[Review] Samsung Galaxy Buds2, Ringan Tetapi Bisa Diandalkan

Seperti yang sudah-sudah, kalau Samsung mengadakan acara Galaxy Unpacked dan ada perangkat audio yang dirilis, perhatian saya biasanya lebih tertuju pada perangkat audio itu. Begitu pula dengan acara perkenalan Samsung Galaxy Z Fold3 dan Flip3, yang dalam promonya ada juga diperkenalkan Galaxy Buds2.

Saya kenal dengan earbuds buatan Samsung sejak era Gear IconX. Kala itu belum seperti sekarang ketika hampir semua pabrikan smartphone mengeluarkan TWS mereka. Sejak itu, hampir semua perangkat earphone wireless milik Samsung saya coba, mulai dari Galaxy Buds (generasi 1), Buds+, Buds Live, Buds Pro dan kini Buds2.

Galaxy Buds2 saat pertama kali muncul sudah memikat mata saya. Salah satunya adalah karena desain warna yang dual tone yang cukup kontras. Selain itu Buds2 ini juga menjadi seperti versi hemat dari Buds Pro, yang premisnya memiliki fitur mirip dengan TWS segmen paling atas Samsung tersebut tetapi dengan beberapa hal yang dipangkas. Mungkin analoginya bisa dibuat mirip seperti versi lite dan versi plus pada smartphone.

Beruntung Samsung mengontak saya dan memberikan perangkat Buds2 untuk saya uji. Tanpa berlama-lama, mari kita membahas Galaxy Buds2 secara mendalam.

Desain

Dari sisi desain sebenarnya ada sedikit rasa tidak puas, karena desain dari TWS samsung kini hampir seragam dari sisi case. Namun saya memaklumi pilihan Samsung ini salah satunya adalah karena keselarasan desain. Dengan hanya memiliki 1 model bentuk case saja yang sama antara semua lini Buds terbaru mereka, samsung bisa dengan lebih mudah untuk mengkomunikasikan produknya ke pengguna.

Memang akan berbeda ketika kita melihat desain earpiece-nya, masing TWS dari Samsung memiliki desain yang berbeda, Buds Live dengan desain experimental berbentuk seperti kacang, Buds Pro dengan desain yang premium dan kini Buds2 dengan desain yang mungil tetapi masuk memiliki nuansa Buds Pro pada desain earpiece-nya.

Untuk warna sendiri, seperti yang telah disebutkan di atas, komposisi dual tone dari Buds2 memang sangat menarik. Ada 4 pilihan warna yang disediakan Samsung, saya memilih yang berwarna hijau atau dalam bahasa desainnya adalah Olive. Alasan dari pemilihan warna ini adalah untuk melengkapi pengalaman penggunaan TWS, karena dua Buds lain yang ada di studio memiliki warna Lavender untuk Buds Pro dan Mystic Bronze untuk Buds Live.

Semua varian Buds2 memang memiliki warna case luar putih tetapi ketika dibuka akan ada warna utama lain yang menutupi bagian dalam. Warna ini juga akan bisa terlihat dari samping ketika case ditutup. Keren.

Untuk rasa bahannya sendiri, Samsung memilih menghadirkan versi glossy yang bagi saya seperti memberikan label bahwa ini adalah produk kasta paling bawah dari semua TWS terbaru Samsung. Sangat berbeda dengan dua TWS lain, baik Buds Live dan Buds Pro memiliki kesan doff.

Perbedaan desain juga akan tampak ketika Anda membuka case. Bagian detail keterangan tuning suara oleh AKG tidak muncul di bagian depan case tetapi di bagian dalam. Penempatannya cukup manis dan memberikan kesan tersendiri.

Untuk earpiece-nya sendiri, kesan glossy masih nampak di bagian luar TWS. Sedangkan untuk desainnya agak mirip dengan Buds Pro tetapi di sederhanakan. Karena Buds2 adalah TWS entry level untuk seri Buds, maka tidak ada air vent seperti Buds Pro. Earpiece terlihat polos dan dari sisi warna senada dengan bagian dalam case serta tampil dengan finishing glossy juga.

Bagian doff memang tidak lepas dari Buds2. Bagian dalam casing dengan warna sama dengan earpiece hadir dengan tampilan doff. Ini memberikan kesan yang menarik. Doff biasanya dikesankan sebagai kenyamanan, dan penempatan bahan ini di casing (yang dalam artian rumah earpiece) bisa memberikan kesan itu.

Kesan keseluruhan desain dari Buds2 bagi saya adalah baik. Meski bahan glossy tampil di sebagian besar perangkat luar tetapi eksekusinya masih cukup bisa diterima dan masih memberikan kesan highend.

Salah satu yang memang menjadi keunggulan dari Buds2 adalah desainnya yang kecil serta berat perangkat yang cukup ringan. Jauh lebih ringan dari Buds Pro dan bentuk earpiece-nya pun jauh lebih kecil.

Kalau melihat angka dari situs resmi, berat dari Buds2 adalah untuk earpiece-nya 5.0g sedangkan case 41.2g. Untuk Buds Pro adalah earpiece-nya 6.3g dan case 44.9g. Perbedaan beratnya cukup jauh terutama untuk earpiece. Salah satu sebabnya tentu saja karena di Buds Pro disematkan beberapa fitur tambahan seperti air vent.

Kesain mungil yang ada di earpiece Buds2 memang dilihat bukan secara negatif. Samsung malah cukup menjual kesan mungil ini sebagai salah satu keunggulan dari Buds2. Jika Anda telah menonton atau membaca review perangkat ini dan reviewer-nya menyebutkan bahwa ketika menggunakan Buds2 hampir serata tidak menggunakan earphone, maka kurang lebih pendapat itu benar. Earpiece Buds2 memang cukup jauh lebih ringan dari Buds Pro dan juga jauh lebih ringan dari Buds+.

Salah satu perbedaan paling mencolok antara Buds2 dengan desain Buds+ adalah absennya wing tip yang menjadi desain khas TWS era waktu itu. Wing tip ini berfungsi sebagai penahan agar earpiece bisa kokoh pada posisinya dan tidak jatuh ketiga digunakan dalam kegiatan aktif.

Dalam sebuah sesi QnA yang diadakan Samsung, saya bertanya pada perwakilan Samsung yaitu Taufiq Furqan, Product Marketing Manager Samsung Mobile, Samsung Electronics Indonesia tentang alasan Samsung melepas ciri khas Buds+ ini. Taufiq menjelaskan bahwa perubahan desain ini mengikuti keinginan konsumen. Desain Buds2 lebih simple dan lebih trendy. Samsung juga meningkatkan kemampuan kenyamanan dari earpiece Galaxy Buds mereka sehingga tanpa wing tip pun bisa tetap fit pas di telinga. Selain itu tersedia juga fitur fit test agar bisa disesuaikan dengan telinga pengguna.

Alasan ini cukup masuk akal pertama karena desain earpiece kekinian memang sudah agak meningalkan tambahan wing tips dan beralih ke cara-cara lain agar earpiece bisa kokoh di telinga. Dan Samsung telah bisa mengenbangkan cara lain sehingga bisa menggantikan peran wing tip di perangkat earphone mereka.

Dari sisi desain juga sebenarnya dengan absennya wing tip maka bisa terlihat keselarasan bentuk yang mirip dengan Buds Pro sehingga jika SAmsung ingin memposisikan earbuds ini menjadi entry level-nya seri Galaxy Buds maka konsumen tidak akan bingung.

Untuk kesan ringan yang didapat dari Buds2 tidak hanya hadir dari casing, atau earpiece saja tetapi hadir dari keseluruhan desain, termasuk pemilihan kesan glossy dan doff yang tampil di luar dan di dalam perangkat serta menurut saya, penggunaan dual tone di seri ini juga sedikit banyak memberikan kesan ringan karena dua warna membuat kesan desain jadi terpecah tidak mengumpul di satu area. Sehingga tercipta kesan ringan.

Spesifikasi

Untuk spesifikasi perangkat, mari kita bahas apa yang tertera di atas kertas terlebih dahulu. Beberapa keunggulan yang ditampilkan Samsung untuk Buds2 antara lain:

  • Two way dynamic speaker
  • 3 microphone yang terdiri dari 2 outer mic dan 1 inner mic serta ada pula VPU atau voice pickup unit
  • Lalu ada ANC dan ambient sound yang levelnya bisa diatur
  • Baterai 61mAh dan case 473mAh
  • Playtime di klaom up to 5 jam dan 20 jam dengan ANC menyala lalu up to 7.5 jam dan total 19 jam dengan ANC off
  • Charging 1 jam play time dan 5 menit quick charging
  • Wireless charging dengan sertifikasi Qi
  • Konektivitas bluetooth 5.2
  • Codecnya Scalable (Samsung proprietary(, AAC dan SBC
  • Dan yang tidak kalah penting malah dijagokan adalah fit test via aplikasi

Beberapa highlight untuk perangkat Buds2 dari sisi spesifikasi adalah 3 microphone untuk penggunaan panggilan suara yang lebih baik. Kemudian dilengkapi pula dengan voice pickup unit. Lalu yang menjadi andalan di segmen harganya adalah sudah memiliki ANC serta ambient sound yang bisa diatur. Galaxy Buds dijual dengan harga normal 1.699.000 rupiah.

Fitur ANC-nya memang tidak sekelas Buds Pro karena memang berbeda dari sisi segmen dan harga tetapi sudah cukup baik untuk kelas TWS entry level merek Samsung. Salah satu kelebihan lain adalah ambient sound yang membantu penggunaan ketika di tempat umum atau aktivitas yang masih memerlukan suara lingkungan sekitar. Buds2 memang tidak memiliki voice detect yang bisa secara otomatis mengatur perubahan dari mode ANC ke ambient sound yang dimiliki Buds Pro. ANC di Buds2 disebutkan Samsung telah ditingkatkan dari Buds+ sehingga kini bisa mengurangi noise dari luar sampai 98%.

Sedangkan ambient sound latency juga mengalami peningkatan dari 3.2 ms di Buds+ menjadi 0.5 ms di Buds2. Untuk wireless Qi charger mendukung untuk perangkat Samsung yang memiliki fitur wireless charging. Sedangkan koneksi Bluetooth 5.2 juga menjadi kelebihan lain karena sudah yang terbaru. Dari sisi codec. Buds2 menggunakan bawaan dari Samsung yaitu Samsung Scalable Codec. Dijelaskan Samsung bahwa codec ini cocok digunakan untuk smartphone samsung, sudah frekuensi tinggi tapi belum setinggi lossless. Fokus Samsung lebih pada kestabilan suara yang hadir ke penggunanya daripada lossless. Tetapi samsung menjamin kalau sumbernya lossless tetep akan baik di TWS buds dan lebih stabil.

Aplikasi pelengkap (Wear apps dari Samsung)

Saya adalah salah satu yang merasa aplikasi Wear – khususnya untuk perangkat Buds dari Samsung kini menjadi terlalu sederhana. Kurang bisa dieksplorasi dan cenderung ditujukan bagi pengguna yang terbiasa plug and play. Padahal pilihan pengaturan yang lengkap dibutuhkan untuk menemukan pengaturan yang pas untuk audio.

Namun memang jenis pengguna seperti yang saya sebutkan di atas bisa jadi tidak sebanyak konsumen umum atau konsumen kebanyakan. Dan saya mengerti alasan Samsung untuk mengubah aplikasi ini menjadi lebih sederhana untuk bisa digunakan lebih mudah bagi konsumen umum. Yang bisa jadi jarang mengulik atau mengutak atik pengaturan audio secara rutin atau berbeda-beda untuk genre lagu tertentu.

Samsung juga sepertinya kini memfokuskan pada fitur fit test, yang memungkinkan pengguna untuk melakukan uji apakah earbuds yang digunakan sudah pas atau belum untuk dipakai rutin. Aplikasi ini mendeteksi apakah earpiece yang Anda gunakan sudah tepat atau harus diganti dengan pilihan ukuran lain. Buds2 menyediakan 3 pilihan ukuran earpiece termasuk yang menempel pada earbud.

