Sony Umumkan Xperia XZ3, Dikemas Dalam 3D Curved Design dan Layar OLED

Gelaran teknologi IFA 2018, tengah berlangsung di Berlin, Jerman – mulai dari tanggal 31 Agustus sampai dengan 5 September 2018. Sejumlah perusahaan teknologi pun sudah menyiapkan kejutan-kejutan di sana, salah satunya adalah Sony.

Sony baru saja merilis smartphone flagship teranyarnya yaitu Sony Xperia XZ3 yang tampil dengan desain menawan dan layar OLED. Sejak dulu, desain yang original memang menjadi salah satu ciri khasnya.

Sony menyebutnya 3D curved design, bisa Anda lihat sendiri lekukan di tepi layarnya terlihat begitu natural. Dengan sudut-sudut agak membulat dan sedikit melengkung di kedua sisinya.

Sony mengemasnya dengan bingkai yang terbuat dari material yang sangat kuat yakni 7000 series dan body-nya telah disertai sertifikasi IP65/68. Lalu, bagian muka dan belakangnya telah diproteksi oleh Corning Gorilla Glass 5.

Layarnya sendiri membentang 6 inci, berjenis OLED, resolusi QHD+, dalam rasio 18:9, dan sudah mendukung video HDR. Teknologi ini dipinjam dari Sony Bravia TV image processing technology. Namun, bagian dahi dan dagunya terlihat masih relatif tebal.

sony-umumkan-xperia-xz3-1

Disektor kamera, Sony masih mengandalkan single kamera di bagian belakang, dengan sensor berukuran 1/2.3 inci, lensa 25mm, resolusi 19-megapixel, pixel ukuran 1.22µm, dan aperture f/2.0.

Lengkap dengan teknologi autofocus PDAF dan laser AF. Serta, kemampuan merekam video slow motion 1080p pada 960fps dan 4K HDR real-time. Sedangkan, kamera depannya 13-megapixel dengan aperture f/1.9.

Jeroannya mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 845 dengan konfigurasi RAM 4GB dan storage 64GB dengan dukungan kartu MicroSDXC hingga 512GB. Baterainya sendiri berkapasitas 3.330 mAh dan sudah mendukung Qi wireless charging.

Sony Xperia XZ3 akan menjalankan OS Android 9.0 Pie dan membawa fitur baru Side Sense yang berbasis gesture. Di mana bagian sisi smartphone mampu mendeteksi gerakan tap dan swipe.

Untuk harga, Sony Xperia XZ3 dibandrol US$900 atau sekitar Rp13,2 jutaan di Amerika Serikat dan tersedia pada 24 September.

Sumber: PhoneArena

Blu Umumkan Vivo XI+ dengan Teknologi Real 3D Face ID

Blu Product, pabrikan smartphone asal Amerika Serikat – baru saja merilis smartphone flagship teranyar mereka yang diberi nama Blu Vivo XI+ (baca: Eleven Plus). Smartphone ini menjalankan Android 8.1 Oreo dan dijanjikan akan mendapatkan update resmi ke versi Android 9.0 Pie pada akhir Q1 2019.

Lagi-lagi kita disuguhi tampilan yang sangat familier, tampak depan maupun belakang – desain Blu Vivo XI sangat mirip dengan iPhone X. Terlihat membosankan sekali ya, sudah banyak pabrikan ponsel meniru iPhone X.

Vivo series generasi ke-11 ini mengusung desain all-screen dengan layar 6,2 inci resolusi Full HD+ (2246×1080 piksel). Sekitar 82 persen, bagian muka didominasi oleh layar dan sudah dilapisi curved Corning Gorilla Glass 3.

Selain sensor pemindai sidik jari di bagian belakang, BLU Vivo XI+ juga menawarkan teknologi Real 3D Face ID dengan sensor facial recognition infrared yang didukung AI untuk live 3D scanning, infrared detection, dan anti-hack protection.

Urusan fotografi, Blu Vivo XI+ menggunakan konfigurasi dual-camera di bagian belakang. Lagi-lagi didukung teknologi kecerdasan buatan dengan fitur smart scene recognition dan untuk video processing.

