Lenovo Kenalkan Laptop Bisnis ThinkPad L390 dan L390 Yoga

Lenovo telah mengumumkan kehadiran laptop ThinkPad L series terbaru mereka di Indonesia, ThinkPad L390 dan L390 Yoga. Keduanya dirancang untuk kalangan bisnis, baik skala kecil sampai enterprise.

Keistimewaan dari Lenovo ThinkPad L390 dan L390 Yoga adalah bertenaga prosesor Intel generasi terbaru Whiskey Lake dan daya tahan baterainya mampu bertahan hingga 14 jam. Pengisian baterainya juga lebih singkat berkat fitur Rapid Charge, dari 0 persen hingga 80 persen hanya butuh waktu 1 jam. Isi ulang baterainya pun sudah menggunakan port USB-C.

Kedua laptop ThinkPad L series ini sama-sama mengusung layar 13,3 inci, konfigurasi prosesor hingga Intel Core i7, dengan media penyimpanan SSD hingga 512GB, besaran RAM hingga 32GB, serta tersedia dalam pilihan warna black dan silver.

Bedanya, label “Yoga” yang ada menandakan bahwa laptop tersebut punya desain convertible 2-in-1, di mana layarnya dapat ditekuk hingga 360 derajat. ThinkPad L390 Yoga juga dilengkapi pen dan rumah pen di body-nya.

Untuk ThinkPad L390 versi standar, tersedia dalam resolusi layar HD TN, Full HD IPS, dan Full HD IPS dengan touchscreen. Sementara, untuk ThinkPad L390 Yoga tersedia dalam resolusi layar Full HD IPS dengan touchscreen. Keduanya masih menggunakan integrated graphic Intel UHD 620.

Desain premium ThinkPad melekat erat pada kedua laptop ini, unit yang saya coba berwarna silver yang tampil modern dan bila ingin mendapatkan kesan yang lebih kuat maka bisa pilih warna hitam. Tombol penggerak cursor berwarna merah di tengah keyboard tentunya menjadi bagian tak terpisahkan dari ThinkPad.

Ukuran layar 13,3 incinya membuat dimensi laptop cukup ringkas sehingga mudah dibawa. Namun terus terang body-nya masih terlihat sedikit tebal (ketebalannya 18,8mm) meski sebenarnya cukup tipis diantaranya jajaran ThinkPad L series.

Seri ThinkPad L sendiri merupakan laptop bisnis paling terjangkau dari keluarga ThinkPad. Sebagai laptop bisnis, aspek security pun sangat diperhatikan. Ada fingerprint reader dengan chip khusus dTPM 2.0, slot Kensington lock untuk menjangkarkan laptop, infrared camera untuk Windows Hello (khusus untuk L390 Yoga).

Lenovo belum mengungkapkan detail harga dan varian atau konfigurasi apa saja yang hadir di Indonesia. Mereka hanya memberi kisaran, kalau ThinkPad L390 konfigurasi paling dasar dibanderol US$659 atau sekitar Rp9,2 juta dan US$885 atau Rp12,4 juta untuk ThinkPad L930 Yoga.

Saat ini, perusahaan bisa memesan produk ini langsung ke Lenovo dan bisa kustom sesuai kebutuhan. Nantinya ThinkPad L390 dan L390 Yoga juga bisa diperoleh dari channel retail pada awal atau pertengahan bulan Maret mendatang.

Fujifilm X-T30, Versi Hematnya X-T3 dengan X-Trans 4 26-MP

Berbeda dengan Canon, Nikon, dan Panasonic yang tengah sibuk mengembangkan ekosistem mirrorless full frame mereka masing-masing, Fujifilm masih enggan berkecimpung di ranah full frame.

Setidaknya untuk saat ini, menurut mereka peningkatan yang dibawa oleh sensor full frame dari APS-C tidak terlalu signifikan dan Fujifilm lebih memilih lompat langsung ke medium format.

Setelah merilis Fujifilm X-T3, kamera mirrorless APS-C flagship dengan sensor X-Trans 4 pada bulan September 2018 lalu, kini mereka telah mengumumkan Fujifilm X-T30.

7375721263

Penerus dari Fujifilm X-T20 ini mengangkut banyak fitur baru yang terdapat pada Fujifilm X-T3, sensor baru BSI CMOS X-Trans 4 26-megapixel salah satunya.

Fujifilm X-T30 juga didukung X-Processor 4 dengan CPU quad-core yang sama. Memiliki sistem AF hybrid 425 poin mencakup seluruh frame dan native ISO terendahnya adalah 160. Ia mampu memotret berturut-turut hingga 20 fps dengan continuous autofocus dan 8 fps dengan mechanical shutter.

9175420850

Selain itu, fitur seperti face detection diklaim lebih cepat dibanding X-T20, eye detection AF kini dapat digunakan dalam mode AF-C, dan phase detection AF dapat bekerja di kondisi cahaya yang lebih rendah.

Urusan perekaman video, Fujifilm X-T30 memang tidak secakap X-T3 yang mampu merekam video 4K 60 fps. X-T30 hanya mampu merekam video 4K 30 fps saja, 8-bit 4:2:0 internal recording dan 10-bit 4:2:2 ke external recorder melalui HDMI.

6219299555

Soal tampilan, bisa dibilang keduanya punya desain mirip-mirip. Namun, dimensi Fujifilm X-T30 sedikit lebih ringkas (119x72x60 mm) dan bobotnya lebih ringan hanya 423 gram. Layarnya sudah touchscreen dengan mekanisme tilting yang bisa dimiringkan ke atas-bawah, berukuran 3 inci dengan resolusi 1,04 juta dot.