Pengalaman menggunakan

Nah, sekarang bagian utama tulisan kali ini yaitu pengalaman menggunakan Galaxy Buds2 termasuk review mendalam tentang eksperiens lagu-lagu yang saya dengarkan menggunakan Buds2.

Sebelum memulai, seperti biasa karena produknya TWS saya akan menguji dengan perangkat smartphone sebagai alat pemutar musik, kali ini saya menggunakan Samsung Galaxy S20 Plus. Lagu yang dimainkan via aplikasi Spotify rata kanan alias pengaturan kualitas audio very high.

Pengaturan yang digunakan sebagian besar dengan ANC aktif dengan beberapa kali mencoba untuk membedakan kualitas suara dengan ANC atau dengan fitur ambient sound. Untuk equalizer hampir seluruhnya saya dengarkan dalam menu pengaturan Dynamic, karena saya merasa pengaturan ini yang cukup seimbang meski pada awalnya saya tergoda untuk mencoba pilihan bass boost. Namun karena tidak semua lagu yang saya coba menonjolkan bass saja, maka saya memilih pengaturan dynamic.

Pengalaman secara makro (keseluruhan)

Dengan bentuknya yang mungil, suara Buds2 memang menarik untuk disimak. Bass cukup terasa nendang tapi tidak bikin sakit, punchy-nya tidak berlebihan tetapi terasa cukup deep. Kita juga bisa mendengarkan dengan nyaman untuk high note. Namun bagi saya, separasi di Buds2 terasa kurang. Suara yang dihasilkan ketika mendengarkan lagu terasa padat. Elemen-elemen lagu memang tidak saling bertumpuk tetapi terasa dalam satu ruangan yang cukup sempit. Beberapa suara vokal terasa di depan tetapi ada kalanya juga di belakang atau posisinya terdengar agak di atas dari elemen suara lain.

Saya memang lebih sering membandingkan dengan pengalaman menggunakan Buds Pro, meski ini agak kurang pas. Karena seharusnya disandingkan dengan Buds+ karena ini adalah versi terbaru produk yang sama. Namun saya mendapatkan kendala karena Buds+ yang ada di studio saya tidak bisa terkoneksi sampai dengan tulisan ini dibuat (tidak bisa reset koneksi) jadi apa boleh buat saya membandingkannya dengan Buds Pro. Keduanya memiliki ANC dan fitur ambient sound meski secara kualitas dan fitur Buds Pro berada jauh di atas.

Jika dari sisi desain atau pengalaman menggunakan perangkat di luar suara adalah kesan mungil dan compact, maka untuk hasil suara dari Buds2 adalah kenyamanan dengan bass yang agak menonjol.

Untuk pengalaman penggunaan lain seperti meeting via Zoom atau Gmeet serta pengalaman hiburan, Buds2 dua juga bisa digunakan dengan cukup baik. Selama dua minggu ke belakang saya cukup sering menggunakan Buds2 untuk meeting dan tidak menemukan keluhan yang cukup berarti. Fitur ambient sound-nya juga cukup membantu saat meeting/call, karena terkadang harus mengecek ke depan rumah karena ada suara panggilan rutin yang sudah menjadi ciri khas saat WFH, ‘misi paket…’.

Untuk pengalaman spesifik atas lagu tertentu, adalah sebagai berikut:

Pearl Jam – Given to Fly

Suara Eddie Vedder terasa berada di depan dan keseluruhan lagu terasa padat. Saya bisa mendengarkan detail elemen-elemen yang ada di lagu seperti petikan gitar, atau suara rhythm gitar tipis yang muncul di tengah. Tujuan saya mendengarkan lagu ini karena di bagian depan lagu ada petikan gitar yang khas. Dan saya ingin coba merasakan detail petikan gitar tersebut.

Di departemen bass juga cukup terasa namun tidak berlebihan. Lagu dengan dua gitar seperti Given to Fly bagi saya sangat cocok untuk menguji bagaimana earbud merespons atas keharmonisan yang dihadirkan band. Dan Buds2 cukup nyaman untuk mendengarkan tipe-tipe lagu band dengan dua gitar.

Laruku – Mirai

Mendengarkan dengan Buds2 bisa mendapatkan suara detail dari piano atau beberapa elemen lain. Bass yang melaju juga bisa direspon dengan baik karena bagi saya, Laruku adalah tentang bas yang melaju seperti asik sendiri. Selain itu vokal terasa clear dan terasa menonjol di depan.

Sayang memang karena TWS ini memiliki sound stage yang menurut saya kurang luas, kemegahan dari lagu ini, yang memiliki elemen orchestra, jadi terasa kurang. Bisa jadi memang karena karakter TWS ini adalah menghasilkan suara yang padat.

Silk Sonic/Bruno Mars – Leave the Door Open

Lagu ini dipilih bukan hanya untuk mencoba tipe lagu RnB slow yang sedang tren tetapi saya juga ingin menguji respon TWS pada beberapa elemen permainan detail di lagu ini. Seperti yang muncul awal lagu, atau di beberapa bagian ada suara seperti triangle atau tambourine yang berulang kali muncul. Semua bisa direspon dengan baik oleh Buds2.

Untuk vokal, Buds2 juga bisa merespon dengan sangat baik, bahkan saya bisa mendengar detail suara Bruno dengan clear. Bass dan elemen lagu yang lainnya juga terasa cukup baik dan menjadikan Buds2 ini cukup nyaman untuk mendengarkan lagu di genre ini, bahkan dengan volume yang tidak besar.

Yuna – Langit

Lagu favorit saya untuk menguji earbud atau perangkat audio. Terutama untuk menguji bagian vokal, karena lagu ini memang menonjolkan vokal Yuna yang magical.

Buds2 bisa merespon dengan baik dan menghadirkan bagian vokal yang clear. Gabungan berbagai elemen di lagu ini yang keluar dari Buds2 juga memberikan kesan menyenangkan untuk didengarkan dan tidak saling berebut.

Jealousy remastered – Queen

Dengan menggunakan mode dynamic, bass di lagu ini yang dimainkan di Buds2 ternyata cukup menonjol dan terasa agak di depan. Tapi tetap nyaman, apalagi di lagu ini Bass cukup berlari alias bermain layaknya melodi.

Paling menyenangkan menggunakan lagu Queen untuk menguji perangkat audio terutama earphone adalah mendengarkan Freddie menyanyi. Karena cara bercakap Freedie yang khas maka di bagian vokal tertentu akan ada suara khas ketika Freddy bernyanyi dan Buds2 bisa menangkap itu.

Overall lagu ini terasa nyaman terutama bagi Anda penikmat permainan bass yang menari.

Adele – Skyfall

Meski terasa nyaman mendengarkan lagu ini dengan Buds2, tetapi saya merasa lagu jenis seperti Adele ini kurang cocok untuk didengarkan menggunakan Buds2. Lagu Skyfall yang cukup megah terasa biasa saja.

Meski demikian, detail vokal dan keharmonisan lagu tetap bisa dinikmati dengan nyaman sebagai satu lagu utuh.

Bruce Springsteen – Born in the USA

Anda akan merasa tenggorokan Anda serak ketika mendengar lagu ini, karena Buds2 bisa cukup menghadirkan suara Bruce dengan detail.

Meski demikian posisi vokal di lagu ini terasa di belakang dan bass-nya cukup terasa menonjol di depan. Detail lain bisa didengarkan secara jelas terutama piano elektrik yang juga mendominasi dari awal lagu.

Queen – Bohemian Rhapsody remastered 2011

Lagu wajib untuk mencoba TWS.

Keharmonisan vokal di awal lagu adalah kesan yang khas setiap mendengarkan lagu ini, dan Buds2 bisa merespon dengan baik. Petikan gitar bisa dihadirkan dengan baik juga, tone tinggi tidak membuat sakit telinga.

Struktur lagu yang terasa bagi saya adalah, vokal utama terasa ada di atas agak ke dalam dengan elemen lagu lain hadir melengkapi dan membentuk pondasi segitiga ke atas, dengan puncaknya adalah suara Freddie.

Beberapa lagu lain yang saya coba dengarkan: Stuck with you (Ariana Grande – Justin Bieber) lalu lagu old school untuk melihat respon TWS atas aransemen lagi lama lewat Sesaat Kau Hadir – Utha likumahua. Kemudian lagu More than Word – Extreme.

Semua dilahap dengan cukup baik oleh Buds2, lagu populer Ariana yang RnB atau package rekaman jadul dari Utha Likumahua atau lagu wajib no 2 untuk mengetes TWS yaitu More Than Word.

 

Verdict

Samsung Galaxy Buds2 adalah perangkat TWS atau wireless earphone yang cukup menarik. Baik dari desain dan terutama dari hasil suara yang dihasilkan. Di-tuning oleh AKG yang juga men-tuning earphone bawaan smartphone Samsung serta TWS atau Galaxy Buds lainnya.

Untuk hasil suara dari pengalaman saya, keluhannya hanya satu yaitu berbagai elemen suara yang hadir (terutama ketika mendengarkan lagu) terasa penuh dan padat. Meski kualitasnya baik tapi saya lebih memilih Buds Pro jika harus membandingkan.

Galaxy Buds2 akan saya rekomendasikan bagi mereka yang ingin menggunakan TWS untuk kegiatan sehari-hari sampai dengan traveling. Untuk olahraga saya hanya menyarankan untuk olahraga ringan. Bobotnya yang ringan membuat TWS ini bisa menjadi pilihan untuk kegiatan sehari-hari apalagi dengan kualitas suara yang baik serta fitur ANC dan ambient sound.

Untuk desain eartips memang tidak lonjong seperti Buds Pro, yang bagi saya adalah salah satu desain eartips yang paling menyenangkan, terutama bagi pengguna yang terbiasa menggunakan earphone jenis earbud seperti saya. Namun karena bobotnya yang ringan dan desainnya yang ciamik, Buds2 tetap bisa memberikan keunggulan tersendiri.

Menjadi Galaxy Buds entry level alias paling murah dibanding Galaxy Buds terbaru lainnya milik Samsung, Buds2 bisa menjadi pilihan bagi mereka yang baru ingin memiliki TWS dan ingin memiliki TWS keluaran Samsung.

Sparks

  • Kualitas suara baik
  • Ringan
  • Telah tersedia fitur ANC
  • Desain menarik

Slacks

  • Fitur Ambient Sound terasa kurang natural
  • Sound stage kurang luas
  • Meski paling murah di antara Buds terbaru Samsung tetapi harga di pasaran cukup premium.

Perangkat Samsung Galaxy A52s 5G Resmi Diperkenalkan, Bawa Spesifikasi Mumpuni

Tiada hari tanpa rilis smartphone terbaru. Sepertinya jargon tersebut cocok untuk disematkan pada Samsung. Belum lama saya mencoba seri M32 dan M62, lalu ketersediaan resmi seri atas Fold3 dan Flip3 atau juga belum lama seri A03s meluncur kini Samsung memperkenalkan seri Galaxy A52s 5G. 

Dalam acara media session secara online, Samsung mengenalkan beberapa keunggulan dan kelebihan dari perangkat menengah atas ini yang nantinya juga akan bisa digunakan untuk mengakses jaringan 5G. Galaxy A52s 5G hadir tidak hanya dukungan 5G tetapi berbagai spesifikasi lain yang cukup mencuri perhatian seperti refresh rate sampai dengan 120Hz serta prosesor menengah tertinggi Qualcomm SD 778G. 

Samsung menyebutkan bahwa perangkat ini ditujukan untuk generasi muda pecinta teknologi terdepan. Harga perangkat ini memang cukup atas namun masih di bawah segmen premium. Galaxy A52s dijual dengan harga 6.499.000 tanpa promo. 

