Memperkenalkan DS Card

Perkembangan digital bergerak pesat, tidak hanya perangkat keras tetapi juga aplikasi, layanan web, dan berbagai produk perangkat lunak.

Sebagian besar layanan digital ini menyediakan fitur berlangganan. Mulai dari layanan musik, film, sampai dengan utilitas menyediakan fitur yang memungkinkan Anda untuk menikmati fitur secara penuh dengan berlangganan.

Pertanyaannya adalah, ada berapa banyak layanan digital yang Anda miliki saat ini? Ada berapa password yang harus Anda ingat? Dan ada berapa sistem pembayaran yang harus Anda lengkapi?

Memperkenalkan DS Card, satu kartu untuk semua layanan digital Anda. Kartu ini adalah shortcut, dompet, atau apapun nama yang mau Anda sematkan, namun fitur utamanya adalah menjadi satu akses untuk semua layanan berlangganan digital yang Anda miliki.

Dengan kartu ini Anda tidak perlu lagi menyimpan banyak password, tidak perlu lagi mengingat banyak akun pembayaran, dan tidak perlu lagi mengingat banyak data lain yang bisa jadi akan Anda lupakan. Cukup menggunakan DS Card maka Anda bisa langsung terkoneksi dengan berbagal layanan digital secara seamless.

Kami telah bekerja sama dengan hampir seluruh layanan digital populer untuk mengintegrasikan DS Card ke layanan mereka. Mulai dari layanan musik, streaming film, layanan cloud, aplikasi game, aplikasi utilitas atau produktivitas, isi pulsa, beli token listrik, aplikasi Android, iOS, layanan web, pokoknya semua platform yang ada dimuka bumi. Tiket kereta api, pesawat, hotel, tiket konser dan event lain, semua layanan yang online telah terintegrasi dengan DS Card. Bahkan kami tinggal tanda tangan kontrak dengan berbagai layanan online learning untuk menambah daftar panjang layanan digital yang telah masuk dalam DS Card.

Transportasi online? Tentu saja! Hampir semua layanan transportasi online yang ada wilayah Asia telah kami integrasikan dan semuanya bisa menggunakan DS Card sebagai alat pembayaran. Termasuk untuk memesan makanan, kirim barang sampai layanan on demand lain seperti laundry, bersih-bersih, massage dan lainnya.

Kami juga bekerja sama dengan berbagai layanan pembayaran digital populer untuk memudahkan Anda dengan memberikan pilihan, hampir seluruh cara pembayaran digital ada untuk pilihan cara pembayaran di kartu ini, internasional maupun lokal.

Selain online to online, kami juga telah mempersiapkan layanan online to offline untuk bisa terintegrasi dengan DS Card. Bekerja sama dengan startup POS lokal, nantinya pengguna DS Card akan bisa melakukan pembayaran di venue offline seperti kafe dengan DS Card. Kami sedang tahap akhir dalam mengintegrasikan layanan DS Card dengan layanan POS lokal populer.

Ke depan, ambisi kami adalah mengintegrasikan DS Card ini dengan berbagai kartu yang dirilis oleh pemerintah, seperti layanan untuk kesehatan, transportasi publik dan berbagai fasilitas plat merah lainnya.

Lalu bagaimana dengan layanan dari DailySocial sendiri? Tentu saja kami langsung meintegrasikannya. Dengan DS Card Anda bisa secara langsung menikmati berbagai layanan DS seperti Deals, DS Report bahkan DS Jobs. Dengan akun yang sama Anda bisa menikmati berbagai fitur ini secara seamless.

Dikembangkan oleh perusahaan yang lekat dengan kehidupan digital, tentu saja kami mengerti bahwa proses pendaftaran adalah kunci. Kemudahaan, proses yang sedikit akan Anda nikmati di layanan ini. Anda cukup mendaftarkan diri di situs DS card, isi keterangan lengkap termasuk layanan pembayaran pilihan, bisa kartu dengan tanda Visa dan Mastercard, bisa pula payment service lokal dan internasional atau layanan e-wallet. Ikuti proses auntentikasi dan selesai.

Buka aplikasi yang Anda ingin berlangganan, temukan pilihan pembayaran di aplikasi dengan DS Card, koneksikan ke DS Card and voila! Proses berlangganan Anda telah selesai.

Inovasi yang akan kami lakukan tidak hanya sampai di sini, dengan berkembangnya IoT tentu saja kami akan menambahkan fitur yang berhubungan dengan smart device. Mulai dari autentikasi dengan finger print, face recognition, iris scanner di ponsel Anda sampai dengan integerasi dengan berbagai perangkat keras pintar lainnya.

Masa depan digital dan kemajuannya nampak cerah, dan kami ingin membantu Anda dengan memberikan kemudahan untuk segala urusan berlangganan layanan digital.

DS Card: semua langganan digital Anda dalam satu kartu.

Pasted image at 2017_03_31 04_36 PM

Bhinneka Perkenalkan Superphone Cygnus G5-R

Setelah menjadi situs yang menyediakan produk-produk kategori communication technology, kini Bhinneka memproduksi dan memperkenalkan superphone yang hadir dengan keunggulan melebihi lini smartphone lain di pasaran.

Didesain dan diproduksi di Indonesia, dengan Cygnus G5-R, Bhinneka ingin membuktikan pada dunia bahwa karya teknologi anak bangsa tak kalah saing dengan para raksasa produsen smartphone di Asia, Amerika, dan Eropa.

Superphone ini dilengkapi kamera belakang 21MP dan kamera depan 16MP, juga Night Vision Camera sehingga mampu memuaskan kebutuhan para penggemar fotografi. Dilengkapi RAM 8GB dengan penyimpanan internal sebesar 128 GB, Cygnus G5-R sesuai dengan mobilitas kaum urban.

Salah satu fitur terbaik dan revolusioner dari superphone ini adalah built-in solar panel sebagai alternatif cara pengisian ulang daya baterai (10.000 mAh) selama 90 menit atau fast charging 45 menit menggunakan tenaga surya. Inovasi ini diwujudkan pada Cygnus G5-R agar menjadi contoh langsung pemanfaatkan sumber tenaga yang sustainable dan mudah didapatkan.

Spesifikasi lengkap Cygnus G5-R akan dirilis secara resmi di pekan pertama April, bertepatan dengan acara peluncuran superphone ini. Sneak preview dari Cygnus G5-R masih dirahasiakan, termasuk harganya. Namun tanggal 1 April (hari ini) Anda bisa daftarkan email untuk pre-order dengan harga spesial. Adapun pendaftaran pre-order bisa diakses lewat www.bhnk.co/cygnus-G5R.

Bhinneka menyebutkan bahwa alasan dari keberanian untuk memproduksi dan meluncurkan Cygnus G5-R antara lain adalah pangsa pasar Indonesia yang cukup besar untuk bidang teknologi. Dikutip dari Daily Social, Indonesia memiliki jumlah langganan smartphone tertinggi di Asia Tenggara dan Oseania. Tercatat dengan hampir 100 juta di tahun 2015 dan diprediksi tumbuh menjadi 250 juta langganan smartphone di akhir 2021.

Berangkat dari animo dan populernya penggunaan smartphone di Tanah Air, Bhinneka yakin peluncuran Cygnus G5-R ini adalah tepat untuk mendongkrak penjualan dan memperkuat posisi pionir e-commerce Indonesia ni. Di samping tentu saja mengakomodasi kebutuhan konsumen akan smartphone andalan dengan fitur canggih, dan harga lebih terjangkau.

Anda penasaran dengan tampilan Cygnus G5-R, berikut galeri fotonya.

BlackBerry Aurora dan Beberapa Informasi Menarik Tentang BlackBerry Android dari BB Merah Putih

Besok, 9 Maret 2017 akan menjadi hari spesial bagi BlackBerry di Indonesia, bukan hanya sebuah produk baru akan hadir untuk penikmat gadget tetapi smartphone tersebut menjadi smartphone Android dari BlackBerry pertama yang secara resmi hadir di pasar lokal. *)

BlackBerry Aurora

BlackBerry Aurora adalah nama dari perangkat tersebut, berita tentang pre-order-nya telah muncul dan tersedia di online store ternama tanah air. BlackBerry Aurora dirilis di bawah nama PT BB Merah Putih yang merupakan joint venture antara BlackBerry dan Tiphone. Lisensi BlakBerry inilah yang akan mencoba keberuntungan di pasar smartphone tanah air, khususnya segmen menengah.

BlackBerry Aurora sendiri akan dijual pada kisaran harga 3.499.000 untuk harga normal, di luar promo, bundling dan program promosi lain. Spesifikasi utama dari perangkat ini antara lain 4GB RAM/32GB ROM dengan slot microSD sampai dengan 1TB, prosesor Snapdragon MSM9817, baterai 3000 mAh, layar 5.5 inci HD, dual Micro SIM 4G LTE dan untuk kamera ada 13 MP di bagian belakang dan 8 MP di bagian depan.

BlackBerry Aurora juga menjadi perangkat BlackBerry pertama yang memiliki dual SIM. Disebutkan bahwa hal ini juga dihadirkan untuk memikat konsumen lokal tanah air.

Dari spesifikasi yang disediakan serta harga yang ditawarkan bisa terlihat di segmen mana BlackBerry Aurora akan terjun ke medan perang. Segmentasi kelas menengan ini juga diamini oleh perwakilan dari BB Merah Putih pada saat acara makan siang untuk pengenalan perangkat ini. Promosi akan diarahkan untuk pengguna muda tetapi pengguna setia BlackBerry lama juga tetap akan menjadi perhatian. Salah satu program untuk para pengguna BlackBerry lama antara lain adalah program migrasi ke produk baru.

Hands-on BlackBerry Aurora

Sayang memang saya tidak terlalu lama mencoba dan berinteraksi dengan perangkat BlackBerrty Aurora, malah keasikkan mengobrol dengan perwakilan BlackBerry pusat serta COO BB Merah Putih sampai lupa seharusnya saya mencoba dan menjelajah perangkat.