Di atas layar terdapat viewfinder electronic dengan panel OLED resolusi 2,36 juta dot. Tentu saja, Fujifilm X-T30 sudah dilengkapi konektivitas WiFi dan Bluetooth. Daya tahan baterainya sendiri diklaim lebih lama, hingga 380 jepretan sekali charge.

3061679876

Harga Fujifilm X-T30 dibanderol US$899 atau sekitar Rp12,6 juta untuk body only. Bila dengan lensa XC 15-45mm F3.5-5.6 OIS Power Zoom dibanderol US$999 (Rp14 juta) dan US$1.299 (Rp18,3 juta) dengan lensa 18-55mm F2.8-4.

Fujifilm juga turut mengumumkan lensa prime wide-angle XF 16mm f/2.8 R WR. Focal lenght 16mm ini setara dengan 24mm di full frame dan dibanderol US$400 atau sekitar Rp5,6 juta.

Sumber: DPreview

Canon EOS RP, Mirrorless Full Frame Kedua Canon Harga Lebih Terjangkau

Saat Canon merilis kamera mirrorless full frame perdana mereka pada bulan September 2018 lalu, Canon menegaskan bahwa EOS R baru yang pertama. Sekarang Canon telah mengumumkan EOS RP, kamera mirrorless full frame kedua Canon ini masuk dalam kategori entry-level dan harganya lebih terjangkau.

Sebagai pembanding, EOS R dibanderol US$2.300 atau sekitar Rp32 juta untuk body only. Sementara, body only EOS RP dibanderol US$1.300 atau sekitar Rp18 juta. Semoga saja, saat masuk ke Indonesia harga EOS RP tidak tembus lebih dari Rp20 juta. Harga EOS R di Indonesia sendiri adalah Rp39.999.000 untuk body only.

canon-eos-rp-mirrorless-full-frame-kedua-canon

Bila EOS R ditujukan untuk para fotografer kelas kakap, EOS RP ini dirancang untuk para fotografer pengguna kamera dengan sensor APS-C Canon seperti EOS M, agar beralih ke dunia mirrorless full frame. Lalu, apa perbedaan antara EOS R dan EOS RP?

Spesifikasi Canon EOS R

canon-eos-rp-mirrorless-full-frame-kedua-canon

Canon EOS RP mengusung sensor CMOS full frame 26,2-megapixel, resolusinya sedikit turun dari 30,3-megapixel yang ada pada EOS R. Didukung oleh prosesor gambar Digic 8 yang sama, dengan kecepatan berturut-turut 5 fps (EOS R 8 fps), dan rentang ISO dari 100-40.000 (bisa diperluas menjadi 50-102.400).

Sistem autofocus-nya menggunakan teknologi Dual Pixel AF. Total ada 4.779 titik fokus yang dapat dipilih, yang mencakup 88% bentang vertikal dan 100% bentang horizontal dari frame (EOS R memiliki 5.655 titik fokus).

Soal perekaman video, EOS RP mampu merekam video 4K 24 fps pada bitrate 120 Mbps, dengan kedalaman warna 8-bit untuk perekaman internal dan eksternal. Sebagai pembanding, EOS R dapat merekam video 4K pada 30fps pada 480 Mbps dengan kedalaman warna hingga 10-bit untuk perekam eksternal. Satu lagi, tidak seperti EOS R, EOS RP tidak menawarkan Canon Log.

Desain dan Kontrol

canon-eos-rp-mirrorless-full-frame-kedua-canon

Seperti Canon EOS R, EOS RP menggunakan mount RF baru dan kompatibel dengan banyak pilihan lensa EF dan EF-S Canon lewat adaptor. Namun dimensi EOS RP lebih ringkas yakni 127x97x61 mm, sedangkan EOS R 136x98x84 mm.

Desain keduanya memang terlihat identik dan EOS RP juga masih mengadopsi mekanisme layar fully articulated yang bisa ditarik ke samping dan diputar hingga 180 derajat. Layar pada EOS RP berukuran 3 inci beresolusi 1,04 juta dot, (EOS R 3,2 inci 2,1 juta dot).

Di atas layar, ada electronic viewfinder (EVF) berpanel OLED 0,39 inci dengan resolusi 2,36 juta dot (EOS R 3,69 juta dot). Selain itu, Anda tak akan menemukan panel OLED kecil yang menampilkan sejumlah parameter kamera di pelat atas. Touchbar M-Fn bar andalan EOS R juga absen pada EOS RP.

canon-eos-rp-mirrorless-full-frame-kedua-canon

Seperti EOS R, EOS RP memiliki satu slot SD card UHS-II dan tidak memiliki in-body stabilization. Jadi, akan bergantung pada IS di lensa.

Canon EOS RP mulai beredar di bulan Maret dengan harga US$1.300 atau sekitar Rp18 juta untuk body only, US$1.999 atau sekitar Rp28 juta dengan adaptor lensa EF dan lensa EF 24-105mm IS STM, atau US$2.400 atau sekitar Rp33 juta dengan lensa RF 24-105mm F4 L IS USM.

Sumber: DPreview

Samsung Galaxy S10 akan Menjadi Smartphone yang Cukup Sempurna untuk Vlogging

Tinggal 6 hari lagi, Samsung akan menggelar acara Unpacked dan meluncurkan smartphone flagship termutakhirnya – Galaxy S10. Melalui beberapa video teaser baru yang dirilis oleh Samsung, ada beberapa hal yang dapat dipastikan.


Pertama, layar Galaxy S10 masih bebas dari notch. Kedua Galaxy S10 bakal punya ultrasonic in-display fingerprint reader, karena menggunakan teknologi ultrasonic maka harusnya tingkat akurasi dan kecepatannya lebih gesit.