Kamera utamanya menggunakan sensor 1/3 inci dengan resolusi 16-megapixel, dan aperture F/2.0. Bekerja sama dengan kamera sekunder 5-megapixel untuk menangkap kedalaman bidang.

Sementara, untuk selfie, video call, dan face unlock mengandalkan kamera depan dengan sensor 1/3 inci resolusi 16-megapixel, ukuran pixel 2,0 μm, dan aperture F/2.0.

Chipset MediaTek Helio P60 dipercayakan sebagai penggerak Blu Vivo XI+. Di bantu RAM 6GB, memori internal 128GB, dan baterai 3.050 mAh. Di Amerika Serikat, harga normal dari Blu Vivo XI+ dibanderol US$349,99 atau sekitar Rp5,1 jutaan.

Sumber: Phonearena

Samyang Umumkan Lensa 85mm F1.8 untuk Kamera Mirrorless APS-C

Lensa Samyang memang kerap menjadi alternatif bagi para fotografer. Alasannya sederhana, harganya relatif terjangkau bila dibandingkan lensa besutan produsen kamera itu sendiri dengan spesifikasi yang identik.

Selain itu, pilihannya juga beragam dan yang terbaru – Samyang telah mengumumkan lensa prime 85mm dengan aperture besar F1.8 untuk kamera mirrorless dengan format APS-C. Lensa ini dijual di bawah brand Rokinon, untuk Sony E-mount, Fujifilm X-mount, Canon M-mount, dan sistem Micro Four Third (MFT).

Lebih lanjut, lensa Rokinon 85mm F1.8 ini nilainya setara dengan 128mm di kamera mirrorless Sony E-mount dan Fujifilm X-mount, 136mm pada Canon E-mount, serta 170mm pada kamera dengan sistem Micro Four Third (MFT).

Lensa ini sendiri terdiri dari sembilan elemen optik dalam tujuh grup, yang mencakup elemen (UMC) untuk mengurangi ghosting dan penyimpangan kromatik. Dengan jarak minimum fokus 0,65m, dilengkapi dengan nine-blade aperture diaphragm dan hood lensa filter mount 62mm.

Rencananya, lensa Samyang/Rokinon 85mm F1.8 akan mulai tersedia pada bulan September 2018 mendatang. Dengan harga US$399 atau sekitar Rp5,8 jutaan. Tertarik? Lensa ini cocok untuk fotografi travel, candid, portrait, dan close up. 

Sumber: DPreview dan background featured image Pexels

LG Memperkenalkan G7 One dan G7 Fit dengan Program Android One

Masih ingat seri Nexus dari Google? Perangkat ini mengusung spesifikasi cukup tinggi dengan harga relatif terjangkau dan menjalankan Android stock atau murni dengan update OS ke versi terbaru Android lebih cepat.

Google memang telah memutuskan mematikan seri Nexus dan menggantinya dengan smartphone high-end seri Pixel. Meski begitu, Anda masih bisa merasakan pengalaman menggunakan Android stock lewat program Android One.

Smartphone Android One terbaru datang dari LG, mereka telah mengumumkan versi terjangkau dari flagship LG G7 ThinQ yaitu G7 One dengan program Android One dan juga G7 Fit dengan Android normal. Keduanya akan dipamerkan pada ajang IFA di Berlin yang diselenggarakan pada 31 August – 5 September 2018.

Desain dan Layar

LG-G7-One-01
LG G7 One
LG-G7-Fit-01
LG G7 Fit

Tampak depan, baik G7 One dan G7 Fit memang mewarisi desain G7 ThinQ dengan notch di ujung layar. Body-nya juga dilengkapi sertifikasi IP68 dan MIL-STD-810G.

Dengan layar IPS ukuran 6,1 inci, resolusi 1440×3120 piksel, dalam rasio 19.5:9. Layarnya juga sudah mendukung teknologi Dolby Vision/HDR10, memiliki baterai berkapasitas 3.000 mAh, dan teknologi audio Quad DAC serta speaker DTS: X Surround Sound.