BlackBerry Aurora

Namun di akhir acara saya sempat mengambil foto dan merasakan perangkat untuk mencoba grip dan menikmati pengalaman menggenggam. Layar 5.5 inci memang terasa cukup lebar meski saya yang menggunakan perangkat berlayar sama sudah terbiasa. Grip terasa cukup mantap meski saya belum menjelajah terlalu dalam dari sisi bahan. Bagian belakang menghadirkan ciri kas perangkat BlackBerry yang bertekstur dan logo BlackBerry di bagian tengah.

Kamera belakang dan flash terletak berdampingan di bagian atas belakang, kamera depan letaknya cukup umum, tombol terletak di bagian samping kiri dan kanan, USB Micro B di bagian bawah yang letaknya agak disamping serta jack untuk audio di bagian atas.

Yang saya bisa rasakan adalah grip-nya cukup baik meski memang terasa agak berat. Bagian belakang yang bertekstur cukup memberikan kenyamanan meski bahan plastik cukup terasa.

BlackBerry Aurora

Ada dua warna yang sempat saya pegang, gold dan hitam. Saya lebih menyukai warna hitam karena jika melihat dari depan maka tampilannya cukup keren dengan teks BlackBerry ada di bagian bawah.

Software dan keunggulan keamanan sebagai daya tawar utama

BlackBerry Aurora membawa versi Android Nougat atau 7.0 di perangkatnya dengan tampilan nyaris polos layaknya stock Android. Daya tawar BlackBerry yang fokus akan keamanan menjadi sisi tambahan yang disematkan dalam Android yang ada di perangkat BlackBerry ini.

BlackBerry Aurora

Dijelaskan oleh Tim Dye, Global Head of Product Realization dalam sesi bincang-bincang hari ini juga menjelaskan bahwa Android di perangkat ini tidak terlalu banyak dikustomisasi. BlackBerry membawa pengalamannya di bidang keamanan ponsel ke dalam sistem operasi Android dan menghadirkannya untuk para konsumen. Termasuk dari sisi tampilan dan UI, dijelaskan bahwa yang ingin dihadirkan adalah kenyamanan untuk pengguna jadi tidak terlalu banyak yang dikustomisasi saat perangkat keluar dari kotak.

Alex Thurber, Senior Vice President, General Manager Mobility Solutions menjelaskan bahwa modifikasi yang dilakukan BlackBerry pada perangkat Android tetap dilakukan untuk tetap menjadikan perangkat yang ada aman (dengan teknologi yang dimiliki BlackBerry) namun tetap cocok dengan sistem operasi Android.

BlackBerry Aurora

Dari sisi software, satu hal yang membuat saya tertarik dengan perangkat ini, selain tampilannya yang cenderung polos layaknya stock Android, adalah montlhy update patch. Alex menjelaskan bahwa BlackBerry akan secara rutin melakukan update sebagai dukungan atas perangkat yang tersedia di pasaran dan dikatakan bahwa update software-nya tidak akan berbeda jauh (dari sisi waktu) dengan pembaruan yang dilakukan Google atas sistem operasi Android.

Keamanan juga menjadi kunci yang melekat kuat sebagai salah satu keunggulan perangkat BlackBerry bersistem Android, Alex menjelaskan bahwa teknologi DTEK dari BlackBerry bisa membawa berbagai fitur untuk menjaga keamanan. Misalnya memberikan notifikasi ketika ada orang yang tidak diinginkan mengakses perangkat Anda.

BlackBerry Aurora

Update tambahan informasi: Berdasarkan informasi dari media promosi yang tersedia pada acara makan siang tadi, berbagai aplikasi khas BlackBerry juga bisa Anda nikmati seperti DTEK, Hub+, Pop Up Widgets, BB Keyboard, BB Transfer Konten, Launcher, Task, Search dan tentu saja BBM. Sayangnya saya belum mencoba berbagai aplikasi ini hanya mendapatkan beberapa penjelasan singkat atas beberapa aplikasi, meski demikian, satu hal yang membuat saya tertarik mencoba adalah Pop up Widgets.

Pasar Indonesia

Brand BlackBerry memang terus memudar, terutama yang berhubungan dengan perangkat. Fokus mereka yang tidak lagi memproduksi perangkat dan bermitra dengan pihak lain, termasuk salah satunya TiPhone dengan BB Merah Putih, adalah salah satu dari sekian banyak dampak kejamnya persaingan di ranah smartphone.

Meski demikian, untuk pasar Indonesia sendiri, BlackBerry masih bisa dibilang punya nama. Beberapa indikasi antara lain, kita masih bisa melihat di pasar perangkat BlackBerry masih digunakan oleh konsumen meski terus tergerus pasar perangkat Android, dan satu lagi adalah pengguna BBM.

Christian Eka - GM sales BB Merah Putih

Klaim yang ada menyebutkan bahwa ada 60 juta aplikasi BBM yang terinstal di smartphone adalah salah satu bukti. Di Indonesia sendiri, BBM ogah menyerah dalam kepungan aplikasi chat lain dan terus memperbaharui layanan mereka. Emtek sebagai garda depan untuk pengembangan BBM di Indonesia tentunya punya data seperti apa minat pengguna di Indonesia. Kemunculan perangkat baru, yang sudah pasti membawa berbagai layanan BlackBerry termasuk BBM, bisa menjadi salah satu dongkrak untuk popularitas BBM.

Jika BlackBerry fokus pada perangkat lunak, penjualan dan penggarapan pasar tentunya menjadi tugas BB Merah Putih untuk bisa menaklukkan pasar kelas menengah smartphone yang cukup keras.

Hioe An Kin, COO BB Merah Putih, menyebutkan bahwa program promosi yang beragam telah disiapkan untuk mendorong penjualan BlackBerry Aurora. Dari perbincangan sejenak selama makan siang, saya juga melihat optimisme BB Merah Putih untuk menggapai dan menarik konsumen pasar menengah. Kekuatan brand BlackBerry, fitur keamanan, serta spesifikasi yang di atas kertas cukup bersaing adalah beberapa modal yang bisa dibawa.

BlackBerry Aurora

Untuk urusan purna jual, BB Merah Putih pun sudah siap dengan mengajak mitra, termasuk yang telah berpengalaman menangani purna jual untuk perangkat BlackBerry. Dari brosur yang saya dapatkan, setidaknya di kota Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Palembang, Denpasar, Batam, Medan, Pontianak, Balikpapan, Makassar dan Manado. Layanan service untuk BB Merah Putih sudah siap melayani pembeli.

Hal menarik lain

Kerja sama BlackBerry dengan beberapa pihak ketiga (pabrikan) menyiratkan sebuah ambisi untuk kembali merebut pasar perangkat smartphone. Ada TCL untuk pasar Asia secara luas, ada Optimis Optiemus untuk pasar India dan sekitarnya dan kini ada BB Merah Putih untuk menggarap pasar Indonesia.

Kemitraan yang berbeda wilayah ini juga memungkinkan adanya kerja sama untuk penjualan antara negara. Misalnya, produk yang dihasilkan TCL, BlackBerry DTEK50. hadir di Indonesia, dan BlackBerry Aurora dijual di pasar luar Indonesia.

BlackBerry Aurora

Untuk angka sendiri, pihak BB Merah Putih memang tidak terlalu membeberkan target, namun disebutkan setidaknya market size (bukan market share) yang ingin dicapai ada dikisaran di atas 10℅. Untuk perangkat, ada kemungkinan setelah Aurora akan ada 1 atau 2 perangkat yang akan dirilis di Indonesia.

Segmen mid-range termasuk kalangan muda yang ingin di sasar adalah salah satu hal yang mendukung target ini. Pertumbuhan pengguna di segmen ini yang terus berkembang menjadi modal untuk BB Merah Putih.

Tentu saja ujian sebenarnya akan muncul saat perangkat benar-benar rilis di pasaran. Proses pre-order yang telah digelar, meski tidak disebutkan angkanya, dikatakan memiliki hasil animo yang cukup baik.

Perangkat diinformasikan akan mulai tersedia di pasaran kurang lebih satu minggu setelah peluncuran. Selain online tentu saja penjualan offline akan menjadi salah satu indikasi untuk melihat, apakah smartphone dengan logo BlackBerry bisa kembali menjadi primadona atau tidak.

Menanti program developer

Ada satu pertanyaan yang harus saya tanyakan pada pihak BlackBerry dan BB Merah Putih. Bagi Anda yang mengikuti sepak terjang BlackBerry di Indonesia tentu mengenal adanya program yang mengarah pada developer aplikasi yang pernah BlackBerry jalankan. Saya bertanya apakah program serupa akan diadakan kembali. Perwakilan dari BB Merah Putih menyebutkan bahwa saat ini fokus yang akan dijalankan adalah penjualan atau mengenalkan produk mereka, jika memang program untuk developer akan ada, nantinya kemungkinan akan dijalankan bekerja sama dengan pihak lain. Jadi tidak di bawah BB Merah Putih.

PS: Nama Aurora sempat ditanyakan oleh rekan media, mengapa ini menjadi nama perangkat pertama. Alasannya, Aurora menggambarkan awal, spirit yang dibawa nama ini cukup bagus.

*) Kita memang bisa melihat ada BlackBerry DTEK50 dijual di toko online tanah air, saya juga sempat melihat beberapa toko offline menjual perangkat ini. Namun dalam brosur promosi dari BlackBerry Aurora serta penjelasan pihak BlackBerry dan BB Merah Putih, disebutkan bahwa ini adalah BlackBerry Android pertama di Indonesia yang dirilis resmi. 

Koreksi: Dilakukan beberapa perbaikan atas artikel untuk tanpa mengubah maksud awal tulisan. 

Jakarta XR Meetup v7.0 Akan Mengambil Tema “VR-AR & Brands”

Komunitas Jakarta XR Meetup akan kembali menyelenggarakan meetup awal Maret. Tema untuk acara kali ini adalah VR-AR and Brands.

Acara kali ini akan menampilkan pembahasan tentang VR-AR dan irisannya terhadap kegiatan branding serta periklanan di masa depan. Selain itu akan ditampilkan pula pembahasan tentang aktivitas terkait periklanan yang telah menggunakan pendekatan atas AR-VR.