Ketiga, pengisian daya secara nirkabel Galaxy S10 mendukung fast wireless charging 15W dan reverse wireless charging 9W yang memungkinkan mengisi daya smartphone lain yang support wireless charging. Baterainya sendiri berkapasitas 4.100 mAh.

Keempat dan yang sangat membuat saya sangat penasaran adalah kemampuan dan spesifikasi kamera depannya. Katanya resolusinya 10-megapixel, mampu merekam video 4K, dilengkapi dengan OIS (Optical Image Stabilization), dan sistem autofocus Dual Pixel.

Artinya, Galaxy S10 akan menjadi smartphone yang cukup sempurna untuk aktivitas vlogging. Tinggal pasangkan ke mini tripod dan aksesori mikrofon eksternal atau clip-on untuk mendapatkan audio lebih baik.

Semua tentang Samsung Galaxy S10 ini akan terjawab pada tanggal 21 Februari nanti, kita tunggu sebentar lagi. Kabarnya, akan ada tiga varian yang dirilis yaitu Galaxy S10, Galaxy S10+, dan versi yang lebih terjangkau Galaxy S10e. Kemungkinan, jajaran Galaxy S10 akan menyambangi pasar Indonesia pada bulan Maret.

Sumber: GSMArena

Huawei Umumkan Y6 Pro 2019, Diotaki Chipset Helio A22

Pada segmen entry-level, Huawei memiliki smartphone seri Y atau Young series. Seperti Huawei Y7 Pro 2 yang dirilis di Indonesia pada bulan Januari lalu.

Review-nya juga sudah keluar, menurut saya Huawei Y7 Pro 2019 adalah smartphone entry-level rasa kelas menengah. Mengandung sejumlah elemen kekinian seperti notch dan dual camera, namun tanpa fingerprint sensor.

pic_s1_phone_blue

Huawei Y7 Pro 2019 juga punya saudara yakni Huawei Y6 Pro 2019 yang baru-baru ini dirilis di Filipina. Keduanya berpenampilan mirip-mirip, mengemas desain ‘dewdrop display‘ dengan notch berukuran mini berbentuk setetes air dan masih tanpa fingerprint sensor.

Bedanya Huawei Y6 Pro 2019 diotaki oleh chipset MediaTek Helio A22 dan hanya punya satu kamera di belakang. Chipset Helio A22 ini terdiri dari CPU quad-core 2.0 GHz Cortex-A53 dan GPU PowerVR GE8320. Kinerjanya disokong besaran RAM 3GB dan ruang penyimpanan 32GB yang bisa diperluas dengan menyisipkan microSD.

pic_s1_phone_black

Layarnya sendiri berjenis IPS berukuran 6.09 inci dengan resolusi HD+ (720×1560 piksel), dalam rasio 19.5:9. Sistem operasinya sudah yang paling baru, Android 9.0 Pie dengan sentuhan EMUI 9 dan kapasitas baterainya sedang saja 3.020 mAh. Sementara untuk urusan fotografi, ditangani kamera utama 13-megapixel (f/1.8, PDAF) dan 8-megapixel (f/2.0) di bagian depan.

Huawei Y6 Pro 2019 hadir dalam warna midnight black dan sapphire blue. Smartphone ini dibanderol 6.990 Peso Filipina atau sekitar Rp1,8 juta, pre-order dibuka pada tanggal 18 Februari dan dijual pada tanggal 23 Februari.

Sumber: GSMArena

Olympus Umumkan Lensa Sapu Jagat 12-200mm f/3.5-6.3 dengan Zoom 16.6x

Rekan seperjuangan Olympus dalam mengembangkan sistem Micro Four Thirds (MFT) yakni Panasonic, telah berpaling dan terjun ke segmen mirrorless full-frame dengan jagoan Lumix S1 dan S1R. Bagaimana dengan Olympus?

Tampaknya tidak dalam waktu dekat, karena belum lama ini Olympus telah meluncurkan mirrorless flagship baru dengan sensor Micro Four Thirds yakni Olympus OM-D E-M1X.

olympus-umumkan-lensa-sapu-jagat-12-200mm-f3-5-6-3-1

Lalu, sekarang mereka juga baru saja mengumumkan lensa zoom baru super-telephoto M.Zuiko Digital ED 12-200mm f/3.5-6.3 untuk sistem Micro Four Thirds yang menawarkan pembesaran hingga 16,6x.

Ya, lensa sapu jagat ini memiliki rentang fokal dari 12mm yang sangat wide sampai telephoto 200mm, setara dengan 24-400mm di full-frame. Tentu saja, sangat serba guna mencakup untuk segala jenis fotografi. Sangat cocok untuk dibawa traveling, karena cukup membawa satu lensa saja.

Lensa M.Zuiko Digital ED 12-200mm f/3.5-6.3 memiliki body yang tahan terhadap debu (dustproof) dan anti percikan (splashproof). Namun lensa ini tidak memiliki stabilisasi bawaan, sehingga akan sangat bergantung pada IS di body kamera.

Jarak fokus minimumnya 22cm dan menggunakan mekanisme pemfokusan Olympus MSC. Pengoperasian fokus manual yang tenang ini sangat berguna saat merekam video. Untuk harganya, Lensa M.Zuiko Digital ED 12-200mm f/3.5-6.3 dibanderol US$900 atau sekitar Rp12,6 juta dan tersedia mulai bulan Maret.