Kemampuan Kamera

LG-G7-One-02
LG G7 One

Untuk pengambilan gambar, G7 One sedikit lebih unggul dibanding G7 Fit. Dengan kamera utama bersensor berukuran 1/3.1 inci, lensa 31mm dengan resolusi 16-megapixel, ukuran pixel 1.0µm. dan aperture f/1.6. Dibantu, teknologi PDAF dan laser AF.

LG-G7-Fit-02
LG G7 Fit

Sementara, G7 Fit memiliki kamera utama 16-megapixel dengan lensa 28mm, aperture f/2.2, serta teknologi PDAF dan laser AF. Untuk kamera depan, keduanya mengandalkan kamera 8-megapixel dengan lensa 26mm, dan aperture f/1.9.

Hardware dan Software

LG-G7-Fit
LG G7 Fit

LG G7 One menjalankan program Android One dengan sistem operasi Android 8.1 Oreo versi stock yang minim bloatware. Kalau diamati, penggunaan Android stock memang semakin diminati konsumen ya dibanding dengan UI yang diberikan oleh produsen smartphone itu sendiri.

Karena menjalankan program Android One, G7 One juga dipastikan akan mendapatkan update ke Android 9.0 Pie lebih cepat ya dibanding saudaranya.

Untuk dapur pacunya, G7 One ditenagai chipset Snapdragon 835. Sementara, G7 Fit menggunakan chipset versi lebih lama yakni Snapdragon 821. Keduanya, dibekali RAM 4GB dan memori internal 32GB yang bisa ditambah hingga 512GB via microSD.

LG G7 One nantinya akan tersedia dalam pilihan warna moroccan blue dan aurora black. Sedangkan, LG G7 Fit tersedia dalam warna aurora black dan platinum grey. Harga dan ketersediaannya akan diumumkan LG di ajang IFA 2018.

Sumber: GSMArena

[Review] Sony RX100 VI: Teman Travelling dan Rekan Kerja yang Bisa Diandalkan

17 dan 22 Agustus lalu ialah tanggal merah, jadi saya izin untuk bekerja dari rumah (secara remote) dalam seminggu. Pulang ke kampung halaman kali ini terasa spesial, karena saya ditemani kamera compact premium yang muat dalam saku yakni Sony RX100 VI.

Piknik keluarga ke dataran tinggi Dieng menjadi salah satu agenda saya, kesempatan yang bagus untuk menguji kehebatan kamera mungil ini. Penasaran bagaimana kepiawaiannya mengabadikan pesona dari daerah yang dijuluki ‘negeri di atas awan’ tersebut – inilah review Sony RX100 VI selengkapnya.

Desain Sony RX100 VI

review-sony-rx100-vi

Saking ringkasnya bentuk RX100 VI, saya hanya perlu membawa tas selempang kecil ini. Isinya antara lain kamera, tripod mini VCT-SGR1, smartphone, power bank, dan dompet. Bisa dibayangkan bukan bagaimana praktisnya? Saya bisa cukup leluasa bergerak dan memotret dengan bebas.

Namun karena RX100 VI tidak memiliki hand grip, saya mesti sangat berhati-hati dalam menggunakannya – takut selip. Solusinya, saya menggunakan tripod mini VCT-SGR1.

Aksesori ini dijual secara terpisah dan bisa disambungkan ke kamera dengan kabel microUSB. Dengan begitu, saya bisa mengambil gambar, merekam video, dan memanfaatkan fungsi zoom dengan lebih aman.

Dengan dimensi 58,1×101,6 cm dan ketebalan 42,8 cm, lebar dan tingginya jauh lebih ramping dibanding smartphone saat ini yang rata-rata punya layar 6 inci dalam rasio 18:9. Namun, RX100 VI jelas lebih tebal dan lensanya juga akan memanjang saat fungsi zoom digunakan.

review-sony-rx100-vi

Untuk desainnya, kurang lebih masih sama dengan para pendahulunya. Build quality-nya sangat bagus – material logam terasa solid di tangan. Meski begitu, RX100 VI tetap butuh perawatan ekstra. Satu lagi, meski muat di kantong – tapi jangan menyimpannya di sana. Kalau kamera tiba-tiba aktif di dalam saku, lensanya bisa tertahan dan tergesek.