Dengan desain seri A terbaru, perangkat ini memang memberikan nuansa modern dan trendi, Apalagi warna yang dihadirkan cukup beragam. Tapi yang paling mencuri perhatian tentu saja spesifikasi. Seperti yang disebutkan di atas, yaitu refresh rate 120Hz yang hadir di ukuran layar 6.5-inch. Kualitas layarnya sudah FHD+ Super AMOLED Infinity-O Display (1080 x 2400) dan 407ppi. 

Dari spesifikasi ini saja sudah bisa dipastikan bahwa layar yang dibawa A52s 5G akan nyaman digunakan. Baterai yang disematkan cukup besar yaitu 4.500mAh didukung oleh 25W fast charging. Untuk prosesor hadir SD 778G yang disebutkan merupakan seri SD kepala 7 yang paling mentok alias paling tinggi dan sudah mendapatkan upgrade yang signifikan dari seri SD 720G. Prosesor ini mendukung berbagai kegiatan yang ditujukan untuk segmen perangkat ini, yaitu gaming, foto, produktivitas dan hiburan. Kurang lebih all around activities yang memang biasanya menjadi aktivitas segmen menengah atas. Satu perangkat untuk semua aktivitas. 

Departemen kamera diisi oleh 4 kamera belakang dan 1 kamera depan. Kamera belakang sendiri hadir dengan spesifiksi kamera utama 64MP, lensa Ultra Wide 12MP, lensa Depth 5MP, dan lensa Macro 5MP sedangkan kamera depan 32MP yang tampil dengan mode notch tipe punch hole

Dari namanya saja sudah bisa terlihat bahwa perngkat ini akan mendukung 5G. Untuk prosesnya, pilihan koneksi nantinya akan hadir lewat pembaruan via OTA. Untuk spesifikasi lain yang cukup penting adalah RAM 8GB dan ROM 256GB, telah mendukung NFC juga sertifikasi IP67. 

Dalam kesempatan QnA dalam acara perkenalan perangkat, saya mencoba menanyakan perihal salah satu fitur yang menarik karena disematkan di seri A, yaitu refresh rate 120Hz. Alasan saya bertanya adalah, apakah segmen yang disasar sudah membutuhkan refresh rate ini yang biasa hadir di perangkat premium atau high end, biasanya untuk segmen menengah-atas refresh rate yang dihadirkan 90Hz saja. 

Samsung lewat Irfan Rinaldi, Product Marketing Manager Samsung Mobile, Samsung Electronics Indonesia, memberikan penjelasan bahwa selain dukungan spesifikasi yang cukup tinggi di A52s 5G ini, seperti kualitas layar, prosesor dan yang lainnya, maka kehadiran refresh rate menjadi lengkap. Selain itu Samsung juga ingin menyasar pasar gamer. Pasar ini memang kini mencari refresh rate tinggi untuk kenyamanan bermain. 

Sebagai informasi tambahan, Samsung dengan seri A juga ikut mensponsori salah satu pergelaran turnamen paling bergengsi di game Mobile Legends Bang Bang yaitu MPL yang saat ini memasuki season ke 8. 

Nara sumber lain di acara yaitu perwakilan dari Qualcomm, Dominikus Susanto, Senior Manager, Business Development at Qualcomm Indonesia, memberikan penjelasan tambahan, bahwa tidak hanya gamer yang membutuhkan refresh rate tinggi untuk kenyamanan, tetapi juga untuk hiburan seperti video lalu untuk memberikan kenyamanan saat browsing internet. 

Saya sendiri adalah salah satu penggemar refresh rate tinggi minimal 90Hz. Dan beranggapan bahwa seharusnya perangkat modern alias yang baru dirilis harusnya sudah menyertakan refresh rate di atas 60Hz. Saya setuju, kenyamanan scrolling adalah pengalaman penggunaan yang selalu saya cari. 

Selain beberapa fitur yang telah disebutkan di atas, A52s 5G juga masih menyimpan fitur tambahan yaitu RAM expansion atau yang Samsung sebut sebagai RAM plus. Fitur ini memungkinkan pemilik perangkat untuk mendapatkan tambahan hingga 4GB RAM yang diambil atau dialokasikan dari ROM yang tersedia. 

Perangkat Galaxy A52s 5G dijual dengan harga normal 6.499.000 rupiah. Tetapi pada masa pre order dijual dengan harga 5.999.000 rupiah alias ada potongan 500rb rupiah. Pre order perangkat dimulai tanggal 16 – 18 September 2021. Informasi pemesanan bisa cek tautan ini

Kalau melihat di atas kertas, perangkat ini memang cukup menarik, harganya memang akan bersaing dengan smartphone lain di segmen dan spesifikasi yang mirip dengan harga yang lebih rendah. 

Semoga redaksi DailySocial/Gadget berkesempatan untuk mencoba perangkat ini untuk review sehingga bisa memberikan penilaian yang lengkap atas perangkat. 

Panduan Virtual Racing Tahap Intermediate 2: Mengoptimasi Grafis dan Performa 

Anda telah memilih untuk bermain racing game secara lebih fokus dan Anda telah memiliki PC untuk memainkannya. PC Anda memiliki komponen yang lumayan baru tetapi bukan yang terbaik. Anda ingin bermain judul game balap mobil seperti Assetto Corsa Competizione dengan PC budget yang dilengkapi video card seperti GTX 1650 atau RX 570, pertanyaannya adalah, apakah memungkinkan memainkan game dengan spesifikasi seperti ini?

Jawaban singkatnya adalah: bisa. Jawaban yang lebih detail adalah, Anda bisa memainkan game dengan pengaturan grafis yang cukup tinggi dengan video card gaming entry level, tetapi tidak akan optimal. Mengapa? Karena tergantung dari game engine yang digunakan oleh game tersebut. 

Game yang dijalankan dengan perangkat berspesifikasi rendah bisa mempengaruhi respon input dan bisa merugikan Anda karena tidak memberikan pengalaman mengemudi yang baik. Terutama bagi Anda yang ingin masuk ke ranah kompetisi online dengan pemain lain.

Anda memang tidak perlu pengaturan grafis tinggi dalam permainan untuk bisa menjalankan game balapan mobil. Di sinilah peran optimasi grafis dan performa akan berguna. 

“Frames win Games”

Ada sebuah jargon dari pabrikan prosesor grafis populer yang berbunyi, “Frames win games”. Saat ini, angka FPS yang menjadi standar umum adalah 60FPS. Dengan angka ini performa gaming untuk kasual bisa diterima. Untuk ranah kompetitif angkanya akan lebih tinggi, tergantung dari game engine yang digunakan game. 

Judul game seperti Counter-Strike, sebagai contoh, akan bisa dimainkan secara baik di 120FPS ke atas. Pengaturan di bawah angka ini akan memberikan efek buruh pada bidikan pemain. Hal yang sama juga bisa diterapkan pada game balapan pada level kompetitif. Namun ini tetap akan bergantung pada game engine yang digunakan pada game, karena tidak semua game balapan mendapatkan pengaruh dari frame rata yang sangat tinggi ketika balapan online. 

Input lag on a gaming wheel

Judul game seperti seri Project CARS dan versi asli Assetto Corsa, akan mendapatkan efek yang cukup sedikit bahkan tidak ada jika dimainkan di 60FPS dengan Vsync. Namun, judul seperti RAceroom, the rFactor Series dan Assetto Corsa Competizione akan ‘menderita’ ketika menggunakan 60FPS, akan terjadi input lag. Oleh karena itu, jika Anda ingin menggeluti balapan mobil virtual secara kompetitif dengan judul yang disebutkan tadi frame rate yang tinggi akan direkomendasikan. 

Pengalaman mulusnya bermain virtual racing akan lebih terlihat ketika menggunakan gaming wheel. Untuk melakukan uji apakah Anda akan merasakan input lag yang cukup tinggi, terapkan pengaturan yang bisa memunculkan kemudi Anda di layar, lalu gerakan gaming wheel Anda secara bergantian ke kiri dan ke kanan saat mobil dalam keadaan diam. Jika Anda melihat kemudi di game Anda tidak berpindah arah bersamaan dengan ketika Anda menggerakan gaming wheel, maka Anda merasakan input lag. Jika Anda mengalami masalah ini maka yang perlu dilakukan adalah men-disable Vsync. Ini adalah masalah yang umum dihadapi yang menyebabkan input lag di berbagai judul game. 

Screen tearing on the right side of the monitor.

 

Kelemahan dari mematikan Vsync adalah Anda akan melihat ‘screen tearing’ pada layar ketika berpindah dari satu arah ke arah lain – kecuali Anda menggunakan monitor dengan refresh rate yang tinggi dan atau yang memiliki low response time. Jika Anda ingin membatasi frame rate untuk menghindari screen tearing, agar komputer Anda tetap dingin dan game juga bisa berjalan secara mulus, Anda bisa melakukan pengaturan batas frame yang ada dalam permainan. Atau cara lain adalah melakukan pengaturan frame rate yang ada di driver perangkat grafis jika tersedia. 

Optimisasi

Beberapa judul game balap mobil akan bisa berjalan dengan baik ketika FPS dibatasi hanya 60 FPS, namun jika memang dibutuhkan untuk mendapatkan FPS lebih maka yang bisa dilakukan adalah melakukan pengaturan pada tampilan grafis pada game. Ini dilakukan untuk mendapatkan respon dan pengalaman yang lebih baik saat bermain. 

Secara ideal, Anda memang bisa mendapatkan pengalaman penuh dengan mengatur FPS ke angka yang paling tinggi tanpa ada limitasi atas frame. Namun ada beberapa hal yang bisa Anda perhatikan. 

Pengaturan grafis tinggi atau ultra secara umum hanya berguna untuk mengambil foto dan video dengan kualitas tinggi sebagai bahan untuk pamer. Tetapi dalam balapan dengan kecepatan tinggi, Anda tidak akan sempat untuk melihat berbagai detail dalam game karena konsentrasi pada mengemudi. Ketika balapan beberapa pengaturan, seperti shadows, rumput, detail mobil, lingkungan dalam game serta bayangan mobil dan detail untuk lintasan tidak diperlukan untuk diatur pada pengaturan tinggi atau ultra. 

Di setiap game balap, biasanya akan ada pengaturan umum untuk grafis yang bisa diatur sesuai keinginan pengguna, untuk contoh di artikel ini kita akan menggunakan pengaturan yang ada pada game Assetto Corsa Competizione. 

Di bawah ini adalah pengaturan pada game Assetto Corsa Competizione yang berjalan di PC dengan spesifikasi GTX 1650 untuk video card dan prosesor Ryzen 5 2600.

Low settings on Project CARS 3, but is it really that “low” at racing speed?

Pengaturan grafis paling umum yang bisa ditemukan dalam kebanyakan game balap adalah ‘shadows’. Pengaturan ini adalah pengaturan yang paling banyak membutuhkan resource di banyak game balap. Dan biasanya pengaturan ini bisa diatur ke maksimal di medium atau minimal di rendah sampai dengan off. Secara ideal Anda ingin melihat bayangan standar untuk mobil di dekat Anda dan tidak perlu memperhatikan dari bayangan pada objek di lintasan. 

Antialiasing tidak terlalu memberikan efek di banyak permainan baru, tetapi jika Anda harus mengatur agar performa dan kualitas bisa seimbang maka rekomendasi pengaturannya adalah bereksperimen dengan berbagai pilihan antialiasing yang berbeda pada setiap game. Dan lihat mana yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda. 

Beberapa judul masih menyediakan kualitas yang baik bahkan tanpa antialiasing yang diatur ke pilihan aktif. Namun banyak judul lain yang punya opsi antialiasing yang tidak memiliki implikasi pada performa. Tetapi tentu saja tidak ada salahnya untuk Anda mencoba berbagai pengaturan yang ada. 

Pada game Assetto Corsa Competizione, pengaturan TAA/KTAA tinggi akan memberikan kualitas gambar yang cukup baik dengan pengaruh yang sedikit bahkan tidak sama sekali pada performa. 