Para pembicara yang akan mengisi acara meetup antara lain:

  1. Muhammad Ario Adimas – Indosat Ooredoo
  2. Anvid Erdian – Lenovo MBG Indonesia
  3. Dimas Setyo – Acer Indonesia
  4. Nico Alyus – OmniVR

XR Meetup yang ke-7 akan diselenggarakan tanggal 8 Maret 2017 mulai pukul 6 sore. Sedangkan untuk lokasi acara sendiri akan diselenggarakan di Kaskus Auditorium, kantor Kaskus – Gedung Menara Palma, Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta.

Seperti yang telah menjadi agenda rutin XR meetup, selain presentasi dari pembicara, acara juga akan menampilkan demo alat VR yang bisa dicoba oleh para pengunjung pada awal dan akhir acara. Beberapa perangkat VR yang bisa dicoba antara lain Nokia Ozo, HTC Vive, Google Daydream, 3Glasses VR Headset.

Untuk informasi lengkap acara serta pendaftaran bisa menuju tautan ini.

Eposter-VR-Meetup---REV2

Disclosure: DailySocial adalah media partner acara Jakarta XR Meetup. 

[Review] Sennheiser HD 579, Headphone Over the Ear dengan Earpad dan Suara yang Nyaman

Ada banyak alasan untuk membeli headphone, kualitas suara, model, desain, brand dan satu lagi adalah kenyamanan penggunaan. Sennheiser 579 bagi saya kuat di unsur yang terakir, yaitu kenyamanan. Seperti apa pengalaman dalam mencoba headphone over (around) the ear dari Sennheiser ini? Simak artikel berikut.

Sennheiser HD 579

Desain

Tampilan desain earpad dari Sennheiser 579 adalah favorit saya. Ouval dan menutup keseluruhan telinga. Bahan yang disematkan pada earpad juga menjadi satu hal yang mencuri perhatian saya, dan jadi salah satu hal yang paling diingat. Bahan kain seperti yang dipilih Sennheiser di HD 579 menguatkan jenis suara yang dihasilkan, nyaman. Kelembutan bahan yang non kulit (atau imitasi kulit) ini menjadikan sentuhan earpad ke kulit terasa lembut. Untuk penggunaan waktu yang lama, headphone ini bisa jadi andalan.

Sennheiser HD 579

Headband atau gagang headphone hadir dengan kombinasi dua warna yang masih senada, yaitu abu-abu. Bahan yang dihadirkan juga cukup nyaman meski saya sendiri lebih memilih kalau bahannya disamakan dengan bahan earpad, yaitu dari bahan non leather. Meski demikian, kombinasi dua warna turunan, masih abu-abu namun ada perbedaan gradasi, memberikan kesan yang cukup baik untuk desain, apalagi senada dengan keseluruhan warna tampilan dari HD 579.

Untuk bagian luar dari earpad sendiri Sennheiser menghadirkan elemen logam dengan motif seperti tampilan speakser eksternal. Elemen logam utama berwarna hitam dengan aksen abu-abu termasuk ikom logo Sennheiser.

Sennheiser HD 579

Kombinasi tampilan ini menurus saya meski memberikan kesan sederhana namun tetap menonjolkan beberapa detail desain, seperti busa dan bentuk earpad ouval khas beberapa seri Sennheiser.

Suara

Dalam mencoba headphone ini, saya mendengarkan audio langsung serta dengan tambahan amplifier dari FiiO seri Fujiyama dengan lagu dari layanan Spotify (premium) kualitas maksimal.

Sennheiser HD 579

Pengalaman mendengarkan musik dengan HD 579 bagi saya adalah hasil suara yang cukup balance dengan pemisahan suara atau soundstage yang cukup terasa. Dengan suara low atau bass yang cukup terasa, seperti biasa ini menjadi khas dari Sennheiser. High terasa cukup namun bagi saya masih kurang maksimal. Sedangkan mid terasa cukup baik.

Suara audio terasa lembut, suara gitar yang cukup tajam saat musik rock sama sekali tidak menusuk. Saya mencoba beberapa lagu Queen, dan suara vokal terasa jelas, baik artikulasi atau ciri khas vokalis saat mengucapkan kata, bass juga cukup terasa. Pengalaman mendengarkan lagu pop seperti lagu Tak pernah padam – Sandhy Sandhoro jura terasa nyaman.

Sennheiser HD 579

Satu hal yang paling saya ingat saat mencoba headphone ini adalah kenyamanan. Ada dua hal yang memberikan kesan nyaman, yang pertama adalah audio-nya dan yang kedua adalah earpad. Kombinasi kedua hal ini menjadi satu kesatuan yang lengkap dan seperti menegaskan bahwa kenyamanan adalah satu benang merah yang ingin dihadirkan oleh HD 579.

Suara yang dihasilkan dari headphone ini agak terdengar ke luar, karena menurut situs resmi memang termasuk tipe open headphone. Namun suara yang keluar ini menurut pengalaman sama tidak sekeras open headphone lain yang pernah saya coba.

Saya juga mencoba bermain game dengan menggunakan HD 579, lebih tepatnya bermain Dota 2. Pengalaman audio yang dihasilkan menyenangkan dan menambah seru permainan dengan suara bass yang cukup terasa. Meski tentu saja headphone ini memang bukan diperuntukkan bagi game jadi tidak ada input mic.

Satu keluhan saya atas headphone ini hanya urusan jack, meski dalam kotak sudah tersedia converter untuk mencolokkan ke smartphone atau laptop namun jadinya cukup berat dan sering tidak sengaja terjatuh yang menyebabkan ujung jack terbentur benda atau lantai.

Sennheiser HD 579

Untuk siapa Sennheiser HD 579

Dengan harga yang ‘tidak terlalu’ mahal, masih di bawah 4 juta, headphone HD 579 dari Sennheiser ini menurut saya bisa menjadi salah satu pilihan bagi mereka yang ingin mencari kenyamanan dalam menggunakan headphone untuk mendengarkan musik.

Earpad yang nyaman berbadu dengan suara yang dihasilkan, yang memberi kenyamanan juga, adalah dua kombinasi yang menurut saya menjadi unggulan. Beberapa ciri khas Sennheiser juga tetap melekat di HD 579, baik dari sisi desain atau audio, berupa bass.

Sennheiser HD 579

Sennheiser HD 579 dijual dengan harga 3.4 jutaan dan sedang diskon jika Anda membeli di Bhinneka.com (diskon 17% saat tulisan ini dipublikasikan).

[Review] Mencoba Master & Dynamic MH40, Headphone Kekinian dengan Desain Keren

Meski agak tidak biasa, seingat saya, pekenalan saya pertama dengan nama Master & Dynamic adalah lewat Instagram. Tampilan foto dari headphone dengan logo M agak terpotong bagian pinggirnya ini selalu menggoda dan membuat penasaran untuk mencoba. Kesempatan itu akhirnya tiba, saat saya diberi kesempatan untuk menikmati Master & Dynamic MH40 selama beberapa waktu.

Kelengkapan boks dari Master & Dynamics MH40
Kelengkapan boks dari Master & Dynamic MH40

Seperti halnya saya cukup terpukau dengan foto-foto dari headphone all ear ini, kenyataan yang saya hadapi saat mencoba langsung kurang lebih sama, bahkan melebihi bayangan saya, karena bisa merasakan langsung build headphone, kualitas material termasuk boks yang cukup mewah dan berukuran besar.

Desain

Tampilan desain dari pinggir Master & Dynamics MH40
Tampilan desain dari pinggir Master & Dynamic MH40

Salah satu keunggulan utama dari headphone ini, menurut pandangan saya, adalah desainnya. Keren, materialnya juga baik, dan pad headphone nyaman saat digunakan. Desain industrial yang dipilih juga saya pikir sesuai dengan nuansa brand yang ingin dibangun serta pasar yang ingin disentuh, kalangan metropolitan menengah atas yang membutuhkan headphone dengan desain super keren dan berkualitas serta output suara yang lumayan baik.

Bentuk yang dihadirkan di Master & Dynamic MH40 ini tidak berbentuk bulat namun juga tidak ouval seperti beberapa seri dari Sennheiser. Lebih ke arah lonjong. Material logam yang ada di perangkat ini memang membuat jadi terasa berat tetapi di sisi lain mendukung keseluruhan tampilan desain yang dihadirkan. Berbagai bagian keras di headphone hadir dengan elemen logam dan rumah earpad dari aluminum. Kabel yang hadir juga tampil selaras dengan desain keseluruhan headphone, menjadikan tampilan dari MH 40 ini memang benar-benar keren.

Earpads dan headband Master & Dynamics MH40
Earpads dan headband Master & Dynamic MH40

Material pendukung lain yang menambah cantik desain MH40 adalah dari balutan kulit yang menutup berbagai bagian dari headphone. Termasuk di headband, baik sisi interior atau eksterior atau yang ada pada ear pads. Unit yang saya coba berwarna hitam, secara kasat mata tidak akan terlalu terlihat perpaduan yang menarik untuk desain tampilan, bisa jadi akan lebih bagus untuk yang warna coklat. Namun saat menyentuh headphone dan merabanya, Anda akan mengerti mengapa saya menjadikan unsur desain serta material sebagai yang paling menonjol di MH40.

Pengalaman mendengarkan musik

Tampilan dengan kabel dari Master & Dynamics MH40
Tampilan dengan kabel dari  MH40

Seperti biasa, untuk urusan memberikan review singkat atas pengalaman penggunaan headphone, saya harus memberikan informasi tentang jenis audio dan perangkat yang saya gunakan untuk memutar lagu.

Seperti yang sudah-sudah, saya menggunakan layanan streaming Spotify Premium dengan kualitas musik paling tinggi untuk memutar lagu. Sedangkan player yang saya gunakan mulai dari smartphone, iPod touch (generasi 5) sampai dengan laptop (Windows dan Mac). Dengan penambahan portable amplifier dari FiiO (seri Fujiyama) untuk penguat output audio.