Kontrol Kamera Sony RX100 VI

Sekarang mari lihat lebih dekat kontrol kamera yang dimiliki RX100 VI. Kita mulai dari sisi atas, di mana terdapat tombol power dan punya LED yang menyala hijau saat kamera aktif, serta menyala kuning saat charging.

Kemudian ada tombol shutter, yang dilengkapi slider untuk melakukan zoom out dan zoom in. Lanjut disampingnya, ada mode dial yang memungkin Anda beralih ke mode memotret dengan cepat seperti auto mode, program auto, aperture priority, shutter priority, manual exposure, memory recall, movie, high frame rate, sweep panorama, dan scene selection.

Lalu terdapat internal flash dan electronic viewfinder dengan mekanisme pop-up, ada tombol khusus untuk menggunakan – kita cukup menggesernya. Di RX100 VI, pop-up viewfinder-nya bisa langsung digunakan dan tak perlu ditarik keluar.

review-sony-rx100-vi

Ke sisi bawah, ada akses untuk memasang dan mencabut baterai, serta slot kartu memori. Lalu, ada lubang untuk menempatkan kamera ke tripod.

Ke sisi kanan, ditemui port microUSB dan HDMI, serta kait untuk tali kamera. Lalu, di sisi kiri, tombol geser untuk memunculkan viewfinder, kait untuk tali, dan area NFC.

Beralih ke bagian depan, ada layar sentuh 3 inci yang telah mendukung touch focus dan fungsi pinch serta zoom saat preview foto. Layarnya dapat dilipat 180 derajat ke atas dan 90 derajat ke bawah.

Lalu, di samping layar bisa ditemui tombol movie untuk merekam video, tombol menu pengaturan kamera, tombol Fn yang berisi 12 shortcut yang bisa disesuaikan, tombol playback, dan tombol delete. Serta, roda putar dan tombol enter.

Menu Setting Sony RX100 VI

Ada banyak sekali menu-menu di pengaturan kamera Sony RX100 VI dan untuk memaksimalkannya kita perlu mengeksplorasi fitur-fitur yang ditawarkan. Serta, memilih pengaturan penting yang sering Anda gunakan ke tab my menu setting.

Harus diakui, mungkin akan butuh waktu untuk membiasakan diri dengan kontrol kamera dan menu-menu yang ada. Namun begitu memahaminya, maka kita bisa lebih fleksibel dan fokus mendapatkan hasil foto terbaik.

Seperti kamera Sony lainnya, RX100 VI juga punya fitur auto ISO dan meski mendukung sampai 12.800. Untuk memastikan hasil foto memiliki noise yang rendah, kita bisa membatasi maksimal ISO yang digunakan.

Fitur dan Spesifikasi Sony RX100 VI

review-sony-rx100-vi

Sony RX100 VI menggunakan sensor CMOS tipe 1.0 resolusi 20,1-megapixel dengan prosesor gambar BIONZ X dan chip DRAM. Kombinasi tersebut membuatnya mampu menangkap fokus sangat cepat 0,03 detik dan sistem AF yang mencakup 315 titik.

Lensa ZEISS Vario-Sonnar T dengan rentang zoom panjang 24-200 mm f2.8-f4.5 sangat cocok sebagai teman travelling dengan jangkauan lensa dari wide ke tele. Lensa ini juga dilengkapi ring untuk mengatur aperture.

Sistem autofocus yang sangat cepat, kemampuan menjepret 24 foto per detik, sistem peredam getar 5 axis image stabilization, dan perekaman video 4K pada 30 fps atau 24 fps – menjadi keunggulan RX100 VI.

Pengalaman Menggunakan Sony RX100 VI

review-sony-rx100-vi

Saat piknik ke Dieng, jujur saya hanya mengandalkan auto mode saja. Saya tidak mau terlihat asyik sendiri, berusaha mengambil sample foto secapat mungkin, dan tetap fokus pada acara keluarga.