Sumber: Petapixel

Fitur AI Enhance Details Bergulir ke Adobe Lightroom, Tingkatkan Kualitas Foto Secara Signifikan

Bagi yang bergelut di dunia fotografi, tentunya paham betul mengenai tahap pasca produksi yakni editing gambar sebelum siap dipublikasikan. Kalau bicara mengenai editing, maka tak lepas dari software powerful besutan Adobe.

Adobe telah merilis update Februari 2019 untuk ekosistem fotografinya dengan membawa fitur baru berbasis AI yang disebut Enhance Details untuk Lightroom CC, Lightroom Classic CC, dan Adobe Camera Raw.

image3

Singkatnya, Enhance Details ini memungkinkan kita meningkatkan resolusi foto Raw pada sensor berbasis Bayer dan X-Trans hingga 30 persen. Dengan meningkatkan detail halus, rendering warna, dan menyelesaikan masalah terkait sensor X-Trans pada kamera Fujifilm.

Fitur menarik lainnya ialah Lightroom CC dapat menggabungkan foto Raw dan non-Raw menjadi foto HDR dan HDR panorama. File DNG yang dihasilkan juga mempertahankan kelebihan dari foto Raw seperti kemampuan mengubah white balance dan memulihkan highlight untuk hasil yang terbaik.

Dibantu dengan kontrol baru yang disebut Target Adjustment Tool (TAT) dan Histogram baru yang kini memiliki indikator kliping. Singkatnya, Target Adjustment Tool ini menyuguhkan kontrol yang tepat atas warna dan nada warna menggunakan Tone Curve, Color Mixer, dan B&W Mixer.

Sumber: DPreview dan Theblog.adobeL

Kamlan Umumkan Lensa Fisheye 7.5mm F3.2 Terjangkau untuk Sistem Micro Four Thirds

Saat ini, ada beberapa sistem kamera mirrorless yang populer. Kalau diurut dari besaran ukuran sensor, ada medium format, full frame, APS-C, dan Micro Four Thirds (MFT).

Setiap sistem tentunya memiliki keunggulan dan kelemahannya. Misalnya, sistem Micro Four Thirds yang ada pada jajaran kamera mirrorless Panasonic dan Olympus.

Mereka memiliki fitur yang tergolong lengkap, seperti perekam video 4K, dan stabilizer di body kamera, dan ukuran lensa relatif kecil. Tapi, lensa Micro Four Thirds ini memiliki crop factor (focal length multiplier) sekitar 2X dibanding full frame.

Jadi, bila Anda membeli lensa dengan focal lenght 25mm, maka ekuivalen dengan 50mm di full frame yang mana itu masih cukup sempit. Tapi itu bukan masalah besar, karena ekosistem mirrorless Micro Four Thirds kuat.

kamlan-umumkan-lensa-fisheye-micro-four-thirds-2

Nah yang terbaru datang dari produsen optik asal Tiongkok yakni Kamlan Optical. Mereka telah mengumumkan lensa fisheye 7.5mm F3.2 untuk sistem Micro Four Thirds.

Lensa fix manual fokus ini menyuguhkan sudut pandang 160 derajat, konstruksinya terdiri dari tujuh elemen dalam enam grup. Body-nya berukuran 48x58mm dan beratnya 250 gram.

kamlan-umumkan-lensa-fisheye-micro-four-thirds-3

Lebih lanjut, lensa Kamlan ini memiliki jarak fokus minium 10mm dan aperture paling kecil F16. Harga lensa Kamlan fisheye 7.5mm F3.2 ini dibanderol cukup terjangkau yakni US$230 atau sekitar Rp3,2 juta.

Sumber: DPreview

[Review] Asus ROG Phone, Label Smartphone Gaming Bukan Isapan Jempol Belaka

Kemunculan smartphone gaming semakin marak, ada Razer Phone dan penerusnya Razer Phone 2, ZTE Nubia Red Magic, Xiaomi Black Shark dan penerusnya Black Shark Helo, serta Asus ROG Phone yang sangat membuat saya penasaran.

Sejalan dengan esports yang tengah naik daun di Indonesia, menjadi gamer profesional atau atlet esports kini tak lagi dipandang sebelah mata. Banyak juga turnamen yang mempertandingkan game mobile seperti Mobile Legends, Arena of Valor, dan PUBG Mobile.

Akhirnya, kita punya satu yang secara resmi masuk Indonesia – ROG Phone. Awalnya saya masih bertanya-tanya, apakah kita benar-benar membutuhkan smartphone gaming. Tidak sedikit yang berpendapat bahwa label “gaming” di sini hanya sebatas “untuk tujuan marketing“. Setelah menggunakan ROG Phone selama dua minggu, saya punya pendapat sendiri.

Harga & Spesifikasi

Review-Asus-ROG-Phone

Asus ROG Phone ini dibanderol Rp12.999.000 untuk varian RAM 8GB dan storage 128GB. Serta, Rp14.499.000 untuk varian RAM 8GB dan storage 512GB. Berikut spesifikasi utama dan review Asus ROG Phone selengkapnya.

  • OS Android 8.1 Oreo; ROG Gaming X UI
  • Layar AMOLED 6 inci Full HD+ (1080×2160 piksel), aspek rasio 18:9 (~402 ppi), Corning Gorilla Glass 6, 108.6% DCI-P3 color gamut, HDR, 90 Hz (1ms pixel response time)
  • Chipset Qualcomm Snapdragon 845
  • Memori 128/512 GB, 8 GB RAM
  • Kamera utama 12 MP, f/1.8, 24mm (wide), 1/2.55″, 1.4µm, 4-axis OIS, dual pixel PDAF
  • Kamera sekunder 8 MP, 12mm, no AF
  • Kamera depan 8 MP, f/2.0, 24mm (wide
  • Baterai 4.000 mAh

Smartphone Gaming vs Smartphone Flagship

Review-Asus-ROG-Phone

Lalu, apa yang membedakan smartphone gaming seperti ROG Phone dari smartphone flagship biasa? Karena smartphone yang diotaki oleh chipset yang sama, misalnya Snapdragon 845 – tentunya menyuguhkan performa yang identik sampai pada batas tertentu.