Menurut pengalaman yang saya rasakan saat mendengarkan lagu dengan Master & Dynamic MH40 antara lain adalah bass yang terasa cukup dominan, detail yang juga cukup terasa serta suara vokal yang jernih. Namun untuk soundstage – yang memberikan pengalaman pemisahan suara, bagi saya terasa kurang. Alhasil pengalaman yang saya alami ketika mendengarkan musik, meski merasa nyaman dengan kualitas pad, terasa ada yang kurang.

Kabel dari Master & Dynamics MH40
Kabel dari Master & Dynamic MH40

Penggunaan ampli juga saya pikir menambah kualitas suara yang dihasilkan, ini bisa jadi karena pemutar musik yang saya gunakan tidak memiliki output audio yang terlalu baik. Saat menggunakan ampli, maka kualitas suara yang hadir terasa lebih baik.

Meski ada kekurangan, namun secara keseluruhan, pengalaman mendengarkan lagu dengan MH40 menyenangkan, apalagi dengan ear pad yang sangat lembut jadi nyaman saat menempel di pinggiran kuping. Jika Anda mendengarkan di ruang terbuka semacam kafe, bisa jadi desain yang hadir dari MH40 akan memberikan kepercayaan tersendiri karena hadir dengan desain yang akan mencuri perhatian.

Detail yang menyenangkan

Boks kabel dibungkus kulit - Master & Dynamics MH40
Boks kabel dibungkus kulit – Master & Dynamic MH40

Masih dari sisi penampilan, kali ini saya cukup berbahagia dengan berbagai detail yang memang diperhatikan oleh Master & Dynamic untuk dijasikan pada MH40, mulai dari dari ujung kabel jack, sampai dengan penempatan logo di beberapa permukaan elemen dari headphone. Semua membuat tampilan MH40 sangat menyenangkan untuk dipandang. Saya juga menyukai desain semacam grip yang ada di ujung kabel jack serta yang ada di bagian ujung headband. Satu yang kurang saya sukai adalah cara mengencangkan dan mengendurkan posisi headband dengan cara digeser, serasa kurang pakem karena kita tidak bisa mengunci setelah memilih posisi yang diinginkan.

Beberapa kelengkapan yang hadir dalam boks, seperti tas kecil untuk membawa headphone ini saat mobile juga terasa hadir dengan nuansa premium. Tidak hanya itu, kotak boks yang membungkus MH40 serta kotak kabel yang dibungkus leather adalah beberapa elemen premiun lain yang hadir sebagai pelengkap.

Beberapa detail dari Master & Dynamics MH40
Beberapa detail dari Master & Dynamic MH40

Untuk siapa Master & Dynamic MH40 ditujukan

Menurut pendapat saya, MH40 disediakan bagi mereka, para penikmat audio yang menginginkan kualitas musik baik, berkantong tebal dan ingin mendapatkan kualitas desain yang di atas rata-rata serta tampilan fisik yang sangat baik.

Dari sisi suara, bisa jadi para audiophile akan memilih perangkat lain dengan range harga yang sama, tetapi kekuatan MH40 dari sisi desain cukup menutupi kekurangan kualitas suaranya, yang sebenarnya tidak jelek tetapi masih bisa disaingi dengan headphone seharga sama atau yang lebih murah.

Master & Dynamics MH40
Master & Dynamic MH40

Master & Dynamic MH40 dengan warna hitam seperti yang saya coba dijual di toko online tanah air seharga 5.400.000 rupiah.

Daftar Genre Video Game Beserta Penjelasannya

Ada banyak genre game yang bisa dimainkan, namun meski sering memainkan game tertentu, bisa jadi  Anda belum tahu nama genre dari game tersebut. Atau bisa jadi ada beberapa nama genre yang asing didengar meski gameplay-nya telah akrab dimainkan.

Artikel ini berniat untuk memberikan informasi yang cukup lengkap tentang berbagai genre game, penjelasan, contoh game serta video yang bisa memberikan gambaran gameplay seperti apa genre tersebut.

Semoga artikel ini bisa menjadi semacam panduan untuk informasi tentang genre game. Dan kami sadar bahwa kemungkinan ada genre yang terlewat, Anda bisa memberi tahu kami lewat akun Twitter atau Facebook DailySocial untuk genre game yang belum masuk di daftar ini.

Selamat membaca.

Stealth game

Sesuai namanya, game-game di genre ini menitikberatkan aspek sembunyi-sembunyi meskipun sebetulnya mereka masih masuk ke kategori action. Beberapa game lawas memang menyimpan elemen stealth, namun ia baru betul-betul memperoleh sorotan berkat kesuksesan Metal Gear Solid, Tenchu dan Thief – judul terakhir ini ialah pionir game stealth bergrafis 3D di PC. Dari sana, berkembang begitu pesat, melahirkan franchise-franchise ternama: contohnya Splinter Cell dan Hitman.

Uniknya formula stealth juga diadopsi oleh game action lain, yaitu Assassin’s Creed, Crysis, Uncharted, sampai dua permainan Fallout terbaru.

Interactive movie

Film interaktif muncul di masa ketiga belum adanya sistem klasifikasi yang memisahkan kategori genre. Awalnya, ia disuguhkan dalam video full-motion – baik animasi ataupun live-action – via laserdic. Seperti genre lainnya, interactive film turut berevolusi, dan terobosan terbesar di sana dilakukan oleh Quantic Dream lewat Fahrenheit (atau Indigo Prophecy di Amerika).

Sejak saat itu, developer Perancis ini menjadi pemuka di ranah interactive movie dengan kreasi-kreasi terkenal seperti Heavy Rain dan Beyond: Two Souls. Hal ini juga mendorong banyak developer lain menggarap film interaktif mereka, beberapa yang terkenal dan terbaru meliputi The Walking Dead, The Wold Among US, Her Story, Life Is Strage, serta Until Dawn.

Visual novel

Jika interactive movie mencoba menggabungkan film dengan game, maka visual novel ialah inkarnasi komik di video game.Permainan jenis genre game ini dipenuhi gambar-gambar statis a la anime atau dengan animasi minimalis (kadang dilengkapi suara), menyajikan berbaris-baris teks. Tema yang diangkat umumnya petualangan, dating simulator, dan tidak sedikit visual novel ditujukan buat kalangan dewasa.

Visual novel sangat populer di Jepang, menguasai 70 persen pasar game PC. Tetapi di luar Asia Timur – khususnya di negara-negara barat – peminatnya boleh dibilang cukup kecil, kecuali sejumlah visual novel berbasis franchise anime ternama.

Construction & management simulation

Genre simulasi ini mempersilakan pemain membangun, memperluas sampai mengelola komunitas atau proyek fiktif – dan tentu saja tidak ada lawan yang harus Anda kalahkan kecuali keputusan-keputusan yang keliru.

Pengembangan construction and management simulation melahirkan dua sub-genre populer, seperti city building (SimCity dan Cities: Skylines), simulasi bisnis (Railroad Tycoon, Theme Park), simulasi pemerintahan (Democracy, SuperPower, berbeda dari genre wargames karena tidak mengedepankan elemen militer), serta game pengelolaan olahraga (Football Manager, Championship Manager, Out of the Park Baseball).

Vehicle simulation

Seperti management simulation, vehicle simulation memiliki banyak sekali sub-genre, dan seringkali melebur ke genre lain. Intinya, permainan-permainan dalam tipe genre game ini mencoba menghidangkan pemain pengalaman mengendarai alat transportasi senyata mungkin, entah itu mobil, pesawat terbang, kapal laut atau kapal selam, sampai pesawat luar angkasa.

Tidak sedikit game vehicle simulation dipadu bumbu militer, misalnya saja seri Silent Hunter serta World of Warplanes. Segmen simulasi mobil sendiri boleh dibilang sebagai yang paling populer, siapa yang tidak kenal dengan Gran Turismo, Forza Motorsport dan Project CARS?

Roguelike

Di era modern, tidak ada lagi permainan yang mengusung formula roguelike secara murni. Ia kini hadir sebagai elemen di sejumlah permainan, bisa Anda temukan dalam The Binding of Isaac, FTL: Faster Than Light, Splunky DayZ, Rogue Lagacy sampai Everspace. Intinya, game roguelike menyajikan level yang diciptakan secara acak dan biasanya kematian karakter Anda bersifat permainan.

Genre ini merupakan evolusi dari permainan tablettop role-playing, namanya diambil dari pencetus genre ini, sebuah permainan bernama Rogue, dirilis tahun 1980.

Metroidvania

Salah satu bukti lagi yang menunjukkan bahwa semangat retrogaming sulit dipadamkan. Populer di era awal console, genre Metroidvania muncul kembali di tahun 2000-an, dipopulerkan lagi oleh developer independen. Metroidvania merupakan gabungan dari dua judul game legendaris: Metroid dan Castlevania. Ia mengacu pada game-game platforming – umumnya disajikan secara side-scrolling 2D – dengan map luas yang saling tersambung.

Di awal, area-area tersebut tertutup dan akan terbuka seiring berjalannya petualangan Anda, biasanya dijaga oleh boss atau mini-boss. Genre ini juga kadang disebut Castletroid atau Igavania, sebagai referensi Koji Igarashi – developer dari Symphony of the Night dan permainan Castlevania lain.

Music game

Genre ini juga mempunyai banyak cabang, menyuguhkan kesempatan bagi pemain untuk berinteraksi dengan musik, dan tidak jarang turut mengusung elemen puzzle. Rhythm game seperti Guitar Hero, Just Dance sampai PaRappa the Rapper merupakan contoh terpopulernya, namun jenis genre game ini juga mengalami evolusi menjadi hybrid ‘reactive-form’, misalnya Vib-Ribbon, Audiosurf atau Dance Factory.

Permainan jenis ini juga sudah dimplementasikan sebagai VR experience, satu contohnya ialah Audioshield. Kategori music game sendiri terpisah dari permainan audio murni, seperti Real Sound: Kaze no Regret karena ia juga menyuguhkan feedback berupa output visual.