Meski begitu, saya sudah sangat puas dengan hasilnya. Kamera ini mampu mendeteksi objek dan scene dengan sangat baik. Tapi yang paling berkesan memang kecepatan autofocus-nya dan 5 axis image stabilization. Hasil foto di bawah ini sebagian diambil dari balik kaca mobil.

review-sony-rx100-vi

Lensa dengan rentang zoom panjang juga membuatnya menjadi kamera yang sangat fleksibel untuk mengakomodasi jenis-jenis fotografi. Ditambah sistem eye AF yang canggih, memungkinkan kita mengambil foto portrait dari jauh tanpa diketahui oleh objek.

Namun semakin panjang zoom yang digunakan, biayanya adalah aperture maksimum menjadi lebih kecil. Lalu, aperture kecil tersebut bisa mempengahui hasil foto di cahaya low light. Kalau untuk hasil foto di luar ruangan, rata-rata warna dan detailnya sudah sangat bagus.

review-sony-rx100-vi

Dalam beberapa acara peliputan di Jakarta, Sony RX100 VI menjadi teman kerja yang sangat bisa diandalkan. Saya bisa memotret objek di panggung dari jauh tanpa harus mendekat. Serta, sangat memudahkan saat membuat konten video.

Untuk foto-foto saja, kamera ini sanggup mengambil 240 bidikan sekali charge. Tapi, kalau sudah dipakai untuk video – baterainya bakal terkuras lebih cepat. Perlu setidaknya bawa satu baterai cadangan dan power bank.

Berikut beberapa bidikan dari kamera saku premium Sony RX100 VI:

Perekaman Video Sony RX100 VI

review-sony-rx100-vi

Dengan Sony RX100 VI, kita bisa merekam video resolusi tinggi dengan mudah. Kamera ini sanggup merekam video 4K pada 30 fps atau 24 fps dan video slow motion 1080p pada 120 fps.

Sayangnya, durasi rekaman video 4K-nya dibatasi hanya dalam waktu lima menit saja. Itu pun sudah membuat body terasa panas. Namun, dari pengalaman saya untuk merekam video 1080p dalam waktu 30 menit suhu body masih aman.

Ketiadaan port mic 3,5mm bisa dimaklumi mengingat bentuknya yang kecil. Solusi untuk meningkatkan audio juga mudah, cukup pakai recorder eksternal saja.

Verdict

review-sony-rx100-vi

Buat saya Sony RX100 VI adalah teman yang menyenangkan saat travelling dan rekan kerja yang dapat diandalkan. Satu kata yang paling tepat ialah ‘praktis’, sangat ideal untuk para creator video (misalnya YouTuber). Dengan sistem autofocus sangat cepat, zoom amat panjang, serta hasil foto dan video yang bagus.

Namun sebagai kamera saku premium, harga Sony RX100 VI memang tidak murah yakni Rp17 juta. Dengan kisaran harga yang sama, Anda juga bisa mendapatkan kamera mirrorless full frame Sony Alpha A7 II yang menyimpan potensi lebih besar.

Pilihan di tangan Anda, kalau mau praktis dan tak perlu berpikir beli lensa – Sony RX100 VI untuk Anda. Tapi, kalau sedikit direpotkan dan ingin berinvestasi lebih di lensa, lebih baik pilih body Sony Alpha A7 II.

Sparks

  • Body terbilang sangat kecil tapi dengan kontrol cukup lengkap
  • Autofocus sangat cepat
  • Sistem peredam getaran 5 axis image stabilization juga sangat berguna
  • Jangkauan lensanya sangat fleksibel

Slacks

  • Tidak ada hand grip, kurang nyaman dipegang lama-lama
  • Baterai cepat habis bila untuk merekam video
  • Durasi perekaman video 4K dibatasi hanya 5 menit

Skullcandy Venue Ialah Headphone Wireless dengan Fitur Noise Canceling

Bagi penikmat musik, brand Skullcandy tentu sudah familier di telinga Anda. Mereka dikenal karena kerap menawarkan headphone dengan harga dan kualitas yang berimbang.

Skullcandy telah meluncurkan headphone wireless terbaru yang disebut Venue. Dengan fitur unggulan berupa konektivitas Bluetooth yang dilengkapi noise canceling sehingga Anda bisa menikmati musik di mana pun lebih nyaman.

Kalau dilihat dari desainnya, tampilan perangkat ini terlihat cukup minimalis dengan logo Skullcandy di atas earcup. Venue sendiri tersedia dalam pilihan warna hitam dan putih.