Untuk pengaturan special effects dan post processing Anda bisa memilih untuk mengaturnya di level minimum untuk balapan reguler dan ubah ke pengaturan maksimal hanya untuk foto atau produksi video. Hal yang sama bisa Anda aplikasikan untuk pengaturan atas tekstur. Dalam pengaturan di atas, pengaturan dedaunan diatur ke minimum (dan dimatikan untuk game lain). Beberapa pengaturan terkait dedaunan atau rumput juga diatur minimum. 

Assetto Corsa Competizione juga memiliki pengaturan grafis yang cukup detail untuk pandangan lewat spion, Anda bisa mengaturnya di antara 50-100 meter sehingga Anda setidaknya bisa melihat mobil di belakang Anda agar bisa bersiap untuk mempertahankan posisi jika mereka ingin menyalip.

Pengaturan lain yang bisa dipertimbangkan adalah visibilitas lawan main. Assetto Corsa Competizione, rFactor and iRacing adalah beberapa contoh judul game balap yang memiliki pengaturan ini. Anda tidak perlu melihat 10-12 mobil yang ada di depan atau belakang Anda, jadi pengaturan pilihannya bisa di angka 20-24 mobil.

Untuk pengaturan akhir, ada beberapa pengaturan advance yang bisa Anda coba. Beberapa pengaturan ini hanya sebatas efek tambahan yang sebetulnya bisa Anda matikan dan beberapa lainnya berpengaruh pada performa. Satu pengaturan yang bisa berpengaruh pada performa adalah ‘Car Level of Detail (LOD) Quality’. Semakin tinggi pengaturannya maka semakin tinggi kualitas mobil yang bisa terlihat dari jarak jauh. Anda bisa mengatur di pengaturan bawah yaitu 25% untuk ACC agar mobil sekitar masih bisa terlihat meski pengaturan rendah. 

Anda juga tidak akan bisa melihat detail dari mobil dalam jarak 150m ke depan ketika menyetir. Detail mobil sekitar hanya bisa terlihat ketika Anda melakukan zoom, dan ini hanya berguna untuk memamerkan foto atau video.

Pengaturan grafis bisa Anda atur secara berbeda untuk berbagai game, namun yang perlu diperhatikan adalah pengaturan ini mungkin akan berbeda efeknya ke performa frame rate. Jika Anda memiliki berbagai macan judul game balap mobil maka Anda perlu bermain lebih banyak di area pengaturan grafis untuk bisa mencapai performa FPS sesuai target Anda dan secara bersamaan tetap bisa memberikan tampilan visual yang baik. 

Kesimpulan 

Secara singkat, Anda tidak memerlukan pengaturan tinggi atau ultra untuk memainkan game balap. Pengaturan ini hanya untuk keperluan foto dan video. Banyak judul game balap yang tersedia dewasa ini telah dikembangkan dengan sedemikian rupa agar bisa dimainkan dengan pengaturan rendah dan masih bisa dinikmati. Yang paling penting adalah, mencapai frame rate tinggi tidak hanya akan memberikan pengalaman bermain yang mulus tetapi juga akan memberikan keuntungan pada Anda ketiga berkompetisi secara online. 

Terakhir, jika Anda memiliki video card high end yang mampu mencapai 3 digit angka FPS, pengaturan yang maksimal dengan target frame rate tertentu akan membantu untuk memperpanjang umum kartu grafis Anda dan membuat PC Anda lebih dingin karena video card tidak bekerja berlebihan terus menerus. 

Artikel ini ditulis oleh Luis Moreno dan pertama kali dimuat di Legion of Racers. Publikasi di Hybrid.co.id telah dengan izin, dan kami bekerja sama dengan Legion of Racers untuk menghadirkan berbagai artikel terkait Sim Racing. 

Mengapa Harga Seri Samsung Galaxy Z Fold3 Lebih Murah dan Berbagai Info Lainnya

Ketika tulisan ini dipublikasi, para penikmat gadget mungkin sudah berulang kali melihat hands on untuk perangkat terbaru Samsung kasta tertinggi Galaxy Fold3 dan Z Flip3 5G. Berbagai informasi seputar perangkat ini juga telah disebargak baik oleh Samsung sendiri atau para reviewer.

Sayangnya kami tidak diberi kesempatan untuk mencoba perangkat ini untuk pertama kali selama masa pre-order oleh Samsung, tetapi bukan berarti tidak ada informasi yang menarik yang bisa kami bahas. Termasuk beberapa pertanyaan yang mengganjal yang mungkin terpikirkan oleh para penikmat gadget. Mari kita simak.

Duo ponsel kasta tertinggi Samsung ini sendiri saat ini belum dijual secara umum, prosesnya masih dalam bentuk pre-order sampai dengan tanggal 29 Agustus 2021. Untuk harga sendiri keduanya dijual lebih murah dari harga awal seri Fold dan Flip sebelumnya yakni Galaxy Z Fold3 dijual dengan banderol mulai Rp24.999.000, dan Z Flip3 mulai dari Rp14.999.000. Bandingkan dengan harga Z Fold2 saat pertama kali dirilis yaitu Rp33.888.000. Z Fold3 yang termahal harganya hanya Rp26.999.000.

Kok harga lebih murah, strateginya bagaimana?

Nah, salah satu pertanyaan yang tersirat saat membaca harga dari perangkat ini adalah tentang harga. Mengapa harganya bisa lebih murah dari seri sebelumnya. Untuk menjawab pertanyaan ini sebenarnya bisa juga agak sedikit jalan-jalan tentang bagaimana Samsung ingin memposisikan seri ponsel lipat mereka untuk tahun ini. Tapi sebelum kesana kita masuk ke jawaban singkatnya dulu.

Harga lebih murah salah satunya dikarenakan Samsung memesan kuantitas yang lebih banyak untuk produksi Fold3 dan Z Flip3 jadi cost secara totalnya bisa ditekan dan berimbas pada harga akhir perangkat yang jadinya lebih murah. Penjelasan ini adalah jawaban dari pertanyaan saya dan beberapa media saat seti QnA yang pernah dijalankan beberapa waktu lalu.

Itu jawaban singkatnya, kalau jawaban memutarnya adalah, Samsung ingin memperkenalkan lebih banyak perangkat foldable ke konsumen mereka, dan cara yang paling mudah salah satunya adalah dengan menurunkan harga, sehingga semakin terjangkau dan premisnya adalah semakin banyak yang bisa membeli.

Keputusan ini sepertinya memang sudah dipikirkan matang oleh Samsung. Salah satunya karena tahun ini Samsung tidak merilis seri Note generasi lanjutan. Hanya mempromosikan Note 20 Ultra 5G sebagai varian dari seri Note terbaru terakhir yang mereka rilis.

Dengan tidak ada seri Note terbaru tahun ini, tentu saja mereka yang ingin merasakan perangkat paling atas paling update dari semua seri Samsung akan memilih Galaxy Z Fold3. Apalagi dengan dukungan S Pen di perangkat lipat ini yang menegaskan bahwa Samsung ‘tidak butuh’ untuk merilis seri Note tahun ini.

Untuk mereka yang ingin menikmati fitur fotografi bisa memiliki seri S terbaru (S21 series yang dirilis awal tahun) atau mereka yang membutuhkan perangkat mobile multi fungsi dan untuk produktivitas, bukan lagi ke seri Note tetapi langsung ke seri Z Fold3 yang belum lama ini dirilis.

Dengan kekosongan spot untuk Note, serta harga yang lebih terjangkau dibanding seri sebelumnya, Samsung akan leluasa mempromosikan Z Fold3 dan bisa fokus untuk memperlebar atau menambah luas market share untuk perangkat lipat.

Sebagai catatan saya tidak menyebutkan secara gamblang Galaxy Flip 3 karena bagi saya, meski smartphone ini, meski memiliki spesifikasi yang tinggi sebagai flagship, tetapi kehadirannya tearasa sebagai pelengkap dari seri Z Flip. Segmen yang disasarnya bisa jadi lebih niche dari Z Flip. Selain itu jika dihadapkan dengan seri Note, jadinya kurang relevan karena pangsa pasarnya bisa jauh berbeda, Z Flip untuk high end user yang ingin memiliki perangkat simple kekinian tetapi tetap high end, sedangkan Z Fold adalah untuk high end power user.

Jawaban dari Samsung tentang alasan harga yang lebih murah dan analisis sederhana di atas ternyata diperkuat oleh rilis yang baru-baru ini saya terima. Rilis tersebut menyebutkan bahwa proses pemesanan untuk dua seri smartphone lipat dari Samsung mendapatkan animo yang cukup baik untuk pasar Indonesia. Angkanya tembus 8 kali lipat dari total pemesanan dari seri Fold pendahulunya.

Dalam rilisnya Samsung mengatakan bahwa form factor dan desain yang unik dan fitur yang inovatif yang menjadikan perangkat ini menarik bagi konsumen. Tapi kalau saya sih akan mengatakan karena harganya yang lebih terjangkau dari seri sebelumnya serta tidak ada seri Note terbaru di tahun ini.

Fitur dan keunggulan paling atas

Dalam sebuah acara bersama rekan media lain perwakilan dari Samsung menjelaskan tentang berbagai keunggulan dari duo flip terbaru mereka. Memang kalau dilihat dari spesifikasi, Z Fold3 membawa berbagai penyegaran serta spesifikasi tertinggi dari semua jajaran perangkat Samsung.

Kita bisa melihat mulai dari prosesor yang menggunakan Snapdragon 5nm SD 888 (sama seperti S21 Ultra memang tetapi untuk pasar Indonesia ini menjadi hal baru karena biasanya yang dirilis di sini adalah versi Exynos). Atau spesifikasi lain adalah 120Hz untuk layar depan ketika ponsel dilipat (naik dari seri sebelumnya). Serta yang cukup menarik adalah fitur tahan air IPX8 untuk Z Fold3.

Seperti yang disebutkan di atas, dukungan Z Fold3 atas S Pen juga memberikan kelebihan lain pada perangkat ini. Meski tentunya berbeda dengan pengalaman seri Note yang S Pen menyatu dalam pengalaman penggunaan, karena bawaan perangkat, di Z Fold3 Samsung juga memberikan dukungan pada S Pen, termasuk S Pen Fold Edition serta S Pen Pro yang semuanya dijual terpisah.

Kalau untuk kamera dan spesifikasi layar, Z Fold3 sudah pasti ada di kasta tertinggi, bahkan untuk kelas Super Amoled-nya, layar bagian dalam sudah Super Amoled 2X. Selain IPX8 adala hal menarik lain yang mungkin agak luput dari pandangan karena beberapa bahasa tentang Z Fold3 berfokus pada peningkatan kualitas layar lipatnya. Fitur itu adalah under display camera (yang terletak di layar bagian dalam alias layar utama). Ini juga termasuk hal baru yang menjadikan tampilan layar dalam atau layar utama Z Fold3 jadi benar-benar tampak tidak terganggu dan full sreeen.

Dalam sesi perbincangan dengan media juga dijelaskan Samsung bahwa mereka memastikan untuk hasil kamera yang akan tetap baik meski menggunakan under display camera. Spesifikasi untuk kamera depan di layar utama ini adalah 4 megapixel.

Kamera bawah layar ini memang yang pertama untuk perangkat Samsung. Beberapa pabrikan juga sudah mulai merilis teaser tentang tampilan kamera depan seperti ini. Dan sepertinya ini akan menjadi tren selanjutnya untuk menggoda penikmat gadget sebagai salah satu value tambahan di perangkat.

Indonesia pasar yang spesial untuk Seri Flip terbaru

Berbicara tentang pasar, untuk rilis Z Fold3 dan Z Flip3, Indonesia cukup menjadi anak emas. Alasannya antara lain beberapa hal. Yang pertama seperti yang disebutkan di atas, pre-order tumbuh cukup signifikan dari pre-order yang sama untuk seri Fold sebelumnya. Yang kedua, Samsung menjelaskan bahwa pasar Indonesia termasuk top country untuk penjualan seri Fold. Dan yang ketiga, seri edisi spesial alias versi Galaxy Z Fold3 Thom Browne hadir secara resmi di Indonesia.