Tentu saja, aspek performa ini barulah satu dari banyak faktor. Sebut saja, mulai dari tampilan desain, layar dengan refresh rate lebih tinggi, penempatan speaker, sistem cooling, tool gaming, hingga dukungan aksesori.

Review-Asus-ROG-Phone

Target pasarnya juga pasti berbeda, smartphone seri flagship adalah versi tertinggi, di mana pabrikan ponsel mengerahkan semua teknologi miliknya untuk membuat smartphone terbaik dan menyasar pasar premium.

Sementara, smartphone seri gaming merupakan smartphone yang memang dirancang untuk memaksimalkan fungsi gaming dan menyasar para pecinta game mobile dan “hardcore gamer“. Nah, seberapa baik ROG Phone menghadirkan pengalaman dalam bermain game?

Sistem Cooling

Review-Asus-ROG-Phone

Beberapa aspek pada smartphone gaming ROG Phone memang dapat ditemukan di smartphone flagship normal. Sebut saja, chipset Snapdragon 845 dan sistem cooling untuk meredam panas selagi kita bermain dalam waktu yang cukup lama.

Pada ROG Phone, disebut GameCool Vapor-Chamber. Sistem pendingin ini menggunakan air raksa sebagai salah satu media pendingin. Cairan tersebut akan menguap saat prosesor memanas dan kembali menjadi cair ketika suhunya normal.

Asus juga melengkapi ROG Phone dengan aksesori kipas yang disebut AeroActive Cooler. Aksesori ini dapat dilepas pasang untuk pendingin tambahan, kecepatan kipasnya dapat diatur melalui Game Center.

Desain & Kelengkapan Atribut

Review-Asus-ROG-Phone

Kalau Anda diperhatikan, rasio screen-to-body di smartphone flagship terus meningkat. Para pabrikan ponsel seolah berlomba-lomba menghapus keberadaan bezel atau bingkai pada bagian layar. Kemunculan notch juga salah satu cara untuk menaikkan rasio screen-to-body.

Desain bezel-less tersebut memang membuat smartphone tampil semakin futuristik dan terlihat lebih menawan. Tapi mengorbankan aspek ergonomis, sehingga kurang nyaman dioperasikan dan digenggam lama-lama.

Sementara, desain smartphone gaming seperti ROG Phone dirancang agar memberikan handling yang nyaman. Asus masih menyisakan bezel yang cukup tebal di dahi dan dagu, untuk mengistirahatkan jempol saat bermain.

Review-Asus-ROG-Phone

Asus juga menempatkan speaker stereo dengan dua amplifier NXP 9874 terpisah yang sangat kencang menghadap ke depan di bezel atas dan bawah, sehingga keluaran suara tidak terhalangi oleh tangan. Dengan spesifikasi 24-bit/192KHz audio engine yang mendukung Hi-Res Audio files, New DTS:X 1.0, dan 7.1-channel surround-sound menggunakan earphone.

Kelengkapan atributnya juga lebih lengkap, selain tombol power dan volume di samping kanan – ROG Phone memiliki tiga port USB-C. Satu diletakkan di sisi bawah dan dua lainnya di samping kiri untuk menempatkan aksesori.

Review-Asus-ROG-Phone

Headphone jack audio 3.5mm tetap disediakan, letaknya di sisi bawah. Saat aksesori AeroActive Cooler dipasang, kita mendapatkan ekstra port USB-C dan headphone jack audio 3.5mm. Jadi, bisa charge smartphone dan menancapkan headphone tanpa mengganggu permainan.

Sementara, letak sensor pemindai sidiknya agak tinggi – butuh usaha ekstra untuk jari telunjuk menjangkaunya. Bentuknya juga biasa, tidak bulat melainkan memanjang ke samping. Meski terasa agak canggung, performa cukup cepat dan akurat.

Kalau soal tampilan, ROG Phone mengusung desain Tactical Knife yang terlihat unik dan keren. Di bagian belakang terdapat logo ROG yang memiliki lampu RGB, ukurannya cukup besar, dan sangat mencolok seperti yang ditemui di laptop gaming Asus ROG.

Review-Asus-ROG-Phone

Fitur ini disebut Aura RGB lighting, pengaturan lengkapnya ada di Game Center. Dapat menampilkan berbagai mode warna seperti static, breathing, strobing, dan color cycle. Kemudian kita bisa memilih warna suka-suka, tingkat kecerahan, dan kecepatannya.

Review-Asus-ROG-Phone

Logo ROG ini juga bisa digunakan sebagai LED notifikasi. Tak lupa, tulisan Republic of Gamers menegaskan brand gaming dari Asus. Aksen orange pada speaker ganda di bagian depan juga menambah kental nuansa gaming-nya.

Build quality ROG Phone juga sangat baik, dengan kerangka dari material logam, bagian muka berlapis Corning Gorilla Glass 6, dan Gorilla Glass 5 di bagian belakang.

Kontrol yang Presisi

Review-Asus-ROG-Phone

Fitur favorit saya di ROG Phone adalah AirTriggers, seolah smartphone ini memiliki tombol R1 dan L1 yang ada di bagian atas gamepad atau controller stick PlayStation.