Western versus Japanese role-playing game (RPG)

RPG ialah salah satu genre paling menarik untuk disimak karena pengembangannya bermula dari dua budaya berbeda. Di barat RPG merupakan adaptasi digital dari permainan pen-and-paper, salah satu yang paling terkenal adalah Dungeons & Dragons. Umumnya RPG ‘Western’ (WRPG) membebaskan pemain untuk menciptakan karakter mereka sendiri, menghidangkan narasi non-linear serta pilihan-pilihan. Inkarnasi mereka di era modern adalah franchise-franchise populer contohnya Mass Effect, The Elder Scrolls, Dragon Age hingga Fallout.

Selain itu ada beberapa developer yang hingga kini bersikeras memegang tradisinya dalam menciptakan CRPG – yakni RPG-RPG kompleks eksklusif PC – hingga terciptalah Divinity: Original Sin sampai Pillars of Eternity.

Japanese role-playing game (JRPG) sendiri umumnya memberikan pemain karakter-karakter yang telah didesain sebelumnya dengan jalan cerita linar (meski game-game seperti Xenoblade juga diberi bumbu action dan dunia sandbox. Seperti WRPG, JRPG juga mengalami evolusi dan tidak kalah populer di kalangan fans, baik Asia maupun Eropa/Amerika.

Seri Final Fantasy dan Dragon Quest merupakan contohnya. Dan ada banyak sekali permainan MMORPG, umumnya dari Asia, yang turut memanfaatkan elemen JRPG.

Real-time stretegy (RTS)

Muncul pertama kali di tahun 2982, istilah real-time strategy umumnya mengacu pada hampir seluruh permainan strategi yang menyuguhkan progres secara terus menerus tanpa disekat oleh turn. Tugas Anda adalah mengumpulkan sumber daya, membangun base, meng-upgrade teknologi faksi, lalu jika sudah tiba saatnya, mengatur pasukan Anda buat menggempur musuh hingga tidak ada yang tersisa di map pertandingan.

Sebagai salah satu genre tertua, RTS tak berhenti berevolusi hingga memunculkan jenis-jenis game baru seperti MOBA dan RTT serta permainan hybrid semisal Sins of a Solar Empire, tanpa kehilangan identitasnya. Beberapa game ternama di genre ini adalah Age of Empires dan StarCraft.

Real-time tactics (RTT)

Merupakan sub-genre dari permainan perang, perbedaan real-time tactics dari game RTS seperti Age of Empire serta Homeworld adalah fokus pada aspek taktik dan operasi pertempuran, tidak menuntut pemain mengelola sumber daya, produksi dan elemen ekonomi pada permainan. Umumnya genre RTT menantang kita menyelesaikan suatu operasi milieter, dihidangkan secara realistis atau mendekati situasi nyata.

Sayang sekali, kepularitasan RTT berkurang seiring menurunnya minat gamer terhadap real-time strategy, tapi beberapa judul di genre ini dianggap sebagai permainan legendaris, contohnya: Company of Heroes, MechCommander, Total War, Cossack sampai Blitzkrieg.

Action-RPG (ARPG)

Action role-playing game mengombinasikan elemen RPG tradisional dengan aspek permainan action atau action-adventure. Nihon Falcom merupakan ARPG pertama, tapi genre ini baru betul-betul populer Diablo pertama dipelas. Sejak saat itu, kita menyaksikan sendiri menjamurkan ‘clone’ dari permainan kreasi Blizzard tersebut.

Kata ‘action’ perlu digarisbawahi karena game-game ini memanfaatkan sistem pertempuran real-time, dan kadang menyajikan statistik non-pertempuran secara lebih sederhana, cukup berbeda dari metode berbasis turn pada sejumlah RPG klasik ciptaan developer Jepang. Salah satu aktivitas favorit dalam action-RPG adalah looting dan mengoleksi item-item yang didapat dari membunuh lawan atau peti harta karun.

MOBA

Multiplayer online battle arena, atau yang biasa disingkat MOBA, merupakan cabang dari genre real-time strategy (RTS) yang dibubuhi elemen action ekstra. Kalau di RTS pemain biasanya mengontrol beberapa unit sekaligus serta sibuk mengembangkan koloni, di MOBA pemain hanya berfokus pada satu karakter dari sederet pilihan yang memiliki kemampuan unik tersendiri. Yang menjadi misi utama dalam MOBA biasanya adalah menghancurkan markas utama musuh, dengan bantuan unit yang muncul secara periodik dan dikontrol oleh AI – biasa disebut dengan istilah creep atau minion.

Leluhur genre ini adalah Defense of the Ancients, atau yang lebih kita kenal dengan nama DotA, yang merupakan sebuah mod untuk game Warcraft III. Popularitasnya melahirkan judul-judul populer di ranah e-sport saat ini, seperti Dota 2 dan League of Legends.

MOBA juga mulai merambah ranah mobile lewat game macam Vainglory, dan developer semakin kreatif memadukan MOBA dengan genre lain; contoh terbaiknya adalah Battleborn garapan Gearbox yang merupakan kombinasi shooter dan MOBA.

MMORPG

MMORPG (massively multiplayer online role-playing games) sederhananya adalah genre RPG yang diberi bumbu online dimana pemain bisa bertemu dengan ratusan bahkan ribuan pemain lainnya secara real-time. Contoh MMORPG yang mungkin paling dikenal di tanah air adalah Ragnarok Online, namun yang popularitasnya secara global tidak tertandingi adalah World of Warcraft dari Blizzard.

MMORPG banyak melibatkan grinding, istilah yang diberikan untuk kegiatan menaikkan level dengan cara menyelesaikan quest atau sekadar memburu monster atau musuh yang tersebar di dunia dalam game. MMORPG biasanya juga mengemas fitur PvP (player versus player), dimana pemain bisa mempertandingkan karakternya melawan pemain lain.

Tower defense

Masih merupakan bagian dari genre strategy, tower defense umumnya mengajak pemain untuk membangun sejumlah tower dan menempatkannya di posisi-posisi yang strategis guna membasmi musuh yang melintas. Dalam tower defense, musuh akan muncul secara berurutan dan melintasi jalur yang sudah ditetapkan. Seiring berjalannya permainan, pemain harus terus memikirkan taktik yang tepat dan melakukan upgrade demi mengantisipasi musuh yang semakin lama semakin tangguh.

Genre tower defense juga cukup populer di ranah mobile. Dua contoh yang cukup populer adalah Kingdom Rush dan Plants vs. Zombies. Judul lain, seperti Anomaly: Warzone Earth, mengeksekusi formula tower defense dengan cara yang berbeda, dimana pemain malah harus memikirkan strategi untuk membasmi deretan tower guna mencapai titik tujuan. Gaya permainan seperti ini memunculkan istilah “tower attack” atau “reverse tower defense”.

Secara tampilan, game tower defense umumnya memakai perspektif side-scrolling, isometrik atau top-down. Pun begitu, judul-judul modern seperti Dungeon Defenders dan Orcs Must Die! menerapkan perspektif third-person dan first-person ke dalam genre tower defense.

Fighting dan beat ‘em up

Keduanya terlahir di arcade dan merupakan genre-genre permainan sepuh di sejarah panjang gaming. Fighting menyuguhkan simulasi pertarungan jarak dekat, tak jarang menampilkan gerakan-gerakan spektakuler serta tingkat kekerasan tinggi.

Pengembangannya sempat stagnan ketika kepopularitas arcade menurun, namun beberapa franchise yang bisa selamat dari masa-masa kritis itu kini dikenal sebagai seri game paling legendaris: Mortal Kombat, Street Fighter, Tekken, sampai Marvel vs. Capcom. Tidak sedikit di antara mereka juga berevolusi jadi permainan e-sport.

Secara struktur beat ‘em (brawler) hampir mirip fighting, hanya saja game di kategori ini fokus pada mengadu satu pemain atau lebih (via mode multiplayer co-op) melawan musuh dalam jumlah besar. Gameplay-nya sederhana, itu alasannya brawler sangat sukses di periode 90-an sekaligus jadi cemoohan.

Beberapa permainan beat ‘em up sudah pasti akan mengembalikan kenangan masa kecil Anda, biapa yang bisa melupakan kenangan manis menikmati Streets of Rage, Final Fight dan Golden Axe? Tentu saja brawler mengalami evolusi, kini elemennya bisa dirasakan di banyak game action seperti Onimusha, Dead Rising, sampai Devil May Cry.

Survival horror

Merupakan cabang dari action-adventure, namun kesempatan Anda menggunakan alat-alat untuk bertahan hidup dilucuti ke titik maksimal. Pertempuran mungkin tetap dipertahankan, tapi biasanya persenjataan serta amunisi diminimalisir, menantang Anda mengandalkan logika. Seringkali, situasi-situasi berbahaya bisa dihindari dengan tidak memicu pertempuran dan melarikan diri.

Istilah survival horor disandang pertama kali oleh Resident Evil, meski franchise ini lama-kelamaan lebih mengangkat tema action, bermunculan banyak sekali game yang meneruskan warisannya, dan cukup populer di kalangan developer independen. Contoh survival horror current-gen sangat banyak: Amnesia, Penumbra, Slender, The Evil Within, dan kami yakin Konami belum mau menyerah pada Silent Hill.

Shooter

Dalam genre shooter, sederhananya karakter protagonis yang kita mainkan akan menggunakan senjata jarak jauh untuk menumpas musuh-musuhnya – bisa senjata api, laser atau malah busur panah. Genre ini bisa dijabarkan lebih spesifik lagi berdasarkan perspektif atau sudut pandang permainan; bisa dalam sudut pandang orang pertama (first-person) atau orang ketiga (third-person).

Perbedaan keduanya hanya terletak pada tampilan karakternya; dalam game third-person shooter, tubuh karakter protagonis bisa dilihat secara utuh. Pun begitu, tidak sedikit game yang menerapkan kedua perspektif sekaligus dan membebaskan pemain untuk memilih sesuai selera mereka, Fallout 4 atau Grand Theft Auto V di PC contohnya.

Berbeda dari game klasik macam Contra, game shooter akan menuntut kemampuan pemain dalam membidik, terutama di game FPS (first-person shooter). Genre FPS sendiri dipopulerkan oleh Wolfenstein 3D di tahun 1992, kemudian disusul oleh Doom yang juga merupakan garapan id Software setahun setelahnya. Half-Life dan mod-nya Counter-Strike juga berjasa atas popularitas genre FPS. Belakangan juga banyak yang mencampurkan elemen-elemen lain ke dalam FPS, contohnya stealth, seperti yang bisa kita jumpai pada seri Crysis dan Dishonored.