Untuk keterangan, edisi spesial ini tidak tersedia di semua pasar tempat Samsung berjualan, Indonesia tidak mendapatkan stok untuk versi Thom Browne pada seri Z Fold2. Namun akhirnya Indonesia kedapatan stok meski terbatas. Ini membuktikan bahwa Indonesia adalah pasar penting bagi seri Fold buatan Samsung.

Informasi menarik lain tentang Z Fold3 dan Z Flip3 adalah tentang 5G. Semua edisi yang dijual di Indonesia sudah mendukung 5G namun aksesnya nanti akan lewat update OTA. Ini tentu saja mengikuti peraturan perangkat yang mendukung 5G di Indonesia. Untuk perangkat sendiri, Samsung mengimpor untuk di Indonesia, jadi perangkat yang akan dijual di sini akan sama secara global.

Proses pre-order untuk perangkat Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3 oleh Samsung akan mendekati akhir. Setelah proses pemesanan tentu saja perangkat ini akan dijual perdana secara umum dan pengguna bisa membeli langsung. Tentu saja tanpa bonus-bonus yang biasa diberikan saat periode pre-order.

Dari rilis seri ponsel lipat ini bagi saya yang menarik adalah keputusan untuk menghilangkan seri Note di tahun ini serta penurunan harga. Sebagai pengguna Note yang sangat puas dengan kualitas dan performa perangkat ini, tentunya ada sedikit rasa gamang dan tanda tanya, apakah strategi ini akan berhasil bagi Samsung?

Namun jika memang niat Samsung ingin bermain di ranah blue ocean yaitu smartphone lipat untuk pasar high end, dengan mendorong kepemilikan yang lebih banyak untuk pengguna seri Z Fold dan Z Flip, salah satunya dengan menggoda lewat harga yang lebih terjangkau (dari seri sebelumnya), maka sebagai penikmat gadget, ini adalah salah satu momen terbaik untuk memantau strategi Samsung. Apakah keputusan ini akan membawa merek ini kembali menjadi raja di ranah smartphone yang sangat keras persaingannya, atau sebaliknya.

Menarik untuk disimak.

Oh ya, untuk yang ingin melihat informasi lengkap spesifikasi duo perangkat lipat Samsung terbaru, bisa cek tautan ini.

*Header image dan lainnya: Semua foto dari rilis resmi. 

[Review] Samsung Galaxy M32, Smartphone ‘Mungil’ dengan Refresh Rate Kekinian

Samsung Galaxy M32 adalah perangkat yang dijual dengan harga 3.299.000 rupiah (untuk ROM 8GB dan RAM sebesar 128GB). Perangkat ini hadir membawa beberapa fitur yang diunggulkan seperti baterai 5000 mAh, refresh rate 90Hz serta 4 kamera di bagian belakang.

Bagi saya perangkat ini ditujukan untuk mereka yang membutuhkan beberapa fitur yang memang (hanya) ditawarkan perangkat ini. Sebagai perangkat kelas menengah, tentu saja perangkat ini tidak bisa melayani banyak segmen konsumen. Ada banyak hal yang terasa kurang tetapi ada berbagai fitur juga yang cukup menyenangkan hadir di perangkat seharga 3.3 juta rupiah (versi memory 8GB).

Untuk lebih jauh, mari kita bahas lebih dalam perangkat Galaxy M32 ini. Mari kita mulai.

Samsung Galaxy M32

Sebelum memulai, saya harus menyebutkan bahwa proses penyusunan review atau uji perangkat yang saya lakukan kurang lebih selama 2 minggu saja. Bisa jadi akan ada banyak perbedaan pengalaman bagi mereka yang mencobanya dalam jangka waktu yang lebih lama. Unit yang saya coba berwarna hitam dan memiliki spesifikasi ROM dan RAM 8/128GB.

Spesifikasi perangkat

Untuk kali ini saya tidak akan memulainya dengan membahas desain tetapi melihat spesifikasi teknis dari Galaxy M32. Salah satu alasannya adalah untuk menunjukkan bagian mana yang menarik dari perangkat ini serta bagian mana yang harus diterima saja keadaannya karena memang ini adalah perangkat kelas menengah. Yang sejatinya memiliki kemampuan yang terbatas. 

Rangkuman dari spesifikasi teknis adalah sebagai berikut:

Samsung Galaxy M32
SoC  Mediatek Helio G80
CPU Octa-core (2×2.0 GHz Cortex-A75 & 6×1.8 GHz Cortex-A55)
GPU Mali-G52 MC2
RAM 8 GB
Internal 128 GB
Layar  6,4  inci Super Amoled 1080 x 2400 (FHD+) 90Hz
Dimensi 159.3 x 74.0 x 8.4
Bobot 180 gram
Baterai 5000 mAh
Kamera 64 MP main, 8 MP wide, 2 Macro, 2 MP depth, 20 MP Selfie Camera
OS Android 11 One UI 3.1

 

Saya tidak akan membahas semua detail spesifikasi secara mendalam tetapi akan fokus ke beberapa spesifikasi yang menurut saya menarik untuk dibahas. Beberapa diantaranya adalah departemen layar, baterai, desain, sedikit tentang kamera dan prosesor. 

Layar menjadi salah satu yang pertama kali membuat kesan di perangkat ini. Hadir dengan hanya sebesar 6.4 inci, M32 menghadirkan Super Amoled 1080×2400 (FHD+). Dengan spesifikasi ini sebagai perangkat menengah yang akan sering diakses layarnya, entah itu untuk produktivitas, untuk hiburan atau untuk fotografi sehari-hari, tampilan layar yang menyenangkan seperti ini menjadi salah satu fitur yang cukup bisa diunggulkan. 

Kenyamanan ketika menjelaskan media sosial atau web. Lalu pengalaman yang cukup menyenangkan ketika menonton video, seperti di Youtube misalnya, atau ketiga bermain game, menjadi pengalaman yang didapatkan di perangkat ini. Kekurangan (tetapi kelebihan di sisi lain) adalah ukuran layarnya yang cukup kecil, kurang ideal sebenarnya untuk menonton. Tetapi menjadi ideal untuk kegiatan lain. 

Kegiatan yang ideal dengan layar hanya 6.4 ini adalah dengan ukurannya yang relatif kecil dibandingkan, dengan Galaxy M62 misalnya – yang belum lama ini saya review juga, menjadikan perangkat ini nyaman dalam genggaman. Menyenangkan digunakan untuk scrolling media sosial (Twitter misalnya) atau menjelajah web untuk membaca konten. Dan bisa juga untuk menonton video meski karena ukuran kecil kurang nyaman, namun kualitas display-nya yang HD+ cukup baik.

Beratnya yang cukup ringan juga menambah kenyamanan Galaxy M32. Grip karena ukuran kecil ditambah ringan, memberikan pengalaman tersendiri ketika menggunakan M32 untuk kegiatan sehari-hari. 

Dukungan spesifikasi lain seperti RAM dan ROM serta sistem operasi sudah cukup mendukung untuk kelasnya. Unit yang saya coba memiliki RAM 8GB dan ROM-nya 128GB, untuk ruang penyimpanan bisa diperluas sampai 1TB. 

Galaaxy M32

Untuk kesan penggunaan kamera, sama seperti M62 saya tidak akan membahas terlalu dalam karena bagi saya dua perangkat ini memang bukan dititikberatkan untuk kegiatan fotografi. Meski demikian, 4 kamera yang ada di perangkat M32 ini sudah bisa dibilang cukup jika dilihat dari spesifikasi di atas kertas. 

Galaxy M32 hadir dengan 4 kamera dengan layout sama persis dengan Galaxy M62 tetapi spesifikasi yang dikurangi cukup banyak. Galaxy M32 memiliki kamera Macro 2MP, Ultra Wide 8MP lalu Depth camera 2MP, dan kamera utama 64MP (ini saja yang spesifikasi sama dengan M62). 

Kalau melihat dari halaman resmi, salah satu promosi yang ditawarkan untuk kamera belakang adalah macro dan wide angle. Meski derajat wide angle hanya 80 derajat dan ultra wide angle 123 derajat tetapi hasilnya cukup baik meski saya menemukan ada sedikit proses yang lambat ketika berubah antara satu pengaturan kamera ke kamera lain, misalnya dari kamera utama ke mode wide. 

Untuk aplikasi kamera sendiri cukup familiar seperti One UI Samsung lainnya. Anda bisa menemukan pengaturan kamera seperti Macro, model Pro atau malam serta gerak lambat dan hyperlapse dengan mengakses menu kamera yang lebih lengkap. Galaxy M32 juga sudah memiliki fitur coretan air atau AR yang cukup menarik untuk membuat konten di jelas smartphone 3 jutaan.

Galaaxy M32

Lalu untuk macro, saya cukup penasaran, padahal hanya disediakan 2MP dan sebenarnya fitur macro ini kadang kurang berguna untuk sehari-hari. Untuk menguji, saya mencoba dengan setup studio (artinya lighting artificial dan beberapa setup lain) hasilnya cukup. Cukup dalam arti memang tidak bisa mendapatkan detail yang sangat detail tetapi cukup untuk bisa menunjukkan objek foto. Untuk upload ke media sosial sih menurut saya sudah cukup. 

Untuk kamera sehari-hari tentu saja spesifikasi yang dihadirkan sudah cukup di kelasnya, meski jika disandingkan dengan merek lain, Galaxy M32 akan mendapat saingan yang lumayan berat untuk kisaran harga 3 – 5 juta rupiah. 

Seperti yang dijelaskan di atas, bagi saya perangkat ini bukan unggul dari sisi kamera jadinya pengujian kamera hanya untuk beberapa keperluan saja, fokus review pada hal lain yang menurut saya cukup unggul di perangkat ini.

Baterai dan refresh rate serta tampilan layar depan

Untuk baterai sendiri, M32 hadir dengan 5000mAh yang seharusnya sudah cukup besar dan sesuai dengan peruntukkan perangkat ini. Untuk penggunaan sehari-hari dan hiburan termasuk juga sudah cukup untuk menopang refresh rate perangkat yang bisa sampai dengan 90Hz. 

Galaaxy M32

Berbicara tentang refresh rate, fasilitas ini adalah salah satu fasilitas yang menurut saya menjadi kelebihan utama di Galaxy M32. Perangkat terjangkau, ukuran dan berat ponsel yang pas di grip tangan lalu didukung pula dengan refresh rate 90Hz. Kombinasi yang memberikan pengalaman nyaman, smooth untuk menjelajah konten serta tidak membosankan. 

Namun ada kekurangan dari tampilan layar yang hanya 6.4 inci. Bagian dagu di perangkat ini terlihat cukup lebar sehingga tampilan depan memang kurang kekinian karena biasanya, perangkat terbaru akan menjual tampilan depan yang terasa full atau minim bezel. 

Galaaxy M32

Prosesor yang loyo?

Sayangnya, prosesor malah jadi departemen yang kurang menarik di perangkat ini karena pengalaman yang diberikannya terasa kurang smooth.

Berbicara tentang performa, sebenarnya secara keseluruhan perangkat ini secara umum baik-baik saja untuk segmen yang disasarnya. Namun dalam pengalaman penggunaannya saya menemukan ketimpangan spesifikasi yang ada di perangkat ini. Prosesor yang digunakan, Mediatek Mediatek Helio G80 terasa kendor untuk mengimbangi refresh rate yang sampai 90Hz. 

Ketika layar 90Hz memberikan performa yang menyenangkan ketika menjelajah konten, sayangnya saat ingin berpindah-pindah aplikasi, kinerja terasa lambat, terasa ada gap ‘tipis’ namun cukup kentara saat ponsel digunakan. Pengalaman yang jauh berbeda dengan M62 misalnya yang memang didukung prosesor mantan flagship. 