1920x700_venue_storytelling5

Headband-nya dapat disesuaikan sesuai ukuran kepala pengguna. Serta, memiliki earcup berbahan memory foam yang lembut dan empuk saat menempel di telinga.

Fitur yang membedakan Venue dengan headphone wireless lain yang sudah ada di pasaran ialah dilengkapi teknologi Tile Bluetooth tracking. Artinya, Anda bisa melacak headphone ini bila lupa meletakkan atau hilang.

1920x2150_venue_storytelling4

Bagaimana dengan daya tahan baterainya? Bila fitur noise canceling aktif, maka headphone Skullcandy ini menawarkan battery life 24 jam – tapi tetap bisa digunakan dengan kabel.

Selain itu, Venue telah dilengkapi teknologi pengisian cepat – rapid charging. Di mana cukup dengan charging 10 menit, headphone bisa digunakan untuk mendengarkan musik hingga 5 jam.

Selain itu, Anda tidak perlu melepas headphone saat sedang berbicara dengan seseorang – Anda cukup mengaktifkan mode monitor dengan menekan satu tombol. Ada juga fitur activate assistant, di mana Anda dapat memberi perintah dengan suara untuk tugas tertentu.

1967_5052

Headphone tipe over-ear Skullcandy Venue ini dijual dengan harga US$179,99 atau sekitar Rp2,6 jutaan. Serta, akan tersedia pada tanggal 17 September 2018.

Sumber: Slashgear

OPPO Umumkan R17 Pro, Bawa Teknologi Charging SuperVOOC dan Triple Camera

Kemarin OPPO telah resmi meluncurkan F9 di Indonesia, smartphone kelas menengah F series ini membawa keunggulan teknologi flash charging VOOC. Namun, di saat yang sama OPPO juga meluncurkan smartphone R series terbaru mereka di Tiongkok, yakni OPPO R17 Pro.

oppo-umumkan-r17-pro

Sejumlah fitur premium dimiliki R17 Pro, sebut saja teknologi charging SuperVOOC 50W seperti pada Find X Lamborghini Edition dan sensor fingerprint under-display atau di bawah layar.

oppo-umumkan-r17-pro

SuperVOOC ini lebih cepat dibanding VOOC biasa, di mana charging 10 menit maka baterai akan terisi 40 persen dari 0 persen. Kapasitas baterai R17 Pro sendiri adalah 3.700 mAh yang dibagi menjadi dua bagian, masing-masing 1.850 mAh.

oppo-umumkan-r17-pro

Untuk tampilannya, mirip-mirip dengan F9 dengan desain waterdrop screen atau notch minimalis di dahinya. Untuk saat ini hanya tersedia satu warna yaitu stream blue yang juga punya efek gradasi dari biru muda ke ungu.

Jenis layar yang dikenakan sudah AMOLED dan berlapis Corning Gorilla Glass 6. Dengan ukuran 6,4 inci, resolusi 1080×2340 piksel (402 ppi), dalam rasio 19.5:9.

oppo-umumkan-r17-pro

Keistimewaannya tak berhenti di situ, R17 Pro juga punya konfigurasi triple camera di bagian belakang. Kamera utamanya punya sensor berukuran 1/2.55 inci, lensa 26mm dengan resolusi 12-megapixel, ukuran pixel 1.4µm, dan rentang aperture f/1.5-2.4 – serta dukungan Dual Pixel PDAF dan OIS.

Kemudian sensor kamera keduanya 20-megapixel, mendukung autofocus (AF), dan aperture f/2.6. Satu lagi, merupakan depth sensor yakni TOF 3D stereo camera.

Sedangkan, untuk kebutuhan selfie, video call, dan face unlock menggunakan sensor kamera 25-megapixel, lensa 20mm, dan aperture f/2.0 di bagian depan.

Smartphone Android 8.1 Oreo dengan sentuhan ColorOS 5.1 ini ditenagai mobile platform Qualcomm Snapdragon 710, didorong RAM 8GB, dan memori internal 128GB.

Harga OPPO R17 Pro dibanderol agak mahal, CNY4,299 atau sekitar Rp9,1 jutaan dan penjualannya akan dimulai pada pertengahan bulan Oktober 2018 mendatang di Tiongkok.

