Sustainability Report dan Sejumlah Standar Acuannya

Sustainability atau keberlanjutan merupakan topik yang sangat penting dewasa ini. Bagi perusahaan, mengadopsi praktik-praktik yang mengedepankan sustainability adalah bentuk tanggung jawabnya terhadap kelestarian Bumi.

Tidak jarang, perusahaan juga dituntut untuk melaksanakan praktik bisnis yang berkelanjutan, sekaligus melaporkan apa saja yang sudah mereka lakukan dalam ranah ini. Di sinilah sustainability report atau laporan keberlanjutan memegang peran.

Sustainability report merupakan laporan yang memaparkan kinerja suatu organisasi atau perusahaan dalam aspek-aspek berkelanjutan seperti lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (environmental, social, and corporate governance/ESG).

Laporan ini mencakup informasi tentang praktik-praktik bisnis berkelanjutan, inisiatif sosial, tindakan mitigasi perubahan iklim, efisiensi energi, perlindungan lingkungan, tanggung jawab sosial, hubungan dengan masyarakat, dan kebijakan tata kelola perusahaan.

Tujuan dari pembuatan sustainability report adalah untuk memberikan transparansi dan akuntabilitas terkait dampak organisasi terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

Laporan ini juga membantu organisasi atau perusahaan untuk berkomunikasi dengan pemangku kepentingan seperti investor, karyawan, konsumen, pemerintah, dan masyarakat umum mengenai upaya mereka untuk mencapai tujuan-tujuan berkelanjutan.

[bersambung]

Baca selanjutnya di Solum.id, media online yang fokus pada sektor berkelanjutan di Indonesia.

Disclosure: Solum.id merupakan bagian dari grup DailySocial.id

Mengenal Penyedia Infrastruktur EV di Indonesia

Tren kendaraan listrik di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Belum lama ini, Deloitte Indonesia dan Foundry melaporkan bahwa jumlah pengguna sepeda motor listrik di Indonesia telah naik 15 kali lipat dalam dua tahun.

Laporan tersebut juga menyoroti sejumlah faktor yang menghambat laju pertumbuhan kendaraan listrik, utamanya terkait penyebaran infrastruktur yang dinilai masih kurang memadai.

Berdasarkan keterangan dari Indonesia.go.id, per Juli lalu sudah ada lebih dari 1.000 unit Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU), 6.700 unit Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan 616 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang tersebar di seluruh tanah air.

Angka-angka tersebut dipastikan bakal terus bertambah ke depannya, dan kabar baiknya, PLN tidaklah sendirian dalam mengerjakan pembangunan infrastruktur kendaraan listrik di Indonesia.

Saat ini ada cukup banyak perusahaan yang berpartisipasi langsung dalam pengembangan infrastruktur electric vehicle (EV) di tanah air. Di artikel ini, kita akan mengenal lebih jauh mengenai tiga penyedia infrastruktur EV di Indonesia, yakni Casion, Transisi, dan Voltron.

Baca selengkapnya di Solum.id, media online yang fokus membahas bisnis dan teknologi berkelanjutan.

Disclosure: Solum.id adalah bagian dari grup DailySocial.id

Wavemaker Impact Siap Tambah Portofolio di Asia Tenggara

US Development Finance Corporation (DFC), sebuah lembaga keuangan pembangunan pemerintah AS, telah menginvestasikan US$15 juta di Wavemaker Impact.

Wavemaker Impact sendiri merupakan modal ventura teknologi iklim berbasis di Singapura yang mencakup Asia Tenggara. Wavemaker Impact berinvestasi pada startup yang berfokus pada sustainability.

Dikutip dari The Business Time, VC ini telah berinvestasi pada enam perusahaan, antara lain di bidang biochar untuk penyimpanan karbon, pertanian regeneratif, dan bahan bakar yang berkelanjutan.

Dengan dana ini Wavemaker Impact disebutkan akan menambah portofolionya menjadi 10 perusahaan pada akhir 2023 dan 16 perusahaan pada akhir 2024.

Baca selengkapnya di Solum.id, portal media yang membahas sektor keberlanjutan.

Disclosure: Solum.id merupakan bagian dari DailySocial.id

Seberapa Matang Ekosistem Pasar Karbon Indonesia Saat Ini?

Peluncuran bursa karbon Indonesia dalam waktu dekat ini menandai kesiapan negara dalam menjalankan skema perdagangan karbon yang baku. Namun yang mungkin masih perlu dipertanyakan adalah, seberapa siap ekosistem pasar karbon di negara ini dalam menghadapi perubahan yang akan datang?

Di banyak tempat, implementasi pasar karbon atau perdagangan karbon kerap datang dengan tantangan-tantangan uniknya tersendiri, dan situasinya pun kurang lebih sama di sini. Menjawab pertanyaan tersebut tidaklah mudah, sebab setiap pemangku kepentingan pasti punya perspektifnya sendiri-sendiri.

Dari sudut pandang pelaku misalnya, termasuk halnya kalangan startup greentech, kehadiran bursa karbon semestinya dapat dilihat sebagai peluang yang menjanjikan. Salah satu contohnya adalah startup baru bernama envmission, yang benar-benar menyiapkan dirinya untuk menyambut bursa karbon Indonesia tidak lama lagi.

Tim Solum.id berkesempatan untuk berbincang singkat dengan kedua pendirinya, Tidar Bayu dan Gusti Raganata. Sebagai sesama alumni dari Jepang, keduanya sama-sama merasa tergerak untuk berkontribusi kepada Indonesia, khususnya dalam hal mitigasi perubahan iklim dan keberlanjutan.

Simak hasil wawancara selengkapnya di kanal Solum.id, dapat diakses melalui tautan berikut ini:  klik di sini.