AirTriggers ini menggunakan teknologi ultrasonic, dua sensor ditempatkan di sebelah kanan (atas dan bawah), satu lagi sebelah kiri (bawah). Posisi ini membuat kita nyaman saat bermain game di mode landscape.

Misalnya saat bermain game PUBG Mobile, saya mengatur sensor sebelah kiri untuk menembak dan sensor sebelah kanan untuk menggunakan scope. Jadi, saya bisa baku tempak sambil bergerak menghindari tembakan musuh dengan jempol kiri dan disaat yang sama dapat mengarahkan sasaran dengan jempol kanan, dan menembak dengan jari telunjuk kiri.

Review-Asus-ROG-Phone

Sensor ultrasonic-nya sangat responsif, kita hanya perlu menyentuh tanpa perlu menekan keras-keras. Ada feedback berupa getaran dan response time hanya 10ms, sehingga menyuguhkan kontrol yang presisi dan sensasi seperti bermain dengan controller di konsol.

Bicara tentang konsol, saya juga sempat membandingkan bermain game mobile yang hijrah ke konsol seperti Arena of Valor dan Fortnite di Nintendo Switch dan ROG Phone. Harus diakui, bahwa kedua game tersebut lebih seru dimainkan di smartphone. Tapi, kalau bicara kualitas game dan ekosistem secara keseluruhan, jelas bahwa game-game di Nintendo Switch lebih berkualitas.

Layar dengan Refresh Rate Tinggi

Review-Asus-ROG-Phone

Layar pada smartphone flagship Android memiliki kualitas yang menakjubkan, tapi kebanyakan hanya memiliki refresh rate 60Hz. Singkatnya, semakin cepat refresh rate, maka semakin banyak frame yang dapat di-render per detiknya, sehingga kualitas grafis yang ditampilkan semakin halus.

Layar AMOLED pada Asus ROG Phone ini memiliki angka refresh rate cukup tinggi hingga 90Hz dan response time 1ms. Ya, memang masih di bawah Razer Phone, Razer Phone 2, iPhone XR, dan iPhone XS Max yang memiliki refresh rate 120Hz.

Review-Asus-ROG-Phone

Selain itu, layar 6 inci dengan resolusi Full HD+ (1080×2160 piksel) dalam rasio 18:9 ini telah mendukung HDR, mencakup 108.6 persen dari color space DCI-P3, 145 persen sRGB color gamut, dan contrast ratio 100.000:1 untuk tampilan grafis yang memanjakan mata.

Pengaturan refresh rate ini bisa dijumpai di Settings > Display atau pada Game Profiles di Game Center. Beberapa game yang support 90Hz bahkan 120Hz yang sudah saya coba antara lain Injustice 2, Lineage 2: Revolution, Arena of Valor, dan Vainglory. Sedangkan, PUBG Mobile hanya mentok pada 60fps.

Baterai & Performa

Review-Asus-ROG-Phone

Asus ROG Phone menjalankan OS Android 8.1 Oreo, ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 845 Mobile Platform yang sedikit di-overclock pada 2.96GHz, disokong RAM 8GB, pilihan penyimpanan 128GB atau 512GB, dan baterai berkapasitas 4.000 mAh. Berikut hasil benchmark-nya:

Soal performa, tak perlu diragukan lagi. Asus juga menyediakan X-Mode untuk mengeluarkan performa optimal di ROG Phone. Kita dapat mengaktifkan X-Mode dengan meremas smartphone atau masuk melalui Game Center.

Saat kita mengoptimalkan semua fitur yang ada, tentunya konsumsi daya juga akan meningkat. Sudah sewajarnya, lagi pula ROG Phone sudah mendukung teknologi fast charging Quick Charge 4.0. Dengan menggunakan charger bawaan, maka fitur Asus HyperCharge akan aktif dan akan mempersingkat proses charging.

Game Center

Review-Asus-ROG-Phone

Seperti yang sudah saya singgung di atas, melalui Game Center kita bisa mengaktifkan X-Mode, mengatur AirTriggers, Fan speed (hanya bila aksesori AeroActive Cooler terpasang), dan Aura lighting. Kita juga bisa memonitor penggunaan RAM, storage, serta temperature CPU, GPU, dan sistem secara keseluruhan.

Review-Asus-ROG-Phone

Lebih jauh melalui fitur Game Genie, Asus telah menyediakan banyak sekali tool untuk menunjang pengalaman dalam bermain game. Dari mulai Game Profiles, sesuai namanya kita bisa mengatur profil tiap-tiap game seperti maximum CPU frequency dan refresh rate.

Review-Asus-ROG-Phone

Kemudian ada lock mode, di mana sistem navigasi dinonaktifkan sehingga tidak ada salah pencet tiba-tiba ke recent app ataupun ke homescreen saat bermain game. Lalu, ada no alerts untuk memblokir notifikasi, bahkan panggilan masuk.

Selanjutnya real-time info, di sini kita bisa melihat berapa persen CPU dan GPU bekerja, status baterai, temperature, dan kecepatan fps dari game yang sedang berjalan. Serta, lock brightness untuk mengunci kecerahan layar agar tidak berubah.

Review-Asus-ROG-Phone

Ada juga fitur record, untuk merekam video gameplay yang kita mainkan hingga resolusi Full HD. Rekaman tersebut tentunya bisa di-upload ke YouTube, Anda bisa langsung menyiarkan langsung ke YouTube dan Twitch.

Gear Wajib untuk (Calon) Atlet Esports?

Review-Asus-ROG-Phone

Fenomena esports tengah naik daun di Indonesia, para gamer kini berpeluang menjadi atlet esports. Baik dengan membentuk tim sendiri atau bergabung dengan tim esports profesional yang sudah ada. Banyak kompetisi yang mempertandingkan game mobile seperti Mobile Legends, Arena of Valor, dan PUBG Mobile.