Prosesor ini tetap bisa diandalkan untuk performa secara keseluruhan. Bermain game, melahap kegiatan sehari-hari termasuk hiburan serta juga tetap bisa diandalkan menjelajah konten di internet. Namun karena hadir dengan refresh rate tinggi maka pengalaman smoothness-nya agak berkurang karena pengguna sudah dihadirkan dengan pengalaman yang sangat baik dengan 90Hz refresh rate. Jika refresh rate perangkat ini sama dengan M62 yaitu hanya 60Hz saja, mungkin saya tidak akan mengeluh. 

Pengalaman penggunaan

Galaaxy M32

Untuk pengalaman penggunaan kegiatan sehari-hari dan hiburan, beberapa hal sudah saya bahas di atas. Satu catatan yang penting adalah kualitas display, refresh rate dan grip handle dari perangkat. Memberikan kesan yang cukup menyenangkan. 

Namun, sama seperti keluhan saya pada review Galaxy M62 di artikel lain, kualitas audio memang sangat biasa saja di perangkat ini. Speaker hanya 1 dan kualitasnya memang tidak bisa dibahas alias cukup ada saja. Galaxy M32 juga masih menyediakan jack audio untuk digunakan sebagai panggilan telepon meeting atau mendengarkan hiburan seperti musik atau video. 

Untuk urusan kemanan, perangkat ini menggunakan sensor sidik jari yang diletakan bersama tombol power di bagian pinggir perangkat. Tepat di bawah tombol volume. Kecepatan sensor sidik jari di perangkat ini juga biasa saja, tidak terlalu cepat.

Lalu untuk pengalaman gaming, kesan yang melekat bagi saya tetap pada display. Memainkan dua game FPS di perangkat ini cukup menyenangkan karena bisa disuguhkan tampilan warna dan aset dalam game yang cukup baik. Ukuran layar yang tidak lebar cukup menyenangkan saat dipegang tetapi tidak cukup menyenangkan untuk mengakses menu-menu yang ada di dalam game. Terutama untuk game FPS yang saya coba seperti PUBGM dan Super Mecha Champions.

Bisa jadi, M32 akan cocok untuk game-game casual yang tidak membutuhkan untuk menekan banyak tombol saat bermain. Atau bisa juga untuk memainkan game side scrolling dan game yang bisa dimainkan hanya dengan satu tangan saja seperti Dragon Ball Legends.

Untuk pengaturan sendiri pada game PUBGM di Galaxy M32 bisa Smooth – Ultra. Untuk kualitas mentok kanan hanya bisa frame rate di High dan grafisnya mentok di HD.

Untuk Super Mecha Champion pengaturannya bisa cukup tinggi. Antara lain refresh rate bisa sampai 90Hz tetapi kualitas gambar di paling rendah alias hemat daya dan resolusi serta pengaturan lain bisa sampai mentok kanan. Jika ingin mendapatkan kualitas gambar serta pengaturan lain semua mentok kanan maka refresh rate harus diturunkan jadi 60Hz atau 30Hz.

Secara keseluruhan, pengalaman gaming dengan dua game pilihan di atas cukup baik di perangkat ini. Dengan catatan bahwa ukuran layar kecil saja yang memang perlu penyesuaian tetapi untuk urusah kualitas layar cukup baik. 

Kesimpulan

Secara keseluruhan pengalaman penggunaan yang saya dapatkan di perangkat ini agak berimbang, antara memuji tetapi menyayangkan beberapa hal. 

Galaaxy M32

Tampilan layar dan refresh rate dan grip di tangan adalah pengalaman terbaik yang didapatkan dari Galaxy M32. Menjelajah konten, menikmati kemulusan scrolling layar adalah kesan yang membekas di perangkat ini. Namun sayangnya kurang diimbangi dengan dukungan prosesor yang menjadikan agak sedikit terhambat kemulusan penggunaan, karena terkadang ketika berpindah aplikasi saya merasakan sedikit slow, terutama ketika ingin berpindah cukup cepat di beberapa aplikasi. 

Saya membayangkan, kalau saja refresh rate yang ada di Galaxy M32 diletakkan di Galaxy M62 (yang memiliki prosesor mantan flagship), maka pengalaman yang didapatkan, saya prediksi akan terasa baik secara keseluruhan. 

Tapi itulah namanya perangkat kelas menengah, kita tidak akan bisa menikmati fitur yang lengkap dalam satu perangkat, ada beberapa pengorbanan yang harus dilakukan. Galaxy M32 hadir dengan harga jauh lebih murah dari M62, namun ukuran dan berat yang pas untuk kegiatan sehari-hari. Memiliki refresh rate yang lebih tinggi tetapi dukungan prosesor dan baterai yang lebih rendah. 

Perangkat ini bisa cocok untuk akses media sosial dan menjelajah internet. Akses konten visual yang memerlukan tampilan yang wah. Atau bisa juga untuk membantu pekerjaan saat WFH seperti untuk video call – karena kamera depan sudah 20MP – serta dukungan baterai 5000mAH. Mereka yang membutuhkan perangkat kedua dengan ukuran yang compact juga bisa memilih produk ini

Galaaxy M32

Sparks

  • Refresh rate 90Hz
  • Baterai 5000mAh
  • Ukuran compact
  • Display Super Amoled 1080×2400 (FHD+)

Slacks 

  • Prosesor kurang balance dengan refresh rate
  • Layar kecil kurang cocok untuk game dengan banyak tombol

Panduan Virtual Racing Tahap Intermediate: Pengaturan Posisi serta Kemudi untuk Pemula 

Bagaimana menentukan posisi paling ideal untuk balapan virtual? Jika Anda menggunakan gamepad, kursi kebanyakan pun bisa digunakan asal Anda merasa nyaman. Tetapi bagaimana jika Anda ingin meningkatkan pengalaman bermain dan menggunakan gaming wheel

Posisi posisi duduk yang optimal menjadi penting jika Anda memiliki gaming wheel, ini diperlukan untuk menemukan posisi kontrol terbaik dan nyaman, terutama untuk sesi balapan dalam jangka panjang. 

(Gaming wheel mounted on a desktop table. Taken at a local mall event before the pandemic)

Apa yang harus dipersiapkan untuk mendapatkan posisi mengemudi optimal 

Baik menggunakan setelah model cockpit atau meja biasa, untuk mendapatkan posisi mengemudi yang optimal, Anda harus memperhatikan 3 hal berikut ini ketika duduk di belakang kemudi. 

  • Letakan pergelangan tangan pada bagian atas steering wheel Anda dan lihat apakah siku Anda memiliki sudut sedikit melengkung
  • Sudut sedikit melengkung juga harus didapati pada lutut Anda ketika Anda menginjak pedal gas secara penuh
  • Atur posisi sandaran kursi tegak

Tiga langkah di atas akan berguna untuk mendapatkan posisi mengemudi yang optimal, terutama ketika Anda berpartisipasi pada balapan offline di lokasi tertentu, yang kursi kemudinya sering berubah pengaturan oleh pengguna lain. 

Selain itu, untuk mendapatkan posisi optimal dalam mengemudi di sim racing, ketika mengemudi, Anda juga harus membiasakan diri menempatkan posisi tangan Anda di posisi jam 9 dan jam 3 (tangan kiri dan tangan kanan).

Posisi lain seperti 10 dan 2 memang baik untuk permainan balapan dengan jalur yang lebih lambat atau tanpa hambatan, namun posisi 9 dan 3 memungkinkan pengemudi mendapatkan kontrol lebih baik pada kecepatan tinggi. Keuntungan lain dengan posisi tangan seperti ini adalah bagaimana kemudi tidak mendapat tekanan terlalu berat untuk menghindari patahnya penahan kemudi. Yang biasa terjadi ketika kemudi ditempatkan/ditempelkan di meja standar biasa. 

Gaming Wheel tanpa sim rig/cockpit

Umumnya, mereka yang membeli atau memiliki gaming wheel tidak langsung memiliki sim cockpit, alasan yang biasanya terkemuka adalah alasan budget atau alasan upgrade perlahan. Biasanya untuk awal sebagai dudukan kemudi menggunakan meja untuk desktop PC atau meja rumahan. Dalam kondisi meja seperti yang disebutkan tadi alias bukan menggunakan sim rig, ada dua hal yang harus diingat ketika akan balapan virtual.

Yang pertama, yang paling penting adalah posisi pedal. Seperti halnya mobil sungguhan, pedal harus diposisikan di belakang kemudi sehingga posisi kaki Anda sedikit menekuk. Jangan menempatkan pedal langsung di bawah kemudi dipasangkan, karena ini akan membuat tekanan pada kaki dan telapak kaki Anda. Untuk mempermudah, gunakan ilustrasi segitiga 90 derajat seperti dalam gambar. 

(Figure 1 – A Wheel and Pedal on a right triangle illustration)

Biasanya, meja komputer yang didesain untuk bermain game atau bekerja memiliki area kosong di bawah meja untuk tempat kaki. Dan biasanya lagi meja ini ditempatkan berdekatan atau mepet dengan dinding. Dengan posisi meja seperti ini, Anda bisa menempatkan perangkat pedal Anda dekat dinding. Tambahan perkakas lain adalah alas karpet untuk menjaga agar tidak licin. Sebagian dar perlengkapan pedal yang tersedia di pasaran sudah memiliki lapisan karet atau alat tambahan untuk menjaga agar tidak licin.

 

(Andika Rama Maulana’s first sim setup)

Poin kedua adalah tentang bagaimana perangkat kemudi Anda di tempel atau pasangkan di meja. Untuk meja komputer atau meja gaming, proses pengaturan pemasangan kemudi akan lebih mudah, beda dengan meja rumahan yang umumnya biasa digunakan untuk menempatkan perangkat gaming di ruang keluarga. Untuk pengaturan kemudi di meja rumahan biasa, sebisa mungkin diatur agar alat kemudi sejajar dengan bahu.

Jika tidak ada meja yang cocok di rumah, Anda bisa membeli atau membuat meja khusus untuk perangkat kemudi dengan harga kurang lebih USD $100 – tergantung dari material yang Anda pilih. Secara umum Anda tidak ingin memiliki posisi kemudi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari bahu Anda. Karena jika kurang pas maka pedalnya akan terlalu jauh atau terlalu dekat dengan tempat duduk. 

Untuk gaming wheel di sim rig/cockpit

Peralatan khusus sim rig/cockpit adalah sebuah peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan menggunakan meja biasa saja. Perangkat cockpit yang sudah jadi biasanya sudah didesain dengan posisi mengemudi optimal, namun tentu saja Anda bisa melakukan beberapa pengaturan sesuai preferensi tinggi rendahnya layar. Biasanya juga, perangkat seperti ini sudah menyediakan lubang di area tertentu untuk memasang bagian kemudi dan pedal.

Tidak semua pemain memilih untuk membeli sim rig yang sudah jadi. Banyak juga yang membuat sendiri alias D.I.Y, dengan proses ini Anda bisa mengatur sendiri sesuai kebutuhan baik dari ketersediaan dana, ruang, bahan atau preferensi personal lainnya. JIka Anda memilih untuk membuat sendiri sim rig, maka prinsip posisi mengemudi yang sama tetap diterapkan. khususnya untuk pengaturan kemudi dan pedal dan tempat duduk. 

Sebagai tambahan, Anda juga harus mencoba dan mengusahakan sudut tempat pedal agar mengimplikasikan sudut 45 derajat seperti yang ada di prebuilt sim rig

Tips untuk mereka yang baru pertama kali menggunakan perangkat kemudi untuk sim racing

Bisa jadi Anda pertama kali mencoba memainkan game virtual racing dengan alat kemudi atau gaming wheel di sebuah acara atau rumah teman. Jika Anda baru pertama kali mencoba pengaturan lengkap gaming wheel dan pedal-nya, berikut ini adalah beberapa tips yang bisa Anda ingat agar pengalaman balapan virtual pertama Anda menjadi pengalaman yang seru. 