Sumber: GSMArena

Tips Menjadi Champion of Dawn di Mode Survival Battle Royale Mobile Legends

Saat ini, intensitas saya bermain game MOBA seperti Arena of Valor dan Mobile Legends sedang berkurang. Alasannya karena saya sedang kegandrungan game PUBG Mobile, hampir tiap malam saya ‘mabar’ – kadang juga pantang tidur sebelum kenyang makan ayam.

Meledaknya kepopuleran formula ‘last man standing‘ ini pun membuat sejumlah pengembang game mengimplementasikan mode battle royale di dalam game-nya. Moonton salah satunya, mereka memasukkan mode survival di Mobile Legends.

Lalu, bagaimana tips untuk menjadi seorang Champion of Dawn di mode survival battle royale dalam game Mobile Legends: Bang Bang?

Berbeda Tujuan

Bila di mode utama yakni rank atau classic hanya melibatkan dua tim dengan masing-masing lima pemain dan punya tujuan untuk menghancurkan markas musuh.

Di mode survival melibatkan 33 tim dengan masing-masing tiga pemain, totalnya ada 99 pemain. Tujuannya pun berbeda, yakni untuk menjadi tim yang bertahan paling akhir dan menjadi seorang Champion of Dawn.

Tiga Player

Di mode survival ini, Anda tidak bisa memilih bermain secara solo, duo, atau squad dan bukan juga lima pemain seperti biasa – tapi hanya tiga pemain.

Role yang bisa dipilih pun ada tiga kategori yaitu physical, magical, dan defense. Hero yang bisa dipilih juga diacak.

Untuk tips memilih hero, agar komposisi tim Anda balance – maka direkomendasikan satu kategori satu hero. Perhatikan juga tipe serangannya, jarak dekat atau jarak jauh.

Tips Bermain Mode Survival Mobile Legends

Saat memasuki map yang disebut Battlefield, Anda tidak naik pesawat ya – melainkan seekor Flying Dragon. Cara bermain terbaik ialah dari awal selalu bersama, kerja sama mutlak dibutuhkan.

Anda bisa memberi tanda agar bisa terjun di titik yang berdekatan. Hati-hati jangan sampai berpisah terlalu jauh, karena bisa terciduk oleh musuh.

Hero kita sudah di level 15, di sini kita akan membunuh monster creep, lord, dan juga musuh untuk mencari item atau equipment yang tepat sesuai tipe hero, mendapatkan buff, dan pasokan berupa mega heal.

Screenshot_20180823-194015

Di sinilah pengetahuan mengenai build item Anda diuji. Tidak semua item cocok untuk hero Anda, maka Anda bisa mengambil item atau menjatuhkan item bila ingin menggantinya.

Setiap pemain hanya memiliki satu kehidupan, namun ketika hero Anda mati – tim memiliki kesempatan untuk menghidupkan kembali dengan batas waktu 30 detik. Bila tak terselematkan, Anda bisa menonton pertarungan tim Anda atau keluar dari match.

Screenshot_20180823-193732

Saat game dimulai, safe zone akan terbentuk dan beransur-ansur akan semakin mengecil. Jadi, pastikan untuk selalu berada di dalam safe zone.

Bentrokan dengan tim lain pun tak terelakkan lagi, cobalah atur strategi dan tetap waspada. Biasanya ada hero musuh yang bersembunyi di rerumputan dan siap menyergap. Sebaliknya, Anda juga bisa bersembunyi di rumput bersama tim dan memasang jebakan.

Itu saja, tips bermain mode survival battle royale di game Mobile Legends dan cara menjadi seorang Champion of Dawn. Sekarang, saatnya Anda mencoba sendiri – mampukah Anda bertahan hidup?

Logitech Umumkan G PRO, Mouse Gaming Wireless untuk Kebutuhan Esports

Logitech telah merilis mouse gaming wireless untuk kebutuhan esports yakni seri terbaru Logitech G Pro.