Genre shooter juga populer untuk game online bersifat kompetitif. Beberapa contoh terbarunya adalah Call of Duty: Infinite Warfare, Battlefield 1, Titanfall 2. Overwatch tentu saja juga termasuk salah satu game shooter, namun dengan sedikit bumbu MOBA dimana karakter-karakter di dalamnya memiliki kemampuan yang berbeda-beda yang terinspirasi oleh Team Fortress 2.

Platformer

Pernah memainkan Super Mario Bros.? Itulah salah satu game platformer terpopuler sepanjang masa. Dalam genre ini, pemain harus menjalankan karakter protagonis dari titik A ke B, dan di sepanjang perjalanan mereka akan berhadapan dengan sejumlah rintangan maupun musuh, serta diwajibkan cukup lincah untuk lompat dari satu platform ke yang lain. Di beberapa kesempatan, pemain juga dituntut untuk mempunyai memori yang sempurna kalau mau berhasil menamatkan game menyebalkan seperti I Wanna Be The Guy: Gaiden.

Diawali oleh game Donkey Kong di mesin arcade, genre platformer telah berevolusi dan mempengaruhi banyak genre lain. Salah satu yang menarik adalah seri Mirror’s Edge, yang menggabungkan elemen platformer dengan perspektif atau sudut pandang orang pertama. Contoh lain adalah seri Tomb Raider, yang juga merupakan perpaduan platformer dan shooter tapi dengan sudut pandang third-person.

Life simulation

Life simulation mengajak pemain untuk ‘menghidupi’ karakter virtual-nya serealistis mungkin, mengelola berbagai aspek dalam kehidupannya seperti kesehatan, kebahagiaan, pendidikan maupun pekerjaan. Contoh game paling awal dari genre ini adalah Jones in the Fast Lane yang dirilis untuk PC di tahun 1990.

Yang lebih modern dan tidak menganut sistem turn-based adalah serial The Sims, dimana pemain juga diajak untuk mengatur isi rumah dari karakter yang dijalankannya dan berinteraksi dengan karakter lain yang dijalankan AI. Contoh lain adalah Second Life, yang pada dasarnya bisa disebut sebagai The Sims dengan bumbu MMO (massively multiplayer online), dimana pemain akan bertemu dan berinteraksi dengan pemain lain secara real-time.

God game

God game sebenarnya merupakan cabang dari life simulation, bedanya di sini pemain benar-benar berperan sebagai dewa yang mengontrol segala kehidupan di dunia. Genre ini tidak bisa digolongkan sebagai strategy karena pemain tidak bisa mengendalikan unit secara spesifik, melainkan mempengaruhi kelakuannya dengan kekuatan supernatural yang dimiliki.

Sederhananya, kehidupan karakter-karakter dalam game benar-benar ada di tangan pemain, seandainya Anda usil atau memang sudah bosan, Anda bisa saja menjatuhkan tulah alias bencana pada mereka.

Genre ini dipelopori oleh seri Populous, dimana pengembangnya kemudian melanjutkan konsep yang sama dengan seri Black and White. Contoh lain yang cukup unik adalah Spore, dimana pemain menjalankan suatu makhluk ciptaannya, membimbingnya selama proses evolusi dari sekadar sel tunggal menjadi makhluk beradab.

4X

Kependekan dari ‘eXplore, eXpand, eXploit, and eXterminate’ subgenre permainan strategi ini ialah inkarnasi dari board game dan permainan berbasis teks. Sebagaimana namanya, 4X menempatkan pemain sebagai seorang penguasa, menantang Anda dengan bermacam-macam aspek micromanagement: mengelola ekonomi sampai menjadi komandan di medan perang. Memang terdengar kompleks, tapi nyatanya, game di genre ini merupakan judul-judul paling adiktif, ambil saja contohnya seri Civilization, Galactic Civilization, sampai Alpha Centauri. Umumnya permainan 4X disajikan secara turn-based, namun ada juga yang mengusung real-time seperti Sins of a Solar Empire.

Endless runner

Terkenalnya endless runner berkaitan erat dengan kebangkitan perangkat bergerak. Ia sebetulnya merupakan bagian dari genre platformer, namun developer berupaya menyederhanakan sistem kendali serta gameplay agar permainan dapat dinikmati secara optimal dari layar sentuh. Layaknya platformer, endless runner bisa disuguhkan dalam 3D ataupun 2D.

Temple Run boleh dibilang sebagai judu endless runner terpopuler, dibuntuti oleh Subway Surfers, Sonic Dash, Rayman Jungle Run sampai Flappy Bird. Meski konsepnya sudah lama ada, Eurogamer menetapkan Canabalt sebagai permainan ‘endless runner’ pertama.

Trivia

Trivia juga jadi genre favorit di kalangan gamer casual. Penyajiannya sangat sederhana, dapat dinikmati semua kalangan dan sempurna buat mengisi waktu luang. Anda hanya perlu menjawab pertanyaan dengan benar untuk memperoleh skor tertinggi – terkadang dibantu oleh beberapa fitur. Umumnya, permainan trivia merupakan adaptasi dari acara kuis di televisi seperti Are You Smarter than a 5th Grader?, Family Feud atau Who Wants to Be a Millionaire?

Puzzle

Hampir semua permainan video mempunyai elemen penyelesaian teka-teki, tapi bagi game di genre ini, pemecahan puzzle menjadi aspek utamanya. Puzzle merupakan salah satu jenis genre game tertua, versi digital dari permainan tic-tac-toe, kuis matematika sampai jigsaw puzzle. Satu contoh yang paling terkenal adalah Minesweeper, yang tentunya berhutang budi pada Flag Capture di Atari 2600.

Video game di kategori ini turut mengalami perkembangan, menghasilkan banyak subgenre terkenal seperti action puzzle (contohnya Tetris dan KLAX), permainan hidden object yang menantang Anda untuk menemukan benda-benda tersembunyi di gambar (dari mulai Hidden Expedition sampai Mystery Trackers, puzzle fisik (World of Goo, Cut the Rope hingga Portal), tile-matching (Bejeweled, Candy Crush Saga), dan puzzle tradisional (termasuk Mahjong dan Solitaire).

Side-scrolling

Side-scrolling sebetulnya lebih mengacu pada format perspektif ketimbang jenis genre video game, namun karena formulanya populer selama puluhan tahun hingga game action dapat dihidangkan secara 3D, istilah ini seringkali dipakai untuk mendeskripsikan game Metroidvania dan sejumlah platformer 2D.

Apakah salah jika ia digunakan sebagai kata ganti kedua genre itu? Tidak juga. Syarat masuk ke kategori side-scrolling adalah penyajian dua dimensi di mana layar akan mengikuti arah gerakan pemain, baik ke kiri maupun ke kanan atau dari bawah ke atas. Dengan begitu, ada banyak sekali game yang bisa dianggap side-scrolling, dari mulai Bomber buatan Sega, Super Mario Bros sampai Excitebike buatan Nintendo.

Artillery game

Artillery game ialah genre klasik yang menolak untuk punah dan elemennya bisa kita temui di berbagai permainan modern dan franchise-franchise terkenal. Ia umumnya menyuguhkan gameplay berbasis turn, dimainkan oleh dua orang atau lebih di mana mereka akan saling mencoba melumat lawan mainnya.

Artilery game muncul di tahun 80-an (Smithereens! Serta Artillery Duel), lalu strukturnya diadopsi oleh Team17 Software ke dalam seri Worms – judul terbarunya adalah Worms W.M.D. baru dirilis bulan Agustus 2016 silam. Game mobile terkenal seperti Angry Birds juga memanfaatkan penyajiannya, walaupun cuma menghidangkan mode singleplayer. Selain itu, penggunaan ‘artileri’ juga bisa Anda temukan di game Total War: Shogun 2 – Fall of the Samurai.

Arcade game

Arcade merupakan platform yang berevolusi sebagai genre. Dari perspektif hardware, arcade adalah mesin hiburan berbasis koin, biasa ditemukan di lokasi-lokasi publik, sempat jaya di era 1970-an dan kembali populer di awal 90-an.

Istilah arcade game sendiri mengacu pada permainan-permainan singkat dengan sistem kendali sederhana, biasa akan semakin sulit seiring naiknya level. Konsep ini bisa dituangkan ke hampir seluruh game ataupun genre, dari racing, sampai game pesawat tempur. Elemen arcade bisa Anda temukan di berbagai permainan modern, muncul di perangkat bergerak, diusung oleh music game, hingga melahirkan subgenre bullet hell.

Artikel disusun oleh: Glenn Kaonang dan Yoga Wisesa, editing oleh Wiku Baskoro, optimasi oleh Bambang Winarso.

Sumber gambar header: Pixabay. Artikel diolah dari berbagai sumber seperti: Wikipedia, pengalaman pribadi penulis, YouTube, serta situs game yang bersangkutan.

Dycode Selenggarakan Bootcamp untuk Bekali Fresh Graduate Siap Kerja

Dalam rangka membekali fresh graduates agar siap kerja serta melakukan seleksi karyawan, perusahaan pengembang aplikasi asal Bandung, Dycode, menyelenggarakan program bootcamp.

Dycode Bootcamp merupakan program seleksi developer untuk menjaring karyawan baru yang diadakan oleh Dycode. Dalam program ini para lulusan muda akan dibekali dengan kemampuan dan teknologi yang up-to-date agar siap kerja di industri kreatif.

Akan ada beberapa proses yang harus diikuti bagi mereka yang ingin mengikuti program bootcamp ini. Pertama adalah proses pendaftaran dengan beberapa persyaratan teknis, lalu akan ada proses seleksi dan akhirnya pengumuman.

Mereka yang lolos bootcamp akan mendapatkan pengetahuan langsung dalam proses internship di Dycode serta akses untuk teknologi terbaru seputar iOS development, Android development dan web development dan bisa mencicipi networking profesional yang dimiliki Dycode. Peserta bootcamp juga tentunya berkesempatan untuk diterima bekerja di perusahaan Dycode.