  1. Atur posisi tangan Anda pada posisi jam 9 dan jam 3. Seperti yang telah disebutkan di atas, posisi kemudi seperti ini memberikan kontrol terbaik dalam mengemudikan mobil jenis apapun.
  2. Usahakan untuk mengurangi input pada kemudi Anda. Kecuali untuk mengemudi di lintasan perkotaan atau mengatasi belokan tajam, tidak diperlukan untuk memasukan input pada kemudi (membelokkan terlalu dalam) untuk membuat mobil di dalam game berbelok. Usahakan untuk maksimal tidak lebih dari 90 derajat ketika menggerakan kemudi baik ke kiri atau ke kanan. Ketika mencoba lintasan untuk pertama kali, Anda tidak perlu takut untuk mengerem agak awal sebelum memasuki tikungan yang tidak Anda kuasai.
  3. Hindari pergerakan yang berlebihan. Pada permainan simulasi balapan, biasanya pergerakan berlebihan pada kemudi akan mengganggu keseimbangan mobil. Jaga pergerakan kemudi agar tetap kecil dan halus untuk menjaga arah mobil tetap stabil. 

Yang penting dari semuanya adalah Anda merasa nyaman dengan posisi kemudi saat menyetir. Ketika Anda mencoba lintasan, di lap pertama usahakan mulai dengan perlahan dan rasakan pengaturan kemudi Anda. Jika Anda bisa merasa nyaman dan tidak lelah ketika mengemudi selama kurang lebih 1 jam 15 menit, maka posisi menyetir Anda sudah optimal. 

Apa pun pengaturan cockpit yang Anda miliki, baik itu meja rumahan biasa atau sim rig khusus, posisi kemudi yang optimal akan membantu Anda untuk konsisten di lintasan. Dan yang paling penting, bisa merasakan serunya pengalaman balapan virtual.

Artikel ini ditulis oleh Luis Moreno dan pertama kali dimuat di Legion of Racers. Publikasi di Hybrid.co.id telah dengan izin, dan kami bekerja sama dengan Legion of Racers untuk menghadirkan berbagai artikel terkait Sim Racing. 

Sambut Hari Game Indonesia, Game Lokal Diskon Besar

Jika Anda penikat game, terutama game lokal, tentu tidak asing atau bahkan sudah memiliki berbabagi game terbaik buatan anak negeri. Misalnya Coffee Talk, DreadOut atau Valthirian Arc: Hero School Story buatan Agate. Tapi mungkin juga dari Anda belum memiliki game ini di koleksi Anda.

Menyambut Hari Game Indonesia yang jatuh pada awal Agustus ini, berbagai game lokal mendapatkan diskon besar-besaran sampai dengan 61%.

Setidaknya ada 20 judul game lokal yang bisa Anda beli dengan harga diskon untuk dimainkan via Steam (alias melalui PC). Judul-judul ini mulai dari yang saya sebutkan di atas sampai dengan beberapa judul game lain yang cukup mencuri perhatian gamers seperti Escape From Naraka, Rage in Peace, Ultra Space Battle Brawl sampai dengan Rising Hell.

Diskonnya sendiri bervariasi ada yang 37% (paling kecil) sampai dengan 61% (yang paling besar). Diskon akan digelar sampai dengan 8 Agustus 2021. Karena diskon ini untuk game yang dimainkan melalui steam maka nantinya setelah membeli ada code yang harus di-redeem di Steam.

Untuk ketersediaan sendiri, diskon bisa dinikmati di empat ecommerce populer di Indonesia, mulai dari Tokopedia, Bukapalak, JD.ID dan Shopee. Untuk syarat dan ketentuan juga disesuai dengan toko online masing-masing.

Saya mencoba membeli di Tokopedia dan kupon atau voucher potongan harga tersedia secara terbatas setiap harinya. Atau dalam kasus saya, hanya bisa digunakna sekali saja, karena hari berikutnya ingin mendapatkan diskon, voucher sudah tidak bisa digunakan lagi karena sudah pernah terpakai. Jadi ketika ingin membeli dua game, saya hanya bisa mendapatkan diskon untuk 1 game saja. Sampai tulisan ini dibuat, saya belum sempat mencoba di ecommerce lainnya.

Untuk informasi diskon serta game-game apa saja yang tersedia, Anda bisa melihat halaman AGI berikut ini. Anda juga bisa klik judul untuk melihat trailer jika masih ragu atau ingin melihat seperti apa gameplay game tersebut.

Untuk saran pembelian, lebih baik cek ke aplikasi atau ecommerce masing-masing, karena meski link atau tautan ke toko online tersedia di halaman AGI khusus untuk diskon game lokal ini, tautannya terkadang tidak diarahkan ke halaman yang tepat.

Beriku juga saya cantumkan beberapa trailer game yang mendapatkan diskon di program ini.

Trailer Resmi Game FIFA 22 Sudah Bisa Ditonton

Trailer FIFA 22 sudah diunggah di akun resmi EA, artinya kita sudah memasuki tahap semakin dekat dengan ketersediaan game ini di pasaran. Dalam trailer ini disuguhkan beberapa tampilan gameplay serta (lagi-lagi) penjelasan tentang berbagai fitur baru yang sebenarnya sudah pernah dijelaskan EA.

Trailer ini seharusnya menampilkan lebih banyak gameplay untuk menggoda pengguna, namun sayangnya EA kurang banyak menambahkan lebih banyak tampilan gameplay tambahan, selain yang sudah pernah dibagikan di beberapa update lain.

It is what it is. Namanya juga trailer resmi, tentu saja trailer gameplay ini akan tetap jadi acuan bagi Anda yang menantikan untuk bermain FIFA 22, baik yang sudah pre-order atau masih menabung untuk membeli.

Pada trailer resmi ini hypermotion technology tetap jadi unggulan yang dipromosikan EA, mulai dari data yang diambil dari 11 v 11, penggunaan machine learning dan berbagai hal yang sebelumnya sudah diceritakan panjang lebar termasuk dijelaskan di halamam resmi.

Di video ini kita diajak untuk melihat berbagai pergerakan-pergerakan di dalam game, baik yang sudah pernah diperlihatkan atau yang ditambahkan di trailer ini. Beberapa yang saya perhatikan dan coba bayangkan untuk bisa diterapkan nanti kalau sudah bisa memainkan game ini antara lain gocekan alias dribbling, postur menendang pemain, ball control (yang dikatakan mendapatkan peningkatan), lalu yang menarik untuk diamati adalah pergerakan bolanya. Katanya sih di FIFA 22 akan lebih real dan lebih disesuaikan dengan cara menendang pemainnya.

Kemudian untuk pergerakan AI pemain belakang juga menarik untuk dicoba nanti, karena salah satu yang bikin pusing dalam permainan FIFA 21 adalah menggerakan pemain belakang, tertama melawan pemain penyerang yang punya skill driblling tinggi atau yang punya pergerakan AI (posisi) dalam menyerang yang baik.

Untuk sisi penyerang juga akan menarik untuk melihat bagaimana pengalaman asli si penyerang yang dikatakan EA memiliki keputusan yang lebih banyak saat melakukan penetrasi di area gawang lawan.

Update di penjaga gawang juga hal lain yang ingin saya lihat di FIFA 22, karena ini memang salah satu hal yang paling ditunggu. Bosan ketika bermian penjawa gawang seperti tidak ada gunanya ketika melawan penyerang yang OP. 😀

Salah satu update yang cukup mengkhawatirkan adalah explosive sprint. Saya membayangkan harus melawan Mbappe dan si pemain lawan akan mengeksploitasi kemampuan sprint dia yang cukup OP. EA memang mengatakan di pembahasan sebelumnya, bahwa akan ada ‘cara’ agar pemain tidak mengeksploitasi skill ini.

Untuk yang gemar mengotak utik-atik fitur tactics, EA juga mendambahkan update di sisi ini. Dan terakhir, bagi Anda yang ingin menikmati suasana permainnan layaknya game beneran, update animasi juga tidak luput dari trailer kali ini.

Lebih lengkap untuk menonton bisa cek di trailer di bawah ini, atau ingin tahu lebih lengkap fitur2 apa saja cek link ini dan ini.

Perlu dicatat bahwa, bisa jadi sebagian besar fitur yang ada di FIFA 22, terutama yang baru dan yang memaksimalkan hypermotion technology, hanya akan tersedia di next gen console.

PES Jadi eFootball, Resmi Akan Hadir Free to play

Sebuah lompatan yang menarik dilakukan KONAMI untuk game genre olahraga mereka yaitu PES. Mereka mengubah nama judul game ini menjadi eFootball dan mengubah skema pembelian game jadi gratis dengan in app purchse (DLC) dalam game.

Rumor tentang rilis secara gratis dari game eFootball ini memang sudah muncul beberapa waktu lalu namun lewat pengumuman resmi dari Konami yang kami dapatkan via email, menjadikan keputusn ini sudah diketok palu. eFootball akan jadi gratisan. Tidak hanya itu, game ini juga akan jadi game lintas platform antara konsol, PC dan perangkat mobile.

Nama eFootball sendiri sebenarnya sudah bersama game PES, yaitu sebagai program esports atau turnamen resmi mereka. Selain itu, tambahan kata eFootball sendiri sudah muncul secara kentara di PES 2020 yang dinamakan eFootball PES2020. Namun nampaknya Konami tidak ingin membuat pengguna pusing dan menjadikan namanya jadi eFootball saja.

eFootball dikembangkan menggunakan Unreal Engine dan akan tersedia musim gugur atau mendekati akhir tahun di Indonesia. Kemungkinan antara September – November. Dalam rilis reminya disebutkan bahwa game ini di buat ulang menggunakan Unreal Engine dan dijanjikan memberikan pendekatan yang baru dari game yang bisa dibilang dedengkot game sepak bola yang sudah mendarah daging bagi penggemar genre game ini.

Tidak seperti game lapak sebelah alias FIFA 22, eFootball akan dikembangkan dengan acuan tidak hanya untuk next gen console tetapi juga konsol lama seperti PS 4, Xbox One, bahkan juga akan tersedia untuk perangkat berbasis iOS dan Android. Namun tetap, pemain bisa menikmati pengalaman grafis yang lebih tinggi jika menggunakan next gen console.

Masih dikutip dari rilis, janji apa saja yang akan dihadirkan oleh Konami di nama baru ini? Konami melakukan modifikasi dari engine Unreal yang digunakan untuk game ini dan akan menjadi engine dari seri ini dalam beberapa tahun ke depan. Konami juga menyebutkan bahwa kolaborasi antara pemain bintang dengan teknologi yang ada di generasi konsol baru memungkinkan mereka menghadirkan game yang paling realists saat ini (klaim mereka).

Animasi dalam game juga disebutkan dirombak. Konami menyebut teknologi yang digunakan untuk meng-capture gerakan para pemain mereka sebagai Motion Matching. Proses ini memungkinkan pengembang game mengambil data gerakan menjadi animasi dan memilih yang paling akurat secara realtime. Sistem ini menyediakan 4 kali lebih banyak animasi dari yang sebelumnya.

Sama seperti EA di FIFA 22, premis yang digembar-gemborkan adalah pengalaman yang lebih real dalam bermain sepak bola. Gameplay yang realistis ini memang jadi semacam tujuan utama yang ingin dikejar dua genre sepak bola paling besar di ranah gamers, seri FIFA dan eFootball (PES).

Namun yang menqarik dari eFootball adalah, gameplay hasil teknologi Motion Matching akan bisa juga dinikmati di semua platform eFootball tersedia, termasuk mobile.

