami senang  melihat tim kami dapat membuat konten original dan bekerja sama bersama superstar dan musisi berbakat asal Kanada,” kata Overholt, menurut laporan Daily Esports.

Mengingat Call of Duty League akan dimulai dalam waktu dekat dan Overwatch League juga akan memulai season baru sebentar lagi, para fans dari Toronto Defiant dan Ultra mengharapkan, musisi Universal Music Canada akan melakukan konser live dalam saat pertandingan berlangsung. Ini bukan kali pertama OverActive Media bekerja sama dengan Universal Music Canada. Tahun lalu, mereka juga mengundang rapper NAV dan Zach Zoya saat membuat pengumuman tentang keberadaan tim Call of Duty mereka, Toronto Ultra.

Chairman dan CEO Universal Music Canada, Jeffrey Remedios juga menyambut kerja sama ini dengan senang hati. “Kolaborasi kami dengan OverActive Media memungkinkan kami untuk memperkenalkan para musisi kami dan musik mereka ke komunitas gaming yang sangat interaktif,” ujarnya.

Musik tampaknya mulai menjadi perhatian perusahaan game dan esports. Pada awal bulan ini, Tencent Music Entertainment memimpin konsorsium untuk membeli saham dari Universal Group Music. Ini memungkinkan Tencent untuk mengakses lebih banyak musik buatan musisi negara-negara Barat.