Program bootcamp ini pada dasarnya adalah proses seleksi penerimaan karyawan tetapi dengan pendekatan yang berbeda.

Meski bersifat internal, alias Dycode memegang hak eksklusif untuk menerima atau tidak mereka yang ikut bootcamp untuk menjadi karyawan, namun proses pendekatan seperti yang dilakukan Dycode ini menarik untuk dicermati. Terutama di tengah kondisi ‘persaingan’ mendapatkan karyawan TI untuk perusahaan teknologi (baik startup atau bukan) serta kondisi gap yang terjadi antara kebutuhan tenaga kerja dengan kemampuan calon pekerja yang dibutuhkan startup atau perusahaan TI pada umumnya.

Untuk Anda para developer yang berminat, bisa melihat persyaratan secara lengkap dan mendaftarkan diri lewat tautan ini.

*) Disclosure: DailySocial adalah media partner program ini.

[Review] Sennheiser HD 451, Tampilan Menarik dengan Suara Khas Sennheiser

Sennheiser HD 451 bisa jadi bukan headphone yang bisa memenuhi semua minat penyuka audio, bukan pula tipe headphone closed over ear Sennheiser yang tercantik. Namun headphone ini memiliki beberapa keunggulan.

Saya berkesempatan untuk mencobanya untuk beberapa waktu dan artikel ini adalah kesan dari pengalaman penggunaan saya tersebut. Mari kita simak.*)

Sennheiser HD 451 hadir dengan desain pad ouval
Sennheiser HD 451 hadir dengan desain pad ouval

Desain

Yang terlintas pertama kali di benak saya ketika menerima perangkat ini adalah modelnya. Mengingatkan saya pada headphone Sennheiser kelas atas yang pernah saya coba di salah satu acara yang digelar sound forum yang digelar Sennheiser beberapa waktu lalu. Bentuk earcup yang ouval (tidak bulat) mengingatkan pada Sennheiser HD 600 atau HD 800 S, meski dari sisi tampilan luarnya berbeda dan detailnya pun berbeda.

Bagian desain lain yang tampak keren dari headphone ini adalah elemen garis serta warna biru yang menjadi pemanis dari warna utama, hitam, yang hadir di keseluruhan headphone.

Bagian samping earcup dengan elemen warna biru
Bagian samping earcup dengan elemen warna biru

Saat memegang HD 541, memang ada sedikit perasaan kecewa karena hampir semua bahan yang ada terbuat dari plastik, berbeda dengan Sennheiser HD 429 yang ada elemen seperti karet yang membalut bagian luar earpad.

Meski demikian, bahan all plastic ini sedikit terbayar dengan fasilitas earcup yang bisa menyesuaikan bentuk tulang bagian pinggir telinga Anda. Anda bisa ‘menggoyangkan’ untuk membuatnya pas di sekitar telinga Anda.

Anda bisa mengatur untuk membuat pas earcup saat digunakan
Earcup bisa menyesuaikan bentuk sekitar telinga Anda

Dari sisi desain memang tidak banyak yang bisa dibahas selain dari model dari HD 451 yang cukup modern dan menarik untuk dilihat. Satu kelebihan lain adalah busa earpad yang tidak menggunakan bahan serupa leather. Meski bisa jadi ini faktor selera, tetapi saya sendiri lebih menyukai yang bahan seperti ini karena lebih tidak mudah sobek, selain itu earcup tidak akan memiliki bekas keringat. Bahan busa/kain juga terasa lebih nyaman di kulit.

Busa penahan juga tersedia di gagang headphone untuk menahan kepala bagian atas agar tidak langsung bersinggungan dengan gagang headphone.

HD 451 adalah headphone closed over ear, yang artinya akan menutup telinga secara penuh. Suara, baik dari dalam dan luar, akan terisolasi.

Tampilan kabel dan jack HD 451
Tampilan kabel dan jack plug HD 451

Kebel yang ada tidak bisa dilepas (berbeda dengan beberapa jenis headphone lain, misalnya Goldring DR50). Kabel yang tersedia tidak terlalu panjang kurang lebih 1.2 m dengan ujung jack plug 35mm yang bisa Anda colokan langsung ke smartphone, laptop atau pemutar audio Anda.

Bentuk ujung jack plug yang tidak lurus memang berbeda dengan selera saya. Meski demikian untuk penggunaan tertentu, ujung seperti ini terkadang lebih praktis dari yang lurus. Namun, karena saya biasanya menggunakan iPod dan laptop untuk mendengarkan audio, maka ujung bengkok seperti ini terkadang agak kurang nyaman.

Pengalaman menggunakan

Dari situs resmi disebutkan bahwa headphone ini telah dioptimasi untuk perangkat portable audio seperti MP3 atau CD player serta perangkat iOS dan smartphone. Hal ini cukup pas dengan cara saya menggunakan karena saya mendengarkan musik dengan HD 451 dengan aplikasi Spotify (baik di iPod/smartphone dan laptop) dengan kualitas lagu yang paling tinggi yang disediakan Spotify.

Saya juga menggunakan amplifier portable FiiO Fujiyama untuk menambah power dari suara yang dihasilkan player.

Tampilan HD 541 serta amplifier portable dari Fiio
Tampilan HD 541 serta amplifier portable dari FiiO

Pengalaman yang paling saya ingat saat menggunakan headphone ini untuk mendengarkan musik favorit adalah suara bass yang cukup terasa (khas Sennheiser), setidaknya jauh lebih terasa dari HD 429 yang memang memiliki tagline smooth bass.

Untuk elemen hasil suara lain memang tidak ada yang istimewa, namun bukan berarti jelek. Cukup cocok untuk pemakaian sehari-hari bagi mereka yang suka dengan musik yang perlu menampilkan bass secara menonjol.

Hal lain selain bass yang cukup memberikan impresi baik dari HD 451 satu adalah noice cancelling yang dihadirkan. Saya menggunakan headphone di kantor jadi fitur ini cukup menyenangkan karena bisa fokus dan mengisolasi suara dari luar dengan cukup baik.

Tampilan logo di Sennheiser HD 451
Tampilan logo di Sennheiser HD 451

Untuk harga yang ditawarkan oleh headphone ini, meski tidak terlalu murah, masih cocok untuk entry level.

Kalimat saya di atas ini memang membuka diskusi yang lebih luas. Tentu saja dengan harga jual yang serupa dengan HD 451 masih ada beberapa pilihan headphone yang bisa jadi lebih bagus atau lebih sesuai dengan selera musik yang Anda cari. Misalnya saja Goldring DR50 (meski ini masuk kategori headphone jadul) yang saya sebut di atas lebih memberikan kepuasan bagi selera musik saya, meski bass-nya kurang namun clearness dari audio lebih baik dari HD 451, harga yang ditawarkan juga jauh lebih murah.

Headphone lain yang sempat saya miliki dari brand Audio-Technica (maaf saya lupa model persisnya karena sudah saya berikan ke rekan) juga menghasilkan suara yang tidak jauh berbeda dengan harga setengah dari HD 451.

Beberapa pilihan headphone dari Sennheiser sendiri juga bisa jadi lebih kompetitif dari segi harga dan kualitas suara. Namun, seperti yang saya ulas di atas, model atau desain tampilan luar dari headphone ini, kualitas suara yang cukup baik serta busa pad yang nyaman adalah beberapa kelebihan yang bisa Anda miliki saat menggunakan HD 451.

Bisa jadi headpohone ini juga diperuntukkan bagi mereka penggemar Sennheiser yang ingin memiliki headphone tertutup over the ear yang hadir dengan desain modern dengan busa pad yang bukan dari bahan kulit imitasi.

Tampilan earcup Sennheiser HD 451
Tampilan earcup Sennheiser HD 451

Untuk siapa HD 451?

Anda penggemar headphone Sennheiser yang telah paham karakter brand ini terutama dari sisi bass. Headphone ini juga cocok bagi Anda yang memiliki perhatian pada tampilan desain tampak luar (bukan bahan) atas headphone yang digunakan. Anda penikmat headphone yang lebih suka bantalan pad dari kain dan bukan bahan kulit (imitasi) juga bisa memilih headphone ini.

Sennheiser HD 451 dijual, salah satunya, lewat Blibli.com dengan harga RP948.000.

*) Tentu saja selain masalah selera, mencoba headphone akan berpengaruh pada banyak faktor. Tidak hanya alat pemutar lagu, lama burn in, dukungan impedance dari perangkat pemutar lagu, perangkat tambahan seperti DAC atau amplifier sampai dengan file lagu yang digunakan untuk melakukan uji. Saya sendiri, seperti yang dituliskan di artikel, menggunakan alat pemutar musik ipod dan perangkat laptop dengan musik yang didengarkan dari Spotify (premium) dengan pengaturan lagu paling maksimal. Beberapa kali juga saya menggunakan amplifier portable sebagai alat tambahan untuk mendengarkan musik.

[Review] Infinix Hot S: OS Android 6, Desain Menyenangkan dan Fingerprint yang Bisa Diandalkan

Satu dari banyak hal menarik saat mencoba smartphone yang ditujukan untuk kelas entry level dan mid level adalah kejutan-kejutan yang sering muncul. Dan Infinix Hot S adalah perangkat yang menyimpan hal tersebut.

Infinix Hot S adalah perangkat terbaru dari Infinix yang meneruskan perangkat yang sebelumnya tersedia di tanah air. Infinix Hot S hadir dengan dua pilihan tipe, RAM 2GB dan 3GB. Unit yang saya coba dan akan saya bahas di artikel ini adalah yang versi 2GB.

Tampilan Home Infinix Hot S
Tampilan Home Infinix Hot S

Ketertarikan saya pada Infinix adalah karena perangkat Infinix Hot 2 yang membawa misi program Android One. Alasan utama adalah OS update yang lebih cepat dari beberapa perangkat sejenis serta stock Android yang dibawanya. Meski demikian Infinix Hot S ternyata memberikan pengalaman lain dengan hadirnya XOS, antar muka yang dihadirkan oleh Infinix untuk pengguna.