Untuk gameplay memang akan terus di-update informasinya oleh Konami, jadi dalam rilis memang belum banyak yang dijelaskan. Namun satu lompatan besar yang dilakukan untuk seri ini adalah menjadi game gratisan untuk semua platform. Yes, saya jadi bisa nabung untuk beli FIFA 22 dan mengunduh gratis eFootball. 😀

Kabar buruk untuk kolektor game fisik, eFootball hanya akan tersedia secara digital dengan penambahan konten dan mode game akan dilakukan secara rutin setelah game resmi dirilis nanti. Kalau tersedia gratis, gimana Konami dapat duitnya? Nah ini yang menarik.

Tentu saja jawabannya adalah DLC. Jika biasaya update pemain atau konten lain kita hanya membutuhkan kuota internet dan kuota hard disk saja, kini Anda juga harus menyiapkan uang. Karena Konami akan menjual mode game secara terpisah dengan model DLC. Dalam peluncuran, yang tersedia gratis adalah pertandingan lokal dengan klub seperti FC Barcelona, Juventus, FC Bayern, Manchester United dan beberapa tim lain. Hmm…sepertinya di FIFA 22 tetap tidak akan ada nama Juventus. 😀

Sebenarnya konten terbatas untuk game gratisan ini jadi mirip versi demo. Kebetulan untuk PES seri tahun lalu saya mengunduh hanya versi demo saja. bisa memainkan beberapa menu tetapi kalau mau full harus membeli game secara lengkap. Nah, model DLC ini bisa jadi mirip dengan itu tetapi tentunya dengan integrasi yang lebih halus.

Konami juga menyebutkan bahwa pengalaman yang fair dan seimbang akan mereka hadirkan untuk berbagai platform, jadi kemungkinan besar kita tidak akan lagi melihat game mobile PES terlalu cupu untuk dimainkan tim konsol. Pengalaman yang sama ini tentunya sangat dibutuhkan jika Konami memang akan menjual jargon cross-platform sebagai jualan utama mereka.

Dalam peluncurannya, hanya versi mobile yang akan abses untuk dikembangkan terakhir. Sisanya, pemain bisa menikmati pengalaman yang sama untuk eFootball.

Lebih lengkap tentang roadmap pengembangan dan rilis, termasuk rencana esports eFootball bisa dilihat di sini (saya kutip langsung dari rilis):

Early Autumn:

  • All-new gameplay experience, powered by Unreal® Engine
  • Cross-generation matchmaking (i.e. PlayStation®5 vs. PlayStation®4, Xbox Series X|S vs. Xbox One)
  • Local Matches featuring FC Barcelona, Juventus, FC Bayern, Manchester United and more

Autumn:

  • Cross-platform matchmaking between consoles and PC (i.e. PlayStation®5 vs. Xbox Series X|S, PlayStation®5 vs. PC Steam®, etc.)
  • Team Building Mode (Name TBC) opened – build your own team by acquiring players
  • Online Leagues (Name TBC) opened – take your original team and compete in a global, competitive league
  • Match Pass system – earn items and players by playing eFootball™ 

Winter:

  • Mobile controller support added
  • Full cross-platform matchmaking across all available platforms including mobile when using a compatible controller
  • Professional and amateur esports tournaments kick-off

Sedih juga rasanya, sebagai pemain Winning Eleven (WE) kelas warung Indomie waktu masa kuliah dan sekarang berkhianat menjadi pemain FIFA, rasa nostalgia untuk judul game ini tidak akan lepas dalam ingatan. Namun era memang sudah berubah. Agak menarik memang ketika Konami mulai menyasar pengguna mobile untuk judul game konsol/PC mereka. Sejauh yang saya tahu, peminat untuk game PES versi mobile di Indonesia (sebagai contoh) tidak sedikit. Apakah ini juga dilihat Konami sebagai masa depan gamers game sepak bola mereka? Bisa jadi.

Cross-platform memang menjadi salah satu perkembangan di dunia game selain metaverse. Saya sendiri penganut ‘isme’ bahwa game seharusnya tidak eksklusif di satu platform, bisa dimainkan di banyak platform bahkan harusnya fitur save-nya pun bisa cross platform.

Menjadi menarik sebenarnya melihat seperti apa nanti game eFootball ini ketika dirilis, dan bagaimana kemampuan Konami untuk menghadirkan pengalaman yang sama untuk semua platform. Apakah pengalamannya bisa benar-benar sama, termasuk apakah nanti esports-nya juga akan dijalankan antar platform?

Oh ya sampai lupa. Salah satu jualan game sepak bola adalah ambasador alias muka dari game ini. Kalau FIFA 22 menggunakan Mbappe sebagai ambasador utama dan beberapa pemain lain di trailer mereka. eFootball memilih Lionel Messi dan Neymar Jr. sebagai muka utama game mereka. Sedangkan Andrés Iniesta dan Gerard Piqué menjadi bagian dalam pengembangan game sebagai advisors untuk gameplay di sisi penyerangan dan pertahanan. 

Info lengkap tentang game dan tautan media sosial untuk mendapatkan update selanjutnya bisa dilihat di sini.

PS: Muka Messi kok kerasa memelas gitu ya di web resmi? Apakah karena dia dipotong gajinya di kontrak yang baru? 😀

Gameplay FIFA 22 Dirilis ke Publik

Seperti yang sudah menjadi rutin, sedikit demi sedikit informasi terkait FIFA 22 dibuka dan diumumkan kepublik oleh EA. Menjelang kehadirannya beberapa bulan lagi, seri lanjutan game sepak bola besutan EA ini menjanjikan banyak hal baru.

Jika sebelumnya kita hanya melihat sedikit gambaran tentang apa yang akan hadir sebagai pembaruan di reveal trailer, maka dalam video EA Play Spotlight kali ini, Anda akan disuguhkan perbincangan singkat serta penjelasan dari beberapa bagian gameplay yang ada di FIFA 22.

Sebenarnya, apa yang dijelaskan dalam video official gameplay reveal ini informasinya bisa kita lihat di halaman resmi EA terkait FIFA 22. Yang menjelaskan tentang fitur Hypermotion Technology yang digadang-gadang akan memberikan pengalaman baru pada FIFA 22. Namun di video ini kita bisa melihat fitur atau kebaruan apa yang ditabahkan EA di FIFA 22, lengkap dengan penjelasan tim pengembang langsung ditambah video termasuk tampilan gameplay yang nantinya akan hadir di game resmi.

Sebagai rangkuman, ada beberapa hal yang bisa ditangkap. Yang pertama adalah cara mendapatkan data untuk FIFA 22 yang menggunakan model 11 vs 11. Dengan data pengambilan real dari pertandingan full tim ini EA menjelaskan bahwa data pergerakan untuk animasi yang didapatkan akan lebih fluid dari aktivitas yang dilakukan pemain di lapangan. Detail-detail gerakan seperti langkah saat mau menendang bola bisa tertangkap. 

Kata fluid dan natural behaviour juga sepertinya menjadi kunci di FIFA 22. Dengan tambahan banyak data bisa menghasilkan tidak hanya animasi yang lebih lengkap tetapi juga atas kontrol si pemain oleh pengguna. EA juga menjelaskan bahwa banyak pergerakan-pergerakan tambahan yang bisa dinikmati di FIFA 22 yang bisa tertangkap dalam permainan 11 vs 11 yang berhubungan dengan autentitas bermain sepak bola. Misalnya emosi yang tertuang pada gerakan pemain saat tidak mendapatkan bola. Gameplay yang ada nantinya akan lebih terasa sepak bolanya.

Data animasi yang didapatkan dengan model ini disebutkan EA 4000 animasi, ini leih banyak 3 kali lipat dari tahun lalu.

Untuk yang berhubungan dengan gameplay saat bermain, peningkatan seperti deeper intelegent untuk semua pemain yang ada di lapangan akan ditambahkan EA. Chance creation ditingkatkan termasuk keputusan menyerang dari pemain.

Zona marking juga disebutkan akan menjadi peningkatan yang hadir di FIFA 22 yang akan lebih mirip pertandingan nyata untuk pergerakan pemain-pemainnya, sebagai satu tim.

Masih berhubungan dengan gameplay pertandingan di game, peningkatan juga akan dilakukan dalam pertarungan bola di udara. Akan ada efek benturan yang lebih real terutama saat pemain mendarat setelah bertarung memperebutkan bola di udara, pergerakan pemainnya akan lebih natural.

Animasi dalam kontrol bola juga ditambah untuk menghadirkan gerakan yang lebih nyata seperti permainan bola di dunia nyata. Dari penerapan Hypermotion Technology ini ada 400 animasi baru yang didapatkan untuk control ball. EA ingin menyajikan pengalaman bermain yang tidak hanya bagus dari animasi tetapi respon dalam gameplay juga lebih baik.

Salah satu penambahan animasi lagi yang mungkin tidak terlalu pengaruh langsung pada permainan saat bermain adalah player humanization. Akan ada tambahan animasi di FIFA 22 yang menjadikan permainan lebih real misalnya animasi saat bola mati seperti tendangan bebas. Pemain-pemain lain terlihat animasinya lebih real.

Beberapa tambahan yang akan dihadirkan di FIFA 22 antara lain adalah sistem penjaga gawang yang akan lebih bisa diandalkan. Lalu tidak hanya data pemain yang di-capture di FIFA 22 tetapi juga bola. Dara real pergerakan bola akan dimasukan ke dalam game jadi lebih autentik.

Kemudian yang juga banyak dibahas para penggemar yang menantikan FIFA 22 adalah tentang akselerasi pemain yang juga ditingkatkan. Fitur ini sudah bisa dinikmati di FIFA 21 memang tetapi akan ditingkatkan untuk pengalaman yang lebih baik. Termasuk juga pengaturan pemain bintang agar tidak OP. Misalnya ketika sudah menggunakan fitur ini sekali, maka butuh waktu untuk melakukan gerakan yang sama.

EA juga menyoroti bagaimana mereka mengolah masukan dari pengguna. Berbagai input atas gameplay dari berbagai channel yang dikumpulkan ini akan dikombinasikan ke data yang dimiliki EA dan diolah untuk menjadikan game lebih balance. Termasuk juga masukan-masukan di berbagai mode dalam FIFA.

Hypermotion Technology ternyata tidak melulu hanya cara capture gerakan pemain yang menggunakan pakaian lengkap untuk mengbil data gerakan tetapi juga beberapa elemen lain yang ditambahkan oleh EA. Mulai dari penggunaan AI yang lebih baru, machine learning dengan olah data secara realtime dan cara mendapatkan data dengan pertandingan full 11 vs 11. 

Teknologi dan pengalaman baru ini tentu saja akan hanya bisa dinikmati di next gen console yaitu PlayStation5, Xbox Series X|S, dan Google Stadia. EA juga menggembor-gemborkan powered by football yang saya tangkap sebagai usaha untuk menghadirkan pengalaman bermain yang lebih fluid, real dan berbagai tambahan natural behaviour dalam gameplay.

Premisnya mungkin tidak berubah, bahwa game FIFA terutama di FIFA 22 serasa ingin lebih mengarah ke simulator dengan menambahkan banyak input data yang diolah dengan bantuan AI dan machine learning.

Update dari apa yang akan ada di FIFA 22 sampai dengan ketersediaan game akan terus dihadirkan EA, termasuk berbagai detail tambahan tentang gameplay atau fitur yang ada di dalam game yang belum masuk di video penjelasan kali ini. Anda bisa mengikutinya di sini.

By the way, cara pengambilan data gerakan pemain yang dilakukan untuk FIFA 22 sama dengan eFootball (dulu bernama PES). Sama-sama menggunakan alat bantu pengambilan dalam bentuk pakaian yang digunakan langsung oleh pemain, bedanya, FIFA 22 menggunakan cara 11 vs 11 sedangkan eFootball mendata dari pemain bintang tertentu.

Dalam video wawancara di atas, ada juga bahasan singkat tentang bagaimana cara FIFA 22 mengambil gerakan bintang yang tentunya beda dengan pemain profesional kebanyakan, namun tidak ditampilkan secara detail apakah EA juga mengambil secara khusus gerakan-gerakan bintang tertentu ini sendirian atau gabung dalam permainan 11 vs 11.