Kehadiran sebuah smartphone gaming seperti ROG Phone tentunya sangat penting untuk menunjang kepuasan bermain, tidak kompromi dengan kinerja, memiliki kontrol yang lebih presisi, dukungan aksesori, dan juga game tool.

Kalian juga harus tahu ini, ketiga game tersebut sebenarnya sudah cukup nyaman dimainkan pada smartphone kelas menengah dengan konfigurasi minimum seperti layar Full HD, chipset Snapdragon 636/660, dan RAM 3/4GB. Jadi, terlepas dari gear yang digunakan yang paling utama ialah mengembangkan “skill“.

Dual Camera

Review-Asus-ROG-Phone

Aspek kamera merupakan aspek penting pada smartphone flagship, tak terkecuali pada smartphone gaming seperti ROG Phone ini. Asus melengkapinya dengan sensor Sony IMX363 beresolusi 12-megapixel sebagai kamera utama, dengan lensa wide 24mm, ukuran sensor 1/2.55″, pixel 1.4µm, 4-axis OIS, dan dual pixel PDAF.

Sementara, kamera keduanya 8-megapixel dengan lensa wide 12mm yang menyuguhkan sudut pandang 120 derajat. Sedangkan, kamera depannya 8-megapixel (f/2.0, 24mm).

Review-Asus-ROG-Phone

Sebagai smartphone yang diotaki SoC Snapdragon 845, ROG Phone juga sudah mampu merekam video 4K pada 60 fps. Bayangkan, Anda bisa mengambil footage berkualitas tinggi dengan smartphone ini.

Berikut hasil foto dari Asus ROG Phone:

P_20190211_131144

Kamera depan
Kamera depan

Verdict

Review-Asus-ROG-Phone

Selain membuat smartphone, mungkin Anda lebih mengenal Asus sebagai produsen laptop atau desktop PC. ROG atau kepanjangan dari Republic of Gamers sendiri adalah brand gaming dari Asus, tak heran kehadiran ROG Phone disambut sorak gembira kalangan penggemar game.

Sebelumnya, saya juga melihat Asus mencoba membawa elemen seri laptop premium ZenBook ke smartphone Zenfone. Namun pada level premium, smartphone flagship dari Asus seperti Zenfone 5Z belum mampu sejajar dengan flagship dari Samsung, apalagi Apple.

Sekarang melalui sejumlah inovasi yang ada pada ROG Phone, menurut saya akhirnya Asus berhasil membuat smartphone premium yang levelnya sejajar dengan flagship Samsung dan Apple sekalipun. Buat saya, label “gaming” dan brand “ROG” di sini bukan sekedar untuk tujuan marketing.

Soal ekosistem game di platform mobile, memang masih jauh bila dibanding konsol dan PC. Semoga saja, ini hanya masalah waktu dan harusnya akan semakin banyak judul game berkualitas yang hadir di platform mobile.

Sparks

  • Desain sangar dengan logo RGB ROG
  • Kontrol tambahan AirTriggers
  • Layar dengan refresh rate 90 Hz
  • Dukungan aksesori lengkap

Slacks

  • Posisi fingerprint sensor terlalu ke atas dan bentuknya tidak biasa
  • Tanpa slot microSD

[Review] Huawei Y7 Pro, Smartphone Entry-level Rasa Mid-range

Menurut kalian, fitur apakah yang paling esensial pada sebuah smartphone? Hasil diskusi saya dengan beberapa rekan di Dailysocial, setidaknya ada empat fitur utama yaitu terkait daya tahan baterai, kemampuan kamera, performa yang gegas, dan desain. Tentu saja, urutannya bisa acak karena kebutuhan ber-smartphone tiap orang berbeda-beda.

Diskusi tersebut memberi saya ide dalam menulis format review yang baru dan kebetulan Huawei Y7 Pro menjadi yang pertama. Di mana, saya akan memaparkan garis-garis besarnya saja beserta experience yang saya dapatkan.

Huawei Y7 Pro sendiri merupakan smartphone entry-level dan dijual dengan harga promo Rp1.999.000 dan Rp2.199.000 normalnya. Spesifikasinya sebagai berikut:

  • OS Android 8.1 Oreo; EMUI 8.2
  • Layar IPS 6,26 inci beresolusi HD+ (720×1520 piksel) dalam rasio 19:9
  • SoC Qualcomm Snapdragon 450
  • Memori 32 GB, 3 GB RAM
  • Kamera belakang 13 MP, f/1.8, PDAF dan 2 MP sebagai depth sensor, serta depan 8MP
  • Baterai 4.000 mAh

Cocok Buat Siapa? 

review-huawei-y7-pro-1

Saat peluncuran Mate 20 series pada akhir tahun lalu, Huawei dengan jelas mengatakan bahwa mereka menempatkan diri sebagai brand smartphone premium dan akan fokus menggarap pasar menengah ke atas di Indonesia.

Lalu, kenapa membuka tahun 2019 dengan Huawei Y7 Pro yang masuk dalam kategori entry-level? Jawabannya kembali ke data, menurut mereka sekitar 70 persen pasar smartphone Indonesia masih didominasi oleh kelas entry-level. Saya mencoba mengerti, hanya saja seolah “Huawei belum berada di jalurnya”.

review-huawei-y7-pro-1

Baiklah, lagi pula Huawei Y7 Pro ini sudah tampil kekinian, punya notch dan dua kamera belakang. Selain itu, daya tahan baterai smartphone ini sedikit di atas rata-rata. Tapi, kekurangan paling fatal ialah absennya fingerprint sensor.