Mouse ini dirancang bersama lebih dari 50 atlet esports professional dari seluruh dunia. Guna menemukan bentuk, bobot, dan feel yang pas untuk digunakan saat sesi latihan maupun saat turnamen.

logitech-umumkan-g-pro-mouse-gaming-wireless-untuk-kebutuhan-esports-1

Biasanya mouse gaming identik dengan tampilan yang garang dan berlebihan, terlalu banyak lampu dan tombol. Namun, G Pro justru hadir desain yang tidak neko-neko.

logitech-umumkan-g-pro-mouse-gaming-wireless-untuk-kebutuhan-esports-1

Meski begitu, jangan tertipu dengan penampilannya. Karena di dalam Logitech G Pro telah mengusung teknologi High Efficiency Rated Optical (HERO) 16K yaitu sensor dengan sensitivitas 100-16.000 DPI yang mengkonsumsi daya sangat irit.

Saking iritnya, Logitech bisa menggunakan baterai LiPo yang lebih ringan tapi tetap awet. Imbasnya, bobot mouse ini juga lebih ringan – hanya 80 gram dan membuatnya lebih mudah ketika harus membawanya.

Bagi gamer, fitur ini juga tak kalah penting. Mouse ini memiliki teknologi wireless Lightspeed dengan latency hanya 1 milidetik (polling rate 1.000Hz) yang memberikan pengalaman bermain bebas lag.

Konfigurasi tombol dan sistem pencahayaan juga bisa diatur. Berkat fitur memory, Anda bisa menyimpan pengaturan DPI dan  konfigurasi lainnya langsung di dalam perangkat. Jadi, pengaturannya tidak berubah meski tersambung ke laptop atau PC yang berbeda.

Namun tentu saja, spesifikasi dan performa tinggi sebanding dengan harganya. Mouse gaming wireless Logitech G Pro ini dibanderol cukup mahal, US$150 atau sekitar Rp2,1 jutaan.

Sumber: Ubergizmo

Panasonic Umumkan Lumix LX100 II, Penantang Sony RX100 VI

Bagi Anda yang tak puas dengan hasil foto kamera smartphone atau memang ingin meningkatkan kualitas foto-foto Anda secara signifikan, kamera mirrorless memang kerap kali menjadi pilihan utama.

Namun bagi Anda yang tidak ingin mengorbankan mobilitas, kamera saku premium juga merupakan alternatif terbaik terutama sebagai teman traveling. Dan Panasonic punya produk baru yang mungkin sangat cocok untuk Anda.

0095141727

Mereka baru saja merilis compact camera yang disebut Lumix LX100 II. Kamera saku ini merupakan penerus dari LX100 yang diumumkan pada tahun 2014 lalu.

Perubahan besar Lumix LX100 II ialah penggunaan sensor four thirds multi aspect 17-megapixel, pendahulunya hanya 12,8-megapixel. Sementara, lensanya 24-75mm f/1.7-2.8 dengan five aspherical dan dua elemen ED. Punya jarak fokus minimum 3cm dan desain leaf shutter.

Desainnya sendiri masih identik dengan pendahulunya, tapi punya grip untuk mencengkram kamera lebih baik. Meski ringkas kamera ini menawarkan kontrol yang terbilang lengkap. Di body kamera, terdapat putaran khusus untuk mengatur exposure compensation dan shutter speed.

Lalu, di lensa ada putaran untuk mengatur aperture, tombol untuk beralih cepat ke mode focus, dan tombol untuk memilih aspek rasio ke 3:2, 16:9, 1:1, dan 4:3.

5441898526

Layarnya sendiri berukuran 3 inci dan sudah touchscreen, serta memiliki electronic viewfinder, dan konektivitas Bluetooth untuk transfer hasil foto dengan cepat.

Kamera ini mampu menangkap 11 foto per detik dengan buffer 33 foto dan juga mampu merekam video 4K pada 30 fps atau 24 fps dalam format MP4.

Lalu, berapa harga dari kamera saku premium ini? Panasonic Lumic DC-LX100 II dijual seharga US$999 atau sekitar Rp14,6 juta dan mulai tersedia di pasar global mulai pada bulan Oktober. Sedikit lebih murah dibanding dengan pesaing terdekatnya yakni Sony RX100 VI.

Sumber: DPreview