Untuk lebih lengkap, mari kita bahas satu persatu pengalaman penggunaan yang saya rasakan saat mencoba perangkat ini beberapa hari ke belakang.

Desain

Unibody. Kata tersebut bisa merangkum desain dari Infinix Hot S. Sekilas desain yang ada tidak memberikan kesan perbedaan dengan beberapa perangkat sejenis lain yang cover belakang bisa dibuka dan baterai bisa dilepas. Namun, Hot S ternyata mengadopsi unibody sehingga Anda tidak bisa membuka tutup belakang.

Tampilan belakang Infinix Hot S
Tampak belakang dari perangkat Infinix Hot S

Slot kartu SIM dan tambahan memory card bisa disematkan lewat slot dari pinggir ponsel. Anda bisa menikmati dua kartu SIM secara bersamaan atau satu kartu dan satu lagi memory card. Jaringan yang didukung adalah 4G/3G/2G.

Body metal yang disematkan pada Hot S membuat smartphone ini cukup nyaman di genggam. Pengalaman menggenggam ponsel ini juga terasa ringan, ketebalan serta grip juga terasa cukup solid.

Tampilan layar dari Hot S terasa seperti lonjong atau memanjang ke atas, bisa jadi ini karena tampilan ukuran layar yang 5.2 inci, namun di bagian bawah dan atas tersedia ruang yang cukup besar. Bawah untuk button operasional dan atas untuk speaker depan (telepon).

Tampilan depan Infinix Hot S
Tampilan depan Infinix Hot S

Satu hal yang saya ingat saat menggunakan smartphone ini adalah kenyamanan saat pertama kali menggengam serta bobotnya yang ringan. Misalnya ketika saya mengambil smartphone dari atas meja untuk membuat jejaring sosial atau bermain game. Bahan metal yang hadir di perangkat menambah nilai positif untuk urusan pengalaman genggam.

Pengalaman penggunaan

Selain pengalaman menggengang yang sudah di bahas di atas, Infinix Hot S juga menyimpan kejutan lain. Fingerprint yang disematkan pada perangkat yang dijual di bawah dua juta ini ternyata cukup bisa diandalkan.

Respon yang saya alami selama menggunakan cukup cepat dan hampir tidak menemui kendala. Bahwa saat jari saya agak basah kerena keringat pun fingerprint masih bisa mendeteksi dan berfungsi. Saya menggunakan fingerprint untuk ‘membuka’ dan ‘menutup’ layar, kombinasi antara kenyamanan genggam dan fingerprint ini ternyata memberikan kesan tersendiri saat menggunakan smartphone.

Fingerprint berada di bagian belakang perangkat Infinix Hot S
Fingerprint berada di bagian belakang perangkat Infinix Hot S

Proses yang dimulai dari menyentuh smartphone, mengangkatnya dari meja, lalu menempelkan jari ke finger print dan mengakses ponsel semuanya memberikan kesan tersendiri. Terutama mengingat harga dan segmen kelas yang disasar oleh smartphone ini.

Kepemilikan smartphone akan disesuaikan dengan tujuan penggunaan perangkat, untuk masa coba beberapa hari kemarin juga saya sesuaikan dengan kebutuhan penggunaan smartphone yang saya lakukan. Menjelajah internet, mengakses media sosial dan bermain game.

Dengan RAM 2GB beberapa pekerjaan ini bisa dilahap dengan lancar oleh Infinix Hot S, perpindahan antar aplikasi juga lancar. Satu hal menonjol alias kejutan yang saya rasakan di perangkat ini adalah layarnya.

Infinix Hot S membawa layar IPS 5.2 inci yang tampak terang ketika digunakan. Di dukung prosesor octa core Cortex 1.3GHz, 64bit dam RAM 2GB tampilan layar saat menikmasi gambar atau bermain game cukup menyenangkan. Saya mencoba bermain game NBA Live, dan efek bayangan terpantul dari lapangan basket kayu tampil cukup jelas dan memberikan pengalaman bermain game yang seru.

Game NBA Live bisa dinikmati dengan lancar
Game NBA Live bisa dinikmati dengan lancar

Layar dari Hot S juga cukup menyenangkan untuk menjelajah foto di saat browsing di internet, meski demikian tampilannya yang terang cukup melelahkan mata saat mengakses cukup lama, meski pengaturan kecerahan sudah dikurangi.

Speaker yang ada di perangkat ini memang tidak terlalu istimewa tetapi cukup untuk menemani mendengarkan musik, menonton video atau bermain game. Colokan untuk mengisi daya menggunakan USB cable ‘standar’. Infinix juga menyertakan earphone dengan desain yang cukup bagus, meski saya tidak sempat mencobanya karena lebih memilih mencoba speaker perangkat (alasan lain, saya memiliki headphone dan earphone lain kesukaan, jadi jarang sekali menggunakan earphone bawaan).

Earphone bawaan Infinix Hot S
Earphone bawaan Infinix Hot S

Dari sisi kamera, sebenarnya pengalaman penggunaan yang saya alami tidak terlalu istimewa. Di atas kertas Infinix menjelaskan spesifikasi yang mumpuni tetapi saat mencoba di dalam ruang, hasil yang saya dapatkan tidak terlalu istimewa dan terasa banyak noise. Meski demikian, kamera depan Hot S telah disematkan kemampuan untuk 120 derajat wide angle shot, cocok untuk group selfie. Kamera depan juga memiliki led flash sebagai tambahan fitur.

Kamera belakang juga telah dilengkapi dual led flash untuk membantu menangkap gambar, untuk melengkapi proses berfoto ada beberapa fitur aplikasi kamera yang dibawa Infinix, seperti beauty filter, profesional mode dan square mode.

Tampilan aplikasi kamera Infinix Hot S
Tampilan aplikasi kamera Infinix Hot S

UI, OS dan aplikasi bawaan

Infinix Hot S membawa UI XOS yang didasarkan pada versi Android 6 alias Marshmallow. Entah kenapa saya suka dengan logo XOS, meski mengingatkan pada logo OS brand tetangga, tetapi tampilan logo saat menyalakan ponsel pertama kali memberikan kesan mewah.

Tampilan UI paling depan tidak ada perbedaan berarti dengan tamapilan pada umumnya, tampilan aplikasi secara menyeluruh juga dihadirkan cukup standar tetapi memudahkan untuk mengenali aplikasi karena diurutkan berdasarkan abjad.

Infinix Hot S menggunakan UI XOS
Infinix Hot S menggunakan UI XOS

Tampilan UI pengaturan cepat juga cukup terasa nyaman di mata dengan desain ikon garis tipis dan keterangan lengkap ikon. Ada satu ikon yang menarik perhatian saya, yaitu ikon cast. Meski tidak sempat mencoba namun akses cepat ini tentunya akan menjadi tambahain pilihan pengaturan yang menyenangkan bagi Anda yang memiliki perangkat cast seperti Chromecast.

Akses cepat menu pengaturan di Infinix Hot S
Akses cepat menu pengaturan di Infinix Hot S

Seperti halnya pabrikan merek lain (kecuali perangkat Android One atau yang mengadopsi stock Android) akan dimasukan berbagai aplikasi bawaan yang menjadi pembeda, meski terkadang memakan memory smartphone.

Infinix Hot S juga membawa beberapa aplikasi bawaan, saya tidak terlalu tertarik dengan aplikasi bawaan pabrikan, namun di Hot S ada satu aplikasi yang ‘memanggil’ saya untuk mencoba. Aplikasi itu adalah Magic Movie. Aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk membuat video singkat dengan beberapa efek yang juga bisa dipilih. Ada beberapa template yang bisa dicoba, dan aplikasi ini menonjolkan kemudahaan penggunakan dengan hanya beberapa tap saja. Menurut penjelasan situs resmi, pengguna bisa membagikan video pendek ini ke jejaring sosial.

Saya sempat mencobanya dan hasilnya cukup lumayan, setidaknya dengan pengoperasian yang mudah bisa mendapatkan video pendek yang lengkap dengan musik. Buat lucu-lucuan tentu saja. Sayang, file yang dihasilkan cukup besar sehingga saya tidak bisa langsung mengirimkan via email file film tersebut. Saya belum mencoba membagikan ke jejaring sosial langsung.

Miscellaneous

Saya mencoba warna gold, jika melihat halaman resmi, sepertinya akan lebih menarik jika memiliki warna lain, biru atau hitam mungkin. Meski varian warna serta finishing body bagian belakang sedikit mengingatkan pabrikan yang baru saja merilis seri smartphone seri 7 mereka.

Tampilan Infinix Hot S
Tampilan Infinix Hot S

Untuk siapa Infinix Hot S Ditujukan?

Pengalaman genggam smartphone yang baik, tampilan belakang yang menarik, fingerprint yang cukup bisa diandalkan serta UI yang ‘rapih’ dan koneksi 4G adalah beberapa asalan yang bisa membuat Anda tertarik dengan Infinix Hot S. Apalagi jika Anda ingin membelikan smartphone entry – mid level untuk keluarga Anda atau memiliki ponsel kedua. Harganya yang kurang dari 2 juta akan memberikan kejutan lewat beberapa fitur yang disematkan di ponsel ini.

Unit yang saya gunakan memiliki RAM 2GB, yang zaman sekarang, bisa dibilang sudah tidak cukup untuk dijadikan ponsel utama, kecuali pemakaian smartphone Anda bukan heavy user.

Kelengkapan Infinix Hot S
Kelengkapan Infinix Hot S

Menurut informasi, Infinix akan menyediakan dua model dari seri Hot S, versi 2GB (seperti yang saya review) dan versi 3GB dengan nama Hot S Pro. harganya hanya beberapa ratus ribu saja.

Infinix Hot S dijual dengan harga Rp 1,75 juta, sedangkan Hot S Pro di harga Rp 2,2 juta.  Hot S dijual online di Lazada sedangkarn Hot S Pro akan dijual online dan offline.

Spesifikasi lengkap bisa dilihat lewat tautan ini. Berikut galeri foto Infinix Hot S.