Jadi, Huawei Y7 Pro ini cocok buat siapa? Yang jelas, bukan buat kalian yang doyan main game di smartphone. Tapi, kalau sekedar Mobile Legends atau Arena of Valor sebenarnya masih bisa dijalankan dengan baik. Sementara, untuk PUBG Mobile bakal kewalahan.

Chipset Snapdragon 450 dengan besaran RAM 3GB lebih ideal buat yang aktif di WhatsApp, sering mengelola email, dan media sosial seperti Instagram serta teman-temannya. Berikut hasil benchmark Huawei Y7 Pro di sejumlah aplikasi:

Gak Perlu Hemat Baterai

review-huawei-y7-pro-1

Salah satu pengalaman menyenangkan saat menggunakan Huawei Y7 Pro ialah memungkinkannya men-charge smartphone sekali sehari. Waktu yang paling ideal ialah malam hari menjelang tidur, karena tanpa teknologi fast charging butuh waktu sekitar 2-3 jam untuk mengisi penuh baterai berkapasitas 4.000 mAh – bakal merepotkan kalau men-charge di jam kerja.

Skenario penggunaannya kurang lebih sebagai berikut, saya aktif memantau notifikasi WhatsApp, Slack, dan Gmail – serta meresponnya bila perlu. Tentu saja, beberapa grup WhatsApp yang ramai di-silent dan ada tiga akun email utama yang sinkronisasinya aktif.

review-huawei-y7-pro-1

Menggunakan aplikasi Go-Jek atau Grab untuk transportasi ke kantor atau makan siang. Lalu, sesekali buka feed Instagram, YouTube, dan bermain game Arena of Valor 2-3 match sehari. Dari 5 hari kerja, 3-4 hari Huawei Y7 Pro mampu bertahan seharian dan hanya sesekali men-charger 2 kali sehari saat penggunaan meningkat.

Yang lebih mengesankan lagi ialah kita bisa hangout di akhir pekan tanpa perlu membawa power bank dan mengaktifkan fitur battery saver – karena saya ingin Huawei Y7 Pro mengerahkan semua kemampuan terbaiknya.

Kemampuan Kamera

review-huawei-y7-pro-1

Buat sebagian orang, kemampuan kamera menjadi pertimbangan utama saat memilih smartphone. Namun, pada level harga Rp2 juta tentu kita tak bisa berharap banyak.

Kamera utama 13-megapixel (f/1.8 + PDAF) dan 2-megapixel sebagai depth sensor, untuk sekedar posting dan stories Instagram, serta dokumentasi presentasi dan scan QR code sudah terbilang cukup.

Kamera Y7 Pro juga sudah dilengkapi dengan fitur Artificial Intelligence (AI), di mana sistem kamera akan akan mengidentifikasi subjek atau scene sehingga sehingga foto yang Anda dihasilkan lebih optimal.

review-huawei-y7-pro-1

Sementara, kamera depan 8-megapixel menangani cukup baik aktivitas selfie maupun video call. Untuk perekaman videonya, kamera belakang mendukung resolusi 1080p dan 720p untuk kamera depan.

Berikut beberapa hasil jepretan dari Huawei Y7 Pro 2019:

Desain Cukup Kekinian

review-huawei-y7-pro-1

Tampilan luar smartphone itu penting, setidaknya bagi beberapa orang. Mereka langsung menilai smartphone dari desainnya fisiknya, bahkan di kelas entry-level sekalipun.

Sebab itu, smartphone yang mengandung elemen kekinian seperti notch dan dual camera bisa menjadi daya tarik tersendiri. Setidaknya, Huawei Y7 Pro sudah memiliki fitur yang saya sebutkan di atas.

Huawei Y7 Pro mengemas desain ‘dewdrop display‘ seperti yang ada di Huawei Mate 20 dengan notch berukuran mini berbentuk setetes air. Bedanya, dagu Y7 Pro ini masih cukup tebal dan di area tersebut dapat dijumpai tulisan ‘Huawei’.

Bentang layarnya 6,26 inci, ditopang resolusi HD+ (720×1520 piksel), dan dimuat dalam aspek rasio 19:9. Sementara, body bagian belakang terbuat dari material keramik. Lalu, kerangkanya dari logam dan harus diakui bila build quaity-nya sangat baik.

review-huawei-y7-pro-1

Yang pasti, Huawei Y7 Pro tampil layaknya smartphone kelas menengah. Unit yang saya review berwarna midnight black, ada satu lagi warna yang lebih mencolok; aurora blue yakni perpaduan antara biru dan ungu.

Verdict

review-huawei-y7-pro-11

Menurut saya, satu aspek yang membuat Huawei Y7 Pro berada di kelas entry-level ialah absennya pemindai sidik jari. Sisanya berasa kelas menengah, ada fitur face unlock sebagai alternatif untuk membuka kunci smartphone, layar ekstra lapang dengan notch, baterai 4.000 mAh yang cukup besar, dan performa Snapdragon 450 dengan RAM 3GB yang sudah cukup untuk menangani kebutuhan dasar ber-smartphone.

Bila RAM 3GB terasa terlalu pas-pasan. Nantinya, Huawei juga menyediakan Y7 Pro dalam varian RAM 4GB dan storage 64GB pada tanggal 8 Februari.

Sparks

  • Usung dewdrop display dengan notch mini
  • Dual rear camera
  • Baterai 4.000 mAh 

Slacks

  • Tanpa pemindai sidik jari
  • Harga normal ternyata lebih tinggi Rp200.000 dari Rp1.999.000